NovelToon NovelToon

Adakah Bahagia Untukku

PROLOG

"Sekali aku mengenalimu, kamulah pemilik hati ini,forever.." Alex Rayyan.

Seorang pemuda berumur 26 tahun berperawakan tampan dan tinggi lampai bak model, mahasiswa tahun akhir jurusan kedokteran di Oxford university. Anak pertama dari Pak Heru Pradana seorang pengusaha tekstil yang sukses di kota Semarang. Menjadi harapan keluarga untuk meneruskan usaha orangtuanya tapi minat di bidang kedokteran membuat dia nekad menentang keinginan orangtuanya. Sosok lelaki setia dan romantis tapi tegas dalam mengambil keputusan .

Visual Alex Rayyan

"Adakah bahagia itu tersisa untukku,sedang aku tidak memiliki apa-apa, apakah bahagia itu jika semua di ukur dari materi.." Rania Hani.

Dia gadis sederhana berwajah manis dan pekerja keras karena kehidupan yang memaksanya. Takdir yang mengharuskan dia menjadi sosok mandiri dari umur belia. Di tinggalkan ibu tercinta di usia yang relatif muda. Senyum manisnya membuat siapa saja mudah jatuh cinta. Sopan santunnya pasti membuat para ibu tunjuk jari untuk di jadikan menantu buat putranya.

Hidup tanpa seorang ayah dari bayi membuat Rania harus tegar menghadapi hinaan dan cercaan dari orang sekitar. Kerinduan pada sosok seorang ayah hanya di pendam nya saja karena tidak mau melukai hati seorang insan bernama ibu. Takdir yang seolah sedang mempermainkannya pernah menjadikan kehilangan dan menemukan dalam waktu bersamaan. Dalam usianya yang menginjak ke 21 tahun dia harus kehilangan orang yang di cintai dan menemukannya dengan orang yang selama ini di nanti. Seorang ayah yang di rindukan.

Visual Rania Hani

"Abang memang bukan yang pertama, tapi abang ingin jadi yang terakhir buatmu bahagia, terima abang dengan ikhlas hati, buka hatimu untukku, Sayang. Mari melangkah bersama menuju bahagia yang Nia cari, bahagia sampai surga nanti." Harris iskandar.

Pria kelahiran Kuala Lumpur berumur 30 tahun. Ada darah Aceh dan lulusan luar negeri, meneruskan usaha keluarganya yang menetap di Malaysia sekarang. Baru membuka cabang di Indonesia. Pria mapan dalam pekerjaan tapi tidak dalam percintaan, baginya menguruskan projek miliaran lebih mudah di banding memikat seorang gadis idaman. Pria tampan dan dingin itu selalu mengutamakan pekerjaan di atas segalanya.

Visual Harris Iskandar

3 hati yang akan mengisi cerita cinta di sudut kota Jakarta, penuh dengan rasa, menguras banyak emosi. Ada suka , duka juga romantisme, terabaikan, ketidakadilan, trauma, bucin, persahabatan dan dendam.

**********

Cerita ini hanya fiktif belaka, tidak ada kaitan antara yang hidup dan mati. Tempat dan nama perusahaan adalah rekaan semata menurut isi kepala penulis.

Semoga suka dan terhibur ya uols..

Happy reading.

salam sayang

Rosenorhcid

Rumah panti asuhan

Rania POV

"Masih belum makan kamu nak?" tanya bu Ida saat melihat aku yang duduk di meja makan menghadap ke arah luar jendela. Tanpa piring ataupun makanan di hadapanku.

"Bentar lagi bu, masih belum lapar." jawabku masih duduk di kursi meja makan.

"Rania kenapa? ada masalah di sekolah?"

tanya bu Ida sambil mengambilkan piring untukku. Lalu bu Ida membuka kulkas mengeluarkan ayam serta sayur untuk masak menu makan malam nanti.

Aku berdiri dan berjalan ke arah bu ida yang sudah menaruh ayam dan sayur di meja terusan washtafel.

kupeluk bu Ida dari belakang dan ku letakkan daguku di pundak bu Ida .

"Bu Ida, terima kasih sudah izinkan dan beri kesempatan pada Rania untuk menumpang kasih di rumah ini. Jasa bu ida pasti tidak akan bisa Rania balas." ucapku sendu.

"Ngomong apa kamu Rania, ibu sudah anggap kamu anak ibu sendiri."

"Pengorbanan ibu luar biasa untuk kami semua yang ada di rumah ini." ucapku perlahan.

"Ibu hanya memenuhi panggilan hati atas nasib anak anak istimewa seperti kalian, sampai kalian dewasa nanti, kami pengasuh dan para donatur akan terus berusaha untuk membantu kalian sampai jadi orang mapan, ada kerjaan,menikah dan bahagia nantinya."

Kata-kata bu Ida langsung merobek hatiku, adakah bahagia untuk kami ini, insan yang hanya bisa menumpang kasih dan kebaikan dari sesama. Insan yang banyak kurang bahkan jauh sekali dari kasih sayang keluarga, dan sekarang harus berebut perhatian dari para pengasuh di rumah ini hanya untuk mendapat ganti kasih sayang dari orang tua kandung kami.

Aku memeluk bu Ida dari belakang semakin erat, ku sembunyikan isak tangis ku tapi tetap menitik juga butiran air bening dari mata ini. Aku begitu sedih jika di sekolah harus di cibir teman-teman dan di jauhi, hanya karena diri ini tidak sama level dengan mereka. Dan ini yang terjadi, ku tumpahkan sedihku di pelukan Bu Ida.

"Kenapa sayang ? sst ..jangan sedih. Rania gadis cantik bu Ida yang pintar di sekolah, kuat dan sabar. Selalu menjadi tempat adik-adik di sini untuk bermanja, selalu menjadi kakak yang pengertian, kenapa tiba-tiba sedih?". bu Ida berkata sambil berbalik menghadap ku.

Aku memeluk bu Ida dan membenamkan wajahku di pelukannya. Mencari rasa ternyaman dari pelukan seorang Ibu yang ku rindukan.

"Rania cuma kangen dengan almarhumah ibu,"

Bu Ida paling dekat dengan ku di antara 3 pengasuh yang berkerja di rumah panti asuhan ini. Semenjak aku menginjakkan kaki di rumah panti ini, beliau seorang janda berumur sekitar 40an tidak memiliki anak, dan tidak menikah lagi. Tanahnya luas sehingga dia mengajak teman-teman di perusahaan dia bekerja dulu untuk mendirikan sebuah rumah panti asuhan dengan beberapa donatur kuat dari atasan-atasannya di perusahaan tersebut, meskipun bu Ida berstatus janda tanpa anak tapi dia kasihan melihat anak-anak yang masih kecil harus terlantar dan terpaksa meminta minta di lorong lorong tengah kota ini, bu Ida berhenti kerja atas permintaan teman-teman dan para donatur agar bisa fokus menjaga kebutuhan anak anak di panti asuhan ini.

Panti Asuhan Kasih Bunda di bangun diatas tanah wakaf keluarga Bu Ida, berada di tengah kota Semarang dan letaknya sangat strategis, keasriannya masih terjaga, dulu rumah Bu Ida juga ada di sana tapi setelah mendapat persetujuan dari badan pengurus panti, rumah itu kini di ubah Suai dan di sambung menjadi dapur.

Di dapur panti.

"Ada masalah apa Rania?. Cerita sama ibu."

aku mengangkat wajahku yang sudah memerah karena menangis tadi. Ku lepas pelukan bu Ida, beliau mengusap sisa sisa air mataku dengan jarinya .

Aku menggelengkan kepala dan menatap bu Ida memberinya sebuah senyuman untuk melegakan hatinya.

"Tidak ada masalah bu, semua baik baik saja kok. Bu, Rania sangat beruntung menjadi anggota dari rumah panti asuhan ini, terima kasih ya bu, sudah memberi tempat Nia berteduh dari panas dan hujan, serta kerasnya dunia di luar sana". Bu Ida tersenyum.

"Sudah sedihnya?, sekarang makan ya. Pasti kamu lapar kan?."

Di ambilnya piring untuk ku dan di isi nasi sedikit.

"Nanti kalau kurang nambah lagi, ikan dan sayurnya ambil sendiri di sana tu, makan yang kenyang, Ibu keluar sebentar".

Aku mengangguk mematuhi ucapan bu Ida.

Alhamdulillah ya Allah atas kasihmu. Masih mempertemukan dengan orang sebaik Bu Ida dan pengasuh yang lain di rumah ini. Meskipun diantara teman-teman sekolah, aku selalu harus bisa menahan diri ketika inginkan sesuatu, tapi aku tetap bersyukur masih bisa sekolah, makan minum yang cukup, ada tempat untuk berteduh saat panas dan hujan, ada tempat untuk menumpang kasih disini.

Aku mulai makan dengan perlahan di awali dengan bacaan basmallah.

Bismillahirrahmanirrahim.

Ke sekolah

Rania POV

Pagi ini seperti biasa sungguh meriah suasana dalam rumah ini, karena waktu begini semua penghuni rumah ada kesibukan masing masing apalagi ini hari aktif masuk sekolah, disini ada 3 pengasuh. Bu Ida, Bu Mona dan Bu Susi, umur mereka hampir sama hanya Bu Ida yang tinggal di rumah ini karena Bu Mona dan Bu Susi ada keluarga masing-masing, Panti asuhan Kasih Bunda ini memiliki 2 sopir yaitu Pak Dirman suami Bu Susi dan mang Deden adik dari bu Ida yang akan mengantar dan menjemput anak-anak pergi dan pulang sekolah.

Di rumah ini ada 15 anak anak dan aku yang paling besar di sini kelas 3 SMA. Sebenarnya jumlah anak-anak di sini sering berubah-ubah karena ada juga orang tua angkat yang akan mengadopsi anak-anak disini, mereka lebih suka mengadopsi anak dari umur masih bayi sampai umur 5 tahun, aku tidak mendapat orang tua angkat karena waktu masuk kesini usiaku sudah menginjak 11 tahun lebih.

Sudah 7 tahun aku tinggal di sini bersama bu Ida dan adik-adik yang lain, mereka semua sayang dan sudah kuanggap adik-adik ku sendiri karena nasib kami sama tidak memiliki orang tua. Dari dulu aku suka ringan tangan membantu bu Ida apa saja yang bisa kulakukan, kadang memasak juga memandikan adik-adik di sini, aku belajar lebih giat lagi untuk bisa dapat beasiswa masuk kuliah nanti ingin memperoleh pekerjaan yang bagus agar bisa membantu adik-adik di sini nantinya.

"Pak Dirman, nanti tidak usah jemput Rania ya. Soalnya Rania ada kelas tambahan, Alexa mau ngajak pulang bareng."

Ucapku saat aku turun dari mobil yang di bawa pak Dirman.

"Iya nduk.. hati-hati pulangnya ya." Jawab pak Dirman.

"Siap bos." Seloroh ku sambil mengangkat tangan berlagak memberi hormat pada Pak Dirman.

"Cika, Sindy, Noval, Theo dan Rara hati-hati ya di sekolah. Emmuach, sayang kalian semua. Bye bye.." pesanku untuk adik-adik yg ada di mobil akan di antar ke sekolah masing-masing.

"Iya kak Nia." jawab mereka serentak.

"Jangan nakal-nakal ya. Hati-hati Pak Dirman."

tambahku lagi.

Setelah mobil sudah tidak kelihatan, aku melangkah masuk ke gerbang sekolah, kutunggu Alexa datang, teman satu bangkuku itu di depan kelas. Ku lihat dia sudah memasuki gerbang menuju ke kelas kami.

"Hei babe, tumben setia nungguin gue, kangen ya??" Alexa pasang senyum imut di depanku.

"Elu kemana aja sih? bel sudah mau manggil nih" ujar ku pelan.

"Tadi supir gue antar barang titipan papa ke satpam kantor. Jadinya nyamperin ke kantor papa dulu, lambat deh." alasan yang masuk akal.

"Btw Bella siapa yang manggil kita tadi?, perasaan teman gue ngga ada nama Bella deh". ujar Alexa sambil angkat-angkat alisnya , jahil.

Tett teet teeeeet..

"Noh si Bella udah manggil noh." terdengar suara bel berbunyi. Aku menarik tangan alexa masuk ke kelas kami.

Alexa tertawa mengekek di belakangku setelah tahu Bella siapa yang aku maksud.

"Hihi, kirain siapa." aku melihat teman-teman sekelasku sudah memasuki kelas kami termasuk Desna si cewek tajir yang sok seksi dan sok cantik di kelas ini. Cewek yang suka menghina aku. Hinaannya karena aku tidak sama level dengan geng mereka , apalagi setelah dia tahu aku turun di rumah Kasih Bunda. Jelas dia tahu asal usul ku tanpa harus bertanya ke siapapun lagi. Kecemburuannya makin menjadi setelah Alexa lebih memilih aku dari pada Desna sebagai teman sebangkunya. Kok ada cewek tidak punya rasa simpati dengan kesusahan orang lain gitu.

"Nanti setelah kelas tambahan elu mau kemana babe? pulang bareng gue yuk." ucap alexa yang duduk di sebelahku. Aku yang masih sibuk menyelesaikan isian soal di buku latihan, hanya menoleh padanya sekilas, dan melanjutkan lagi mengerjakan latihan soal di buku ku.

"Elu nggak latihan musik? biasanya latihan dulu sebelum pulang." jawabku pelan dan masih belum menoleh padanya.

"Kagak latihan dah. Gue udah ngurangin jam latihan, papa mama larang " jawab Alexa.

"Kaya judul lagu aja lu ngomongnya." tawaku pecah mendengar jawaban Alexa.

"Kan mau dekat ujian babe, jadi papa suruh fokus di pelajaran dulu."

"Oo, I see." ujar ku ringkas.

Di kelas ku, aku paling akrab dengan Alexa, karena hanya dia yang mau berteman denganku ikhlas tanpa memandang status sosial ku. Meskipun dia tahu banget siapa aku dan dari mana asal usul ku, tapi dia ikhlas dan kami berteman dari kami kelas 2 SMA. Dulu dia tidak kenal aku karena kami tidak sekelas waktu kami kelas 1 SMA.

Asal mula aku berteman dengan Alexa karena kejadian di awal kelas 2 dulu.

Flashback

Saat pulang sekolah Alexa menunggu supir pribadi papanya datang untuk menjemputnya dari tempatnya latihan. Dari jauh ku lihat dua remaja tanggung yang biasa ngamen di lampu merah mengganggu Alexa. Mereka hendak merebut tas sekolah Alexa. Entah apa yang mau diambil. Aku yang berpakaian biasa dan sudah tidak berseragam lagi waktu itu baru pulang dari membeli tepung untuk Bu Ida membuat kue.

Aku berlari kearah Alexa yang masih melakukan aksi tarik menarik tasnya dengan dua anak itu.

"Hoi lepasin !! Kalau kalian masih mengganggu teman gue, Gue bilangin ke Bang Bento baru tahu rasa kalian." Aku berteriak dengan keras dan berani. Benar dugaan ku, setelah mendengar nama Bang Bento kedua anak jalanan itu segera melepaskan tas Alexa. Cewek berseragam abu putih itu berdiri di sebelahku. Matanya merah mau menangis. Ku tepuk bahunya supaya tenang.

"Ra, elo kenal cewek sombong ini?" Tanya si Eko. Rupanya Eko yang buat masalah tadi.

"Kenal lah. Dia teman sekolah gue".

"Dia sombong Ra, di mintai nomor hp aja ngga mau."

"Emang elo ada hp mau tlp dia?". Aku bertanya pada Eko.

"Bohong! tadi mereka mau malak gue. Sudah gue bilang gue kehabisan uang jajan malah narik tas gue tidak percaya."

Adu Alexa padaku .

"Ya nggak percaya lah. Kita sering lihat dia di antar jemput pakai mobil mahal. Masa iya bisa kehabisan uang saku." sanggah si Doni teman ngamennya Eko.

"Kalian pikir orang kaya senantiasa ada uang di saku?" Eko dan Doni menggeleng kepala tanda tidak tahu.

"Maaf deh, kita ngga ganggu dia lagi."

"Gue pegang janji elo berdua." dengan berani aku menunjuk wajah mereka bergantian.

Setelah kepergian kedua preman amatiran itu aku menawarkan diri menemani Alexa sampai supirnya datang nanti.

"Thanks ya, elo sudah bantuin gue tadi."

"Iya sama-sama." Alexa menatapku heran. Aku mengerti maksud tatapannya itu. Pasti di pikirnya aku ini preman juga seperti mereka.

"Jangan nilai buku hanya dari sampulnya."

Alexa tersenyum dan mengangguk.

Flashback off

TBC

***

Sorry hambar, masih belum ada rasanya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!