Ica mematut dirinya di cermin , "cantik" gumamnya menghibur dirinya sendiri, dipandangnya sekali lagi pantulan dirinya di cermin, memang sangan cantik , senyum manis mengembang dibibir mungilnya.
"Ca, ayo keluar penghulu sudah datang tuh" panggil ibu di luar kamar Ica.
Perlahan Ica membuka pintu kamarnya, dan berjalan mengikuti ibunya menuju ruang tamu , diruangan tampak Sakha pengantin pria beserta keluarga dan sanak famili dari pihak Ica serta beberapa tetangga dan saksi nikah.
Penghulu menuntun Sakha mengucap ijab kobul untuk latihan sebelum akad.
Terdengar Sakha begitu mudah menghafalkan kata -kata akad nikah yang diajarkan penghulu kepadanya, dia hanya perlu satu kali mengucap akad maka saksi pun berteriak sah .
Satu persatu tamu sudah berpamitan pulang tinggal ayah, ibu dan adik Sahka yang masih berbincang dengan ibu Ica.
Ibu Sakha beserta keluarga berpamitan dengan Ica, dia memeluk menantu barunya dengan penuh kasih sayang
"Ibu titip Sakha ya Ca, yang sabar ngadepin dia , dia sedikit keras kepala tapi aslinya baik kok, " bisik ibu menasehati menantunya, Ica tersenyum.
"baik bu," sahut Ica balas memeluk mertuanya.
Ibu dan keluarga Sakha pun meninggalkan rumah Ica, tinggal Sakha yang membantu beberes di bantu beberapa tetangga yang masih berada di situ.
"Ca, suamimu ajak istrahat gih, kalau ngelayani bapak mu ngobrol sampai pagi gak akan kelar " ujar ibu nya yang melihat suaminya asik ngajak ngobrol, sementara menantunya terlihat lelah.
"Iya buk " Ica pun mengajak suaminya istrahat di kamar.
Dikamar sakha memungut selimut serta bantal dari atas tempat tidur membentangkannya di lantai lalu tidur di atasnya.
Melihat itu Ica hanya bisa menarik nafas dalam , perlahan direbahkan tubuh nya diatas tempat tidur , dia benar-benar lelah , lelah jiwa dan raga.
Matan Ica terpejam tapi pikirannya jauh menerawang , terbayang kembali peristiwa yang membuat dia terpaksa menikah dengan Sakha.
Peristiwanya berawal ketika dia menghadiri pesta Selena, gadis cantik sesama alumni SMA 1 di kota tempat tingalnya.
Ditengah-tengah acara pesta, tiba-tiba entah mengapa Ica merasa kantuk menyerangnya begitu berat.
Ica yang tak dapat menahan kantuk nya, berniat mencuci muka di kamar mandi rumah Selena.
Tapi ternyata itu pun tak berhasil menghilangkan kantuknya, Ica pun keluar kamar mandi dan memutuskan mengajak Ria pulang karena dia benar benar ingin tidur saat ini.
Tapi ketika dia melewati kamar tamu selena yang sedikit terbuka , entah mengapa dia ingin merebahkan tubuhnya di kamar itu.
Mungkin karena rasa kantuk yang begitu berat, membuat Ica sedikit kehilangan kesadaran, dia pun masuk kekamar dan merebahkan tubuhnya dikasur empuk itu, tak butuh waktu lama Ica pun terlelap.
Dan ketika dia terbangun oleh teriakan Art selena, dia sudah bersama Sakha di kamar itu , tidur satu ranjang.
Karena malam itu Ica tidak pulang kerumah, ibunya mengira Ica tidur dirumah Ria , tapi saat pagi ibu nya menelpon keberadaan Ica pada Ria, Ria ternyata tak bersama Ica, lantas dimana Ica , mendengar Ria tak bersama Ica tentu saja membuat ibunya panik. Ria yang merasa bertanggung jawab karena telah membawa Ica malam itu, memutuskan membawa ibu Ica ke rumah Ria guna menanyakan keberadaan Ica.
Kedatangan ibu Ica dan Ria disambut baik oleh mamanya Selena, beliau membangunkan putrinya untuk menemui ibu Ica.
Selena yang tidak merasa mengenal dekat sosok Ica tentu saja tidak tau menau keberadaan Ica.
Ketika ibu Ica dan Ria hendak pamit pulang, tiba-tiba dari dalam terdengar keributan kecil
Tak berselang lama dari dalam ruangan keluar Ica dan Sakha di iringi Art yang memergoki mereka tidur dikamar tamu.
Seketika kehebohan pun terjadi , mereka menelpon keluarga Sakha dan beberapa tetua adat , hal itu dilakukan mama Selena karena dia tak mau di anggap menyimpan aib, sidang keluarga pun terjadi, dan ending dari sidang , Sakha dan Ica harus bertanggung jawab , mereka harus nikah
Sebenarnya mereka sudah berupaya menolak keputusan ini , sebab keduanya tak terbukti melakukan hal-hal yang tak sepantasnya.
Mereka di jumpai tidur satu ranjang tapi masih dengan baju yang lengkap, dan tak melakukan apa pun malam itu.
Tapi para tetua desa tak mau terima alasan mereka, bagi mereka melakukan atau tak melakukan mereka sudah tidur sekamar , laki -laki dan perempun yang bukan muhrim tidur satu kamar itu adalah aib.
Yang lebih parahnya lagi, ibu Sakha nenyetujui tetua kampung untuk menikah kan mereka.
Keputusan ibu Sakha membuat Selena histeris tak terima, bagaimana tidak , Sakha adalah lelaki yang sudah lama dia cintai , susah payah dia berusaha mendapatkan Sakha , kini harus dia relakan menikahi wanita lain.
Tapi nasi sudah menjadi bubur mana mungkin bisa menjadi nasi , mau tak mau mereka pun harus menerima kenyataan yang membayangkan nya saja Ica tak berani , menikah dengan sosok pria seperti Sakha yang memiliki perbedaan begitu jauh.
Ica tinggal di sumtra yaitu propinsi Ri** tepat nya di kota kan*** di kota ini mayoritas penduduk nya bersuku melayu sedangkan suku jawa seperti dirinya umumnya adalah perantau begitu juga suku lainya, jadi maklum kalau disini masih mamakai tetua adat untuk menyelesaikan masalah keluarga.
Sama yang terjadi pada Ica dan Sahka saat ini mau tak mau mereka harus menjunjung tinggi keputusan tetua kampung untuk menikah
Dengan berat hati Sakha terpaksa menikahi Ica , Sakha hanya ingin pernikahan yang sederhana saja.
Pernikahan yang hanya di hadiri keluarga dekat mereka berdua , serta beberapa tetangga sebagai saksi , Ica pun setuju dengan kemauan Sakha.
"Hhaahhh" Ica menghela nafas berat , sudah hampir subuh tapi matanya tak juga mau terpejam.
Ica memandang tubuh sakha yang berbaring dilantai beralaskan selimut, sepertinya dia dapat menikmati tidurnya malam ini, terbukti dari dengkuran halus keluar dari bibir Sakha.
"Hhhhh" Ica kembali nenghela nafas berat, benak nya masih saja berkecamuk.
Ica meraih hp nya di atas meja rias, membuka layar dan menghidupkan data selulernya.
"ting"
"ting"
"ting"
"ting"
Begitu banyak notifikasi di hp nya , yang berasal dari sosial media yang dia gunakan.
Ica membuka satu persatu notifikasi yang masuk , sebagian ucapan selamat dari beberapa teman dekat nya.
Ica tak berani menjawab ucapan dari teman nya , dia hanya membaca komen dari beberapa teman dekat nya saja
Ica mematikan hp , dan kembali merebahkan tubuh nya, lalu memejamkan matanya berusaha untuk tidur.
Berharap esok pagi saat dia membuka mata hal-hal baik menghampirinya , bukan hanya dia tetapi juga suaminya.
Matanya sudah terpejam tpi benak nya masih mengembara kesegala penjuru, memikirkan hal-hal esok yg akan terjadi antara dia dan suaminya
Setelah berapa lama akhirnya Ica terlelap juga dalam tidurnya.
semoga hari esok adalah hari bahagiamu ca..!!
Happy reading.
Mohon dukungannya pada karya pertama saya, mohon keritik dan saran yang membangun 🙏🙏🙏🥰
Tercium aroma sedap dari dapur Ica, aroma nasi goreng ,menu sarapan pagi yang dimasak Ica pagi ini untuk suaminya , sedangkan ayah sama ibuk Ica ,pagi-pagi sekali sudah pergi kekebun , kebetulan hari ini jadwal memanen buah sawit di perkebunan keluarga Ica.
Sakha keluar dari kamarnya, aroma sedap nasi goreng buatan Ica menggugah seleranya.
Selama satu minggu tinggal di rumah Ica, Sakha selalu suka masakan Ica , Ica memang pandai memasak.
"Ca nanti sampaikan ke ibu, besok kita pindah kerumah ku," ujar Sakha sambil melahap nasi gorengnya.
"Besok mas, apa gak terlalu cepat?"
"Sudah satu minggu aku disini , mau berapa lama lagi," jawab Sakha dingin.
" Baikah mas, nanti aku beres beres."
Ica memilih mengikuti keinginan suaminya untuk pindah, mengingat suaminya memang sudah memiliki rumah sendiri.
Sepeninggal suaminya, Ica mulai menyusun barang yang akan di kemasnya, tak banyak barang yang Ica bawa, Ica hanya membawa bajunya dan baju suaminya.
Saat makan malam Ica menyampaikan niat suaminya pada ibunya , yang ingin memboyong
Ica pindah kerumahnya ,
Ibu dan ayah Ica sangat setuju dengan niat menantu nya itu , mengingat sikap sakha yang masih begitu dingin terhadap putrinya mereka berharap dengan tinggal sendiri akan membawa kebaikan pada hubungan anak nya.
"Jadi besok pindah nya ca?"
"Iya buk , mas ngajak besok pagi , katanya rumah sudah di bereskan, jadi kita tinggal pindah aja."
"kamu harus sabar ngadepi suami mu ca, kalau ada masalah selesaikan baik- baik, rumah tangga itu ibarat naik perahu , ada saja gelombang yang membuat kapal goyang , tapi walaupun goyang, penumpang harus selalu tenang agar perahu sampai di tujuan , istri itu penyejuk hati , jangan jadikan rumah neraka bagi suami , jadikankan rumah itu sebagai surga bagi suami , satu lagi aib suami adalah aib kamu, jadi jangan cerita kesembarang orang tentang aib suamimu "
"Iya buk " jawab Ica patuh.
"Pernikahan mu dengan suami mu itu bukanlah seperti pernikahan kebanyakan orang , jadi butuh kesabaran untuk menjalaninya, kunci sukses hubungan kalian adalah kamu , jadi itu tugas mu sebagai istri untuk memperbaiki hubungan kalian, ingat pesan ibuk ya nak," mata ibuk tampak berkaca- kaca saat memberi nasehat kapada Ica , hanya nasehat yang bisa dia berikan pada putri nya itu.
"Pasti Ica akan ingat nasehat ibu, trimakasih buk" Ica memeluk dan mencium pipi ibunya , sungguh Ica merasa beruntung memiliki ibu yg sangat pengertian pada nya.
Ica di antar keluarganya saat pindah rumah walaupun jarak rumah mereka tidak terlalu jauh , sekitar 10 menit bersepeda motor.
Mobil sakha berhenti di depan bangunan rumah tingkat dua bergaya minimalis , Sakha mempersilahkan ayah dan ibu mertua nya masuk kedalam rumah nya
Walau saka tinggal sendiri tpi rumah nya tertata rapi, penataan prabot, warna cat tembok dan gorden begitu selaras , Ica menyukai warna -warna ini warna yang menyejukan hati.
Menjelang sore ibu dan ayah pamit pulang pada Ica ,mereka diantar pegawai sakha dengan mobil nya
*
Dirumah itu kini tinggal sakha dan Ica
sakha mengajak Ica duduk di ruang tamu ada yg ingin dia bicarakan bersama Ica.
"ca ..."
"iya mas.."
"di rumah gak ada sayur buat di masak , jadi makan malam nanti kita beli saja."
"Ooooh ya gak ap mas"
"Satu lagi ca.." Sakha diam sejenak matanya menatap Ica yang juga sedang menatap dirinya
"Maaf , sementara ini aku minta kita tetap tidur terpisah " Ucap sakha sambil memalingkan wajah dari tatapan Ica
Ica diam sejenak mendengar ucapan suaminya ,kemudian terdengar helaan napas Ica pelan
"Baik lah, kalau itu mau mu mas " ucap Ica pelan
"itu kamar mu ca , pindahkanlah barang -barang mu kekamar" ujar Skha sambil menunjuk sebuah kamar disebelah kamar nya
"Satu lgi ca aku mau masalah tidur pisah kamar ini jangan sampai ada yang tau, terutama kedua orang tua kita "
Ica menjawab perkataan sakha dengan mengangguk pelan
"Kamu beberes lah , aku beli makanan dulu buat malam"
Ica kembali menganggukan kepala nya
kamar Ica tak sebesar kamar utama milik suaminya ,Ica menyusun baju dan beberapa barang yang dia bawa dari rumah nya
"Aahhh akhir nya selesai juga " Ica menghempaskan tubuh nya keranjang
Ica menatap langit -langit kamar pikirannya menerawang entah kemana , melamunkan hal-hal yg terjadi kemaren dan hal-hal yang terjadi esok
"hhhhhh" Ica kembali menarik napas dalam sambil memejam kan matanya
sudah hampir dua jam lebih shaka belum juga pulang , sementara sambil menunggu sakha datang Ica mandi membersihkan tubuh nya
Selesai mandi Ica mengenakan baju tidur lengan panjang dan celana panjang berwarna biru muda , tidak terlihat riasan diwajah nya ,dy hanya memakai bedak baby untuk menaburi wajah nya
Ica memang tak pernah berdandan saat kerja pun Ica tidak memakai riasan , dia hanya memakai bedak rabur baby dan pelembab bibir
Ica menunggu suami nya sambil nonton tv diruang santai , sebenar nya rasa lapar sudah mendera perut nya sedari tadi , tapi gimna lagi yang beli makanan tak kunjung kembali
"krrttkk" Ica memegangi perut nya
"Aahh , sebenernya dia beli makanan di mana sihh" gerutu Ica sambil memegangi perut nya yang semakin nyeri
Ica bangkit dari duduk nya , berjalan menuju kulkas , di bukanya kulkas berharap ad sesuatu yg bisa dimakannya , dan ternyata kulkas benar benar kosong
Dia membuka kichen set didapur nemeriksa isi didalam nya siapa tau ada mi instan di dalam, tapi ternya juga kosong
tiba-tiba terdengar deru mesin mobil sakha di depan rumah, Ica pun tersenyum senang rasa laparnya segera terobati
"ini , makan lah aku sudah makan tadi diluar" ujar Sakha menyerahkan bungkusan yang di bawanya
"Makasih mas" ucap Ica sambil mengambil bungkusan di tangan Sakha , Sakha pun meninggalkan Ica menuju kamar nya , lalu menutup pintu kamar nya dengan rapat dan mengunci nya dari dalam
Ica memandang hidangan di meja makan yg di beli sakha tadi ,ada cumi saus padang , ikan gurame goreng dan capcai bunga kol,
Ica menyendok nasi kepiring mengambil beberapa potong cumi dan sedikit capcai
Ica pun mulai menyuap nasi beserta lauk kedalam mulut nya , mengunyah nya perlahan , makanan seenak ini ,tpi entah kenapa selera makan Ica hilang , padahal tadi begitu bersemangat ingin makan
Nasi di piring Ica tampak tersisa , Ica hanya makan beberapa sendok saja menghilangkan rasa pedih di perut nya
Setelah membereskan meja makan , Ica pun kembali kekamar nya
Di kamar nya tampak Ica berjalan mondar mandir sambil menghitung langkah nya , setelah hitungan ke empat puluh Ica pun berhenti
Ica berbaring sambil memainkan ponsel nya , membalas cat dari sahabat-sahabat nya ,dan tak ketinggalan nonton drama korea paporit nya , hingga menjelang subuh baru lah Ica terlelap.
Ica membuka matanya perlahan , rasa kantuk membuat Ica susah membuka mata , maklum lah Ica tidur menjelang subuh .
Ica meraih hp di atas meja rias , menghidupkan layar nya guna melihat jam
"Aapaa..!!!" Ica terlonjak dari tidur nya ,ternyata sudah jam sepuluh pagi , Ica benar - benar panik bagaimana dia bisa kesiangan
Ica bergegas keluar kamar , mencari sosok suami nya , tpi seperti nya suaminya tak ada diruangan keluarga , ruang tamu , juga dapur. Ica memutus kan mengetuk kamar tidur suaminya , tapi tak ada jawaban dari dalam
Karena yang dicari ternyata tidak ketemu Ica memutuskan untuk mandi
Setelah mandi dan berpakayan , Ica menuju ruang Tv berniat nonton Tv , sebenarnya Ica berniat memasak, tapi tadi malam dia lihat tidak ada apapun di kulkas selain minuman dingin.
Ica meraih remot tv yang terletak di atas meja , di bawah remot tampak secarik kertas yg menarik perhatian Ica.
Penasaran Ica meraih kertas itu dan membaca tulisan di kertas
"Ca , aku tinggalin kartu Atm buat kamu belanja kebutuhan rumah, pin nya ****** , aku pergi kerja."
begitu tulisan yg tertera di kertas tersebut , Ica melirik kartu Atm yang di maksud suaminya, Ica pun memutuskan utuk menerima pemberian suaminya itu.
Ica memutuskan belanja keperluan dapur dulu, sebab perutnya sudah mulai tak bisa kompromi, tpi dia bingung sendiri harus naik apa , ada motor digarasi tapi dia tidak tau kuncinya tersimpan dimana. Mau bertanya dengan suaminya , tapi dengan cara apa, sebab nomor hp suaminya saja Ica tak punya.
"Ck! istri macam apa aku ini, nomor hp suamiku pun aku tidak punya." Ica kesal pada dirinya sendiri.
Karena tak tau kunci motor dimana , Ica pun memilih membersih kan rumah saja, dia mulai menyapu dan mengepel seluruh ruangan kecuali kamar suaminya yang terkunci.
Tak terasa sudah jam dua belas siang , perut Ica sudah mulai terasa pedih karena lapar
"Apa jalan kaki aja ya , tpi kayak nya warung sayur nya jauh deh" Gumam Ica
Ica berjalan menuju garasi memeriksa motor milik suami nya siapa tau kuncinya tergantung disana , dan piling Ica ternyata benar , kunci tergantung di salah satu motor metik milik suaminya.
"Aahh kenapa tidak dari tadi aku periksa " lagi -lagi Ica merasa kesal sendiri
Tak butuh waktu lama bagi Ica , untuk ambil duit dan belanja keperluan dapur , kembali kerumah dan mulai mengeksekusi sayuran dan lauk pauk menjadi hidangan lezat.
Sudah jam sembilan malam tpi masih belum ada tanda-tanda Sakha pulang , Ica mulai gelisah , juga bingung, Ica tak tau cara menghubungi suaminya
" Aahh bagai mana ini , kenapa aku gak minta nomor hp nya sih , kalau gini kan bingung sendiri " Omel Ica untuk dirinya sendiri
Ica sudah hampir tertidur ketika terdengar deru suara mobil di depan rumah, ketukan pelan terdengar di pintu depan.
Ica beranjak dari tidur nya, melirik sekilas jam di dinding ruang tengah. Sudah pukul dua dini hari , kenapa sepagi ini baru pulang, pikir Ica heran.
Saatbica membuka pintu tampak sosok suaminya bersandar pada tubuh seorang wanita yang tengah menyunggingkan senyum padanya, sementara bau Alkohol begitu menyengat hidung.
"Maaf dia harus saya antar," Ujar wanita itu dengan sopan.
" Iya gak apa-apa mbak."
Ica membantu wanita itu memapah suaminya menuju sopa ruang tamunya.
"Saya permisi dulu , ini barang -barang milik mas Sakha," ujar wanita itu seraya memberikan hp dan kunci mobil Sakha.
"Trimakasih. "
Ica menerima barang milik suaminya dan mengantar wanita itu keluar pagar yg ternyata sudah ada sebuah mobil menunggunya, Ica pun menutup dan mengunci pagar rumahnya, yang tadi lupa dia tutup.
Dengan susah payah Ica memapah tubuh suaminya masuk kedalam kamarnya, Ica tidak mungkin membiarkan suaminya tidur di sofa, sedangkan kamar suaminya terkunci rapat.
Ica membuka sepatu sakha, lalu menyelimuti tubuh sakha yang terlihat kedinginan.
Ica meraih kursi, lalu duduk di sisi samping tempat tidur , di pandanginya wajah tampan suaminya dengan seksama, apa yg ada dipikiran Sakha hingga melakukan hal ini, begitu prustasi kah sakha dengan pernikahan ini, tapi kenapa dia menyetujuinya.
"Terlalu beratkah pernikahan kita buat mu mas, aku harus bersikap bagaimana untuk meringankan beban mu, " ucap Ica dengan suara lirih.
Ica tidak tau harus merasa bersalah atau apa , sebab dia juga menjadi korban, tapi melihat keadaan suaminya begini membuat ica merasa bersalah , haruskah dia menolak keputusan tetuah kampung , toh antara dia dan Sakha tak terjadi apa-apa.
Ica tidur dengan pikiran yang berkecamuk di kepalanya, merasa bersalah tapi dia sendiri juga korban, entah siapa pelakunya dan apa motipnya tidak satupun orang yang tau.
Alram di hp Ica berbunyi, Ica menggeliat pelan , membuka matanya perlahan, tapi sepertinya sulit terbuka Ica masih ngantuk berat
Alram kembali berbunyi kedua kalinya , perlahan ica duduk dari tidur nya ,mengumpulkan kesadaran sepenuhnya lalu bangkit dari duduknya
Ica mulai beraktivitas , membersikan rumah, membuat sarapan , lalu mandi, dan nenyiapkan air hangat untuk suaminya.
Setelah semua beres Ica membangunkan suaminya
"Mas."
"Mas ..bangun."
Ica menepuk bahu sakha pelan , sakha berusaha membuka matanya yang tampak begitu sulit terbuka.
"Jam brapa?"
"Jam tujuh mas."
"Ohh"
"Ya udah aku tinggal dulu mas, air mandi udah aku siapin, mandilah abis itu sarapan."
Ica meninggalkan sakha sendiri dikamar, dia menuju ruang makan menyiap kan sarapan pagi suaminya
Setelah mandi dan berpakayan sakha berjalan keruang makan , terlihat Ica sudah menunggunya untuk sarapan
Diruang makan kedua insan ini hanya diam, yang terdengar denting sendok yang beradu dengan piring mereka.
"Mas." Ica membuka percakapan.
Sakha mengangkat wajahnya menatap Ica sekilas lalu kemali focus pada sarapan paginya.
"Tadi malam saat pulang ada perempuan nganterin mas , itu siapa mas?" ujar Ica pelan, Ica memberanikan diri bertanya pada sakha.
"kenapa?" Sakha balik bertanya dengan suara sedikit meninggi.
"Ya gak pantes aja mas, masak perempuan nganterin suami orang pulang tengah malem." jawab Ica dengan suara pelan.
"Hhemm suami?" Sakha tersenyum sinis.
"Jadi sekarang kamu sudah merasa jadi istriku , kamu merasa perempuan itu bukan perempuan baik-baik gitu..?"
"bukan begitu mas gak enak kan kalau dilihat orang , prempun nganterin kamu tengah malem"
"Terus kamu merasa perempuan baik- baik gitu !!"
"Mana ada perempuan baik- baik sengaja menjebak laki-laki dengan obat tidur , jangan berlagak lugu di depan ku ca, aku paham benar tipe perempuan macam apa kamu! "
"Melakukan hal kotor demi ambisi mu, kamu bukanlah tipe perempuan baik-baik !"
"Jangan menuntut aku macam-macam, harusnya kamu bersukur, aku mau menikahimu, menutup aib mu , ini bukan bukan kota modrent Ca, kamu tau hukum di sini seperti apa."
"Dan satu lagi! mulai sekarang, biasakanlah dirimu jangan ikut campur urusan pribadiku , lakukan saja tugas mu , aku juga tak melarang mu mau berbuat apa, asal jangan usik pribadi ku pahamm !! "
Sakha bicara dengan nada penuh emosi , memuntah kan kata-kata yg begitu kejam pada wanita selembut Ica , dan berlalu pergi meninggalkan Ica
Ica tertunduk sedih , air matanya tak terbendung lagi , kata-kata sakha begitu menghujam hatinya , seburuk itu kah dirinya dimata sakha , tidak ada pembelaan Ica untuk dirinya
Ica tak mampu berkata -kata , kata -kata sakha menghakiminya begitu kejam, haruskah dia benar-benar membiasakan diri dengan keadaan ini
"Ibuu" bisiknya pelan ,tiba-tiba Ica begitu merindukan ibunya, isak tangisnya sunggu tak mampu dibendung lagi.
Happy reading.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!