Hari ini hari pertama Sanas masuk Sekolah di SMA Negeri XX, alarm berbunyi menunjukan pukul 06.00.
"Haih.. Masih pagi sekali." Gerutu Sanas
Ia bergegas bersiap - siap, dia baru ingat bahwa hari ini pertama kalinya ia masuk sekolah di desa.
"Masih ada waktu satu jam, semoga saja aku tidak terlambat." Ujarnya sambil bersiap - siap.
Setelah Ia selesai bersiap - siap, ia segera turun menuju meja makan. Di sana nampak Nenek, Kakek, Sepupu, beserta Kedua Paman dan Bibinya sudah menunggu.
"Ini Dia.. Panjang Umur, Aku kira kamu lupa kalau hari ini sekolah." Ujar Bibi Rose sambil mengoleskan selai ke roti tawar.
"Hehe.. Hampir saja aku tertidur lagi bi, Di sini hawanya adem. Jadi pengen merem mulu." Jawab Sanas cengengesan.
"Cepatlah kau sarapan, nanti kau terlambat. Jarak sekolahmu itu cukup jauh jadi kau harus bangun lebih pagi lagi." Ujar neneknya.
"Oh.. Astaga, Sudah Jam 06.30 aku harus berangkat." Ujarnya buru - buru meminum segelas susu.
"Kau tidak perlu khawatir, di sini tidak terlalu macetan seperti di kota KL." Tambah Bibi Rose
"Tetap aku tidak mau terlambat di hari pertama sekolahku Bi." Ujar Sanas
"Apa perlu Paman antarkan?." ucap paman menawarkan diri
"Tidak Usah Paman.. aku pergi sendiri saja, agar aku terbiasa. Ya Sudah Nek, Bi Aku Berangkat Dulu.Assalamu'allaikum." Tambah Sanas
"Wa'allaikumsallam." Jawab Mereka Serempak.
Akhirnya Sanas melajukan mobilnya dengan santainya. "Seenggaknya meskipun aku ngga terlambat, aku bisa santai di jalan menikmati udara segar." Ujar Sanas dalam hati. 20 menit waktu yang di tempuh Sanas menuju Sekolahnya. Sampai di depan gerbang sekolah ia bertanya kepada pak satpam dimana ia harus parkir mobil.
"Pak.. Maaf, Saya parkir mobil dimana ya?" Tanya Sanas. Alih - alih menjawab pertanyaannya Satpam itu justru memandang Sanas dari rambut sampai ujung kaki.
"Pak..." Panggil Sanas.
"Maaf.. Kamu Siswa Baru Ya?." Tanya Pak Satpam
"Iya.. Pak, Saya siswa baru. Jadi dimana saya bisa parkir Mobil?." Tanya Sanas lagi
"Disana tempat parkirnya." Tunjuk pak satpam.
"Baik.. Terima kasih pak." Ucap Sanas kembali menuju mobiSanti
Pak satpam pun memandang mobil Sanas sampai keujung.
"Baru kali ini aku melihat Siswi secantik ini yang mendaftar ke sini, mana dia bawa mobil sendiri.. wah.. wah.. Sekolah ini akan di hebohkan akan kedatangannya." Ucap pak Satpam dalam hati
Sesampainya di parkiran Sanas keluar dari mobilnya dan "Deg... Kenapa semua mata memandangku, apa aku salah seragam? ahh.. tidak mungkin ini pertama masuk sekolah sudah pasti seragamnya ini, lagi pula Bi Rose yang menyiapkannya. Lalu kenapa mereka menatapku seperti itu." Batin Sanas "Ahh.. Sudahlah bodoamat." umpat Sanas. Sanas pun Bergegas menuju kantor Guru sesuai pesan Pamannya kemarin.
Tok.. tok.. tok..
"Ya cari siapa?." Tanya Pak Gresa
"Maaf Pak, Saya Kreyasa Anastasya Biasa Di Panggil Sanas Pindahan Dari SMA C kota KL." Ucap Sanas Memperkenalkan Diri.
"Oh.. Iya.. Iya.. Silahkan Masuk, Duduklah. Perkenalkan saya Gresa Ardiansyah, saya Wakasek sekaligus Guru Geografi Disini." Ucap Pak Gresa manjabat tangan Sanas Memperkenalkan Diri
"Apa kamu membawa persyaratannya?." Tambah Pak Gresa
"Ini Pak." Sanas menyerahkan berkas - berkas yang ada di dalam stopmap.
"Baiklah.. Saya periksa dulu berkas - berkasnya ya." Ujar Pak Gresa sambil membuka satu persatu setiap berkas - berkasnya.
"Siswi yang luar biasa, nilai kamu bagus semua bahkan nyaris sempurna di semester 1 kenapa sekarang justru pindah ke sekolah terpencil ini di semester 2?" Tanya pak Gresa heran.
"Terima kasih pak, saya hanya mengikuti apa kata ayah saya saja pak." Jawab Sanas. Pak Gresa terdiam sejenak mendengar jawaban Sanas.
"Baiklah.. Kamu di tempatkan di kelas X IPS 1, Mari Ikut Saya. Kebetulan saya jam pertama mengajar di kelasmu." Ajak pak Gresa
"Baik pak." Ujar Sanas Mengikuti Pak Gresa. Sesampainya di kelas Pak Gresa mengucapkan salam dan duduk di tempat duduknya.
"Masuk.." Kata Pak Gresa
Sanas pun masuk ke Kelas barunya. Semua mata terbelalak melihat sosok Sanas bagaimana tidak, dengan wajah cantik ke korea - koreaan dan postur tubuh ramping namun padat berisi itu mampu membuat semua mata tertuju kepadanya, tak terkecuali kaum adam. Ada yang tidak berkedip ada pula sampai mulutnya menganga, sedangkan para wanita - wanita yang lain nampak terkagum - kagum ada juga yang menatap tidak suka karena takut tersaingi. Kelas menjadi riuh karena kedatangan Sanas
"Sudah.. Sudah.. Jangan ramai!! Sanas, Perkenalkan Dirimu." Perintah Pak Gresa, Sanas pun mengangguk dan mulai memperkenalkan diri.
"Perkenalkan Nama saya Kreyasa Anastasya, biasa di panggil Sanas. Saya.." Belum selesai Sanas memperkenalkan diri pembicaraanya di potong oleh seorang cowok yang duduk di bangku tengah.
"Panggil Sayang Boleh Ngga?." Kata Cowok itu yang bernama Bayu yang terkenal Play Boy, Sontak satu kelas bersorak "*Huuuuu...."
"Dasar Buaya, liat yang bening aja buru - buru tancap*." Ujar Gita
"Ya Bodo.. kamu suka kan sayang." Ujar Bayu Lagi
"Sayang - Sayang.. Pala Loe Peyang." Ucap Tristan Teman Sebangku Bayu Sambil Menoyor Kepalanya
"Sudah Diam.. lanjutkan perkenalanmu Sanas." Perintah Pak Gresa Lagi, Sanas hanya mengangguk mengiyakan
"Saya pindahan dari SMA C di Kota KL. Terima Kasih." Tambah Sanas. sontak penyataan Sanas membuat reaksi yang mencengangkan bagaimana bisa sudah enak - enak masuk sekolah favorit di kota besar justru pindah ke sekolah di kota yang terpencil
"Wah.. Itu sekolah terfavorit di KL." Kata Gea berbisik ke santi
"Lalu kenapa dia pindah kesini?" Tanya Santi
"Ya mana gue tau bambank!! loe pikir gue emaknya apa." Hardik Gea hampir menoyor kepala Santi
*Flashback On*
"Nas.. Maafkan Papa!! Papa tidak bisa mempertahankan Perusahaan." Ucap pak Wara dengan tatapan sedih.
"Papa.. kenapa minta maaf ke Sanas?" Tanya Sanas Heran
"Nak.. Perusahaan kita bangkrut dan kita harus membayar hutang sebesar 10 milyar." Jelas Pak Wara
"Apa? 10 Milyar.. Dari mana kita bisa dapat uang sebanyak itu pa?" Tanya sanas kaget.
"Terpaksa Papa harus menjual semua tanah mobil dan rumah ini untuk bayar hutang, dan nanti sisanya kita akan mulai kehidupan yang baru di kota kelahiran papa, Insyaallah cukup untuk membeli rumah dan mendaftarkan kamu di sekolah yang baru." Jelas Pak Wara.
"Jadi Sanas Pindah Sekolah pa?" Tanya Sanas
"Iya nak.. Maafkajalannya.
**Flashback Off**
Jam Istirahat...
Mengingat ia pagi ini tidak sarapan jadi cacing - cacing di perutnya sudah mulai meronta - ronta. "Ahh.. Lapar sekali aku." Kata Sanas. Sanas pun pergi ke kantin, karena dia baru hari pertama ia sekolah jadi ia belum punya teman, ada yang ingin menemani tapi itu adalah anak - anak cowok jadi Sanas menolaknya. Ketika ia menuju kantin suasana masih sama seperti ia baru menginjakan kakinya di sekolah ini tadi pagi, ya.. Semua mata tertuju kepada Sanas. "Tuhan.. kenapa lagi sih mereka." Batin Sanas, Ia pun mempercepat jalannya.
Sesampainya di kantin Sanas segera memesan bakso dan es jeruk. Ia pun mencari tempat duduk yang kosong, beberapa menit kemudian pesanannya pun sudah di antarkan.
"Silahkan Dek." ujar mbak Darmi kantin sambil menyodorkan bakso dan es jeruk.
"Makasih ya Mbak" Ucap Sanas, Mbak Darmi pun keheranan melihat wajah Sanas terlihat asing.
"Kamu murid baru ya?" Tanya Mbak Darmi
"Ohh.. iya mbak, perkenalkan saya Sanas." ujar Sanas sambil mengulurkan tangan untuk memperkenalkan diri. Mbak darmi pun kaget ketika Sanas mengulurkan tangannya.
"Tidak Usah Dek, tangan saya kotor." Ujar mbak Darmi menolak bersalaman dengan Sanas.
"Tidak Apa - Apa Mbak.." Memaksa Mbak Darmi Bersalaman. "Nama Mbak siapa?" Tanya Sanas
"Saya Darmi Dek." Jawab Mbak Darmi, "Ya sudah dek, silahkan menikmati." Tambah mbak Darmi
"Makasih Ya mbak." lanjut Sanas
Tiba - tiba datang rombongan yang terdiri dari 3 orang, mereka adalah Gea, Gita, dan Santi.
"Hai.. Sanas boleh gabung ngga?" Tanya Gea. sontak Sanas mendongak kaget.
"Ohh.. iya silahkan duduk." jawab Sanas
"Kenalin Gue Gea."
"Gue Gita."
"Gue Santi." Ucap mereka memperkenalkan diri satu per satu.
"Hai Gea.. Hai Gita.. Hai Santi.. Aku Sanas." sapa Sanas memperkenalkan diri balik.
"kita boleh temenan dong?" Tanya Gita
"Dengan senang hati." jawab Sanas dengan senyuman. Mereka berempat menikmati makanannya masing - masing sesekali bercanda,Sanas memang orangnya gampang bergaul jadi, meskipun baru saling mengenal mereka sudah sangat dekat.
"Hampir Bel nih.. Ke kelas yuk." Ajak Santi
"Hayuk.." Ujar mereka serentak
"Ehh.. btw istirahat kedua nanti ke kantin lagi ya." ujar Gita
"Siap Bos!!" Ujar Gita Dengan Ekspresi Menggemaskan. Mereka pun serentak tertawa melihat kekonyolan Sanas.
Saking Asyiknya bercanda terlihat dari arah berlawanan ada anak lelaki berlari dan tiba - tiba Brukkk!!! tidak sengaja menabrak Sanas karena tidak bisa menjaga keseimbangan Sanas pun hampir terjatuh. Namun anak itu dengan sigap menangkap tubuh Sanas manik mata keduanya saling berpandangan. Jeng!! Jeng!! Jeng!! serasa melihat adegan seperti di film -film keduanya menjadi pusat perhatian karena memang saat itu masih jam istirahat. "Cantik sekali.." Batin Zen.
"Ehmm.." Santi berdehem membuat keduanya terperanjat dan mengalihkanan pandangan masing - masing.
"Maafkan saya tidak sengaja, kau tidak papa?" Tanyanya
"Ohh.. yaa!! Aku tidak apa - apa." Jawab Sanas dengan santainya
"Ohh.. Baiklah aku buru - buru, sekali lagi aku minta maaf." Tambahnya dan berlalu pergi.
"Dasar.. Mentang - mentang ketua osis aja sombong yakali minta maaf sambil nylonong kek gitu." Ujar Gea dengan gusar.
"Sudah - sudah dia kan tidak sengaja, yuk ke kelas 5 menit lagi udah bel." Ucap Sanas.
*Flashback On*
Sepasang mata tajam tengah menatap ketitik yang seharusnya di bidiknya. bagaimana bisa dia harus menyaksikan pacarnya menangkap seorang perempuan dan nyaris berpelukan.
"Siapa dia? awas saja akan ku buat dia menyesal." Batinnya gusar.
"...."
"Cari tahu siapa cewek kegatelan yang tadi bersama gea gita dan santi, aku tunggu infonya secepatnya." Ujarnya sambil menutup telepon
**Flashback Off**
Sesampainya di kelas Sanas kembali duduk di bangkunya. Beberapa lama kemudian Ketua kelas masuk dan memberitahukan bahwa sampai jam pulang sekolah adalah jam kosong dikarenakan para guru dan osis harus rapat untuk membahas acara ulang tahun sekolah, jadi seluruh siswa di suruh belajar sendiri di kelas masing - masing.
Semua fokus sama kesibukan masing - masing. Ada yang benar - benar belajar, ada yang main ponsel, ada yang bolos pulang, ada yang ngerumpi. Sanas pun gabung dengan geng Gea,Gita, Dan Santi.
"Ehh.. denger - denger Ulang Tahun sekolah kita tahun ini mau ngundang donatur terbesar sekolah kita loh." Kata Gea
"Ahh.. masa iya?" Tanya Gita Ngga Percaya.
"Iya lo.. Dan kali ini bener - bener special, untung aja kita udah sekolah di sini." Ujar Gea dengan bangganya.
"Memang kapan acaranya?" Tanya Sanas Polos.
"Malam Tanggal 20 Say." Jawab Santi
"Ohhh..." Jawab Sanas dengan santainya.
"Gawat.. Gawat.. Gawat.. Guys." Kata Rendi. Sontak semua mata tertuju kepada Rendi yang tiba - tiba muncul dengan wajah paniknya, termasuk Sanas.
"Ada Apa sih?" Tanya Cika
"Kalian Tau, Malam acara ulang tahun sekolah kita, Di wajibkan setiap kelas harus tampil di acara pentas seni." Jelas Rendi
"Haaaaaah..." Serentak semua kaget kecuali Sanas. Ia heran mengapa teman - temannya terlihat panik padahal kan bagus kalau di setiap kelas harus menampilkan kekreatifan.
"Memang harus menampilkan apa?" Tanya Sanas dengan santainya. Sontak semua mata beralih pandangan menuju Sanas yang tampak tidak ada panik - paniknya.
"Apa pun itu yang di tampilkan, wajib ikut semua nanas." Jawab Rendi
"Namaku Sanas Bukan Nanas." ujar Sanas dingin
"Haihh.. Baiklah - Baiklah Sanas, jadi setiap kelas harus menampilkan sesuatu entah itu menyanyi, menari, baca puisi, drama musical." Ujar Rendi secara Detail, Sanas hanya manggut - manggut.
Tiba - tiba, Braaakkkk!!!! Pintu di banting dengan kerasnya. Semuanya tertunduk kecuali Sanas yang masih berusaha mencari tahu ada apakah gerangan dari asal suara. Ternyata ada rombongan kakak kelas yang sekarang menuju ke arahnya.
"Heh.. Jal*ng!!!" hardiknya sambil menunjuk wajah Sanas.
"Aku?". Tanya Sanas Polos
" Yaa.. kau. siapa lagi jal*ng pengganggu hubungan orang di sini selain kau!!" Hardiknya lagi. Sanas masih kebingungan karena ia tidak tau apa yang sebenarnya terjadi.
"Berani - beraninya kau mendekati Zen Kekasihku." Tambahnya. Sanas masih terdiam ia semakin kebingungan "Zen.. Siapa Zen aku tidak mengenalnya." Batinya
"Jawab.. Heii!! Jala*g!! Bangs*t." Ujarnya semakin menjadi - jadi. Hingga hampir saja tangannya menampar Sanas namun Sanas menahannya.
"Hei.. Kak jaga bicaramu, tidak bisakah kau bicara baik - baik. Apa mulutmu tidak pernah di sekolahkan, aku tidak mengenalmu aku juga tidak mengenal Zen kekasihmu. Jadi jangan seenaknya kau memanggilku jala*g." Ujar Sanas mulai angkat bicara.
"Bedebah!!! Heh.. kau Jala*ng, tidak usah sok suci di depanku! kau jala*g tetap saja jala*g Cuiihhhh...." Hardiknya membuang ludah.
"Ada Apa Ini?" Tanya Zen tiba - tiba datang
"Aku hanya melabrak wanita jala*g yang tadi berusaha merayumu Zen." Jelas Lolita
"Kau ini apa - apaan sih lita? siapa yang merayuku." Tanya Zen bingung
"Dia.. Wanita Sial*n ini yang tadi merayumu kan sayang biar ku hajar dia." Ujarnya Sambil menarik rambut Sanas. Zen pun melerai dan mengambil tempat di sela - sela mereka berdua.
"Cukup!!! Lolita, buka matamu yang telah cemburu buta itu. Aku Tadi tidak sengaja menabraknya karena aku berlari terburu - buru menuju ruang kepsek, aku spontan menangkap tubuhnya agar tidak terjatuh bukan dia merayuku." Jelas Zen Tegas
" Aku tidak percaya Zen.. Akan kuhancurkan wajahnya biar dia tau rasa!!" geramnya hampir menyakar wajah Sanas justru Zen melindungi Sanas hingga dirinya yang terkena cakaran Lolita hingga pipinya berdarah.
"Ohh.. Zen, Maafkan aku. Aku hanya mau memberi pelajaran kepada Jala*g ini tapi kenapa justru kau yang kena. lagipula kenapa kau melindunginya Zen." Ujar Lolita merasa bersalah
"Sudah Cukup!!! Lolita aku muak dengan keposesifanmu. Mulai hari ini kita putus." Kata Zen, Lolita semakin gusar ia meninggalkan kelas Sanas dengan menghentak - hentakkan kakinya.
"Akh.." Zen Memegang pipinya yang tengah berdarah karena terkena cakaran Lolita.
"Kau tidak apa - apa kak?" Tanya Sanas Khawatir, bagaimana pun pria itu terluka karena melindunginya.
"Tidak.. Tidak.. Aku baik - baik saja." Jawab Zen.
"Mari ku antar ke UKS kak." tawar Sanas
"Akh.. ini hanya luka kecil, tidak perlu berlebihan." Ujar Zen.
"Tidak.. Tidak.. Ini Harus Segera Di Obati." Ujar Sanas sambil menarik tangan Zen untuk mengikutinya.
Di perjalanan menuju UKS Sanas tetap menarik tangan Zen karena di takut jika pria itu melarikan diri. Hening!! hanya bunyi sepatu mereka berdua saja yang terdengar.
"Hai.. gadis kecil ini hanya luka ringan tidak perlu sampai di bawa ke UKS." Kata Zen memecah keheningan
"Apa kau bilang kak? hanya luka ringan, lalu bagaimana jika ini tidak kau obati dan terinfeksi. Apa kau mau wajah tampanmu itu berubah menjadi buruk rupa hanya karena cakaran kakak yang tadi." Ucap Sanas sambil bertolak pinggang.
"Baiklah.. Baiklah.. Ayo." Ucap Zen mendahului Sanas. Zen hanya senyum - senyum sendiri mengingat Gadis kecil itu mengkhawatirkan dia terlebih lagi tanpa sengaja gadis itu bilang bahwa dia tampan. Ingin rasanya Zen berteriak.
"Sudah sampai sini biar aku yang mengobati." Ketus Sanas, ia kesal karena baru saja pria ini menolak untuk di obati.
"Baik bu dokter." Ujar Zen Pasrah dengan apa yang di lakuhkan Sanas. Ia hanya bisa meringis karena lukanya sangat perih terkena alkohol.. "Aww.. pelan - pelan, Nyonya ini sakit." Ringis Zen
"Aduh Sakit ya.. Maaf! Maaf kak." ucap Sanas sambil memelankan gerakan tangannya yang membersihkan pipi Zen.
"Apa kau menghawatirkanku Gadis kecil?" Entah dapat pikiran dari mana ingin sekali Zen menanyakan itu tanpa rasa malu.
"Tentu saja kak, Kau begini karena melindungiku. Terima kasih ya." Jelas Sanas
"Sama - sama, Gadis Kecil." Jawab Zen menyunggingkan senyumannya.
"Akh.. tampan sekali dia kalau tersenyum seperti itu." Gumam Sanas.
"Apa kau bilang aku tampan?" Tanya Zen.
"Akh.. maksud aku, sayang sekali wajah setampan ini harus terkena cakaran srigala betina." Kata Sanas mengelak.
"Ya benar gadis kecil, dia memang srigala betina yang ganas. Tapi aku juga berterima kasih kepadamu, karenamu aku bisa terlepas darinya." Sambung Zen
****
Jam menunjukan pukul 15.00, itu bearti seluruh siswa di pulangkan. Hari pertama masuk di sekolah yang baru menoreh kenangan buruk Sanas bagaimana bisa dia di cap perusak oleh kakak kelasnya padahal ia tidak mengenalnya. Sesampainya di rumah Sanas membersihkan diri lalu berkumpul dengan keluarganya. Hingga Malam tiba Sanas tertidur dengan lelapnya.
Tiga hari lagi adalah hari ulang tahun SMA XX, kelas yang lain sudah mulai latihan untuk pensi, lain halnya dengan kelasnya Sanas yang masih gaduh karena bingung memikirkan harus menampilkan apa. Ya benar saja kelas Sanas terkenal kelas yang paling nakal siswa siswinya tak terkecuali Sanas, bedanya Sanas memiliki otak yang cerdas jadi kenakalannya tertutupi oleh kecerdasaannya.
"Bagaimana ini, kelas kita mau menampilkan apa?" Tanya Rendi.
"Bah.. Kek mana pula kau tanya sama aku? Kau kan tau sendiri, aku pun tak punya bakat apa - apa. Jangankan bakat, Otakku ini tak ada ku rasa." Ujar Gerry
"Yo opo iki rek, kelas kita ini sudah di cap sebagai kelas yang nakal. Masak iya kelas kita tambah di cap lebih jelek lagi." Ujar Tono frustasi.
"Cobalah kau tanya ke ciwi - ciwi tu, siapa tau ada yang punya bakat terpendam." Ujar Leo memberi saran.
" Nanti Kalo Aing kena damprat mereka begimane?" Ujar Rendi cemas.
"Ngga Bakalan, Disana ada Sanas pasti nanti dia bakal meredam suasana. buruan gih" Tambah Leo meyakinkan Rendy.
"Yaudah Gue Coba ya." Kata Rendy meyakinkan diri. Dengan suasani hati yang dag dig dug dor!!! akhirnya ia terpaksa menanyakan kepada teman - teman perempuannya
"Paan." Ketus Citra
"Heh.. Kalem aja dong kaget gua." Ujar Rendy terkejut
"Ada apa Ren? kangen ya?" Tanya kristi ngledek.
"Haluu.." Cibir Rendy
"Ada apa Rend? Tanya Sanas
" Girl's Kalian punya saran ngga buat acara pensi tiga hari lagi?" Tanya Rendy to the point.
"OMG.. Iya gue lupa Rend, Gimana dong guys? Kelas kita itu udah kelas terburuk sepanjang massa. Jangan sampai satu kelas di hukum gara - gara kelas kita ngga menampilkan apa - apa." Ucap Calista seketika menjadi panik.
"Tenang Dulu dong Rek!!! gimana ada yang punya masukan?" Tanya Cindy. Seketika hening dengan pikiran masing - masing
"Mungkin Di sini ada yang bisa Nyanyi sama main gitar?" Tanya Gea
"Gue Bisa Sih, Tapi..." Belum selesai Sanas Berbicara, Pembicaraannya di potong oleh Rendy.
"Oke.. Fiks Sanas Nyanyi sambil main Gitar." Ujar Rendy nylonong pergi meninggalkan sekumpulan ciwi - ciwi.
"Ehh.. Tapi Ren, tunggu!! Ahh ya sudah lah." Gumam Sanas.
"Ternyata Prices kita seorang biduan guys." Ledek Gita.
"Ough.. My Prices kaulah penyelamat kelas kita. Awas ya kalau sampek loe bikin malu gue telanjangin loe di depan umum." ancam Clara, semuanya pun serempak tertawa.
**
Jam Istirahat
Akhirnya yang di tunggu - tunggu datang juga, cacing di perut Sanas susah meronta - ronta lebih ganas dari biasanya.
"Ke kantin yuk." Ajak Sanas
"Kuyy lah My Price." Ujar Gita dengan ekspresi sok imutnya.
"Berani loe tunjukin ekspresi loe yang menjijikan itu, gua gantung loe di tiang bendera." Ketus Calista.
"Ya ilah Nyonya, tu mulut udah kek mercon aja, gue kasih sianida baru tau luh." Balas Gita
"Jadi Ke Kantin Engga?" Tanya Sanas
"Baiklah Nona Manis mari kita ke kantin." Sambung Cindy. Mereka pun pergi ke kantin Calista bertugas memesan makan dan minuman, sedangkan Sanas dan yang lainya menunggu di meja.
"Sstt.. Pangeran Loe Tuh." ujar Santi berbisik di dekat telinga Sanas. Seketika Sanas langsung menoleh ke arah yang di isyaratkan Santi. Benar saja ada Zen dan teman - temannya di sana. Seketika pandangan mereka bertemu, Zen menyinggingkan senlahapnya. Yaallah.. Sungguh sempurna makhluk ciptaanmu." Gumam Sanas dalam hati sembari membalas senyuman Zen.
"Hoee.. Princes Kenapa senyum - senyum sendiri?" gertak calista seketika membuat Sanas terperanjat kaget.
"Kamu itu, seneng ya kalo temenmu ini mati jantungan." Ketus Sanas sambil mengelus dadanya.
"I am Sorry Prices.. gue kan cuma bercandut." Kata Calista merengek.
"Sudah.. Sudah.. Noh mbak Darmi udah bawa pesanan kita." Sambil menunjuk mbak Darmi. Mereka pun Makan dengan lahapnya. Tanpa terasa makanan yang mereka pesan sudah ludes semuanya.
"wait.. Kak Zen jalan kesini guys." Kata Calista. Serentak semua menoleh ke arah Zen duduk.
"Hai Gadis Kecil.. Sudah Selesai makannya?" Tanya Zen sambil tersenyum
"Sudah kak, ada apa ya?" Jawab Sanas dengan santainya.
"Boleh Ikut aku sebentar?" Tanya Zen.
"Mengenai Pensi Hari Minggu." Sambung Zen.
"Ohhhh.." Ucap mereka serentak. Sontak membuat Sanas heran, kenapa teman - temannya bersikap seperti itu.
"Baiklah Kak.. Guys Aku ikut kak Zen dulu ya." Ucap Sanas.
"Yaa.. Baiklah, Selamat bersenang - senang cantik." Ledek Gita sambil mengedipkan matanya.
"Awas.. Kau Gita!!!" Batin Sanas, lalu mengikuti perginya Zen.
****
*Menuju Ruang Musik
Terdapat Ruangan yang cukup luas dengan berbagai macam alat musik. Seketika entah kemana perginya Zen, namun setahu Sanas Zen memang tidak ada di sana. Sanas pun mulai menghidupkan Piano, dan mulai memainkannya. Ia memainkannya dengan lihai, karena sebelum dia pindah ke kota XX dia pernah ikut Les - Les Alat Musik Di Kota KL jadi sudah semestinya jika dia bisa memainkan alat - alat musik termasuk piano. Sesekali ia Menyanyi namun ia tidak memperkeras suaranya, jadi terkesan hanya bisik - bisik. Namun hal itu tidak menutupi kemerduan suaranya.
"Ternyata kamu berbakat juga ya Gadis kecil." Ujar seseorang yang mengagetkan Sanas, tak lain adalah Zen.
"Ehmm.. Kak Zen kau mengagetkanku." ucap Sanas salah tingkah.
"Lanjutkan Gadis Kecil." ujar Zen.
"Ahh.. Tidak kak, kenapa kakak mengajakku ke sini?" Tanya Sanas to the point.
"Ohh yaa.. Kudengar dari ketua kelasmu, kau yang akan mewakili kelasmu ketika pensi nanti. Dia juga bilang bahwa kau membutuhkan Gitar jadi aku sengaja mengajakmu kesini." Jelas Zen
"Ohh.. Harusnya kakak tidak perlu repot - repot, aku akan menggunakan gitarku sendiri." Kata Sanas.
"Ohh.. Benarkah, Ya baiklah kalau begitu." Ujar Zen salah tingkah.
"Tapi Terima Kasih Ya, kakak sudah mengajakku kesini. Aku tidak akan menyia - nyiakanya." Ucap Sanas sambil meraih Gitar yang di pegang Zen. Zen nampak senang,
"Sejak kapan kamu suka bernyanyi?" Tanya Zen.
"Dari kecil aku suka bernyanyi kak, hanya saja aku yang kurang mengembangkannya." Jawab Sanas yang tetap memainkan gitarnya.
"Sayang sekali ya, padahal kamu berbakat malah kamu ngga mau mengembangkannya." Ujar Zen.
"Ya.. Ayahku Melarang keras aku menjadi penyanyi kak, mungkin karena dulu ibuku seorang penyanyi dan ibuku meninggalkan ayahku. jadi ayahku takut kalau sampai hal buruk terjadi padaku." Jawab Sanas Detail.
"Ups.. Maaf aku tidak bermaksud." Ujar Zen
"Hahaha.. Apalah Kau ini kak, aku tidak apa - apa." Ucap Sanas sambil tersenyum.
Setelah selesai latihan di ruang musik Zen mengantarkan Sanas ke Kelasnya. Banyak pasang mata yang menyaksikan mereka berjalan beriringan berdua. Tak sedikit yang berbisik - bisik mengatai sanas cantik Zen ganteng ada juga yang bilang bahwa mereka pasangan serasi, ada juga yang mengatakan bahwa Sanas pelakor.
"Resiko orang cantik memang begitu." Ujar Zen
"Memangnya apa resikonya kak?" Tanya Sanas polos.
"Haii.. gadis kecil ternyata di balik kejeniusanmu terdapat jiwa bodohmu yang luar biasa." Ejek Zen sambil mengacak - acak Rambut Sanas.
"Kak Zen apa - apaan sih." Gerutu Sanas merapikan rambutnya yang berantakan. Tiba - tiba mereka berpapasan dengan Lolita dan Gengnya.
"Hai Zen Sayang, lama kamu tidak menemuiku tenyata kau sedang bersama jala*g ini ya. Bagaimana sudahkah kau berhasil menjalankan misimu?" Tanya Lolita sambil melirik jijik kearah Sanas.
"Lolita Ikut aku." Kata Zen menarik Lolita pergi meninggalkan Sanas. Tinggalah Sanas Sendiri menghadapi Gengnya Lolita.
"Wait.. Mau kemana?" Kata Soraya menghalangi Sanas yang akan melewatinya.
"Maafkan.. Saya Permisi." Ujar Sanas
"Kenapa Buru - Buru, Bermain - mainlah dengan kami sekejap." Kata Sandra menarik kerah baju Sanas.
"Lepaskan!!" Ujar Sanas Sambil menghempaskan tangan sandra.
"Ingat Gadis Jala*g, jangan senang dulu Zen mendekatimu bukan karena suka. Tapi Karena Zen ingin menjadikanmu Mainanya, jika nanti dia sudah mendapatkan apa yang dia inginkan dia akan meninggalkanmu." Gertak Soraya. Namun Sanas tidak mempedulikan mereka, ia bergegas pergi kelasnya.
*Flashback On*
"Lepaskan Zen, Sakit!!" Lolita meringis kesakitan.
"Apa yang kaku lakuhkan Lolita." Tanya Zen
"Kau tidak perlu berpura - pura lagi Zen Aku Tau kau mendekati jala*g itu karena taruhan dengan Bagas, Iyakan?" Cibir Lolita
"Darimana Kamu Tau?" Tanya Zen Heran.
"Sayang.. apa kau lupa siapa aku? Bahkan aku tau apa yang kau inginkan." Ucap Lolita mendekati Zen lalu mengarahkan bibirnya menuju bibir Zen, tampak Zen membalas ciuman Lolita, cukup lama ciuman panas itu terjadi diantara mereka namun Zen segera sadar jika mereka sekarang berada di sekolah.
"Lolita cukup." Ujar Zen
"Ayolah Sayang, aku tau kau menginginkannya." Goda Lolita.
"Kita berada di sekolah sekarang, oke dengar. Nanti malam aku akan datang ke apartemanmu." Sambung Zen
"Oke Sayang.. Aku Akan Menunggumu." Ujar Lolita mengecup Bibir Zen dan berlalu meninggalkan Zen. Berhasil, Batin Lolita.
**Flashback Off**
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!