...~Haappy Reading~...
Risti adalah anak dari keluarga kaya, tapi entah kenapa dia selalu dikucilkan di keluarganya, ayahnya adalah seorang CEO di perusahaan yang tidak begitu terkenal, dia mempunyai 5 anak dalam keluarganya yang bernama Windi, Rama, Jesi, Leon, dan juga Risti. Risti merupakan anak terakhir di keluarganya.
Ayah Risti mempunyai 2 orang istri tetapi 1 orang istrinya meninggal saat melahirkan putrinya, tidak salah lagi putrinya yaitu Risti, dari awal Risti dibesarkan oleh pembantu karena ibu tiri Risti tidak sudi membesarkan Risti.
Windi kabarnya akan dinikahkan kepada seorang laki laki yang lebih tua dengannya tapi merupakan pemimpin perusahaan ternama, dia dijodohkan oleh ayahnya, Windi sebenarnya menolak karena tidak mau dijodohkan kepada om-om yang tua dan penyakitan sehingga pada hari pernikahannya tiba Windi nekat kabur saat malam hari.
"Risti kamu cepat mandi siap siap," ucap ibunya yang bernama Bu Dewi.
"Baik bu," ucap Risti pelan.
Saat Risti keluar dari kamar mandi dia kaget ada banyak orang, orang-orang tersebut adalah penata rias.
"Ayo kak cepetan nanti keburu mulai acaranya," ucap salah seorang penata rias.
"Tapi saya bukan..."
"Udah nggak perlu sungkan kami akan mendandani mbak dengan cantik," ucap salah seorang penata rias sambil mendorong tubuh Risti.
Setelah beberapa lama kemudian akhirnya sesi make up siap dan Risti segera digantikan pakaiannya dengan gaun pernikahan oleh para penata rias.
"Wah kakak cantik sekali," ucap salah seorang penata rias, dia puas karena dandanannya terlihat sangat cantik dan elegan.
“Tapi mbak, kalian salah orang, bukan saya yang mau menikah tapi saudari saya,” kata Risti dengan ramah.
"Nggak kok, di sini jelas sekali foto mbak yang diserahkan untuk didandani," jawab penata rias tersebut.
Risti tidak tau jika Windi kabur tadi malam dan sekarang yang menggantikan pernikahan adalah dia.
"Ayo mbak kita keluar untuk segera melakukan upacara pernikahan," ucap salah seorang penata rias sambil menuntun Nana keluar kamar.
Saat Risti keluar dari kamarnya ternyata Bu Dewi sudah menunggu di balik pintu.
"Bagus kamu seharusnya memang menikah dengan om om itu menggantikan Windi kakak kamu yang kabur semalam, kamu harus nurut kalau nggak saya bakal suruh kamu pergi dari rumah ini, setelah kamu menikah dengannya jangan pernah kembali ke tempat ini lagi, camkan itu baik baik," bisik Dewi kepada Risti.
Bisikan Dewi benar-benar menyayat hati Risti dia memang dari dulu sudah di benci Bu Dewi dia sering dijuluki sebagai 'Anak j*l*ng'. Risti tidak tau apa salah ibunya hingga dia juga mendapat imbasnya meski demikian dia tetap menyayangi ibunya dengan sepenuh hati.
Bu Dewi memang selalu memperlakukan Risti secara tidak adil, dia juga sering menyuruh Risti mengerjakan pekerjaan rumah yang tidak seharusnya Risti kerjakan, jika ada ayahnya di rumah Bu Dewi pura-pura baik.
"Ayo nak kita ke bawah," ucap Bu Dewi dengan senyum manis palsunya itu, dia seperti itu karena ada para perias di situ.
Dewi segera menggandeng tangan Risti dan turun ke bawah.
***
Saat sampai di bawah Risti terkejut betapa ramainya rumah ini sekarang, pernikahan ini memang terlihat sangat mewah tapi Risti merasa kemewahan ini sebenarnya ditunjukkan untuk Windi. Soal Risti yang menggantikan Windi ini adalah usul dari Bu Dewi.
Tapi mempelai laki laki belum datang, tak lama kemudian terdengar suara mobil yang begitu banyak datang ke halaman ternyata mobil itu milik calon suami Risti, akan tetapi saat masuk mempelai laki laki menggunakan masker sehingga wajahnya tidak nampak jelas dia juga batuk batuk, sepertinya dia menggunakan masker karena sedang sakit.
Hem, memang cocok, yang satu penyakitan yang satu anak j*l*ng. (Batin Jesi)
Setelah melalui semua proses upacara pernikahan akhirnya tiba di acara puncak dimana kedua mempelai melemparkan bunga ke para hadirin.
"Para hadirin sekalian kedua mempelai kita akan segera melemparkan bunga mari merapat ke arah panggung," ucap sang pembawa acara.
Wah wah wah lempar ke arahku ke arahku ucap semua orang riuh, akhirnya kedua mempelai melemparkan bunga ke arah para tamu dan ternyata bungan itu tertangkap oleh kakak Risti yang bernama Rama, Rama adalah satu satunya yang orang di keluarganya yang memperlakukan Risti layaknya saudara.
Setelah acara selesai Risti pun ikut suaminya pulang ke rumah, Risti segera mengepak barang yang ada di kamarnya dia dibantu oleh Rama dan beberapa bodyguard.
"Kamu hati hati ya disana Ris, jaga diri kamu baik baik, kakak akan selalu merindukanmu" ucap Rama lembut sambil mengelus rambut Risti.
"Iya kak pasti, Risti juga akan selalu merindukan kakak," ucap Risti sambil memeluk kakanya itu.
"Ayah di mana kak?" tanya Risti sedari tadi ayahnya hanya terlihat saat ijab kabul saja.
"Ayah? ayah di dalam ruang kerjanya Ris," jawab Rama. Risti pun segera berjalan ke atas untuk menemui pak Rian.
"Tok, tok ,tok. Assalamualaikum ayah, ini Risti, apakah Risti boleh masuk?" tanya Risti dari luar dengan nada sopan, dia mencoba tegar walau dipaksa menggantikan pernikahan.
"Waalaikumsalam, masuk Ris, tidak di kunci kok," kata Pak Rian sembari menyeka air mata di pipinya, ternyata dia sedari tadi menangis di ruang kerja karena tidak rela melepas Risti, menyetujui usulan Bu Dewi merupakan keputusan terberat yang pernah Pak Rian ambil. Risti membuka pintu dan melihat ayahnya yang sedang mencoba menyeka air mata yang menggenang di pipi, Risti pun berlari ke arah pak Rian.
"Ayah nggak usah nangis, Risti tidak apa-apa kok, Risti senang akhirnya bisa menikah," ucap Risti sembari menyeka air mata ayahnya.
"Maafkan ayah yang telah mengambil keputusan bodoh ini, tapi ini juga demi perusahaan ayah yang hampir bangkrut," kata Pak Rian.
"Iya yah nggak papa," kata Risti, dia pun memeluk ayahnya agar bisa lebih tenang.
"Kalau begitu Risti pamit ya ayah, sudah ditunggu suami Risti di mobil, ngga enak bikin orang nunggu lama," ucap Risti.
"Jaga diri kamu disana nak, sebentar ayah punya sesuatu untuk kamu." Rian berjalan ke arah brankas dan mengambil sebuah kotak usang.
"Ini untuk kamu, dari ibumu, ayah lupa menyerahkannya jadi ayah serahkan saja sekarang," kata Pak Rian. Risti menerimanya dan segera membukanya. Ternyata isinya adalah liontin berbandul hati dan sepucuk surat.
Jadilah anak yang baik, ibu berharap kamu akan tumbuh menjadi anak yang ceria, jaga diri kamu baik-baik,
Penuh cinta : Indriana♡
"Makasih yah." Risti memeluk Pak Rian.
"Sama-sama." Pak Rian membalas pelukan Risti.
***
Sesampainya di bawah,
"Ayo kita pergi nyonya, tuan Vino sudah menunggu di bawah," ucap salah seorang bodyguard, Vino adalah nama suami Risti.
"Risti pergi dulu ya kak," ucap Risti pelan.
"iya," ucap Rama.
Risti segera naik mobil Vino dan melambaikan tangannya ke arah Rama.
"Kamu nggak usah sedramatis itu," ucap Vino tiba tiba membuat kaget Risti.
"Kamu tau kalau yang menikah denganmu ini bukanlah kak Windi?" tanya Risti pelan sambil menundukkan kepala.
"Iya saya sudah tau, tapi saya lebih senang menikah dengan kamu daripada harus menikah dengan Windi," ucap Vino, dia tidak memiliki setitik pun penyesalan saat dia menikahi Risti, Vino segera melepas maskernya karena kegerahan.
Saat maskernya di buka, bukan wajah cacat ataupun bibir sumbing yang didapati oleh Risti dan juga dia bukan om om tetapi seorang laki-laki muda, dia berwajah tampan, putih, bersih bahkan tidak ada debu yang berani menempel di permukaan kulitnya, nyamuk yang hinggap pun pasti akan terpeleset, Risti sampai melongo melihat wajah Vino yang begitu tampan.
"Jadi kamu sebenarnya nggak sakit?" tanya Risti ketika ia tersadar dari lamunannya.
"Iya, saya sebenarnya tidak sakit, saya hanya berakting agar keluarga kalian percaya bahwa saya sudah om om," ucap Vino dengan santai.
"Oh syukurlah kalau kamu tidak sakit," ucap Risti lega.
"Kamu menghawatirkan saya?" tanya Vino.
"Enggak kok enggak siapa juga mengkhawatirkan kamu," ucap Risti salting dan segera mengalihkan pandangannya ke arah kaca mobil.
Terlihat senyum samar di bibir Vino, dia sebenarnya suka ketika ada seseorang yang mengkhawatirkannya.
"Bisa dipercepat nggak mobilnya nanti keburu maghrib sampai rumahnya," ucap Vino.
"Baik tuan, saya usahakan agar lebih cepat sampai rumah," ucap sopir tapi tiba tiba jalanan menjadi macet, akhirnya mereka tiba di rumah setelah maghrib.
.
.
.
.
.
Terima kasih sudah mampir baca 🌺
Jangan lupa tinggalkan like, komen, pencet ikon ♡ agar tidak ketinggalan setiap update bab baru
Tbc.
Saat Risti bangun, kepalanya agak pusing dan badannya sakit semua apalagi bagian punggungnya seperti mau copot saja, Risti segera bangun dan beranjak keluar dari kamar, rumah tampak sepi.
"Oh iya tadi aku masih tidur, terus yang buatin Vino sarapan siapa dong? Aduh aku lupa kalau udah punya suami," ucap Risti sambil menepuk jidat.
"Nggak papa nyonya, tuan sudah berangkat mungkin dia sarapan diluar, dan dia juga memaklumi karna ini hari adalah hari pertama nyonya berada di sini," ucap Bodyguard tiba tiba muncul dari arah ruang tamu membuat Risti kaget.
"Kamu ini buat saya kaget saja, yasudah saya akan ke dapur buat masak, kamu sudah makan atau belum?" tanya Risti.
"Sudah, nyonya tidak perlu khawatir," ucap bodyguard tersebut tapi tiba tiba terdengar suara, kruyukk bunyi perut dari bodyguard tersebut.
"Kamu bohong, itu suara apa kalau bukan suara perut kamu? masa suara ayam? emangnya ada ayam di sini?" tanya Risti kesal dia tidak suka seseorang yang berbohong.
"Hehehe, tidak ada ayam disini nyonya, saya juga sudah terbiasa kok," ucap Bodyguard itu sok kuat.
"Nggak usah sok kuat saya akan masak dulu, memangnya di depan ada berapa orang? saya masakin sekalian biar bisa makan bersama," tanya Risti.
"Cuma ada 2 dengan saya nyonya," ucapnya.
"Oke, sebentar." Risti melangkah pergi.
Risti segera pergi ke arah dapur dan melihat ke arah kulkas hanya ada telur, kemudian membuka almari penyimpanan yang berada di atas dan ternyata isinya hanya mi instan.
"Haduhh, masa cuma ini sih, ya wajar sih soalnya nggak ada perempuan di sini," ucap Risti memaklumi.
Dia segera memasak mi instan dan mencampur telur ke dalamnya, 10 menit kemudian akhirnya mi isntan siap.
Risti segera mengambil 3 mangkok dan membagi mi dengan sama rata, kemudian Risti membawanya ke meja makan.
"Kalian cepat sini, ini sudah matang!" teriak Risti.
2 Bodyguard muncul dan segera mengambil mi nya.
"Makasih nyonya," ucap kedua bodyguard itu sambil membawanya pergi ke arah ruang tamu.
"Kalian mau kemana? duduk di sini saja sama saya," ucap Risti.
"Kami nggak berani nyonya," ucap salah satu bodyguard. Makan di rumah bos dan dimasakkan oleh istri bos saja masih sedikit ragu apalagi harus makan satu meja.
"Memangnya kenapa?" tanya Risti.
"Tidak baik kalau kami makan bersama majikan dalam satu meja," ucapnya.
"Oh yasudah kalau begitu," ucap Risti pasrah.
Risti segera memakannya dengan lahap berhubung dia juga belum sempat makan tadi malam, setelah selesai makan dia mencuci mangkoknya.
"Kalau kalian sudah selesai nanti bilang biar saya cuci segera mangkok kalian," ucap Risti.
"Tidak usah nyonya kami bisa cuci mangkok sendiri," ucap mereka.
"Oke, saya ke atas dulu," ucap Risti dia pergi ke kamarnya untuk beres-beres.
Dia mengganti sprei dengan sprei yang baru merapikan bantal dan tidak lupa mengganti sarung bantal dengan yang baru kemudian dia menyapu lantai.
Saat Risti membersihkan laci meja dia menemukan sebuah foto, Risti mengambil foto tersebut dan memandanginya agak lama.
Foto anak kecil? tapi ini mirip sekali dengan Vino? apakah ini Vino? dia lucu sekali saat kecil wajahnya juga sudah tampan sejak dia kecil, Nanti aku tanyakan saja kepadanya. (Batin Risti)
Risti lanjut membersihkan barang barang kemudian dia ke bawah untuk menyapu lantai bawah setelah selesai dia menuju halaman.
"Nyonya mau kemana?" tanya salah satu bodyguard.
"Saya hanya keluar untuk membersihkan halaman," ucap Risti.
"Kami bantu ya nyonya?" tawar mereka.
"Siap, lebih banyak orang lebih cepat," ucap Risti senang.
Mereka segera memotong rumput dengan mesin, Risti segera mengambil sapu untuk menyapu rumput rumput tersebut, dia mengambil 3 sapu.
"Ini sapunya mari kita sapu," ucap Risti.
"Siap," kata mereka dengan sigap.
Setelah 15 menit kemudian halaman luas yang tadinya hanya dipenuhi oleh rumput liar menjadi sangat bersih, biasanya kalau hanya satu orang menyapu membutuhkan waktu 30 menit tapi saat menyapu bersama sama mereka hanya membutuhkan waktu 15 menit.
Setelah itu Risti ke dalam untuk mengambil minuman.
"Ini minumnya." Risti memberikan sebuah gelas berisi minuman.
"Terima kasuh nyonya," ucap kedua bodyguard dengan keringat bercucuran di sekitar pelipis.
Mereka segera meneguk sampai habis.
"Oh iya, biasanya Vino pulang jam berapa?" tanya Risti.
"Biasanya tuan pulang jam 4 sore tapi kalau ada rapat mungkin bisa sampai jam 5," ucap mereka.
"Ohh lumayan sore ya," ucap Risti.
"Iya nyonya,"
Sekarang waktu baru menunjukkan pukul 10 entah apa yang akan dilakukan Risti selanjutnya, dia sudah mengerjakan semua perkerjaan rumah, sekarang dia bosan.
Risti kembali ke kamar dia hanya rebahan di kasur sambil melamun tidak lama kemudian dia tertitidur saat tidur dia bermimpi disiksa oleh saudaranya hingga dia mengigau.
"Jangan mendekat, kumohon, jangan sakiti aku," ucap Risti ketakutan.
"Hei hei, kamu kenapa?" tanya seseorang yang membangunkan Risti.
Risti akhirnya bangun sambil menangis dia kemudian memeluk orang yang membangunkannya tersebut ternyata yang membangunkannya adalah Vino. Vino pulang lebih awal, sengaja karena dia khawatir dengan Risti ternyata Risti malah bermimpi buruk hingga mengigau.
"Kamu kenapa sayang? kok nangis?" tanya Vino cemas.
"Tadi aku bermimpi disiksa oleh saudaraku Vin, hiks hiks," ucap Risti sambil menangis.
"Sudah tidak apa apa ada saya disini, saya akan selalu melindungi kamu," ucap Vino.
"Janji?"
"Iya janji, kamu jangan nangis lagi ya? kalu ada apa apa langsung bilang kepadaku saja," ucao Vino sambil mengusap air mata di pipi Risti.
Sebenarnya apa yang telah kamu alami hingga terbawa mimpi seperti ini? Aku janji akan melindungimu dan selalu di sisimu. (Batin Vino)
Mungkin ini karena Risti memang selalu dikucilkan dan disiksa di rumahnya sehingga masih terbayang sampai mimpi. Saat disiksa oleh saudaranya pun Rama tidak berani menyelamatkan Risti takutnya Risti akan semakin di siksa jika ada seseorang yang membelanya. Mulai dari ditampar, dipukul menggunakan sapu, dipaksa bekerja saat sakit semua sudah pernah dialami oleh Risti, saat tidak ada yang mengawasi, Rama selalu membantu Risti tapi saat ada yang mengawasi Rama tidak berani membantu.
Biasanya saat selesai mengerjakan semuanya, Rama baru mampir ke kamar Risti untuk menghibur Risti agar tetap kuat.
"Vin, aku tidak mau makan mi isntan lagi," ucap Risti.
"Yasudah besok kita beli beberapa bahan makanan di mall sekalian beli beberapa keperluan kamu dan aku,oke?" ucap Vino.
"Siap Vin," ucap Risti, sat ini dia sudah tidak menangis lagi.
"Kok panggilnya Vin sih, panggil sayang dong," ucap Vino.
"Iya sayangg," ucap Risti sambil mencium pipi Vino.
.
.
.
.
.
.
Terima kasih sudah membaca 🌺
Jangan lupa like dan komennya
Tap tombol favorite juga 😗
Sampai jumpa di episode berikutnya
Tbc.
Malam harinya,
Hujan tiba-tiba turun saat pukul 9 malam, hawa dingin menyerebak ke ruangan bercampur dengan AC. Risti meminta Vino untuk mengecilkan suhu AC. Vino kemudian naik ke ranjang dan duduk di sebelah Risti.
“Ris,”
“Dingin, peluk dong,” rengek Vino seperti anak kecil yang minta dipeluk.
“Yaudah sini,” Risti merentangkan tangannya untuk menyambut pelukan dari Vino, Vino bergelayutan di tubuh Risti.
“Uhh, kamu itu berat tau,” ucap Risti sembari menahan beban berat tubuh Vino.
“Yaudah sini tidur aja, biar leluasa meluk kamunya,” kata Vino, dia mempunyai maksud terselubung.
“Hmm? oke.” Risti mengangkat sebelah alisnya, tanpa curiga langsung berbaring di sebelah Vino yang kini sudah berbaring miring ke arah Risti.
Vino mendekat, menarik tubuh Risti agar menghadap kearahnya semula Risti menengadah dan sekarang miring ke arah Vino, Vino bergeser ke bawah dan menempelkan kepalanya ke dada Risti dan menggesekkan kepalanya.
“Kamu, apaan sih geli tau.” Risti menjambak rambut Vino.
“Aduh, siapa suruh di sini hangat,” jawab Vino, dia masih tidak mau bergeser ke atas dan malah terus menenggelamkan kepalanya ke puncak gunung yang sudah Ia jelajahi semalam.
“Hmmm." Risti berdehem tidak mau protes lagi, takutnya Vino malah melakukan lebih.
Lama-kelamaan Risti dan Vino pun tidur dengan posisi kepala Vino masih di dada Risti dan Risti memeluk kepala Vino sambil mengalungkan kakinya ke tubuh Vino.
***
Keesokan harinya,
Vino bangun, tangannya serasa menyentuh sesuatu yang empuk.
Ini apa? (Batin Vino masih setengah sadar)
Vino meremasnya, dia tidak tau jika itu adalah gunungnya Risti,
“Emmhh.” Risti bergerak-gerak membuat Vino tersadar jika itu adalah milik Risti, dia langsung menarik kembali tangannya dan berniat bangun tapi niat itu terhalang karena kaki Risti yang mengunci tubuh Vino hingga Vino tidak bisa bangun.
“Bangunn sayang, udah pagi.” Vino mencubit pipi Risti.
“Bentar, 5 menit lagi ya kak Rama, Risti masih ngantuk,” kata Risti masih belum bangun dan masih memejamkan mata tanpa melihat siapa yang bangun.
Vino jadi punya akal untuk menjahili Risti, Vino membisikkan sesuatu ke telinga Risti.
“Ris, ada maling, ada maling.” bisik Vino ke telinga Risti.
“Mana-mana, mana malingnya?” tanya Risti, tiba-tiba dia langsung terbangun dan kepala mereka berdua terbentur.
“Aduh, sakit.” Risti memegangi dahinya, untungnya tidak sampai benjol.
Vino juga memegangi dahinya yang kemerahan.
“Ehhh, jadi yang ngebangunin aku tadi itu kamu? bukannya kak Rama ya?” tanya Risti bingung.
“Iya, kan sekarang kamu dirumah suami kamu Ris, masaiya Rama mau nerobos masuk ke kamar pengantin baru?” tanya Vino sembari tersenyum.
“Iya juga ya, selamat pagi Vino.” Risti mengecup dahi Vino yang memerah karena benturan kepalanya. Vino jadi terdiam sebentar dengan pipi yang ikut memerah.
“Selamat pagi juga sayang.” Vino memeluk Risti mencari kehangatan. Risti mendorong tubuh Vino dan secepat kilat menyahut handuk di gantungan dan langsung masuk ke kamar mandi. Ini adalah bentuk antisipasi agar mereka tidak mandi bersama.
Selamat. (Batin Risti mengelus dada)
“Cih, tau aja kalau aku mau mandi bareng.” Vino berdecak kesal, ternyata Risti lebih pintar dari yang Ia kira.
Sebenarnya Vino sudah merencanakan hal ini sejak lama, dia ingin menikahi Risti bukannya Windi, saat itu dia menawarkan bantuan kepada pak Rian saat perusahaan keluarga Hendrawan sudah sangat parah dan terancam bangkrut, dia sempat melihat Risti saat di perusahaan Pak Rian, dia langsung tertarik kepadanya. Saat menawari bantuan dia memberi syarat kalau pak Rian harus menyerahkan salah satu putrinya untuk menikah dengannya.
Vino menyuruh Pak Rian untuk mengatakan bahwa dia adalah pria tua yang penyakitan. Dengan siasat seperti itu maka saudari-saudarinya tidak akan mau menikah dengannya.
Vino juga sudah tau jika selama Rasti di rumah dia selalu diperlakukan seperti pembantu oleh saudara dan juga ibu tirinya, mereka berani berbuat seperti itu karena Pak Rian jarang di rumah dan selalu dinas keluar kota. Tapi Risti selalu diancam agar tidak memberitahukan semuanya pada ayahnya itu karena Risti merupakan satu-satunya anak kesayangan Pak Rian. Semua latar belakang Risti, sifat, hobi, keseharian dan bahkan hari ulang tahun Risti sudah Vino ketahui, dia mengetahuinya hanya dalam satu malam.
Kedepannya kita lihat saja, siapa yang berani menindas istriku dia akan berhadapan denganku tidak peduli laki-laki atau perempuan. (Batin Vino)
15 menit kemudian,
Risti keluar dari kamar mandi, dengan memakai 2 handuk, 1 handuk untuk menutupi tubuh dan satunya lagi dipakai di kepala.
“Segarnya,” gumam Risti.
“Udah? lama banget, kamu tadi nggak pingsan di kamar mandi kan?” tanya Vino.
“Enak saja, sana cepetan giliran kamu yang mandi,” kata Rasti.
Vino masuk ke kamar mandi, Risti duduk di kursi menghadap ke arah kaca besar, Risti membuka-buka laci meja, dia mencari hair dryer tapi tidak kunjung ketemu.
“Vin, punya hair dryer nggak?!” teriak Risti.
“Punya, di dalam almari belum pernah ku pakai, ambil aja!” teriak Vino dari dalam kamar mandi.
Risti membuka almari dan menemukan sebuah kardus hari dryer, ternyata benar memang belum pernah di pakai, kardusnya saja belum pernah di buka, Risti segera menancapkan kabel ke colokan listrik, untungnya masih berfungsi.
***
Mereka sekarang sudah siap untuk pergi belanja ke mall, Vino memakai kaos dan juga celana jeans sedangkan Risti memakai rok plisket berwarna coklat susu dan baju berwarna putih.
“Kamu pakai itu?” tanya Vino.
“Iya, ini salah satu pakaianku yang bagus, lainnya hanya baju sehari-hari,” kata Rasti merenges. Vino membuka lemari pakaian Rasti dan ternyata memang benar, baju Risti hanya sedikit tapi kebanyakan semua baju-baju yang mirip dikenakan oleh pembantu bahkan ada yang sudah tidak layak pakai.
“Memangnya kamu tidak pernah beli baju?” tanya Vino.
“Dulu aku selalu dibelikan oleh ayah, tapi pasti disebut sama Winda dan Jesi saat ayah pergi,” kata Risti tertunduk lesu.
“Hmm, yasudah nanti kita beli baju sekalian, ini juga pakaian dalam kamu cuma 3, bisa bosan aku nanti liatnya warnanya pun monoton gitu,” kata Vino sambil memegangi ****** ***** Risti.
“Jangan dipegang, cepet taruh lagi, ayo kita berangkat sekarang aja.” Risti menyaut pakaian dalamnya dan segera keluar, pipinya merona kemerahan.
Saat di lantai satu,
“Eits, kalau berangkat kamu harus pakai masker,” pinta Risti.
“Kenapa?” tanya Vino bingung.
“Nanti kalau diliat banyak cewek gimana? wajah tampan kamu ini tidak boleh terlihat, apalagi Windi dan Jesi sangat suka pergi ke mall, kalau bertemu mereka bagaimana?” Risti ngotot agar Vino mengenakan masker.
“Iya deh iya,” Vino mengambil masker di dalam almari dan memakainya.
“Sudah, ayo kita berangkat,” kata Vino.
“Oke, sip, kalau gini kan jadi agak tenang.” Risti lega Vino mau menurutinya.
.
.
.
.
.
.
Terima kasih sudah membaca 🌺
Tolong dukungannya untuk karya baru Author ini 😗
Follow IG Author @feraaisha32_
Sampai jumpa di episode berikutnya
Tbc.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!