NovelToon NovelToon

Kutukan Yang Dipatahkan Oleh Takdir

Antara dunia manusia dan dunia vampir

~ Dunia Manusia

Elena Adriana adalah tokoh utama di cerita ini, biasa dipanggil Elena, Ia dilahirkan dan dibesarkan oleh kedua orang tuanya di kota jakarta selatan. Elena memiliki postur tubuh yang tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu pendek. Dari segi Ekonomi Elena tidak terlalu kaya tetapi kebutuhan tercukupi. Seseorang yang cantik, ceria, dan keras kepala namun memiliki hati yang tulus. Elena memiliki rambut lurus yang berwarna hitam legam, paras wajah yang cantik tak kalah dari wajah Aurora di putri disney wkwkwk.

Arka Rafhardan adalah adik dari Elena, Arka pertama kali bernafas di dunia ini pada tanggal 20 November. Arka memiliki wajah yang tampan, rambut hitam legam yang terlihat rapi serta kulit putih, ia memiliki alis tebal yang membuat ciwi ciwi meleleh. Arka adalah anak kesayangan orang tuanya jadi hidup Arka penuh warna warni, memiliki sifat jail, selalu banyak tingkah, semacam anak Mamih wkwkwk.

Ayra Anandhita adalah anak dari pemilik sekolah SMA Nusa Bhakti, jadi tak heran jika Ayra yang merajai di kelas 12 Mipa1. Ayra berasal dari keluarga yang kaya raya, ketika papahnya bertugas di Thailand, ia lahir di muka bumi ini pada tanggal 20 November, sayangnya Ibunda Ayra tidak tertolong disaat melahirkan Ayra, ia hanya hidup bersama papahnya seorang. Ayra cantik, keras kepala, centil namun memiliki otak yang cerdas, cukup famous di SMA Nusa Bhakti.

Alina Thalita gadis cantik ini merupakan sahabat Ayra dari kelas 10 SMA, mereka sama sama dari anak orang kaya. Panggil aja Alin, cewek tomboy, dan banyak tingkah yang suka makan tapi badannya gak ada reaksi apa apa, masih kurus seperti biasanya. Alin memiliki rambut yang keriting, bulu mata yang lentik, dan wajah yang imut.

Zahwa Adelia, panggil aja Adel. Adel adalah sahabat Ayra sejak kelas 10 SMA, mereka bertiga seperti saudara kandung yang berbeda ayah dan ibu. Adel lahir pada tanggal 7 Maret, Adel memiliki rambut yang panjang lurus dan hitam legam, cantik pinter dan cukup famous di SMA Nusa Bhakti.

~Dunia Vampir Kerajaan Hyluera

Merupakan kerajaan terbesar di dunia Vampir, yang dipimpin oleh Seorang Raja Erlangga yang bijaksana nan gagah perkasa, ia memiliki kemampuan melihat masa depan semua mahluk yang ia temui namun ia tidak bisa melihat masa depan kedua anak kandungnya sendiri yaitu Arthan dan Arthur, Raja Erlangga didampingi oleh Permaisurinya yaitu Ratu Moona, ia memiliki sifat pemberani namun lemah lembut bak seorang bidadari, sebagai pelengkap keluarga, mereka dikaruniai dua orang putra yang bernama Arthan Adyastha dan Arthur Adyastha, Pangeran Arthan, ia memiliki kekuatan yang sangat dahsyat, bahkan Kaisar pun mengakuinya sendiri bahwa Putranya lebih hebat darinya, Arthan memiliki sifat jail, keras kepala, pemarah, sedangkan Arthur memiliki kemampuan diluar batas mahluk vampir, bisa dibilang mempunyai kelainan tetapi ini lah yang membuat Arthur memiliki kekuatan yang sempurna, ia bisa membaca pikiran manusia hanya dengan menatapnya saja, tampan, berani, cool boy, namun yang disayangkan Arthur memiliki sifat yang sangat acuh pada keadaan, ia tidak peduli pada semua vampir-vampir di sekelilingnya termasuk gadis vampir yang menyukainya, ia hanya peduli pada Ayah, ibundanya, Kakaknya dan calon permaisurinya yaitu Putri Zeyy Chandrawinata dari kerajaan Chearlotte.

Kerajaan Gangnaam adalah Kerajaan yang dipimpin oleh Penyihir Vane, ia adalah penyihir terkejam di dunia Vampir, seseorang yang sadis nan kejam, ia memiliki putri yang cantik nan jelita bernama Sasha, seseorang yang cantik, pemalu namun memiliki hati yang tulus, apapun akan ia lakukan untuk putri kesayangannya, Penyihir Vane masih belum berdamai dengan kerajaan Hyluera, Raja Erlangga adalah musuh bebuyutan Penyihir Vane, ia memiliki dendam pribadi pada pemimpin kerajaan Hyluera.

Kemping

Kringg kringg...

Alarm Elena berbunyi tepat dipukul 05:30

Elena mengambil alarm itu lalu mematikannya dengan mata yang masih kantuk.

Elena kembali menutupi tubuhnya termasuk kepala dengan selimutnya yang lembut itu.

Tiba tiba Reni membuka pintu kamar Elena dengan kasar.

Brakkk

Elena terlonjak kaget, ia langsung membuka selimut dengan kedua tanga nya itu.

"Elena bangun!" Reni masuk ke dalam kamar Elena dan segera menarik selimutnya.

"Hnggh, belum sejam…" keluh Elena dengan mata yang tertutup rapat akibat terkena sinar matahari yang sangat keras menyapa melalui jendela kamar.

Tiba tiba Elena teringat soal kemping, SMA Nusa Bhakti hari ini mengadakan perkemahan di luar sekolah tepatnya di hutan Himalaya yang diadakan setiap tahunnya.

"Bangun" Reni menarik selimutnya sekali lagi membuat Elena kembali terbaring dengan kepala tertunduk. Wajah Elena terlihat capek sekali, hari ini akan banyak sekali aktivitas yang membuatnya tidak tenang, mengingat banyak sekali kegiatan luar ruangan yang akan dijalankan.

Elena langsung bangkit dan duduk diatas tempat tidur nya lalu mengumpulkan nyawanya terlebih dahulu.

"Liat noh si Arka adik kamu udah bangun dari tadi" kata Reni membanding bandingan Arka dengan Elena.

Elena membuang nafasnya dengan kasar.

"Mmm, ya ya aku akan bangun" Elena menghela nafasnya, ia benar benar tidak memiliki mood hari ini untuk melakukan kemping. Tapi dia pikir mungkin nanti semua akan lancar dengan baik.

Bodoamat mau bangun apa kaga bukan urusan gua, Batin Elena.

Reni pergi meninggalkan kamar Elena.

Di Rumah ini Elena bagaikan anak tiri, Reni tidak menginginkan mempunyai anak perempuan, tetapi takdir berkata lain, Reni melahirkan anak pertama berjenis kelamin perempuan, dan anak keduanya berjenis kelamin laki-laki, itu adalah sebuah kebahagiaan yang ia harapkan, karena itulah Reni selalu pilih kasih terhadap kedua anaknya.

Tetapi semua itu tidak membuat Elena menyerah, ia harus meneruskan hidupnya yang pahit ini lalu segera lulus sekolah kemudian pergi meninggalkan rumah bak neraka ini.

Hampir setengah jam Elena menyiapkan barang barang yang ingin ia bawa akhirnya selesai juga.

Elena melirik jam tangannya ternyata sudah pukul 06:10, ia menuruni anak tangga sambil mengedarkan pandangannya.

Elena keluar kamar membawa tasnya setelah selesai menyusun barang barang yang ia bawa untuk kemping. Reni yang sedang menyuruh Arka turun terburu buru kembali masuk ke dalam kamarnya membuat Elena hanya diam saja.

Dia turun dari atas menuju ke meja tengah di mana sudah ada semua anggota keluarga bersiap untuk turun menuju sekolah.

Elena melihat di meja makan hanya ada satu roti yang sudah disiapkan oleh Reni untuk Arka anak kesayangannya.

"Sayang rotinya udah mamah siapin di meja makan yaa" teriak Reni dari dapur.

"Iya Mah" sahut Arka sambil berjalan menuju ke meja makan.

Setelah itu Arka duduk dan memakan roti yang diolesi coklat di atasnya.

Arka yang sudah duduk di kursinya hanya tertawa renyah mendengarnya, Elena hanya diam saja. Ia hanya mampu menyengir saja melihat bagaimana Reni selalu bersikap lebih baik kepada Arka, membuat Elena sangat kesal mendengarnya.

Sedangkan Elena memutuskan untuk langsung pergi ke sekolah tanpa sarapan seperti biasa.

SMA NUSA BHAKTI

"Perhatian untuk seluruh peserta kemping berkumpul dilapangan bola basket" ujar Pita dengan tegas.

Para peserta kemping berkumpul secara rapi di lapangan bola basket, masing-masing membawa barang barang untuk kemping masing-masing. Para panitia kemping berusaha menyajikan terbaiknya untuk membuat kemping kali ini berjalan lancar tanpa masalah.

"Baris sesuai kelas!" seru Pak Erhan selaku pembina kemping. Erhan guru yang mengampu mapel Seni budaya memiliki paras wajah yang tampan dan sekaligus primadona di SMA Nusa Bhakti ini.

Ya ampun suami gue hari ini ganteng banget mo nangis huaaaaa

Emang boleh se ganteng ini?

Pak Erhan kalo pake seragam Pramuka beuhhh damage nya ga ngotak

Bla bla bla... masih banyak celotehan dari siswi siswi yang terpesona dengan pak Erhan.

"Cek 1 2 3" Pak Erhan menepuk nepuk mic yang ada di tangan kanannya itu.

Para siswa yang sebelumnya hanya mengobrol sendiri kini kembali tenang akibat tekanan Pak Erhan untuk membuat semua siswa berdiri bersopan santun. Namun, beberapa siswa seperti Adel tidak bisa menahan diri untuk kembali mengobrol dengan temannya.

"Bapak ucapkan selamat datang kepada kalian semua di acara kemping ini, bapak harap kalian bisa mengikuti acara ini dengan baik dan tertib, tolong patuhi bimbingan dari kakak-kakak panitia di sini karena untuk kebaikan kalian, hanya itu yang bapak sampaikan terimakasih atas perhatiannya" seru Pak Erhan.

"Oke adik-adik untuk kelompoknya sudah bisa kalian lihat dipapan samping saya setelah ini, dan kalian bisa langsung memasuki bus sesuai dengan kelas masing masing" pesan Reyn sang ketua panitia kemping.

Setelah arahan dari panitia semua siswa membubarkan diri dan berhamburan menuju papan untuk melihat anggota kelompoknya masing masing.

"Kita bertiga satu kelompok kan??" tanya Adel penasaran.

"Pastinya dong, tapi di kelompok kita ada Elena gimana dong?" jawab Alin melirik ke arah Adel.

"Kita bully abis abisan" usul Ayra dengan ekspresi bak psikopat.

"Boleh juga" Adel mengulas seringai membuat Alin dan Ayra hanya tertawa saja mendengarnya.

"Bagus, nanti kita bully abis abisan itu cupu" sahut Ayra membuat Adel tertawa kembali mendengarnya.

"Yaudah yuk masuk ke bus, yang penting kita udah tau kelompoknya siapa aja"

Kemudian para murid masuk ke bus nya masing masing.

Di perjalanan

Sudah 1 jam lebih di perjalanan, semua peserta kemping mulai bosan.

Para murid kini sudah bosan dalam perjalanan yang sangat panjang untuk menuju ke hutan Himalaya, beberapa dari mereka kini sudah berusaha untuk tertidur untuk membuat waktu semakin cepat berlalu.

"Nah semuanya murid bapak yang bapak cintai dan banggakan, kita udah sampe di tempat tujuan" ujar Pak Umar selaku panitia kemping dengan tiba tiba yang membuat muridnya mengarah ke sumber suara.

"Eh ini kok tempatnya kayak Rest Area?" tanya Gina dengan wajah yang penasaran, ia tidak percaya.

"Iya kamu betul ini Rest Area, kita makan dulu setelah itu berangkat dengan jalan kaki, nanti bapak bagikan petanya" jelas pak Umar yang tidak sengaja mendengar pertanyaan dari Gina.

"Apaaa??" semua murid tidak percaya.

"Iya muridku" jawab Pak Umar sambil tersenyum manis.

"Gila, jalan kaki lagi? Ini jauh mana jalan kaki lagi!" Adel protes kepada Alin yang kini hanya tertawa mendengarnya.

"Kecil banget!" Ayra menggerutu kesal dengan fakta tersebut. Ia dan Alin kini hanya duduk duduk saja di dalam bus dengan wajah kesal akibat informasi dari pak Umar.

"Aneh banget," tanya Alin kepada Ayra yang kini hanya mengedikkan bahunya.

Semua keluh kesal terucap di mulut para murid.

"Udah udah gak usah sedih... kita turun terus makan. Pasti udah pada laper kan?" ajak Pak Umar yang sudah bergegas turun ke bawah.

Para siswa yang sebelumnya mengeluh akibat perintah dari pak Umar kini berusaha untuk tetap bergerak mengikuti langkah dari anggota panitia. Mereka kini turun dari bus dengan kepala tertunduk, beberapa dari mereka mengerang kesal akibat fakta mereka nanti akan jalan kaki.

Seluruh peserta kemping beristirahat sejenak di Rest Area, mereka duduk di kursi yang sudah disediakan.

Sedangkan di kelompok Ayra yang duduk di meja sebelah Elena sepertinya sedang membicarakan hal yang sangat penting.

"Eh guys gue punya ide" ujar Ayra tiba tiba yang membuat Alin dan Adel melirik ke arahnya.

"Apa??" tanya Alin dengan wajah yang penasaran.

"Sini sini" bisik Ayra lalu Alin dan Adel langsung merapat dengan sendirinya.

"Gue butuh bantuan lo Lin" ucap Ayra menatap Alin sekilas.

"Oke gue siap" sahut Alin dengan wajah penuh semangat.

"Gak tau kenapa gue benci banget sama Elena dan gue mau bocah cupu itu lenyap dari muka bumi ini" gumam Ayra yang sudah memasang wajah sadis.

"Maksud lo mati gitu?" tanya Adel dengan wajah sedikit takut.

"Betul" sahut Ayra dengan wajah tak tertandingi.

"Sialan, gue takutnya nanti kita ketahuan pak Umar gimana?" tanya Adel dengan tatapan khawatir.

"Gile lo" gumam Adel yang kini hanya mampu tertawa. Ia tidak menyangkal perkataan Ayra mengenai Elena yang sangat bodoh dan selalu nurut menurut kemauan dari ketiga pelaku bullying tersebut.

"Ihh Ay, lo sadis banget jan gitu Ay kasian anak orang" ujar Alin dengan ekspresi takut. Ia berpikir nantinya mereka bertiga masuk penjara.

"Bodoamat"

"Terus lo punya ide apa Ay?" sambung Adel yang penasaran dengan ide Ayra

"Jadi gini, ni hutan pasti luas banget kan, nahh ini kesempatan kita buat tinggalin Elena di tengah hutan tanpa peta" jelas Ayra menatap Alin dan Adel satu persatu.

"Caranya gimana Ay?" tanya Alin dengan wajah yang sangat penasaran.

"Pura puranya lo mau cari barang jatoh di hutan terus minta dianterin sama Elena" sahut Ayra menatap mata Alin.

"Btw ide lo lumayan Ay" sahut Adel yang kini hanya mampu mengangguk setuju dengan ide dari Ayra tersebut.

"Ya kali dia bakal nolak" tawanya Alin yang kini sudah berhasil menyetujui tindakan yang dilakukan oleh kedua temannya tersebut.

"Lo tau kan Elena se bodoh apa? Dan se nurut apa sama kita? Ya pasti mau lah, ya kali dia nolak" jawab Ayra memasang wajah sadisnya itu.

"Tapi nanti kalo si cupu itu ngadu ke wali kelas gimana?" tanya Adel dengan wajah yang takut.

"Gak usah di pikirin. Itu masalah belakangan" jawab Ayra dengan ekspresi santai.

"Oke deh" ucap Adel merasa lega.

...*******...

2 Jam kemudian...

Semua murid sudah mulai bosan di Rest Area.

"Cek 1 2 3" ucap Pak Erhan yang sedang mengecek mic terlebih dahulu.

"Perhatian semuanya untuk seluruh siswa kita akan segera berangkat ke tempat tujuan. Persiapkan tas kalian" ujar Pak Erhan dengan suara kerasnya itu.

Para siswa yang sebelumnya sedang duduk di kursi kini segera bergerak untuk mengambil tas dari dalam bus, beberapa siswa bahkan saling bersaing untuk yang pertama dalam mengambil tas sendiri.

Setelah semua siswa berhasil mengambil tasnya masing masing, akan tetapi satu siswi tertentu masih belum turun dari atas bus sehingga belum berhasil mengambil tasnya sendiri yaitu Elena nya sendiri.

Setelah mengambil tas nya masing masing para murid di perintahkan untuk berkumpul.

Seluruh siswa kini berada di bawah terik matahari yang sangat menyengat, membuat hampir semua siswa berkeringat akibat terkena panasnya matahari. Pak Erhan kini sedang memulai memberikan petunjuk kepada setiap siswa sebelum berjalan kaki.

Kemudian para murid berkumpul lalu Pak Erhan menghampiri murid muridnya itu.

"Oke, Bapak bagikan peta untuk kalian agar tidak tersesat. Tolong ikuti arah peta ini, jalan sesuai kelompok. Nanti kita akan sampai di tempat yang indah nan cantik. Semuanya sudah siap?" tutur Pak Erhan kepada murid muridnya.

"Sudah pak..." jawab seluruh murid secara bersamaan.

"Bapak peringatkan kembali, jalan sesuai kelompok. Tidak menerima protes" sambung Pak Erhan sembari mengedarkan pandangannya.

Kemudian para murid dan guru pendamping mulai mengikuti arah jalan yang ada di peta.

Mereka mulai memasuki hutan.

Suasana dalam perjalanan berjalan kaki cukup hening, hanya beberapa siswa saja yang berusaha untuk bercengkrama dengan temannya sendiri selama perjalanan berjalan kaki tersebut.

Beberapa siswa mulai menyeberang sungai menggunakan batu yang ada di dalam sungai tersebut setelah melalui jalan kaki yang panjang akibat tertimpa terik oleh sinar matahari. Namun, saat akan menyeberang salah satu siswa secara tidak sengaja kehilangan keseimbangan sehingga jatuh kepala pertama dalam sungai tersebut, membuat beberapa siswa terkejut oleh kejadian tersebut.

"Hoi! Bisa berdiri engga!?" tanya salah satu siswa saat melihat siswa yang jatuh ke sungai tersebut. Namun, sang siswa yang tertabrak air akibat kepala pertama tersebut kini tampak tidak bisa berdiri sehingga membutuhkan bantuan dari siswanya.

Beberapa siswa segera memberikan bantuan kepada sang siswa yang kini tidak bisa berdiri akibat jatuh kepala pertama. Kegiatan jalan kaki tersebut kini sempat tertunda beberapa saat akibat kejadian tersebut.

1 jam kemudian....

Guru pendamping dan para murid masih berjalan

Di hutan mulai kelihatan indah, bersih dan terawat.

Beberapa siswa yang kini masih dalam perjalanan jalan kaki mulai terbawa suasana dengan keindahan hutan tersebut sehingga beberapa dari mereka mulai bersenang senang dalam perjalanan panjang tersebut. Beberapa siswa mulai berfoto selfie dengan latar belakang keindahan hutan tersebut.

"Wihh keren ni hutan bagus banget, bersih udaranya seger jadi nyaman" ucap Hana yang terkagum-kagum dengan keindahan hutan ini.

Memang hutan ini sangat bersih dan indah.

"Iyah betul Han. Gak ada rasa takut di benak gue, kan aneh" jawab Wina yang berada disamping Hana merasakan hal yang sama.

Diperjalanan guru pendamping memutuskan untuk istirahat sejenak.

Setelah istirahat guru pendamping dan Para murid melanjutkan perjalanannya menuju ke tempat tujuan.

Hutan Himalaya

Para murid dan guru pendamping disambut dengan pemandangan yang sangat indah.

"Wahh bagus bangett, gue gak pernah liat pemandangan sebagus ini" ujar Elena sembari mengedarkan pandangannya.

"Kasian si Lo ga pernah diajak jalan jalan Ama ortu, liat pemandangan gini aja udah seneng banget" cibir Ayra sombong.

Elena pura pura tak mendengar ucapan temannya itu.

Semua murid terpesona dengan keindahan pemandangan ini.

Panas terik matahari seolah lenyap akibat keindahan hutan tersebut. Beberapa siswa yang kini sudah sampai di tempat tujuan mulai menikmat pemandangan tersebut dengan kepala terangkat ke atas, beberapa siswa lainnya mengabadikan keindahan tersebut melalui kamera hape masing masing.

"Perhatian semuanya... sekarang kalian kerja sama membuat tenda dengan kelompok masing masing" tutur Pak Umar dengan suara kerasnya.

"Siapp pakk" jawab para murid secara bersamaan.

Kemudian para murid sibuk membuat tendanya masing masing.

1 jam kemudian...

Kini semua murid selesai membuat tendanya masing masing.

Para siswa kini sudah menyelesaikan membuat tendanya masing masing dan langsung duduk duduk serta berbaring di sekitar tendanya masing masing dengan perasaan sangat lelah akibat perjalanan panjang jalan kaki sebelumnya.

"Perhatian semuanya... kalian boleh istirahat dulu. Sudah kami siapkan kamar mandi mini di ujung sana" tunjuk Pak Umar di pojok kanan dengan jari telunjuknya itu.

Semua murid dan guru pendamping istirahat.

Pukul 19:04

Hari sudah mulai gelap guru pendamping membuat api unggun kecil ditengah lingkaran tenda. Udara di sini cukup dingin, semua murid duduk mengelilingi api unggun kecil itu termasuk guru pendampingnya juga.

"Ayy gue gak sabar" bisik Alin yang berada di samping Ayra.

"Husstt" Ayra menatap mata Alin tajam.

Sedangkan Alin menjawabnya dengan anggukan yang artinya iya.

"Lo yakin rencana ini bakal berhasil?" tanya Adel tiba tiba.

Ayra melirik Adel sinis.

"Lo ga percaya Ama gue?" tanya balik Ayra pada Adel.

"Bukan, bukannya ga percaya tapi ini soal nyawa Ay, Lo yakin se tega itu sama dia?" jawab Adel yang masih memiliki rasa kemanusiaan.

"Ya kali gue se tega itu sampe nyawa si gobl*k itu gue ambil aja" sahut Ayra yang kini sudah bergelimpangan di atas tanah akibat kurang tidur akibat jalan kaki sebelumnya.

"Logikanya gini del, pasti tu bocah ga bakalan diem aja di tengah hutan, pasti dia cari pertolongan kesana kemari" sela Alin dengan menatap mata Adel.

"Lo kira gue bodoh? Gue juga paham, ga selamanya Elena di tengah hutan, dan ga mungkin MATI juga di tengah hutan, kalo semisal dia ga balik ke dunia ini ya bersyukur banget gue, semisal dia bisa pulang dengan selamat ya kita bully lagi seperti biasa" jelas Ayra panjang lebar.

"Jadi? Tujuan dari rencana kita itu apa Ay??" Alin menaikkan satu alisnya dengan penasaran.

"Ya semacam peringatan aja buat dia" jawab Ayra datar.

"Cape-cape gue nganterin Elena ke tengah hutan cuma buat peringatan dia aja?" Alin mulai kesal dengan Ayra.

"Ya terus Lo maunya gimana? Mau sekalian Lo abisin Elena di tengah hutan gitu?"

Adel yang merinding mendengar itu langsung menoleh ke arah Ayra.

"Sadis Lo Ay" tambah Adel.

"Gak, gak tega gue kalo bunuh anak orang, gue ikut rencana Lo yang tadi aja hehe" tolak Alin sembari tertawa kikuk pada Ayra.

"Dasar" cibir Ayra dengan melirik Alin sinis.

Sebuah kain hitam

Pukul 21:40

Hari mulai gelap gulita, para peserta kemping mendapatkan waktu untuk istirahat dan mempersiapkan diri untuk besok. Sedangkan di tenda Ayra sibuk menyusun rencana untuk menjebak Elena di tengah hutan.

"Ayra" panggil Alin tiba tiba yang membuat Ayra menoleh ke arahnya.

"Kenapa?"

"Lo beneran yakin sama rencana ni? lo siap apa akibatnya kalo berhasil?" tanya Adel dengan tatapan khawatir untuk Alin.

"Ya udah sih, gue yakin banget kali ini. Lo sendiri belum apa apa kok takut banget" sahut Ayra dengan wajah yang yakin akan berhasilnya tindakan tersebut.

"Rencana kita ga jadi kan" gerutu Alin dengan wajah yang sangat kesal.

"Jadi, ini kesempatan kita buat celakain si cupu itu" sahut Ayra dengan memasang wajah sadisnya itu.

"Okeh, sekarang" ucap Alin beranjak pergi dari tenda.

"Alin" panggil Adel tiba tiba yang membuat Alin berhenti dan menoleh ke arah Adel.

"Apa lagi?" jawab Alin datar.

"Semangat cayangkuu" kata Adel dengan ekspresi yang dibuat buat, wajah Adel terlihat imut.

"Udah cepet sana" gumam Ayra yang merasa risih dengan tingkah laku Adel.

Alin berjalan cepat menuju ke tenda Elena, ia tak sabar ingin menyesatkan Elena di tengah Hutan.

Sesampainya di tenda Elena, Alin langsung memanggil Elena dengan suara cemprengnya itu.

"Elenaaa!"

"Elenaa" panggil Alin lagi.

"Elenaa" Alin sudah memanggil Elena 3 kali tetapi Elena belum menampakan batang hidungnya.

Tak lama kemudian Elena keluar dari tendanya.

Elena terlihat kelihatan kesal akibat terbangunkan dari tidurnya tengah malam akibat panggilan dari Alin tersebut.

"Kenapa Lin?" tanya Elena penasaran.

"Emmm, gue mau minta tolong anterin gue cari buku gue yang jatoh di sana" tunjuk Alin ke arah hutan dengan jari telunjuknya.

"Kalo besok aja gimana?" protes Elena dengan nada pelan, ia merasa takut karena di hutan sangat gelap.

"Gak bisa. Harus sekarang buku itu penting banget bagi gue" desak Alin dengan memasang wajah yang memelas.

"Yaudah, ayo gue anterin. Eh bentar gue ambil peta dulu" kata Elena beranjak pergi tetapi tangannya langsung ditahan.

Elena kini sudah akan pergi untuk mengambil peta dari dalam tendanya sendiri sebelum tangannya tiba tiba ditahan oleh tangan Alin sehingga membuat Elena menjadi keheranan.

"Gak usah, gue udah bawa" tolak Alin langsung menarik tangan Elena.

"Owh yaudah"

Elena berhenti sejenak.

"Lin bentar ya. Gue lupa bawa HP buat senter" ujar Elena yang beranjak pergi ke tendanya tetapi tangannya ditahan lagi oleh Alin.

"Gak perlu, liat deh ada bulan purnama udah cukup terang" jelas Alin menunjuk bulan purnama dengan jari telunjuknya itu.

Elena melihat ke arah yang ditunjukan oleh Alin.

"Iyah juga sih, yaudah deh" ucap Elena pasrah.

Elena hanya berniat untuk menolong Alin, dan tak berpikir bahwa Alin akan mencelakainya, lalu mereka melanjutkan perjalanannya untuk mencari buku milik Alin.

"Eh kayaknya buku gue jatoh di sana. Lo pergi kesana terus gue cari disekitaran sini. Buku gue itu warnanya maroon" usul Alin dengan menatap Elena sekilas.

"Gue?" tanya Elena menatap mata Alin tak percaya.

"Iyalah siapa lagi kalo bukan lo" jawab Alin dingin.

"Tapi gue takut Lin. Itu gelap" tolak Elena dengan wajah sedikit takut.

"Apasih penakut banget. Emang dari sini keliatannya itu gelap tapi kalo udah sampe, di sana bakal terang karna ada cahaya bulan purnama El" jelas Alin menatap mata Elena.

"Yaudah gue ke sana, tapi jangan di tinggal" kata Elena menahan rasa takutnya itu.

"Engga" gumam Alin mendorong tubuh Elena dengan kasar.

Lalu Elena mulai berjalan dengan terpaksa, ia harus melawan rasa takut ini.

"Cepet Elena" gerutu Alin.

Alin mulai berakting mencari bukunya yang hilang.

Elena terus berjalan sambil melihat kebawah, ia berusaha semaksimal mungkin agar menemukan buku yang berwarna maroon itu, tanpa ia sadari ternyata sudah berjalan cukup jauh.

Alin melirik ke arah Elena dan ternyata Elena sudah tidak ada.

Elena yang kini sedang mencari buku maroon tersebut akibat perintah dari Alin, tidak menyadari jika dia sudah berada cukup jauh sehingga membuat Alin sedikit panik mencari keberadaan Elena akibat Elena sudah kehilangan diri di dalam hutan tersebut, berarti rencananya berjalan dengan mulus.

"Elenaaa!!" teriak Alin dengan suara keras, tetapi tidak ada jawaban dari Elena.

"Gue harus cepet cepet lari" Alin mengedarkan pandangannya mencari keberadaan Elena tetapi ia tidak menemukan sosok Elena.

Tak berpikir panjang Alin langsung berlari secepat mungkin yang ia bisa.

Pov Elena

Elena sudah mulai lelah mencari buku yang hilang milik Alin. Ia belum menemukannya, Elena menoleh ke arah Alin dan ternyata hanya pohon-pohon besar dilihatnya.

"Alin??" panggil Elena yang masih tidak percaya, ia tersesat di hutan ini sendirian.

Elena mulai merasakan ketakutan akibat sudah tersesat sendirian di hutan tersebut sehingga Elena sangat berharap jika Alin datang untuk menyelamatkannya.

"Alinn!!!" jerit Elena dengan suara keras.

Tak ada satupun orang yang menjawab.

Sudah beberapa kali Elena memanggil Alin tetapi tidak ada jawaban.

"Alinn!! Di mana sih Alin?" teriak Elena dengan kerasnya berharap jika Alin mendengar panggilannya sehingga membuat Alin lebih cepat untuk mencari keberadaan Elena.

"Aliiinnnnnnn....." keluh Elena menahan tangisannya itu.

"Lo tega banget sama gue" rintih Elena yang sudah meneteskan air matanya.

Elena kini sudah mulai untuk merasakan semua rasa frustasi akibat sudah tersesat sendirian di tengah hutan akibat Alin, Elena kini mulai duduk di bawah pohon besar tersebut sehingga terlihat sangat kelelahan akibat telah berjalan sebelumnya untuk mencari buku milik Alin sebelumnya.

Elena terus menangis sampai nafasnya tersengal sengal, ia baru menyadarinya bahwa teman busuknya itu hanya ingin membuatnya tersesat di hutan sendirian.

"Gue salah apa sih sama lo?? Apa gue pernah jahat sama lo? Pernah?? Engga kan, bahkan gue berniat bantuin Lo cari buku itu, tapi apa balesan Lo ke gue?? Lo jahat Lin, gue benci!!"

"Gue benci manusia di dunia ini, gue benci, sekalian aja disini gue dimakan binatang buas biar sekalian mati aja, dari pada hidup!!"

Elena merasa nyeri di dadanya, Elena terus menangis sampai ter sendu-sendu.

Elena kini mulai untuk kembali tenggelam dalam duka akibat tersesat di dalam hutan tersebut akibat Alin. Elena kini mulai berharap jika Alin datang untuk membongkar semua tindakannya tersebut sehingga membuatnya berharap keberadaan Alin datang segera.

Tak lama kemudian kepala Elena mulai terasa sangat pening akibat sudah sangat kelelahan akibat tersesat sendirian di tengah hutan tersebut sehingga membuatnya menjadi sangat ingin tidur akibat kecapekan akibat lari sebelumnya.

Kemping-1

Semua siswa sudah bangun dari tidurnya bahkan ada juga yang tidak tidur semalaman.

"Perhatian untuk seluruh siswa berkumpul di tempat yang sudah disediakan" ujar pak Umar dengan suara keras. Kemudian para siswa berhamburan keluar dari tendanya masing masing lalu berkumpul di depan tenda panitia.

"Ay gimana kalo kita ketauan?" bisik Alin dengan ekspresi takut.

"Udah gak usah takut, biasa aja gak usah panik" jawab Ayra dengan melirik Alin sekilas.

"Cicha" panggil Ayra dengan suara sedikit keras, lalu Cicha menoleh ke arah Ayra.

"Sini deh"

Kemudian Cicha menghampiri Ayra.

"Kenapa Ay?" tanya Cicha penasaran.

"Lo gak usah cari Elena. Dia udah mati" bisik Ayra sedangkan Cicha terlonjak kaget.

Cicha tersentak kaget akibat ucapan Ayra sehingga membuatnya berbicara dengan tergagap akibat terkejut dengan ucapan Ayra tersebut.

"Ap-" kata kata Cicha terpotong karena mulutnya ditutupi oleh tangan Ayra.

Cicha kini sangat terkejut atas perkataan Ayra sehingga membuatnya sangat ingin tahu jika Elena sudah benar benar mati di dalam hutan tersebut.

"Diem atau gue buat nasib Lo kayak Elena" Ayra menatap Cicha tajam sedangkan Cicha hanya menganggukan kepalanya.

"Silakan kalian ambil sarapannya tapi jangan berebutan. Bapak minta bantuan ketua kelas masing masing" pesan Pak Umar kepada para murid.

Kemudian ketua kelas mengikuti perintah pak Umar

"Gimana dong, Elena kan udah mati" ucap Adel panik.

"Gampang biar gue yang wakilin" sahut Ayra sambil berjalan menuju ke depan untuk mengambil sarapan.

Ayra sudah sampai di depan tenda sehingga membuat semua siswa hanya menatapnya saja. Ayra kini sudah mulai berharap jika Pak Umar tidak akan bertanya mengenai keberadaan Elena tersebut.

"Elena mana? Kok kamu yang wakilin?" tanya Pak Umar tiba tiba dengan wajah yang penasaran.

"Emm itu Pak lagi di kamar mandi" jawab Aymra sedikit gugup.

"Owh yaudah" ujar Pak Umar sembari memberikan kantong kresek yang berisi sarapan.

Pak Umar memberikan kantong kresek itu untuk Ayra sehingga membuat Ayra sangat lega akibat berhasil membuat alasan yang cukup masuk akal untuk menyangkal jika Elena sedang di dalam kamar mandi.

Uhh hampir aja ketauan, Batin Ayra

Pov Elena

Elena tak menyadari bahwa dirinya tertidur dengan duduk sekaligus memeluk kedua kakinya.

Mata Elena perlahan terbuka...

"Kok gue ada di sini sih?" tanya Elena kepada dirinya sembari mengingat kejadian semalam.

Elena menyadari jika dirinya kini sudah berada di dalam hutan sehingga membuatnya sangat bingung akibat sudah tersesat di atas sana akibat Alin beberapa waktu sebelumnya.

"Jahat banget ya, padahal dia temen gue sendiri"

Kruyuk kruyuk

Elena menyentuh perutnya yang mulai lapar.

"Pasti di hutan ini ada sesuatu yang bisa dimakan"

Elena bangkit lalu mulai mencari buah buahan yang bisa dimakan, Elena mengedarkan pandanganya, beberapa lama setelah mencari akhirnya berhasil menemukan buah mangga yang terlihat sangat matang sehingga membuatnya sangat senang akibat sudah menemukannya.

Kebetulan sekali Elena memiliki kemampuan panjat pohon.

Elena menatap pohon mangga itu, di bawah pohon mangga sepertinya ada tumpukan kayu yang ditutupi kain hitam.

Elena tak peduli, ia fokus untuk memanjat pohon mangga itu, dan ternyata ada sebuah paku yang lumayan besar tertancap di pohon mangga.

Ntah siapa yang menancapkan paku itu, Elena langsung memanjat pohon mangga, tak disadari lutut Elena terkena paku sampai berdarah.

Elena meringis.

Padahal ia memakai celana yang cukup tebal tetapi paku itu merusak celana Elena.

Darah Elena keluar dengan sangat lancar sampai darah itu bercucuran kebawah dan jatuh di kain hitam tadi.

Elena mulai merasakan perasaan kesal akibat lututnya terkena paku sehingga membuatnya sangat ingin mencari sesuatu untuk membuat luka tersebut tidak terus berdarah.

Ia akhirnya membuat beberapa kain untuk lukanya dengan merobek bagian celana sendiri sebelumnya sehingga membuatnya ingin untuk segera memulai untuk makan mangga tersebut.

Buah mangga yang matang itu ada di samping Elena lalu ia langsung memetik buah mangga tersebut.

Elena kini sudah turun dari pohon tersebut sehingga membuatnya sangat senang setelah berhasil turun dari atas sehingga membuatnya sangat ingin makan mangganya tersebut.

Brughh

Elena membersihkan celananya yang kotor terkena pasir tadi, ia mengedarkan pandangannya mencari tempat duduk yang nyaman.

Kemudian ia memutuskan untuk duduk di bawah pohon tepat di depan pohon yang tadi ia panjat.

Elena merasa aneh dengan kain hitam yang ada dihadapannya itu.

"Gak usah kepo"

Kemudian Elena mengupas mangga itu dengan giginya setelah itu ia makan buah mangganya dengan lahap.

Elena menatap kain hitam lalu mendekati secara perlahan. Ia baru menyadari ternyata darah yang keluar dari lututnya sangat banyak dan bercucuran di kain hitam didepannya.

Ia mengusapkan tangannya yang kotor di kain hitam tersebut.

Tiba tiba makhluk hidup yang ada di bawah kain hitam itu bergerak gerak, Elena sedikit menjauh.

"Eh busett" Elena panik, takutnya gorila yang lagi tidur.

Tiba tiba ada manusia yang bangkit dari balik kain hitam itu.

Elena terlonjak kaget,

"Siapa lo?" tanya Elena sangat panik, dihadapannya ada manusia yang sangat tampan tetapi di mulut manusia itu ada darah.

Pakaian pria itu seperti pangeran dari kerajaan yang sangat mewah.

"Lo vampir?!" tanya Elena lagi sambil memegang ranting kayu untuk senjata.

Manusia itu menatap mata Elena

"Terimakasih banyak" kata pria itu dengan tersenyum manis.

Tidak ada hujan tidak ada angin, seorang Arthur Adyastha seorang vampir kulkas 70 pintu itu tersenyum pada gadis yang baru saja ia temui, itu kejadian yang sangat langka.

"Lo siapa sih? Jangan jangan lo vampir?" Elena setengah takut setengah lagi penasaran.

"Penghisap darah manusia atau bisa juga disebut vampir" jelas Arthur sambil mengusap darah segar di mulutnya.

Elena langsung bangkit kemudian berlari secepat mungkin yang ia bisa.

"Anjir, bisa bisanya gue ketemu Ama vampir" Elena masih berlari ia ketakutan setengah mati.

"Mamaaaaaaa......"

Brughhhh

Elena jatuh karena dada bidang yang kekar itu menghentikan langkahnya, seketika jantung Elena berdegup kencang, tak berpikir panjang ia langsung menyentuh kaki Arthur yang panjang itu sambil menangis sesenggukan.

"T-tolong ja-jangan i-isep da-darah g-guee" tak henti hentinya Elena menangis.

Hiks

Hiks

Hiks

Arthur segera untuk berbalik sehingga membuatnya beberapa lama menyadari jika Elena kini sedang berlutut di depannya sambil menangis.

"Eh"

"Apa-apaan? Sini" Arthur segera untuk menghela nafasnya sejenak sebelum ia segera untuk berjongkok sehingga membuatnya berada di posisi sejajar dengan kepala Elena.

"Engga" jawab Arthur dingin, ia menatap mata Elena.

Kenapa manusia ini imut banget sih?! Batin Arthur

"Lewat dari mana lo masuk ke hutan ini?" tanya Arthur dengan wajah penasaran, bisa bisanya manusia ada di tengah hutan.

Elena beberapa lama mulai untuk kembali mengingat hal tersebut sehingga membuatnya mulai teringat kepada Alin sebelumnya tersebut.

"S-sebenernya..." Elena terlihat malu untuk mengakuinya akibat hal tersebut.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!