NovelToon NovelToon

Alasan Kami Menikah?

Menikah Tanpa Cinta

Aku mengenakan gaun pengantin berwarna merah cerah khas adat sumatra melayu dengan dekorasi bak tuan putri yang mempesona.

Meskipun rasanya sulit, tapi hari ini adalah hari bahagia semua orang, maka aku harus terlihat ikut berbahagia dan terus tersenyum, walaupun hati ku sakit menahan rasa bergejolak yang muncul di dadaku.

Ini tidak benar, pernikahan sepihak yang tak perlu pendapatku.Bagaimana mungkin aku setuju dengan pernikahan konyol ini.

Aku di jodoh kan atas dasar kemauan orang tua ku. Pernikahan paksa karena posisi ku sebagai anak tunggal yang menjadi harapan keluarga.

Aku berdalih karena statusku itu, dan dari pada menghancurkan harapan ke dua orang tua ku,

lebih baik aku bungkam dan menerima pernikahan ini, walaupun aku tak tahu rupa laki-laki yang akan ku nikahi.

Mungkin saja aku akan menikah dengan om-om mesum dengan perut buncit yang banyak duit, atau menikahi suami soleh yang punya berderet istri di belakang mereka dan aku adalah yang istri yang ke 8, atau mungkin saja aku menikah dengan kakek tua yang sudah mau uzur namun mempunyai kekayaan yang tak akan membuatku jatuh miskin selama 7 turunan.

Dari semua kemungkinan yang aku pikirkan, aku memilih kakek-kakek kaya yang sudah mau mati namun banyak duit, karena menilik dari pemahamanku, mungkin kakek itu akan mati sebelum mencoba malam pertama denganku.

Tapi tetap saja, asumsi bodohku itu tak kan merubah mimpi buruk ini.

Bencana, benar-benar bencana!

Sudah berapa kali aku mencoba menangis, tapi air mataku ini tak kunjung keluar, seolah jika aku menangis, bencana seperti mimpi buruk ini akan semangkin menyelimutiku.

Ingin sekali aku lari dengan gaun pengantin ini, dan menumpahkan rasa sesal ku yg bergejolak bagai badai petir. Namun saat mengingat wajah orang tua ku yang terlihat lelah dan berkeriput, niat membara ku ini tertahan bagai gunung yang menghalangi danau indah ditengahnya.

"Anya!!"

Lamunanku buyar saat seseorang memanggilku dari balik pintu.

Suaranya lembut dan juga berperawakan teduh, orang itu adalah ibuku.

Beliau sangat cantik berbalut baju kurung putih dihiasi selendang sutra, wajahnya yang menua itu tetap ayu dengan sedikit riasan tipis.

Beliau merangkul ku dan mengusap punggung tanganku.

Isyarat yang tampak lega tapi juga sedih dan ada luapan gembira yang samar-samar. Tanpa berkata apapun aku yakin beliau bangga padaku yang payah ini.

Aku menganggap pernikahan ini adalah prestasi terbesar dalam hidupku, karena baru kali ini aku langsung setuju-setuju saja mengiyakan permintaan mereka tanpa sedikit pun perlawanan.

**********

Aku sudah duduk di kursi kayu jati berukiran bunga kasturi ini selama kurang lebih 30 menit. Penghulu juga sudah datang dari 35 menit yang lalu.

Tapi kenapa pengantin laki-lakinya terlambat.

Apa yang sebenarnya telah terjadi?

Semua hadirin dan hadirat yang ada di sini mulai gaduh, dan berfikiran negatif atas pernikahan ini. Wajah mereka gusar dan gundah, bukan sekali dua kali kedua orang tua ku berdiri dan menenangkan sanak sodaraku yang panik.

Tapi tak terkecuali aku.

Baguslah kalau calon suamiku itu tidak datang.

Mungkin orang tuanya berubah pikiran ditengah-tengah keputusan ini.

Atau bisa jadi calon suamiku itu kabur dengan pacarnya dan melarikan diri saat diperjalanan menuju kemari, lalu orang-orang sedang mengejarnya sambil membawa sabit.

Aiihhh..membayangkannya saja aku senang bukan main, apalagi kalau terjadi sungguhan. Ku harap pernikahan ini benar-benar batal karena tingkah bodoh calon suamiku itu, yang bahkan tak pernah ku lihat sosoknya.

Mendadak suasana terdengar sepi, dan tanpa ku sadari seseorang telah duduk disebelah ku dan sudah siap berijab kabul.

****, kok dia bisa tiba-tiba datang?

Aku yang membenci situasi ini tak memberanikan diri menoleh ke samping, aku hanya diam mematung dan membatu seperti manekin yang menghiasi toko busana.

"Siap ya!" ujar penghulu memberikan aba-aba.

Penghulu memulainya dengan menyuruhku mengucapkan lafaz dua kalimat syahadat dan istighfar.

Dan diikuti oleh calon suami yang ada di sebelahku.

Asyhadu an La Ilaha Illa Allah wa Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah

Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad saw adalah rasul utusan Allah

Saat mendengarkan dia mengucapkan lafaz kalimat syahadat, kepalaku menjadi lembut dan pikiran ku yang semula macam-macam dan kotor tentang pernikahan ini, sekejap saja hilang dalam kepalaku.

Suaranya tidak asing, begitu familiar, sampai rasanya dia begitu sering ku jumpai dalam kehidupanku.

Aku benar-benar mengenal suara ini.

Diantara suara riuh para hadirin yang menyaksikan ritual sakral itu, aku mendeteksi dengan teliti suara nya, dan dalam beberapa detik terakhir, aku langsung terhenyak.

Mungkinkah?

"Alhamdulillah, sah!!"

"What?" Aku kaget.

Sejak kapan. Kenapa tiba-tiba sudah sah. Apa aku salah dengar dan melewatkan ijab kabulku sendiri.

Ya tuhan. Bagaimana bisa aku melewatkan hal ini, karena kebodohanku aku malah tak tahu sejak kapan sudah menjadi istri orang.

Siaaall!

Aku bahkan tidak melihat prosesi ijab kabul yang akan terjadi sekali dalam seumur hidupku.

Bahkan Bapakku yang menyerahkan ku ke orang lain, dia terlihat tersenyum bahagia dan tak menyadari kalau aku kaget atas prosesi yang berlangsung cepat ini.

"Silahkan, kedua mempelai. Kalian sudah sah menjadi suami istri!!" Pak penghulu sumringah.

Kami berdua diharuskan berdiri agar suamiku itu bisa mencium keningku, ini merupakan perayaan fisik atas sah nya kami berdua sebagai suami istri.

Duh berat sekali untuk berdiri. Seperti lutut ku tertumpu dan di tungkai ku terdapat batu besar yang menggantung.

Dan kali ini aku pun langsung berhadapan dengan suamiku yang sah secara hukum, agama dan negara.

"Ayo di lihat dulu pasanganya!!" Ucap pak penghulu lagi.

Aku memberanikan diri mengangkat pandanganku ke depan, namun yang ku lihat pertama kali bukanlah wajah, melainkan sebuah dada yang bidang dengan bahu lebar penuh karisma.

"Pendek banget sih lu!!" Ucapnya.

DEG...

Suara ini, aku tahu persisi siapa.

Sontak tanpa menunggu lagi, aku langsung mengangkat pandanganku ke atas.

Dan benar saja, ternyata mimpi burukku berubah menjadi kenyataan.

"A-Archie Yuaga!!" Aku tergagap hampir pinsan.

Dia menyeringai melihatku berwajah pucat, lalu menjatuhkan wajahnya di dekat telingaku.

"Anya Arelista," Bisiknya di dekat telingaku. "Selamat, lu uda resmi jadi Nyonya Yuaga."

Lalu dengan cepat, di langsung beralih dan mencium keningku dengan mesra.

"I-S-T-R-I-KU!!" Ucapnya Nyengir.

"AAAAGGGHHHHH....!!"

Tanpa sadar aku memekik keras.

**********

3 hari aku mengurung diri di dalam kamar ku, aku masih syok dengan tragedi pada hari pernikahanku.

Tak ku sangka, aku menikah dengan orang yang sangat ingin ku hindari sepanjang hidupku. Bagaimana bisa ayah dan ibuku menikahkanku dengan manusia itu.

Apakah benar aku di jual oleh kedua orang tua ku sebagai jaminan hari tua?

Meskipun kami hidup sederhana dan pas-pasan, tapi ku rasa orang tua ku tak mungkin punya alasan murahan seperti itu, terlebih lagi aku hidup dalam lingkungan keras dan penuh pendisiplinan dan menyongsong rasa syukur sebagai prioritas utama dalam mengemban kehidupan.

Pekerjaan ayahku adalah kepala polisi yang sudah mengabdi selama puluhan tahun, namun di tahun berikutnya beliau sudah pensiun.

Dan ibuku bekerja sebagai pegawai negri sipil di kantor pemerintahan dan dalam waktu 5 tahun kedepan beliau juga akan segera pensiun.

Aku sadar posisi ku saat ini, karena kedua orang tua ku sudah tua dan tak sanggup lagi bekerja keras membiayai sekolah dan hidupku, mungkin mereka merencanakan pernikahanku terlebih dahulu sebelum mereka pensiun.

Tapi aku benar-benar tak terima, kenapa harus dengan manusia itu, kenapa harus dia yang menjadi suamiku.

Orang yang menikahi ku ialah Yuaga Archie. julukannya di kampus adalah BULE SURGA YANG TURUN DARI PLANET COTOR.

COTOR* sendiri merupakan singkatan dari CO\=cowok TO\=top R\=rank, artinya lelaki yang mempunyai paras di atas rata-rata dan merupakan kandidat yang paling ingin di pacari oleh cewek-cewek sejagad kampus, dan dia ada di urutan paling atas yang posisinya tak akan pernah bergeser sebelum dia lulus.

Archie adalah bule asia keturunan campuran dari jepang dan jerman.

Ayahnya bernama Yuaga Konisuke yang merupakan pengusaha sukses dibidang teknologi digital terkenal di jepang, dan merupakan orang paling kaya menurut majalah PORBES , yang menduduki posisi ke 2 sebagai orang terkaya di dunia.

Ibunya bernama Yuaga Heiron yang sebelumnya bernama Heiron Von Hohonzolerint, beliau merupakan putri dari salah satu bangsawan ternama kerajaan jerman dan mempunyai kekayaan yang tak kalah besar dari suaminya, dan tak lupa mewariskan gelar bangsawan kepada Archie.

Menilik dari kasta dan status sosialnya, Archie selalu menarik perhatian orang-orang dari dalam maupun luar negri.

Kami berada dalam satu fakultas yang sama dan dia adalah senior ku dari jurusan perfilem-an.

Archie merupakan siswa yang paling bersinar di kampusku, seakan saat dia lewat ada serpihan emas yang bertaburan di setiap jejak yang dia tapaki.

Dia merupakan pewaris tunggal perusahaan raksasa ternama jepang besutan ayahnya dan membuka 3 anak cabang utama di indonesia. Sebagai perusahaan berbasis teknologi digital yang merupakan CEO dari perusahaan yang dia bangun sendiri, dia terlihat tak terkalahkan dari segi apapun.

Archie adalah anak emas yang kepintarannya sudah tidak di ragukan lagi, mempunyai IPK paling tinggi dari seluruh anak pintar di kampus, bahkan di masa magangnya dia sudah memproduseri iklan shampo terkenal dan melampaui ekspentasi semua orang, kalau dia hebat dan berbakat bukan karena status sosialnya akan tetapi karena usaha dan kerja kerasnya sendiri.

Dia juga merupakan seorang atlet olahraga terutama bela diri, khususnya karate dan silat dan menyumbang 5 medali emas saat olimpiade berlangsung, dan merupakan kebanggaan indonesia selama setahun belakangan ini.

Yang menjadi daya tarik terbesarnya adalah wajah asia jepang nya berpadu dengan wajah bule Jerman nya yang membuatnya menjadi bule dengan tampang eksotis dan langka. Bahkan beberapa kali menjadi beberapa cover majalah karena wajah tampan dan status sosialnya yang tinggi.

Dan yang paling penting adalah fisiknya yang mendukung bak super model, tingginya mencapai 182 cm, dadanya juga bidang, bahunya lebar, otot-otot tubuhnya selalu terlihat menonjol. Dengan fisik nya yang seperti itu banyak yang menawarkannya untuk menjadi artis atau model terkenal, tapi dia lebih tertarik menjadi sutradara dan berkecimpung di belakang layar.

dia juga sangat fasih berbahasa indonesia, dan menguasai 13 bahasa dunia termasuk Indonesia, jepang, jerman, inggris, china, prancis, india, malaysia, afrika, bangladesh, korea, mongolia, dan thailand.

Dan baru-baru ini dia menjadi duta pemuda dalam rapat PBB sebagai perwakilan indonesia dan menjadi sorotan dunia karena asal muasal kewarganegaraannya.

Akan tetapi di balik kesempurnaan fisik dan otaknya maupun status sosialnya yang tiada tanding, dia memiliki sifat yang amat sangat menyebalkan.

Tempramen nya benar-benar buruk, sangat egosi, kasar, tirani, dan bertindak sesuka hatinya tanpa memperdulikan pandangan orang-orang. Dia tidak bisa menggunakan bahasa yang baik saat berbicara dengan orang-orang dan kelakuannya selalu terkesan seenaknya.

Beberapa kali dia terlibat perkelahian dan menantang duel dosen di jurusannya, akan tetapi pihak kampus tetap bungkam karena dia selalu menjadi prioritas utama atas status sosialnya yang tinggi. Ketimbang membesar-besarkan masalah, pihak kampus malah mencari muka di hadapan Archie demi mendapatkan dukungan.

Walau Archie menyebalkan, tapi tidak sedikit wanita yang antri mendekatinya. Mereka berlomba-lomba untuk mendapatkan perhatian Archie. Entah sudah berapa kali aku melihatnya berganti-ganti wanita, dia bahkan digosipkan pernah berkencan dengan sejumlah artis dan sosialita terkenal.

Aku tidak tahu apa yang akan terjadi pada hidupku jika seseorang tahu dan membocorkan pernikahan kami.

Pernikahan ini terjadi secara mendadak dan bersifat rahasia, bahkan hanya di hadiri kerabat dari keluargaku dan dari pihak nya hanya di hadiri oleh kedua orang tuanya saja.

Setelah menikah pun, kami pergi terpisah dan di sibukkan oleh pekerjaan masing-masing.

Dan di sinilah sekarang aku tinggal. Di salah satu unit apartemen mewah sebagai kado pernikahan dari kedua orang tua nya. Apartemen ini luar biasa mewah setara dengan istana kerajaan yang aku lihat di TV, fasilitasnya lengkap dan peralatannya berteknologi canggih, dan setelahnya baru aku tahu jika tempat ini adalah tempat termegah di kota ini dengan biaya sewa yang bahkan tak bisa di bayangkan.

Selama berada di sini aku tak pernah bertemu dengannya, setelah menikah pun dia langsung pergi dan tak mengatakan apa pun.

Aku memang biak kerok yang mengacaukan pernikahanku sendiri, tapi tak ku sangka reaksinya sampai tak mau bertemu denganku, hingga lewat dua hari.

Meskipun begitu aku lega dia tidak pulang, aku tidak tahu bagaimana seharusnya sikapku saat berhadapan padanya.

Untuk sekarang kami berdua memakai kamar secara terpisah dan menempati kamar tamu, lalu membiarkan kamar utama yang merupakan kamar pengantin.

Aku pernah masuk ke sana di hari pernikahan, kamarnya luas dan besar serta di hiasi oleh hiasan pengantin dengan menggunakan ribuan bunga mawar asli yang memenuhi seluruh ruangan itu, aku bahkan berfikir sedang bermimpi melihat ribuan kelopak bunga mawar berwarna cerah dan cantik berhamburan, seolah mereka sedang menyambut kedatanganku yang malang ini dengan suka cita, andai kelopak bunga mawar itu bisa bicara pastilah mereka akan mengasihani diriku yang menatap mereka dengan tatapan hambar dengan penuh siksaan.

Cekleek...

Dari luar aku mendengar suara pintu terbuka. Cepat-cepat aku berlari dan melihat ke depan, tak ada orang yang mengetahui password apartemen ini selain aku dan Archie.

Mungkinkah!?

Akhirnya selama 3 hari tidak pulang, untuk pertama kalinya setelah menjadi suamiku dia menunjukan dirinya di hadapanku.

Wajahnya terlihat kusut dan rambutnya acak-acakan, dia memakai setelan cassual dengan celana jeans robek-robek, kaos oblong dan kemeja lusuh yang warnanya sudah memudar karena debu dan kotoran.

Dia menatapku yang berjalan menghampirinya di pintu depan.

Lalu tak ada angin tak ada ombak, tiba-tiba dia tersenyum menyeringai seperti scene adegan serigala yang melihat gadis berkerudung merah.

"Ahhh..gilak, capek banget." Teriaknya sambil meregangkan tubuhnya.

Aku menelan ludah berkali-kali setelah menyaksikannya sendiri otot-otot itu memperlihatkan tonjolannya, apalagi otot perutnya seperti jejeran batu kali yang di susun.

Dengan cepat aku mengalihkan pandanganku dan berpura-pura tidak melihatnya tadi, namun sialnya aku malah ketahuan. Dan dia malah tambah menyeringai melihat tingkahku.

Dia bergegas menuju tempat penyimpanan sepatu dan mengganti sepatunya dengan sandal rumahan, lalu mendekat ke arahku yang berdiri dan tak melakukan apa pun selain memandangi otot perutnya.

"Peluk gue!" Ujarnya tiba-tiba mengagetkan ku dengan perkataanya.

"Huh...?" Ucapku kebingungan dan memandangi wajahnya yang jauh tinggi menjulang di atas ku.

"Satu, dua, tiga.." Ujarnya menunjukan telapak tangannya yang sudah menghitung sampai tiga "Gua itung sampe lima, kalo lu ga mau, gua ajak lu mandi bareng gua, empat, lim.."

Tanpa berfikir jernih aku langsung mendekapnya dan memeluk tubuhnya dengan terpaksa.

Sial, benar-benar sial. Kenapa aku malah terpancing dan mengikuti permainannya.

Bau keringat dan bau khas tubuh lelaki memenuhi hidungku, kepalaku tenggelam di dadanya, dan aku mendengar suara detak jantung yang kencang.

Aku memeluknya terlalu erat karena rasa terdesak atas ancamannya barusan, sampai aku bisa merasakan kalau dia juga tidak bisa bergerak.

Karena malu, berlahan aku melepaskan pelukanku dan bersiap untuk menjauh dari hadapannya sesegera mungkin, tapi saat aku menarik tanganku dari tubuhnya dan mengangkat kepalaku, dia malah kembali mendorong kepalaku dan menenggelamkan lagi ke dadanya.

"Tetap kayak gini." Ujarnya menahan kepalaku agar terus menempel di dada nya.

"Tapi, ini udah lewat beberapa menit?" Jawabku memberitahunya.

Dia tak mengatakan apa-apa pun, tapi langsung melepaskan tubuhku dan bergegas pergi ke kamarnya tanpa mengatakan alasannya kenapa dia buru-buru meninggalkan ku.

LEGAL

Pukul 19.30 WIB.

Waktunya makan malam, tapi entah mengapa Archie malah mengurung diri di dalam kamarnya dan enggan menampakan diri setelah tiba. Mungkin saja dia masih tidur karena kelelahan.

"Terserah!!" Gumamku dan beranjak ke dapur untuk mempersiapkan makan malam.

Tapi saat turun ke bawah, aku melihat Archie berdiri didepan kamarnya dengan baju kaos oblong putih, beserta celana kolor sepaha, dan rambutnya itu terlihat masih basah dengan handuk kecil yang melingkar di lehernya. Dan kini wajahnya jauh terlihat lebih segar dari pertama datang.

"Mamp*s!!" Tanpa sadar aku berucap serampangan saat melihat sosok nya yang melebihi ekspentasi.

Kegantengannya meningkat drastis 30000%, kalau aku menjual fotonya kepada anak-anak cewek di kampus yang menjadi Fans nomor satunya, dalam pose dan keadaan seperti ini tak menutup kemungkinan aku akan menjadi miliarder dalam waktu semalam.

"Ngapain lu?" Sapanya dengan heran.

Aku membekap mulutku sendiri karena tak bisa lagi mematahkan kenyataan yang ada di hadapanku, Archie memang ganteng bukan buatan, dan anak-anak tak membual soal mahakarya tuhan yang satu ini.

Aku berjalan dengan cepat berpura-pura tak mengindahkan kehadirannya, lagi pula aku masih kesal atas perbuatanya tadi barusan yang memaksaku memeluknya dengan memberikan ancaman konyol yang dia buat.

"Mau kemana?" Archie menghentikan langkahku dengan tubuhnya.

"Minggir, jangan menghalangiku!!" Balasku menantangnya.

Dia membalas tatapanku dengan tersenyum smirk, dan sejurus kemudian dia langsung menarik tanganku dan membawaku masuk ke dalam kamarnya.

"Kau gila ya!" Ucapku tak terima dengan perlakuannya. "Kenapa kau selalu bertindak seenaknya." Pekik ku marah sambil memaksanya melepaskan tangan ku.

"Lu laper kan!"

Aku terdiam, saat dia menunjukan satu kotak pizza ukuran jumbo berada di atas meja kamarnya.

Ternyata dia menyeret ku ke kamarnya hanya untuk menawarkan makanan, aku tahu dia mempunyai masalah dalam berkomunikasi tapi tak ku sangka sampai separah ini.

"Gua delivery, tapi ga sanggup juga ngabisin semuanya!!" Ujarnya mengambil pizza itu dan mengajakku untuk makan bersama.

Tapi aku tak bergerak dan mematung di tempat.

"mau kagak lu, kalau ga, gua abisin sendiri ni." Ucapnya duduk lesehan di lantai.

"Aku ga lapar!!"

Aku memalingkan wajahku melihat ke arah lain. Sebenarnya aku sangat lapar, tapi kalau makan berdua dengannya apalagi berada di dalam kamarnya, rasanya aku belum siap. Bagaimana kalau dia menaruh sesuatu di dalam makanannya, lalu seperti di film-film nauzubilah itu, aku akan pinsan dan di buang ke sungai.

"Beneran lu ga mau!"

Aku menggeleng dengan cepat, karena membayangkan yang tidak-tidak.

Kruuccuuukkk...grookkk...

Benar-benar memalukan, suara perutku tidak bisa membohongi situasi. Ku pegangi perutku sendiri dan memalingkan wajahku.

Lagi-lagi Archie tersenyum smirk dan menarik pergelangan tanganku.

"Sini suapin gua?" Ucapnya memaksaku.

Tapi aku tak bergerak dan menatapnya dengan diam.

"Satu..dua...tiga...." Ujarnya menghitung sambil menampakan 3 jarinya padaku "Gua itung ampe lima kalo lu ga mau nyuapin gua, malam ini kita tidur bareng di kamar pengantin."

Aku melotot karena kaget.

"Empat...lim..."

Aku mengambil satu potong pizza besar dan secepat kilat langsung menyumpal mulutnya. Dia terlihat puas sudah mengerjai ku, senyum jahatnya melekat indah menghiasi bibirnya.

"Yakin lu malam ini ga mau tidur bareng gua." Tanyanya sambil mengunyah pelan makanannya.

"Yakin!"Jawabku yang juga memasukan pizza itu ke dalam mulutku.

"Yakin, beneran?"

"Yakin seratus persen!"

"Gua suka ni, cewe yang malu-malu kayak lu," Ujarnya terkekeh, lalu mendekatkan wajahnya di telingaku. "Gua yakin, pas di ranjang pasti lu buas banget."

Aku terlonjak dan menjaga jarak.

"Jaga attitude kamu!" Teriak ku marah.

"Hmmmhh..."Balasnya melenguh sambil tersenyum licik. Dia benar-benar sedang mempermainkan ku.

Tiba-tiba Archie memegangi tanganku yang masih tersisa bekas pizza lalu menjilati jari-jariku seperti menjilati ice cream, matanya terpejam seperti sangat menikmati ulasan lidahnya. Lalu saat dia beralih menjilati jari tengahku, tatapan matanya memandang tajam ke arahku, seolah-oleh dia sedang menantangku, menguji soal ketahanan iman.

Aku yang malu melihat tingkahnya, dengan cepat menarik tanganku dan mengelapnya dengan tissue.

Sedangkan dia tertawa terkekeh karena telah berhasil menggodaku.

"Lu tau ga, apa pun yang pengen gua lakuin malam ini ama lu itu LEGAL!" Ujarnya bersandar di tepi tempat tidurnya sambil memandangku dari sudut itu. "Kita udah sah jadi suami istri, mau lu ga suka atau ga nyaman ama kehadiran gua, lu ga bisa menyangkal kalau kita itu pasangan yang uda nikah."

Aku tak langsung menjawab perkataanya, tapi berdiri dan merapikan bajuku yang terdapat sisa remahan pizza.

"Yah aku tau?" Jawabku, "maka dari itu aku menghindar untuk ga bertemu denganmu!!"

Aku pergi meninggalkan kamar itu dengan perasaan kesal.

Tapi dia malah berhasil mengejar ku dan meng-kabedon ku di bawah tangga lantai dua.

"Apa yang kau.."

"Barusan tadi lu bilang kalau lu tau status kita berdua adalah pasangan yang udah nikah." Potongnya.

Jarak kami sangat dekat, tubuh kami bahkan sudah bersentuhan, aku bisa merasakan nafasnya yang berhembus di ubun-ubunku, dan dari jarak sedekat ini aku bisa mencium aroma tubuhnya yang berbau bedak bayi.

"Kita memang pasangan yang udah resmi menikah, tapi aku tidak siap menerima perlakuan seperti ini!" Ujar ku gelisah karena wajahnya semakin mendekat ke wajahku.

Dia tidak mendengarkan perkataanku, dan hembusan nafasnya itu, semakin kuat dan merajai sudut telinga dan leherku.

"Archie dengarkan aku. Ku mohon, aku benar-benar belum siap!!" Rengek ku karena kepalanya sudah beralih menuju buah dadaku.

Tapi dia tak mendengarkan, sampai tubuhku terlonjak saat tangannya malah merenggut dan meremas pinggangku.

"ARCHIE...." Pekik ku sambil mendorong nya menjauh.

Ku akui, kalau aku juga hampir terbawa dengan suasana ini, aku benar-benar tak bisa mengendalikan diriku sendiri dan hampir terprovokasi dengan perlakuannya. Bau tubuhnya, proporsi tubuhnya, gerakkan tubuhnya, jarak di antara kami berdua, rambutnya yang masih basah, tatapan matanya, semuanya membuatku bergairah.

Tapi mengingat hubungan instan di antara kami berdua, seharusnya kami tidak punya perasaan apa-apa.

Aku mengerti kenapa dia seperti ini, dia adalah Archie Yuaga yang hidupnya selalu di kelilingi wanita, aku yakin dia sudah tidur dengan banyak wanita dan memperlakukan mereka persisi seperti apa yang aku rasakan.

Semakin aku memikirkan kalau dia sudah meniduri banyak wanita, tanpa sadar hati ku merasa sakit walaupun aku tidak tahu perasaan seperti apa yang sedang aku rasakan. Padahal kami berdua tak begitu mengenal baik satu sama lain bahkan pertemuan kami bisa di katakan bencana, tapi kenapa aku merasa tidak adil jika dia berbuat terlalu jauh dengan perempuan lain di bandingkan diriku.

Aku berusaha mengontrol diriku dan mengatur tempo napasku sendiri, karena wanita mana pun, jika di perlakukan serampangan cowok seksi seperti ini, tak ada yang tak ikut bergairah walaupun sudah berfikir rasional.

"Anya.." Panggilnya dengan bergairah.

Dia menatapku dengan matanya yang sendu, tatapan itu adalah tatapan memelas yang membuatku tak bisa menghindar.

"Maaf ya..."

Sontak tanpa aba-aba, dia langsung menangkap kepalaku dan mencumbu ku dengan paksa.

Aku pun kaget bukan kepalang, dan spontan menolaknya dengan meronta, dan memukuli dadanya sekuat tenaga, namun aku tak berkutik karena cengkraman tangannya itu begitu kuat mencengkram kepalaku.

Ciumannya luar biasa brutal dia sangat bernafsu sehingga membuatku tak bisa mengambil nafas sampai dadaku di penuhi oleh rasa sesak.

Karena terdesak dan tak bisa berkutik, akhirnya aku menyerah dan membiarkan diriku di lahap paksa olehnya.

Berlahan air mataku mengalir, karena selama ini aku tak pernah membayangkan jika ciuman pertamaku akan di renggut paksa seperti ini.

Tapi setelah aku menyerah dan berhenti melawan, entah kenapa ciumannya malah berubah menjadi sangat lembut dan tangannya yang semula mencengkeram kasar kapalaku berubah menjadi belaian yang nyaman.

Tapi untuk orang yang pertama kali melakukan ciuman seperti ku, aku merasa kalau teknik ciumannya sangat hebat, bahkan entah kenapa aku malah ikut menikmatinya sampai tak menyadari kalau aku bertindak terlalu berani di hadapannya.

Padahal aku berharap orang pertama yang menciumku adalah orang yang mencintaiku dengan tulus, lalu bagaimana dengan lelaki yang masih mencumbu ku sekarang ini, bagaimana perasaanya padaku?

Berlahan-lahan kami berdua sama-sama melepaskan ciuman itu dan berakhir menyatukan jidat.

Nafas kami berdua masih sama-sama memburu, bahkan sisa saliva itu masih menggantung liar di sudut bibir kami berdua.

Dan entah mengapa, bibirku terasa aneh seperti bengkak dan ada rasa yang tak pernah ku kenal di pangkal lidahku. Karena rasanya aneh, aku pun penasaran dan memegangi bibirku sendiri.

Diam-diam ternyata Archie memperhatikan tingkahku sambil tersenyum, lalu sejurus kemudian dia mengusap lembut pipiku dan menutup kedua mataku dengan telapak tangannya.

"Good night, mimpi indah!" Bisiknya ke telingaku.

Dia langsung pergi begitu saja meninggalkan ku dengan terburu-buru seperti tadi.

Aku yang shock mendapati perlakuan itu, duduk terkulai lemas di bawah tangga dan memegangi lutut ku yang gemetaran sesaat setelah dia tinggal pergi.

"Archie, kau bodoh.." Gumam ku, memegangi bibirku yang terasa aneh.

**********

Seminggu kemudian.

Ini hari pertamaku kuliah, setelah mengambil cuti selama 2 Minggu untuk mempersiapkan pernikahanku, akhirnya aku bisa menjejakkan kaki ku lagi di tempat ini.

Aku kuliah mengambil jurusan design interior dan berada dalam semester 4.

"Tebak siapa?" Mataku tertutup oleh kedua tangan, dan suara laki-laki feminim menggema di belakang ku.

"Hari ini lu pake handcream wangi peach yah, kok enak banget!" Ujarku sambil melepaskan tangannya yang menutupi mataku.

"Jelas dong, ini mahal loh, keluaran terbaru!!" Ujarnya centil dan menyodorkan tangannya di dekat hidungku.

Dia senior ku, namanya Libiru mengambil mata kuliah yang sama denganku dan berada di semester 6 setingkat dengan Archie. Meski tampang dan postur badan nya lumayan, tapi kelakuannya malah feminim.

Libiru adalah teman main ku di luar maupun di dalam kampus, orangnya sangat supel dan mudah bergaul. Sebenarnya teman sekelas ku selalu bilang, kalau saja Libiru tidak feminim-feminim amat mungkin ada banyak wanita yang tertarik padanya karena dia masuk ke dalam seleksi COTOR.

Dan ada gosip yang beredar dari teman-temannya, mereka mengatakan kalau dia penyuka sesama jenis alias gay dan gosipnya sudah menyebar selama setahun belakangan ini.

Tapi anehnya, selama bersamaku aku tidak menemukan penyimpangan prilakunya yang seperti itu bahkan dia tidak sembarangan berteman dengan laki-laki yang memang sudah terlihat gay.

Pernah kami makan di sebuah restoran, ada laki-laki tua yang tertarik dengan pesonanya lalu memberikan Libiru segepok uang dan mengajaknya menjadi teman kencan, tapi Libiru marah dan melempar balik uang tersebut, dan terjadilah keributan.

Dia bilang ini soal harga diri, dia tidak sembarangan memilih teman kencan.

Siapa?

"Sibuk gak lu kamis ini!!" Tanyanya.

"Kayaknya engga, soalnya ga ada kegiatan ampe senin." Jelasku.

"Temenin gua nyalon yah," ujarnya antusias. "liat ni rambut gua udah lepek, dekil, bau, kasar, ga terawat, bercabang, dih nauzubillah sebel banget." Aku merinding karena tingkahnya itu tidak cocok dengan wajah dan penampilannya.

"pasti aku temenin kok." Jawabku senyum-senyum.

Namun Libiru memperhatikan ku dengan khitmat sembari melamun.

"Kenapa, ada yang aneh ya?" Tanyaku.

"Kok hari ini lu beda sih!" Jawabnya.

"Bedanya kenapa?"

"Ya, ga tau sih, ini perasaan gua aja atau emang lu hari ini lebih cantik dari biasanya." Ujarnya mengelus pipiku.

"Iyalah, aku kan pakai skincare yang kamu rekomendasikan kemarin."

"Hah yang mana?!"

"Itu loh, Sekak II." Balasku.

"Bukannya itu mahal banget ya, lu mana ada duit."

"B*ngke, kau pikir aku ga mampu beli."

Ddrrrtttt ddrrrttttt...

Ponselku bergetar, seseorang menelepon ku dengan nomor tidak di kenal.

"Bentar, ada yang nelpon!!" Aku menjawab telponnya.

"Halo.." Tidak ada jawaban."Halo, siapa ni!" Tanyaku lagi.

Namun tetap tak ada jawaban.

"Halo?" Ulangku sambil berteriak sedikit.

"Siapa sih!!" Libiru bertanya sambil menunjukan gestur, dan aku mengangkat kedua bahuku tanda tak tahu.

"Lagi dimana?" Jawab suara di dalam panggilan Telpon.

Ini suara Archie.

Sudah seminggu Archie tidak pernah pulang ke rumah sejak terakhir kali kami bertemu. Dia bilang kalau sedang mengalami kendala dengan salah satu perusahaannya, makannya dia fokus ke pekerjaan dan menunda semua urusan yang di luar perusahaannya.

"Aku lagi di kampus, kenapa?" Jawabku buru-buru.

"Hari ini gua balik, terus gua mau ngajakin lu makan siang bareng, karena ada seseorang yang pengen gua kenalin." Jelasnya.

"Siapa?" Tanyaku.

"Ntar juga lu tau sendiri kok, bentar lagi gua jemput lu di kampus."

Aku kaget setelah mendengar dia ingin menjemput ku kemari, dan buru-buru mencari alasan.

"Ah, jangan. sumpah gak usah!" Teriakku karena pasti akan menjadi bencana besar kalau tiba-tiba dia menjemput ku di kampus dan terlihat oleh anak-anak.

"Kenapa, beneran lu ga mau gua jemput, atau lu pengen pergi sendirian aja gitu ketempat janjian. Terus kalau tiba-tiba ada supir taxi yang s*ngean dan lu di apa-apain gimana, lu pikir gua masih mau bareng-bareng sama lu kalau lu udah di nodai orang."

B*ngsat, dia ngomong apa sih, kenapa dia sampai berfikiran nyeleneh seperti itu.

"Ya udah kalau kamu ngotot banget pengen jemput aku, entar kamu tunggu aku aja di.."

Libiru. Aku lupa kalau dia masih ada di sini.

"Aku chat aja ya, tar jemput nya di mana!!" Ujarku sambil tersenyum pada libiru dengan tatapan mencurigakan.

"Lu lagi bareng siapa?" Tanya Archie mengintrogasiku.

"Huh..!!"

"Gua tanya lagi, lu bareng siapa?" Dia terus mendesakku.

"Memangnya kenapa, ga penting juga aku lagi bareng siapa kan?"

"Jawab!!" Ucapnya tak gentar.

Kenapa dia kekeh sekali ingin tahu aku sedang bersama siapa.

"Itu, aku lagi..."

Tuut...

Dia mematikan telponnya tanpa mendengarku mengatakan yang sebenarnya.

"Siapa sih Nya, kayaknya tuh orang obses banget?" Tanya libiru penasaran.

"Bukan siapa-siapa!!" Jawabku berbohong.

"Cowok lu!?"Tanyanya mengintrogasi ku.

"Bu-bukan, aku mana punya cowok!!" Jawabku buru-buru dan menyamarkan dengan tawa.

*********

Sebuah mobil hitam berkilau dengan lambang banteng kuning yang terlihat ingin menyeruduk berhenti di depanku, dan pintu nya pun langsung terbuka.

Sebelum masuk, ku pastikan tak ada anak-anak yang berkeliaran di sekitar sini dan melihatku bersama Archie di dalam satu mobil yang sama.

"Cepetan masuk, ngapain pelanga-pelongo dari tadi!!" Tutur Archie yang tak sabaran.

Aku melihat Archie duduk di dalamnya sedang bermain game dengan konsol portabel dan setelah itu dia sama sekali tak menghiraukan ku yang duduk di sebelahnya.

Sepanjang perjalanan menuju restoran pun dia tak berbicara sepatah katapun padaku dan fokus bermain game, bahkan aku mengira dia tak menganggap ku ada, padahal selama seminggu ini kami tidak pernah bertemu.

"Kau sibuk!?" Aku basa-basi agar tak terlihat menyedihkan karena tak di anggap.

Archie hanya mengangkat pandangannya sebentar lalu menatapku sekilas kemudian tersenyum simpul dan kembali berkutik dengan game nya.

Si*l apalagi yang ku harapkan, memangnya kami ini menikah sungguhan, bahkan Archie tak pernah menganggapku istrinya.

Saat masuk ke dalam restoran, supirnya juga ikut dan duduk bersama-sama dengan kami. Sebenarnya dari tadi aku sudah memperhatikannya, karena dia tidak terlihat seperti seorang supir. Pakaiannya classy dan rapi, menggunakan setelan jas seperti orang kantoran, tampangnya juga berada di atas standar dan rambutnya di sisir rapi ke belakang. kisaran umurnya kira-kira sepantaran dengan ku tapi mungkin juga dengan Archie.

"Kamu pesan apa?" Tanyaku pada Archie yang masih sibuk dengan game nya.

"Serah, gua sih apa aja!"

"Ya udah, samaan aja mbak." Ujar ku bicara pada dengan pelayan nya.

Aku melirik si supir ganteng itu yang tak pernah melewatkan pengawasannya dari gerak-gerik Archie, dan pada saat itu juga dia langsung sadar kalau sedang ku perhatikan.

"Senang bertemu dengan anda Nyonya," ucapnya tersenyum ramah padaku dan mengulurkan tangan.

Aku terlonjak karena ketahuan dan balas menjabat tangannya.

"Perkenalkan nama saya Hendri asisten pribadi Tuan Archie. Ini pertemuan perdana kita, saya harap ke depannya saya bisa di andalkan dalam mengurusi urusan Nyonya." Ujar nya sopan dan tersenyum manggut-manggut padaku.

"Asisten pribadi Archie, jadi maksudnya kamu yang ingin Archie perkenalkan kepadaku!"

"Benar nyonya, saya asisten pribadi Tuan, dan saya lah yang mengurusi semua permasalahan luar dan dalam kehidupan Tuan Archie, dan karena sekarang Nyonya adalah atasan saya, maka Nyonya bisa bergantung pada saya jika mengalami kesulitan." Ujarnya sopan dan berbicara formal.

"Mohon kerja samanya!!" Jawabku.

"Saya merasa terhormat bisa membantu anda." Balasnya luar biasa formal, mirip pesuruh yang ada di drama kolosal jaman kerajaan yang ada di TV.

Archie tidak peduli dengan percakapan kami berdua dan terlihat sangat fokus dengan pekerjaannya. Dia bahkan tak mengidahkan saat makanan yang di pesan telah sampai di meja makan.

"Makanlah, nanti dingin." Ucapku mengusiknya.

"Aaaakk..." Ucapnya sambil membuka mulut.

"Apa sih!" Aku tidak peka.

"Suapin gua!!"

Aku menundukan tatapan dan melihat ke arah Hendri, "gila ya, kau pikir kita ada dimana!!" bisikku malu.

"Gua lagi sibuk, ga bisa makan!!"Ujarnya yang tak bisa melepaskan konsol game itu untuk sesaat.

"Kau kan hanya bermain game, apa susahnya di lanjutin nanti."

Archie memutar bola matanya seperti terlihat ingin mengamuk, dia menatap kedua mataku sebelum akhirnya berdiri dan meninggalkan ku.

"Archie!!" Panggilku menyusulnya di pintu keluar restoran. "Kamu mau kemana, kenapa makanannya ga di makan?"

"Gua ga nafsu makan!" Balasnya dengan nada malas, lalu keluar dari restoran dan masuk kedalam mobil.

Aku diam terpaku menatapnya dari luar, apa yang salah, apa aku melakukan sesuatu yang tidak dia sukai.

Asistennya memperhatikan tingkah kami berdua dan menyuruhku untuk duduk kembali ke kursi.

"Maafkan kelakuan Tuan yang selalu marah tanpa sebab, Tuan kalau sedang marah memang mengerikan, saya harap nyonya maklum." Ujar Hendri sambil memegangi kepalanya isyarat kalau dia pusing menghadapi sikap tuannya.

"Iya, saya sudah tau dari awal kalau Archie itu tipe yang orang yang tidak akan mendengarkan siapa pun kalau sedang marah." Timpal ku yang menatap mobil hitam itu dari kaca restoran.

"Ada masalah yang terjadi dalam perusahaan game yang di kelola oleh Tuan sendiri, sedikit kesalahan kecil tapi akibatnya akan mengurangi kualitas game dan hal itu berdampak pada permainan online. Selama seminggu ini Tuan bekerja siang malam tanpa henti untuk memperbaiki kualitas game yang sudah dia rilisnya selama 4 tahun, dan sekarang Tuan sedang mereview hasil kerja kerasnya dengan memainkan gamenya sampai tamat." Jelas hendri agar aku tidak salah paham.

"Jadi sepertinya dia marah karena merasa hasil kerja keras nya tidak ku hargai." Ujarku memegang daguku sedang berfikir.

"Nyonya jangan terlalu keras pada diri sendiri ada kalanya Tuan memang sangat ingin di perdulikan, tapi sikap Tuan yang barusan merupakan perwujudan kecemburuan terhadap nyonya."

"Ce-cem, cemburu.." Pekik ku kaget memasang muka khawatir pada Hendri.

"Memangnya apa lagi kalau bukan cemburu, nyonya adalah istrinya Tuan, mana mungkin Tuan merelakan nyonya bersama dengan laki-laki lain, kalau Saya jadi Tuan mungkin Saya juga akan berlaku hal yang lebih parah ketimbang ngambek." Jawab Hendri yang ternyata lebih mengerti Archie di banding siapa pun.

"Hentikan Hendri, apa kau tidak tahu kami menikah karena terpaksa dan di jodohkan oleh kedua orang tua kami tanpa alasan yang jelas, jadi tidak mungkin aku maupun Archie mempunyai perasaan yang dalam seperti itu." Ujarku berusaha memberikan pemahaman pada asistennya tentang status kami berdua.

"Tentu saja saya tahu Nyonya. Tapi untuk saat ini, saya sarankan Nyonya memperhatikan Tuan, karena dalam 10 tahun kehidupannya, mungkin baru kali ini dia merasa marah karena tidak di perhatikan." Ujar Hendri memberikan aku saran.

Sepertinya perkataan Hendri serius, aku lihat tatapan Hendri yang menaruh banyak harapan padaku.

"Mbak, tolong bungkus makanan ini?" Perintahku pada pelayan nya.

Hendri tersenyum lega menatapku seperti melihat anaknya sendiri yang bertumbuh besar dengan rasa bangga.

Kami memutuskan menyusulnya ke mobil, dan dia sibuk tak memperdulikan kedatangan ku yang repot-repot kemari.

"Ngapain lu kesini!!" Tanyanya ketus dengan kaki menyilang di atas bangku kemudi.

Aku mengeluarkan kotak makanan nya yang berasal dari restoran.

"Buka mulutmu..!" Pintaku dengan tanganku yang siap untuk menyuapinya.

Dia membuka mulut nya lebar-lebar dan memakan satu suapan dengan lahap.

"Jangan kasih gua banyak sayur, daging nya banyakin!" Pintanya dengan mulut penuh makanan.

"Tolong jangan protes, disini aku yang berkuasa, kamu fokus aja kerja gak usah ngomong."

"GMmnoggg hoangmn mggghh."

"Apa sih.." Ledekku tertawa, karena aku sengaja memberikan dia banyak makanan dalam satu suapan.

"Aaah nah kan gak ada dagingnya, lu cuman ngasih gua wortel!"

"Ada kok..!"

"Gua muntahin aja ni biar lu percaya.."

"Ya udah silahkan, kalau berani!"

Dia diam dan menatapku searah, lalu kemudian.

"Huekk...huueekkk..hueeek."

Aku menjerit dan langsung membuka jendela mobil. Sedangkan Hendri teriak sambil menyetir dan sibuk mencari kotak tisu sampai akhirnya menghentikan laju kendaran.

Padahal saat itu Archie hanya berakting untuk menggodaku, dia hanya pura-pura muntah untuk mengerjaiku. Tapi reaksi kami berdua berlebihan sampai membuat macet pengguna jalan.

************

Malam ini aku mendapat kan telpon dari dosenku, kalau ada sebuah restoran di sebuah hotel yang tertarik dengan sketsa design yang aku buat di sebuah acara pameran karya yang di pamerkan di kampusku satu bulan yang lalu.

Ini benar-benar sebuah kabar gembira, akhirnya aku punya kesempatan untuk mengembangkan potensiku dan melanju ke tahapan selanjutnya, lalu membuktikan ke semua orang kalau aku bisa berkarya dengan bakat dan otakku sendiri.

Dan untuk itu, malam ini aku harus bekerja keras dan mengerahkan kemampuanku untuk memperbaiki rancangan design ku dan menyerahkan hasilnya besok.

"Woooahhh, semangaaat!!" Teriakku mengikatkan pita di kepalaku dan heboh sendiri, karena malam ini aku akan begadang sampai tepar.

5 jam kemudian.

Tok tok tok...

"Anya!" Panggil Archie di luar kamarku.

Kulihat jam dinding di kamarku menunjukan pukul 2 dini hari.

Archie, Apa yang dia inginkan di jam segini?

"Kenapa?" Tanyaku sambil membuka pintu.

Aku kaget, saat melihatnya membawa bantal beserta selimut yang membungkus tubuhnya. Dia mirip seperti seseorang yang di usir dari rumahnya dan sedang mencari tempat untuk menginap.

Lalu tanpa mengatakan apapun terlebih dahulu, dia langsung masuk ke dalam kamarku,merebahkan dirinya di atas tempat tidurku.

"Wow.. wow..wait a minute." Ujarku yang panik karena melihatnya berada tergeletak di atas tempat tidurku.

"Wahai Tuan Archie yang budiman, apakah kau lupa dengan kesepakatan kita."

Namun dia tak perduli dan berguling-guling dengan nyaman di atas tempat tidurku.

"Bukannya kita sepakat untuk memakai kamar secara terpisah, dan tak mengusik wilayah masing-masing tempat sampai batas yang tidak di tentukan." Jelasku yang jelas risih melihatnya sudah nyaman berbaring di kasurku.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!