1. Aisha Eldara Fernandez (Aisha) : Gadis manis yang amat disayangi ayahnya dan kakak kakak laki lakinya. Memiliki sifat sedikit kekanakan, manis dan manja seolah menutupi bakat terpendam dalam dirinya. Bakat beladiri dan keahlian istimewa lainnya yang Aisha miliki tidak dapat dipandang sebelah mata.
!!!! BAGI YANG BARU MEMBACA, VISUAL ADA SETELAH BAB 57. JADI, SCROLL AJA KEBAWAH KALAU PENASARAN 😉
2. Arthur Steven Anderson (Arthur): Seorang kepala mafia dari Regdator sekaligus CEO dari Anderson Groub. Pria tampan yang begitu didambakan para wanita karena ketampanan dan kharismanya. Pria menyebalkan yang masih lajang diusianya yang menginjak 29 tahun.
3. Johanes Fernandez (Johan) : Ayah dari Aisha, sosok ayah penuh kasih sayang yang didambakan seluruh anak di dunia ini. Ia juga merupakan seorang kepala mafia.
4. Yudhistira Fernandez (Yudhi): Putra tertua dari keluarga Fernandez. Pria bijak yang selalu menyayangi adik adiknya, terutama gadis kecil kesayangan nya.
5. Bima Fernandez (Bima) : Putra kedua dari keluarga Fernandez. Memiliki kekuatan fisik yang paling menonjol dari saudara lainnya. Nafsu makan yang tinggi membuatnya semakin kuat menghadapi rintangan di depannya.
6. Arjuna Fernandez (Arjun) : Putra ketiga ini adalah yang paling tampan diantara semua saudaranya. Terkadang sangat suka menjahili adik adiknya terutama adik termungilnya, Aisha.
7. Nakula Fernandez (Nakul) : Putra keempat ini suka bergurau. Sama jahilnya dengan Arjuna, bahkan mungkin lebih.
8. Sadewa Fernandez (Dewa) : Putra kelima dari keluarga Fernandez. Sangat menyayangi adiknya, Aisha. Mempunyai insting setajam pedang pada bahaya yang mendekat.
9. Reynard Smith (Rey) :Sekretaris paling setia dari Arthur Anderson. Sekaligus sahabat baiknya sejak kecil.
Kalo kalian ada yang bingung dengan nama kakak - kakak dari Aisha, ini aku kasih cara mudah menghafalnya.
Kalian ingat Pandawa dari cerita zaman dahulu, Mahabharata? Kalau ingat, maka sebenarnya nama nama itu aku ambil dari kelima bersaudara itu.
**1. Yudhistira
Bima
Arjuna
Nakula
Sadewa**
Jika kalian ada yang menganggap ini aneh atau gimana gimana, itu hak kalian.
Aku tidak memaksa kalian untuk membaca novel ini, kalau suka ya Alhamdulillah, kalau tidak ya tidak masalah.
Terimakasih banyak...
#Dilarang menghujat!! Karena itu sangat mempengaruhi mood author dalam menulis.
Pada awal awal bab ini akan menceritakan masa kecil Aisha. Baru setelah itu saat ia dewasa dan berjumpa Arthur.
Seorang anak perempuan kecil sedang menangis di dalam kamarnya. Jika dilihat, sepertinya dia baru berumur 8 tahun. Ia membungkus tubuhnya dengan selimut, menekuk lututnya dan menangis sejadi jadinya didalam sana.
Tangan nya gemetar, keringat dingin membasahi wajahnya seiring dengan tangisannya yang semakin pilu. Ya, anak perempuan itu adalah Aisha.
Sekeliling kamar itu tampak gelap gulita, kilatan petir menyambar terasa membengkakkan telinga gadis kecil itu. Ia benar benar sudah tidak tahan lagi. Hawa dingin terasa menusuk kulit sampai ke tulang.
"Kakak!! Kakak!!! " Jerit anak perempuan itu.
Tak lama kemudian, lima orang laki laki mendatangi kamar itu dengan tergesa gesa. Mereka semua membawa banyak senter dan lilin di kanan kiri mereka. Menaruhnya di sekeliling ruangan itu sehingga kamar itu menjadi terang benderang.
Yudhistira segera menghampiri adik kesayangan nya dan mendekapnya erat, menyalurkan ketenangan. Diantara yang lain, ialah yang paling dekat dengan Aisha.
"Tenang... tenanglah Aisha.. sekarang tidak gelap lagi.. kakak sudah disini. " Mengusap punggung adiknya, merasa sangat khawatir dengan apa yang terjadi padanya.
"Kakak.. aku takut... " Ia menangis tersedu sedu di pelukan kakaknya. Trauma sejak satu tahun yang lalu nampaknya masih belum hilang dari ingatannya. Meskipun sudah beribu ribu dokter dan psikolog yang didatangkan untuk menangani trauma Aisha, tetap saja tidak berhasil. Ingatan satu tahun yang lalu seketika langsung bangkit saat keadaan gelap gulita, apalagi ditambah petir yang menyambar dan hawa dingin yang menusuk kulit. Mengingatkan Aisha pada tragedi mencekam satu tahun yang lalu.
Para kakak kakaknya yang lain juga turut prihatin karena trauma yang diderita Aisha.
Dalam hati mereka, ingin sekali balas dendam pada orang yang menyebabkan adik kesayangan nya seperti ini. Suatu saat nanti, pasti akan ada saatnya dimana mereka akan menemukan pelaku itu.
Tenanglah Aisha.. Suatu saat nanti kami berjanji akan membalas bedebah yang membuatmu seperti ini!!
Keempat anak laki laki lain membatin hal yang sama.
***
Keenam laki laki sedang mendiskusikan sesuatu yang sangat penting pada sebuah ruangan.
"Bagaimana strategi kita untuk melawan Esponder? " Yudhistira mengawali pembicaraan. Kelima orang lain nampak masih berusaha berpikir keras, menyusun strategi yang ampuh guna menghadapi lawan nya.
"Lihat ini kak! " Nakul menunjukan sebuah peta yang diambilnya dari bawah lemari.
"Ini adalah markas Esponder, menurut informasi yang didapat mata mata kita, mereka membagi penjagaan di dua tempat. Satu di sekeliling markas, dan yang lainnya ada di pinggiran bukit ini " Nakul mempresentasi kan strategi yang dirancang nya dengan matang di depan semua saudara dan ayahnya. Mereka semua kagum akan kecerdikan anak ini. Meskipun baru berusia 17 tahun, Nakul telah menunjukan bakatnya sedari kecil.
"Apa maksud mereka menyusun sistem keamanan seperti itu? " Suara Bima yang keras membuyarkan suasana dingin dan kelewat serius.
"Mereka mengecoh kita Bima, mereka sengaja menaruh hanya 30% anak buahnya untuk berjaga di sekeliling markas. Saat kita menyerang dengan pasukan yang besar, tentu kita akan dengan mudahnya menang. Tapi saat kita lengah, mereka akan menumpas kita dengan mudahnya dengan mengirim kode pada 70 % anak buahnya yang bersembunyi di pinggiran bukit " Jelas Yudhi dengan aura kepemimpinan nya. Tentu saja ia dengan mudahnya memahami strategi licik ini, Yudhi adalah salah satu mafia terbaik di organisasi ini.
" Lalu bagaimana taktik kita kak? " tanya Arjuna seraya menatap kertas yang tak lain adalah peta markas dari musuh bebuyutan mereka. Musuh yang membunuh ibu mereka, dan juga musuh yang membuat Aisha trauma sampai sekarang. Manusia bedebah yang dipenuhi dendam kesumat pada keluarga ini. Arjuna selalu mengepalkan tangan nya saat mengingat nama orang itu.
"Katakan Nakul! " Yudhi menatap putra keempat dari keluarga ini. Nakul mengangguk dan mulai menjelaskan semuanya.
"Kita harus menyerang 70% anggota mereka yang bersembunyi disini. " Menunjuk sebuah rumah tua di pinggiran bukit pada peta.
"Karena jika kita langsung menyerang markas besar mereka yang hanya berisi 30% anggota, itu sama saja kita masuk dalam kandang macan. Sama saja kita masuk perangkap mereka. Setelah kita menumpas 70% anak buahnya, maka kita bisa dengan mudah membombardir sisanya " Terang Nakul.
"Strategi yang bagus anakku.. " Johan yang tak lain adalah ayah dari kelima laki laki ini tersenyum seraya bertepuk tangan. Nakul hanya menanggapi dengan senyuman.
" Jadi kapan kita akan menyerang? " tanya Dewa.
"Satu bulan lagi. " jawab mereka serempak.
"Bagaimana jika_" Ucapan Yudhi terpotong karena ada suara sesuatu yang jatuh diluar ruangan. Mereka terkejut, jangan sampai ada orang lain yang tau strategi ini sebelum tiba waktunya.
Keenam laki laki mulai siap siaga. Mengeluarkan pistol dari saku mereka. Johan menekan tombol di meja sehingga pintu terbuka lebar. Mereka bernapas lega saat ternyata yang berdiri diambang pintu adalah seorang anak kecil yang manis dan menggemaskan, siapa lagi jika bukan Aisha.
Keenam laki laki itu langsung menyembunyikan pistol yang mereka tenteng, jangan sampai adiknya tahu, sekarang belumlah saat yang tepat bagi Aisha untuk mengetahui fakta siapa keluarga mereka yang sebenarnya.
"Kakak! Ayah! " Sapa Aisha kecil seraya tersenyum cerah, secerah cahaya matahari yang menerangi dunia pagi ini.
Langkah kedua kaki mungil itu langsung mendekat pada ayahnya.
Johan dengan senang hati membawa putri kecilnya dalam gendongan nya.
"Aisha, sedang apa kau disini sayang? " Tanya Johan seraya mencium kening anak itu.
"Ayah, aku sedang mencari Pushy. Apa ayah dan kakak kakak ku melihatnya? " Tanya Aisha dengan polosnya. Kedua mata kecil itu mengedarkan pandangan nya menyapu ruangan temaram dan kedap suara ini. Bahkan tidak ada jendela disini, hanya ada ventilasi udara saja.
"Pushy? Siapa itu Pushy? " Yudhi merebut adik kesayangan nya dari gendongan ayahnya. Mengelus lembut penuh sayang pada pipi gembul nan putih anak itu.
"Pushy? Kakak tidak tahu siapa Pushy? " Yudhistira menggeleng tanda tidak tahu.
Memangnya dia kurang kerjaan sampai akan menghafal nama peliharaan Aisha?.
"Ihh kakak... Pushy itu kucing kesayanganku. Seharusnya kakak tahu! Aku marah padamu kak! " Aisha mengerucutkan bibirnya kesal. Tapi dia malah terlihat semakin imut saja saat seperti itu. Membuat Yudhi gemas dan mencubit hidungnya.
"Baiklah.. kakak akan membantu mencari kucingmu oke. " Ucap Yudhi.
"Kakak harus dihukum dulu.. kata kak Bima, kalau kita salah maka harus dihukum kak..Benar kan kak? " Ia menatap Bima yang sedang meminum air putih diatas meja.
"Kau benar Aisha. Kak Yudhi pasti akan dihukum " Bima tertawa kencang, kakak tertuanya itu tidak pernah bisa berkutik jika terkena hukuman dari adik mungilnya.
"Iya Sha.. kami yang akan menghukum kakak tertua " Sahut Nakul yang membuat semua orang terbahak bahak termasuk Johan. Yudhi membulatkan matanya kearah Nakul, bisa bisanya dia mencuri kesempatan untuk menjahilinya.
"Iya, katakan saja apa hukumannya. Nanti kami yang akan melaksanakan nya " Celetuk Dewa. Aisha tampak berpikir sejenak seraya mengetuk ngetukan telunjuknya pada dagunya.
"Emm... kalau begitu kak Yudhi harus dicubit " Keputusan final putri terkecil keluarga ini mengejutkan Yudhi.
"Dengan senang hati Aisha!! " Teriak keempat laki laki itu serempak. Aisha lalu turun dari gendongan kakaknya. Langsung saja Yudhi diserbu keempat adiknya.
"Aww!! Aduh jangan keras keras!! " Keluh Yudhi, pasalnya diantara adik adiknya, Nakul lah yang paling sakit jika mencubit.
Bersambung...
Langkah kedua kaki mungil menyusuri taman belakang di mansion besar ini. Aisha tengah kebingungan mencari Pushy, kucing kesayangan nya. Sudah diseluruh tempat digeledahnya, tapi tidak ada dimanapun.
Sungguh, masalah kucing ini sudah membawa masalah bagi para pria di mansion ini sedari pagi tadi.
"Pushy... kamu dimana? Pushy.. " Teriak Aisha sambil menengok ke kanan dan kirinya. Barangkali ia bersembunyi di semak semak?
"Nona, anda sedang apa disini? " tanya Jack, asisten pribadi Yudhi sekaligus mafia terbaik di organisasi ini. Pria berkepala plontos itu sudah bekerja bertahun tahun di keluarga dan organisasi ini. Ketangguhan dan loyalitas nya membuat ia meraih jabatan tertinggi daripada mafia hebat lainnya.
"Tuan Jack, kau disini? " Tanya Aisha senang seraya bertepuk tangan. Ia sangat menyayangi Jack, karena pria itu selalu menyayanginya sepenuh hati layaknya adiknya sendiri.
"Nona, sudah saya katakan bukan? Jangan memanggil saya dengan sebutan tuan. Panggil saja nama saya " Ya, itulah Jack. Pria berbadan kekar dan berkepala plontos itu hanya ingin dipanggil nama oleh keluarga majikannya. Termasuk Aisha, meskipun ia masih sangat kecil bahkan lebih pantas menjadi adiknya.
" Tapi tuan, kata ayah kita tidak boleh memanggil nama pada orang yang lebih tua. Itu namanya tidak sopan " Tutur Aisha dengan polosnya.
Jack menarik sudut bibirnya, lalu berjongkok dan membelai pelan surai anak itu.
"Kalau dengan saya, Matt, dan paman paman lainnya, anda boleh hanya memanggil nama. Karena kami yang memintanya nona, nona mau melihat kami semua bersedih karena nona tidak menuruti permohonan kami? " Nada bicaranya sangat lembut. Jack memasang wajah sedih dihadapan anak perempuan menggemaskan itu. Percayalah, tatapan hangat dan lembut Jack itu sangat langka, hanya dipersembahkan untuk nona kecilnya saja. Siapa yang mendapatkan nya, maka ia sudah meraih rekor dunia.
"Tidak mau.. kalau begitu aku akan memanggilmu Jack saja. Tapi apa benar tidak apa apa? " tanya Aisha sambil menggenggam tangan Jack yang lima kali lipat lebih besar dari tangan mungilnya.
"Tidak apa nona.. " Aisha mengangguk dan menggandeng tangan Jack.
"Kita mau kemana nona? " Jack mengerutkan keningnya. Percayalah, hanya nona kecil ini saja yang berani menggenggam tangannya. Menggenggam tangan Jack adalah sesuatu yang sakral, biasanya dilakukan para tawanan saat meminta pengampunan dari hukuman mati.
"Ayo bantu aku mencari Pushy... Jack mau kan? " Pinta Aisha dengan tatapan anak anjingnya, yang membuat siapapun seakan tersihir jika menatapnya. Ya Tuhan, anak kecil selalu bisa menjinakan hati manusia.Termasuk manusia kejam seperti Jack yang namanya dianggap keramat di dunia gelap.
"Pushy?_" Ucapnya terpotong.
"Jangan bertanya siapa Pushy! Atau nanti kau juga akan mendapat hukuman seperti kak Yudhi. Seharusnya kalian menghafal nama kucingku... " Gadis kecil dengan keimutan hakiki itu mengerucutkan bibir mungil nya.
"Maafkan saya nona... saya akan mencari Pushy " Jack pasrah, memangnya apa dayanya jika sudah berhadapan dengan nona kecil ini. Siapapun akan mengalah jika tidak ingin mendapat hukuman dari Yudhi and the geng. Perlu kalian ketahui, semenjak tragedi satu tahun yang lalu, telah dicetuskan hukum baru. Dimana siapapun yang menyakiti hati Aisha, maka ia akan diberi hadiah berupa hukuman berat oleh The Pandawa Gengs dan tuan Johan.
"Terimakasih Jack, ayo kalau begitu " Dengan hati berbunga, Aisha menggandeng tangan kekar Jack menyusuri taman. Mencari keberadaan kucing nakal yang hari ini telah membawa kesialan bagi banyak orang. Ya Tuhan, sejak kapan monster macam Jack mencari seekor anak kucing? Hilanglah harga diri yang dijunjung tinggi oleh pria itu selama ini.
Sudahlah.. pasrah saja Jack. Anggap ini adalah balasan atas kebaikan Tuan Johan.
Pria berkepala plontos itu menggerutu pasrah dalam batinnya.
***
Siang ini, hari serasa sangat panas. Yudhistira si pria bijak dan tegas tengah melangkah menuju taman belakang tempat ia memelihara harimau - harimau nya. Entah ada angin apa, tapi ia begitu ingin memberi makanan pada peliharaan nya secara langsung.
Oh ya, Yudhi baru ingat. Hari ini ada kiriman dua singa liar ke mansion ini. Kedua singa itu sengaja dibeli untuk berjaga jaga apabila ada situasai genting. Dimana para singa dan harimau peliharaan yang sudah terlatih, akan dilepaskan dari kandang dan akan memangsa lawan tanpa kenal ampun.
Saat ia melewati kandang di belakang mansion, dia terkejut mendengar suara tawa seorang anak kecil. Ia sangat familiar dengan suara menggemaskan itu. Itu adalah suara Aisha. Yudhi terlihat cemas, ia berlari terburu buru mendekati asal suara.
"Aisha!! " Alangkah terkejutnya dia saat mengetahui Aisha sedang berada dalam kandang itu bersama dua singa liar.
"Aisha! Apa yang kau lakukan disini? Ini bukan mainan.. mereka itu hewan buas!! " Yudhi mengomeli adik nakalnya ini seraya menarik tangan nya menjauhi binatang itu.
"Kakak.. aku ingin main bersama mereka.. " Pinta Aisha saat sudah berjarak sekitar 10 meter dari kedua singa itu. Bagi Aisha, ini sama sekali bukan kegiatan yang membahayakan. Dalam pikiran polosnya, ia ingin bersahabat dengan singa jantan dan betina itu. Entah keberanian darimana, mungkin saja sifat tangguh dan berani sang ayah terwariskan pada bocah berusia 8 tahun ini.
Yudhi tidak menggubrisnya, ia tengah mengunci kandang itu sekarang. Adiknya kali ini benar benar kelewat batas. Tidak tahukah dia, saat pria ini melihat adiknya berdekatan dengan dua hewan buas itu rasanya Yudhi kehilangan pasokan oksigen nya untuk sesaat.
"Cukup Aisha! Kali ini kau sudah keterlaluan. Itu berbahaya, tidak boleh dilakukan " Pria itu berkata dengan nada selembut mungkin, namun entah kenapa ditangkap Aisha sebagai kemarahan kakak nya.
"Kakak memarahiku.. " Air mata mulai berlinang membanjiri kedua pipi gembulnya.
"Aisha.. jangan menangis.. kakak tidak memarahimu. Kakak hanya mengkhawatirkan mu saja " Menghapus buliran bening yang menggenang di wajah adiknya dengan kedua telapak tangan nya. Sungguh, melihat Aisha menangis rasanya lebih sakit daripada ditikam belati berulang ulang.
"Kalau begitu.. aku ingin melihat Leo dan Lia "
"Leo dan Lia? " Pria tampan berumur 23 tahun itu mengerutkan dahinya. Bingung dengan apa yang ditangkap indra pendengaran nya.
"Iya. Leo dan Lia itu adalah nama kedua singa itu kak. Mereka sekarang adalah sahabatku "
Apa? Sahabat?. Yang benar saja, anak kecil yang manja bersahabat dengan hewan pemangsa seperti singa?.
"Tapi_" Ucapnya terpotong saat Aisha berlari dan membuka gembok yang mengunci pintu itu. Lalu berlari dan mendekati kedua singa itu. Yudhi sontak langsung menyusul adiknya berniat menghalangi nya. Namun terlambat, Aisha sudah ada di dalam.
"Aisha, ayo kita keluar! " Ia menarik tangan adiknya, namun Aisha kembali menghempaskan nya.
"Kakak... sebentar saja.. " Anak manis itu memohon dengan jurus puppy eyes andalan nya dan tangan yang disatukan didepan dada.
Yudhistira menghela napasnya.
"Baiklah... tapi dari jauh " Aisha tersenyum senang mendengar jawaban yang terlontar dari mulut kakaknya.
Aisha maju dan mengambil jarak sekitar lima meter dari kedua singa yang diberinya nama Leo dan Lia sejak dua puluh menit yang lalu.
Singa jantan dan betina itu mengaum keras menyapa indra pendengaran Aisha. Mereka mulai mendekati. Namun, Aisha tak gentar. Ia malah menarik sudut bibirnya dan terus melakukan kontak mata dengan kedua singa itu. Terus menatapnya tanpa mengalihkan pandangan ke lainnya. Aisha membentangkan kedua tangannya saat para karnivora itu mendekatinya. Yudhi mulai gusar, takut jika hal buruk menimpa adiknya. Namun ia ingin menguji dan memberi kesempatan pada potensi adiknya. Diantara yang lain, Johan dan Yudhi lah yang paling menyadari bakat terpendam anak kecil itu.
Diluar dugaan, kedua hewan buas yang dikenal sebagai raja hutan itu malah berguling guling di sekitar Aisha. Singa jantan yang bernama Leo itu malah mengendus kaki anak perempuan itu. Sungguh luar biasa. Seorang bocah mampu menjinakkan singa dalam sekejap, bahkan para pawang singa saja harus bertarung dulu jika ingin bersahabat dengan predator satu ini. Tapi Aisha? Yudhi dibuat terpukau dengan apa yang baru saja adik terkecil nya perbuat. Katakan ini bukan mimpi!.
Apa ini hanya ekspektasi ku saja? Ini mustahil. Sulit dipercaya.
Bersambung...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!