Zahira Rahmadia Alfiqri (17 tahun). dua tahun yang lalu saat usianya 15 tahun, iya di bawa kakaknya yaitu ustad Riziq (25 tahun) yang dikenal dengan ustad berondong manis, karna usianya 5 tahun lebih muda dari istrinya yaitu Aisyah (30 tahun). Zahira di bawa ke pesantren oleh kakaknya sejak iya bertemu dan ditemukan. Kebetulan ustad Riziq adalah pengajar di pesantren itu, kakaknya yang pertama pun seorang pengajar di sana yaitu ustad Rasyid (32 tahun) ustad Rasyid adalah ustad paling tampan seantera pesantren, istrinya pun adalah seorang ustadzah.
Dua tahun yang lalu juga, Zahira bertemu dengan Yusuf (18 tahun) saat pertama iya menginjakan kakinya di pesantren. Yusuf adalah putranya ustad Azam (42 tahun) seorang pengajar juga di sana. Zahira jatuh hati pada Yusuf saat pandangan pertama.
Kecerdasan Zahira yang di bawah rata rata, membuatnya harus duduk di kelas bersama anak anak yang rata rata usianya 7 tahun. Kecerdasan otaknya yang sedikit berbeda dengan anak seusianya, tak membuatnya malu untuk mengenal agama. Hanya tiga yang selalu diingat Zahira.
Hanya takut pada Allah.
Hanya Yusuf yang selalu ada di hatinya.
Mau keadaan baik maupun keadaan buruk selalu dianggapnya menyenangkan, hidup tanpa beban.
Ketika itu Zahira masih tidur saat azan subuh berkumandang. Iya tinggal di asrama putri dan bersahabat dan satu kamar dengan Erika (17 tahun) yang seusianya, kamar mereka dinamai Dedemit alam gaib, namun Erika adalah salah satu santri putri yang kecerdasannya di atas rata rata, berbanding terbalik dengan Zahira.
" Ira bangun, azan subuh sudah berkumandang" ucap Erika membangunkan sahabatnya itu.
" Sebentar lagi, mimpiku belum end, nanggung" jawab Zahira dengan masih memejamkan matanya.
" Ayo bangun, nanti kau dihukum sama kakakmu, kalau dia tau kau tidak mengerjakan shalat subuh"
" Si berondong tidak akan tau, dia sekarang pasti sedang menggoda istrinya di rumah" jawab Zahira.
" Terserah kau saja, jangan salahkan aku jika kau dihukum sama ustad Riziq atau ustad Usman" ucap Erika sambil berlalu pergi ke majlis.
" Asalamualaikum" pamit Erika.
" Waalaikum salam" jawab Zahira sambil berguling guling di tempat tidur.
Tidak lama kemudian datang seorang santri putri yaitu Syifa (7 tahun). Syifa adalah teman satu kelasnya Zahira, meskipun usianya 10 tahun lebih muda dari Zahira, tapi Syifa adalah teman terbaiknya di kelas. kecerdasan Zahira yang berbeda dari teman temannya, membuatnya harus mendekam di kelas anak anak, namun semua itu tidak membuatnya malu.
" Ka Ira ayo bangun, kita berangkat ke majlis sama sama" ajak Syifa.
" Kau duluan Syifa, aku masih ngantuk"
Syifa pun terdiam, hingga iya mempunyai ide agar Zahira mau bangun.
" Ka Ira, di depan asrama ada ustad Riziq, dia sedang menunggumu untuk mengerjakan shalat subuh" tutur Zahira. Seketika Zahira langsung terbangun.
" Kakaku yang berondong ada di depan?" tanya Zahira memastikan. Syifa pun mengangguk ngangguk.
" Kau yakin itu ka Riziq bukan ka Yusuf?" tanya Zahira kembali.
" Itu ustad Riziq. Mana berani ka Yusuf masuk asrama putri" ucap Syifa. Zahira langsung bergegas bersiap untuk mandi.
" Bahaya, kalau si berondong marah dia bisa memotong uang jajanku" ucap Zahira sambil bergegas ke kamar mandi. Syifa sudah tertawa tawa tanpa suara.
" Hi hi hi hi, maafkan aku ya Allah, karna telah membohongi ka Ira" ucap Syifa. Syifa pun langsung pergi duluan ke majlis.
Setelah Zahira selesai mandi dan berpakaian, iya langsung bergegas pergi untuk mengerjakan shalat subuh di majlis pesantren. Karna saking terburu burunya, Zahira menggunakan sandal jepit kiri semua. Yang satu punya dia dan yang satu punya Erika.
Saat keluar asrama, Zahira langsung mencari cari kakaknya.
" Mana, katanya ka Riziq sedang menungguku di depan asrama" ucap Zahira.
Zahira pun berlari menuju majlis pesanten. Tiba tiba iya menabrak Dewi (30 tahun). Dewi adalah ibunya Syifa, badan Dewi yang nampak begitu subur, membuat Zahira yang menabraknya hingga terpental ke belakang.
" Alkahu akbar, aduuuh" Zahira mengaduh.
Dewi pun terkejut dan langsung membangunkan Zahira.
" Ira kenapa kau lari lari?, kau sedang lomba maraton?" tanya Dewi.
" Sssttth, jangan tanya tanya dulu, aku kesiangan" ucap Zahira sambil berlalu masuk ke majlis. Namun sayang shalat berjamaah sudah selesai di laksanakan.
" Waduuh, beneran nih aku telat" ucap Zahira.
Erika yang melihat pun langsung mendekatinya.
" Waah waah kau kemaleman Ira" ucap Erika sedikit mengejek hingga Zahira mengerucutkan bibirnya.
" Sudah sana laksanakan dulu tugasmu, mumpung waktu subuh masih ada" ucap Erika. Zahira pun mengangguk. Namun tiba tiba ada yang berdehem di luar majlis itu.
" Ehem ehem"
Zahira pun langsung terdiam.
"Sepertinya aku mengenal suara itu, seperti tidak asing di telingaku" batin Zahira. Erika pun terdiam saat melihat di luar majlis itu ada ustad Riziq yang sedang menatap Zahira.
" Erika ko perasaanku tidak enak ya, mudah mudahan yang berdehem itu suaranya ka Aisyah ya" ucap Zahira menvoba menghilangkan ketakutannya. Erika yang mendengarpun langsung mengernyitkan keningnya.
" Ira, gendang telingamu bermasalah ya?, jelas jelas itu suara laki laki, bukan suaranya ka Aisyah" ucap Erika tegas.
" Ehem ehem"
Riziq kembali berdehem. Membuat Zahira semakin metakutan.
" Erika, mudah mudahan itu suaranya ka Yusuf ya" ucap Zahira masih mencoba menghibur diri. Riziq sudah menatapnya tajam.
" Ira, aku pulang duluan ya ke asrama. Asalamualaikum"
" Waalsikum salam"
Erika pun bergegas pergi dari majlis itu, iya tidak mau mendengar peperangan adu argumen atara adik kakak itu.
Meskipun sedikit takut, Zahira memberanikan diri untuk menengok ke arah sumber suara laki laki yang berdehem itu.
Zahira langsung membelalakan matanya saat melihat Riziq yang berdiri di luar dan berdehem padanya.
" Aduuh, yang aku takutkan terjadi juga. Kenapa tiba tiba ka Riziq ada di sini" batin Zahira.
" Eh bocah semprul sini" ucap Riziq.
Meski takut, Zahira pun mendekati Riziq. Zahira sudah membacakan mantra dalam hati.
" Jangan marah, jangan marah, jangan marah"
Riziq pun menatap kesal pada adik perempuannya itu.
" Sekarang kau kerjakan dulu shalat subuh, setelah itu temui aku di lapangan" ucap Riziq tegas. Zahira pun mengangguk pasrah.
" Inilah yang dinamakan zona gawat darurat, kalau kak Riziq sudah marah, maka uang jajan adalah taruhannya" batin Zahira.
Zahira langsung mengerjakan shalat subuh. Setelah itu iya berniat pergi ke lapangan untuk menemui kakaknya. Namun saat iya sadar kalau sandalnya kiri semua, ada nama Zahira dan nama Erika di sandal itu. Zahira langsung mengetnyitkan keningnya.
" Pasti ini perbuatannya si Erika, dia ketakutan melihat kakaku, jadi dia buru buru dan salah pakai sandal, dia menggunakan sandal kanan semua. Astaghfirullah alazim. Kakaku yang manis itu, kalau sedang marah, wajahnya mendadak pahit" tutur Zahira sambil menggeleng gelengkan kepalanya.
-
-
-
-
-
-
-
-
Cerita ini dibuat untuk menghibur semata, jika ada ucapan atau perbuatan yang tidak menyenangkan, saya minta maaf.
Tidak ada niat sedikitpun untuk menyinggung atau merendahkan apapun. Baik tempat atau siapapun. Ambil positifnya saja.
Terima kasih
Setelah Zahira selesai shalat subuh dan memakai sandalnya yang dua duanya sebelah kiri, iya langsung menemui Riziq di lapangan.
" Asalamualaikum" Zahira mengucap salam sambil mengerucutkan bibirnya.
" Waalaikum salam"
Riziq pun menatap adik perempuannya itu dengan sedikit kesal. Zahira hanya diam saja padahal dalam hatinya menggerutu.
" Kenapa terlambat?" tanya Riziq.
" Aku kesiangan ka" jawab Zahira.
" Kenapa kau bisa kesiangan?, memangnya semalam kau tidur jam berapa?" tanya Riziq sedikit kesal.
" Aku tidur tengah malam"
" Kenapa kau tidur tengah malam?, apa kau belajar, apa kau mengaji?" tanya Riziq.
" Aku semalam bikin puisi untuk ka Yusuf oops" Zahira langsung menutup mulutnya sendiri karna keceplosan. Kini Riziq sudah menggeram membuat Zahira cengengesan takut.
" He he he"
" Duuh jangan sampai ka Riziq menghukumku, apalagi menggunting uang jajanku. Bahaya" batin Zahira.
" Sekarang berdiri di sini sampai 30 menit" ucap Riziq.
" Ka Riziq menghukumku?" tanya Zahira sedikit memelas.
" Hmmm"
" Tega banget sih" gerutu Zahira.
Riziq sudah memicingkan matanya.
" Iya iya, aku berdiri di sini" jawab Zahira pasrah.
" Ka Riziq menghukumu biar kau sadar diri dan tidak kesiangan lagi. Mulai sekarang belajarlah untuk lebih jauh mengenal agamamu, lebih dekat lagi dengan tuhanmu (Allah). Kau sudah dua tahun belajar di sini, tapi kecerdasanmu hanya naik beberapa persen saja, aku tegas padamu karna kau adalah adiku, aku hanya ingin kau bertanggung jawab" tutur Riziq. Zahira hanya cemberut saja.
" Ka Riziq kan tau kalau kecerdasan otaku di bawah rata rata, otaku selalu loading dan berputar putar di tempat. Aku sudah berusaha, tapi kenyataannya memang seperti ini" batin Zahira.
" Ka Riziq pergi dulu, nanti balik lagi ke sini setelah 30 menit. Dan jangan cemberut seperti itu. Kalau kau cemberut seperti itu, nanti kau kelihatan kecil kecil amit amit menyebalkan" tutur Riziq.
" Di ralat ya ka, bukan kecil kecil amit amit menyebalkan. Tapi kecil kecil imut imut menggemaskan, hati hati jangan sampai salah sebut, nanti artinya jadi beda" gerutu Zahira.
" Sakarepmu, ya sudah, ka Riziq pergi dulu, asalamualaikum"
" Waalaikum salam"
Saat Riziq mau pergi, tiba tiba iya menghentikan langkahnya, menatap sandal yang Zahira pakai.
"Heeei bocah semprul, kenapa kau pakai sandal kiri semua?" tanya Riziq heran hingga Zahira tersenyum getir.
" Model baru ka" jawab Zahira sambil cengengesan. Riziq hanya mengernyitkan keningnya.
" Setelah pelajaran selesai, kau datanglah ke rumah ka Riziq, minta ka Aisyah untuk mengompres kepalamu dengan air mendidih" tutur Riziq. Zahira langsung cemberut kembali.
" Memangnya aku bubuk kopi pake di kompres air mendidih segala" gerutu Zahira.
Riziq pun pergi dari sana. Zahira sudah celingak celinguk takut ada yang melihat jika dia sedang di hukum.
" Bahaya kalau ada yang lihat, malunya pasti sampai ke ubun ubun" gumam Zahira. Tiba tiba datanglah Syifa yang sudah siap pergi ke kelas.
" Asalamualaikum ka Ira"
" Waalaikum salam Syifa"
Syifa pun terdiam saat melihat Zahira berdiri di tengah lapangan.
" Ka Ira sedang apa di sini?" tanya Syifa heran.
" Ka Ira sedang merasakan sinar matahari pagi, vitamin D, bagus buat kulit"
Syifa pun tersenyum.
" Aku ikutan ya" ucap Syifa sambil ikut berdiri bersama Zahira.
" Bagus, jadilah anak buah yang baik" ucap Zahira sambil tertawa tawa.
Tidak lama kemudian datanglah ustad Usman (32 tahun).
" Asalamualaikum"
" Waalaikum salam"
Ustad Usman pun menatap Syifa.
" Syifa, sedang apa kau di sini?" tanya ustad Usman.
" Aku sedang menangkap vitamin D dari sinar matahari" jawab Syifa polos hingga ustad Usman mengernyitkan keningnya.
" Syifa, sebaiknya kau masuk kelas sana, kalau ibumu tau kau belok ke sini, dia bisa memakanmu hidup hidup" tutur ustad Usman.
Syifa malah cemberut.
" Ya sudah aku pergi dulu. Asalamualaikum"
" Waalaikum salam"
Sifa pun pergi.
Kini tinggalah ustad Usman dan Zahira.
" Sekarang kau ikut denganku" pinta ustad Usman. Zahira pun menurut mengikuti.
Ustad Usman pun membawa Zahira ke dekat perbatasan santri putra. Zahira di suruh berdiri menghadap tiang bendra.
" Kau berdiri di sini, hormat ya. Nanti banyak teman temanmu yang lewat, kalau kau punya rasa malu, berarti kau normal" ucap ustad Usman.
" Aku masih normal ko, bukan buah buahan yang jeruk makan heruk. Aku masih menyukai ka Yusuf" tutur Zahira. Ustad Usman langsung mengernyitkan keningnya.
" Jangan terlalu fokus memikirkan jodoh, kau harus fokus belajar agama, kau ini baru saja hatam iqro. Dekatkanlah dirimu pada Allah. Jangan dekatkan dirimu pada Yusuf. Cuma kau satu satunya santri putri yang genitnya kebangetan" tutur ustad Usman.
" Iya" jawab Zahira pasrah.
" Ya sudah, kau berdiri saja di sini, nanti kakakmu memanggil. Jangan kira kakakmu menghukumu karna benci, justru dia sangat sayang padamu. Masih untung dia cuma menyuruhmu berdiri saja, kalau aku jadi ustad Riziq, sudah kulempar kau ke sungai" gerutu ustad Usman hingga Zahira menggeram.
" Main lempar lempar saja" gerutu Zahira.
" Jangan banyak protes"
" Tapi om ustad, inikan dekat dengan perbatasan santri putra, kalau para santri putra lewat dan melihat kecantikanku yang luar biasa ini, nanti kesucian mata mereka akan terkontaminasi oleh kecantikanku. Dosa" tutur Zahira percaya diri. Ustad Usman langsung mengernyit.
"Kalau ka Yusuf melihatku bukankah ini sangat memalukan" batin Zahira.
" Percaya dirimu tinggi sekali"
" Harus"
Ustad Usman pun memberikan sorbannya pada Zahira.
" Nih, tutup wajahmu yang cantik jelita itu pakai sorban, biar para santri yang melihat tidak keracunan" ucap ustad Usman. Sambil mengerucutksn bibirnya, Zahira pun mengambil sorban itu.
" Di kira aku racun sianida" gerutu Zahira.
" Ya sudah aku pergi dulu, asalamualaikum"
" Waalaikum salam"
Saat ustad Usman mau pergi, iya terdiam melihat sandal Zahira yang dua duanya kiri semua.
" Eh selebor, kenapa kau pakai sandal kiri semua?" tanya ustad Usman heran. Zahira sudah tersenyum getir.
" Ini model dan edisi terbaru di tahun 2021" ucap Zahira.
" Masa?
" Hmmm"
" Ingin sekali aku memesan kopi panas pada bi Ratna" ucap ustad Usman.
" Untuk apa om ustad memesan kopi panas di jam segini?" tanya Zahira.
" Untuk ku minum, lalu kusemburkan pada ubun ubunmu" ucap ustad Usman.
" Memangnya aku kesurupan apa" gerutu Zahira.
Ustad Usman pun kini telah pergi. Zahira langsung melilitkan sorban itu ke wajahnya.
" Ribed sekali sih jadi perempuan cantik. Harus di tutup tutup segala mukanya"
Dari kejauhan, Zahira melihat Yusuf sedang bejalan bersama Hasan menuju kelasnya.
" Calon imamku mau lewat, gawat kalau dia melihatku pasti ini sangat memalukan, mudah mudahan setelah wajahku di tutup sorban, mereka tidak akan mengenaliku" gumam Zahira. Zahira sudah menunduk sambil hormat pada sang merah putih.
" Jangan lihat jangan lihat"
Saat Yusuf dan Hasan lewat, mereka terdiam melihat ada seorang santri putri berdiri di hadapan tiang bendera.
" Dia kenapa ya Suf?" tanya Hasan.
" Mungkin dia sedang dihukum, sepertinya dia melakukan kesalahan" ucap Yusuf. Saat Yusuf mau melanjutkan langkahnya, tiba tiba Hasan menahannya.
" Suf, sepertinya aku mengenal santri putri itu" ucap Hasan sambil menatap Zahira.
" Siapa?" tanya Yusuf.
" Dia seperti si Zahira yang punya tatapan belati" ucap Hasan. Karna penasaran, Hasan pun mengajak Yusuf untuk mendekati Zahira, namun Yusuf melarangnya.
" Jangan ke sana, kita tidak boleh memasuki area santri putri, ada larangan untuk itu" ucap Yusuf.
" Si Hasan instingnya kuat juga, pake mengenaliku segala lagi, padahal wajahku sudah ditutupi sorban. Mungkin karna aura kecantikanku yang menggemaskan, jadi mau di tutup pake apapun pasti ketahuan. Beginilah nasib seorang Zahira, si cantik imut menggemaskan" batin Zahira.
Karna penasaran, Hasan pun berteriak mengucap salam pada Zahira.
" Asalamualaikum" teriak Hasan di perbatasan.
Zahira pun mulai kebingungan.
" Duuh Hasan ngucap salam, kalau tidak di jawab pasti dosa. Tapi kalau di jawab, mereka pasti mengenali suaraku. Boleh tidak ya jawabnya di dalam hati, mungkin boleh. Waalaikum salam" batin Zahira.
" Dia diam saja Suf"
" Ayo pergi jangan mengganggunya" pinta Yusuf. Tapi Hasan masih penasaran.
" Suf, aku yakin itu si Zahira" ucap Hasan.
Hasan pun berteriak kembali.
"Heei apa kau Zahira?" teriak Hasan.
" Bukan. Aku Syifa" jawab Zahira.
" Duuh, kenapa malah bilang Syifa sih, kenapa gak Erika saja, mereka pasti tau aku bohong. Syifa kan masih kecil, dasar kau Zahira" batin Zahira menggerutu.
Dilihatnya Yusuf dan Hasan sedang menahan tawa, mereka yakin itu adalah Zahira. Karna dari suaranya saja Yusuf dan Hasan mengenalinya.
" Heeei Syifa, apa kau meminum ramuan ajaib hingga badanmu tumbuh besar lebih cepat" teriak Hasan sambil tertawa tawa. Zahira sudah menggeram.
" Heei Zahira aku tau itu kau, sedang apa kau berdiri di situ?" tanya Hasan. Yusuf hanya diam memperhatikan.
" Aku sedang belajar sabar" jawab Zahira. Yusuf pun tersenyum mendengar jawabannya Zahira.
" Ayo San kita pergi, jangan mengganggu Zahira" pinta Yusuf.
Saat Hasan mengangguk, iya terdiam heran melihat sandal Zahira.
" Suf, si Zahira pakai sandal kiri semua" ucap Hasan memberitau. Yusuf pun menatapnya, Yusuf ingin tertawa namun iya tahan.
" Ira, kenapa kau pakai sandal kiri semua?" tanya Yusuf. Zahira mulai kebingungan.
" Eeee, ini tren di tahun 2021" jawab Zahira. Yusuf dan Hasan langsung mengernyitkan keningnya.
Tiba tiba Riziq datang dari belakang Yusuf dan Hasan.
" Asalamualaikum" Riziq mengucap salam.
" Waalaikum salam"
" Kalian sedang apa?" tanya Riziq sambil menatap Yusuf dan Hasan.
" Maaf ustad, kami hanya lewat. Asalamualaikum" Yusuf dan Hasan berpamitan karna sedikit takut jika Riziq marah. Riziq pun menatap Zahira.
" Kenaoa wajahmu ditutup seperti itu?" tanya Riziq.
" Ini perbuatannya om ustad. Ka Riziq tadi lihatkan calon imamku tampan sekali" ucap Zahira.
" Sekali lagi kau genit genit pada Yusuf kulempar kau ke sungai"
Zahira langsung mengerucutkan bibirnya.
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-Cerita ini dibuat untuk menghibur semata. jika ada ucapan atau perbuatan yang tidak menyenangkan, saya mohon maaf.
Tidak ada niat sedikit pun dalam hati untuk menyinggung atau merendahkan apapun. Baik tempat atau siapapun. Ambil positifnya saja.
Terima kasih.
Kini Zahira sudah selesai mengikuti pelajaran dari ustadzah Ulfi (39 tahun). Ustadzah Ulfi adalah ibunya Yusuf. Zahira tak pernah malu jika di kelas itu hanya dia seorang yang sudah dewasa, dan berbeda usia 10 tahun dengan murid lainnya, apalagi yang mengajar di sana adalah ibunya Yusuf. Keinginan dan kepercayaan diri Zahira yang setingkat dewa itu membuatnya hilang rasa malu.
Kini Zahira sudah berjalan pulang bersama Syifa.
" Syifa, apa kabar celengan semarmu?" tanya Zahira.
" Alhamdulilah ka, baik baik saja, daun pandannya pada berontak minta dikeluarin" jawab Syifa.
" Kalau celenganmu pecah, kuadopsi ya daun pandannya, he he" Zahira tertawa tawa. Tiba tiba iya bertemu Riziq di jalan.
" Asalamualaikum"
" Waalaikum salam"
Zahira sudah merentangkan tangannya. Dikira Riziq dia mau cium tangan padahal minta jatah uang jajan.
" Cium tangan" ucap Riziq mengingatkan. Sambil mengerucutkan bibirnya Zahira pun mencium tangan kakaknya itu.
" Kenapa kau cemberut seperti itu?" tanya Riziq.
" Ka Riziq sama ka Rasyid lupa ya, minggu ini aku belum di kasih uang jajan" Zahira memelas.
" Ka Riziq lupa bawa uang, ayo kita pulang ke rumah, nanti minta sama kakak iparmu" ucap Riziq. Zahira pun mengangguk. Saat Zahira mau pulang ke rumahnya Riziq, iya langsung melirik Syifa.
" Syifa tidak apa apakan kau pulang ke asrama sendiri?" tanya Zahira.
" Aku takut" ucap Syifa.
" Takut apa?"
" Takut di culik pulang sendirian"
Zahira dan Riziq pun langsung mengernyitkan keningnya.
" Tidak akan ada yang berani menculikmu, penculiknya pasti takut pada ibumu. Dia pasti takut di makan hidup hidup. Lagi pula kau tidak perlu takut, di culik itu sangat menyenangkan" tutur Zahira.
" Syifa, kau tidak perlu takut pulang sendirian. Berdo'a saja pada Allah" ucap Riziq.
" Iya ustad Riziq"
Setelah berpamitan, Syifa pun pergi ke asrama putri sendirian. Kini Zahira sudah pulang ke rumahnya Aisyah bersama Riziq.
" Asalamualaikum"
" Waalaikum salam" jawab Aisyah sambil membukakan pintu. Aisyah pun tersenyum lalu memeluk Riziq dan bersikap manja tiba tiba. Membuat Riziq di buat heran dengan sikapnya itu.
" Uni kondisikan sikapmu, liat liat situasi kalau mau menggodaku, aku bawa bocah semprul ke rumah" ucap Riziq memberitau. Aisyah pun langsung melepaskan pelukannya dan menatap ke belakangnya Riziq. Dilihatnya Zahira sedang cemberut. Badan Zahira yang kecil, tidak bisa terlihat saat berada di belakang Riziq yang tubuhnya tinggi besar.
" Maaf Le, aku tidak tau kalau kau ke rumah bawa warisanmu" ucap Aisyah.
" Lama lama mataku yang suci ini bisa ternodai melihat sikap kalian" gerutu Zahira sambil masuk ke rumah.
" Warisanmu kalau merajuk seperti itu" ucap Aisyah pada Riziq. Zahira pun masuk ke kamarnya yang ada di rumahnya Riziq.
" Kenapa dia ngambek begitu?" tanya Aisyah.
" Aku lupa belum kasih uang jajan" jawab Riziq. Aisyah pun masuk ke kamarnya Zahira dan dilihatnya Zahira sedang rebahan di atas tempat tidur.
"Hei, sudah makan belum?" tanya Aisyah sambil membelai kepala adik iparnya itu.
" Aku sedang diet ka" jawab Zahira bohong. Aisyah langsung mengernyitkan keningnya.
" Kau mau menyisakan kulit sama tulang?, badanmu kurus begitu" ucap Aisyah.
" Aku makannya nanti saja belakangan"
" Ya sudah, ka Aisyah makan duluan ya sama kakakmu" ucap Aisyah sambil berlalu ke luar.
Baru saja Aisyah keluar dan menutup pintu kamar Zahira, tiba tiba Riziq menariknya dan langsung memojokannya ke tembok. Tentu saja Aisyah terkejut.
" Leeeee, kau mengagetkanku saja" gerutu Aisyah. Riziq pun tersenyum.
" Bukankah tadi kau mau menggodaku?" tanya Riziq.
" Hmmm, lalu?" tanya balik Aisyah.
" Lanjutkan" pinta Riziq sambil memeluk pinggang istrinya itu.
" Jangan menggodaku di sini, nanti Zahira lihat"
"Mata Zahira sudah kebal"
Saat Riziq mendekat, tiba tiba ada yang mengetuk pintu.
Tok tok tok.
" Asalamualaikum"
" Waalaikum salam"
Aisyah dan Riziq pun terdiam.
" Uni itu seperti suara Yusuf" bisik Riziq. Aisyah pun mengangguk.
" Kau buka pintu sana, mungkin dia ada perlu" pinta Riziq. Aisyah pun mengangguk dan langsung membukakan pintu. Sementara Riziq langsung mengunci kamar Zahira dari luar. Iya yakin kalau Zahira mendengar suara Yusuf, sudah pasti sikap genitnya keluar.
Aisyah pun tersenyum pada Yusuf.
" Eh ada Yusuf"
" Maaf ka Aisyah, ustad Riziqnya ada?, ini ada titipan dari abi" ucap Yusuf.
" Ada, sebentar ya ka Aisyah panggilkan"
Aisyah pun menemui Riziq yang kini sedang beradu argumen dengan Zahira.
" Ka Riziq kenapa aku di kunci di luar?" tanya Zahira sambil menggedor pintu.
" Kau istirahat saja, 15 menit lagi baru boleh keluar" jawab Riziq.
" Aku mendengar suara ka Yusuf di depan"
" Itu bukan suara Yusuf, tapi itu suaranya mang Ilham" jawab Riziq bohong.
" Aku kenal suaranya ka Yusuf, lagi pula suaranya mang Ilham itu sember" teriak Zahira.
" Leeee, kenapa sih ribut ribut" ucap Aisyah.
" Dia tau saja kalau ada Yusuf datang"
" Yusuf mencarimu, ada titipan dari ustad Azam" Aisyah memberitau. Riziq pun mengangguk dan langsung menemui Yusuf.
" Ada titipan apa Suf?" tanya Riziq.
Yusuf pun memberikan beberapa buku pada Riziq yang dititipkan abinya.
" Oh iya Suf terima kasih"
Yusuf pun terdiam mendengar kegaduhan di kamarnya Zahira. Zahira berteriak teriak minta di bukakan pintu.
" Itu suara ribut ribut apa ustad Riziq?" tanya Yusuf.
" Ooh itu Zahira sedang nyanyi" jawab Riziq.
Meski sedikit heran, Yusuf pun tersenyum dan mengangguk.
" Aku permisi dulu, asalamualaikum"
" Waalaikum salam"
Setelah Yusuf pergi, Riziq pun membuka pintu kamar Zahira. Dilihatnya Zahira sedang menggeram kesal. Tatapan belatinya mulai keluar.
" Jangan memberikan tatapan menggemaskan seperti itu" ucap Riziq.
" Ssssthh, jangan berisik, ayo kita makan" ajak Aisyah sambil menarik tangan Zahira menuju meja makan, di ikuti Riziq.
" Makan sama apa ka?" tanya Zahira.
" Tahu gimbal"
" Apaan tahu gimbal?"
" Ssstth, jangan berisik, ayo makan" pinta Aisyah. Mereka pun makan bersama. Setelah selesai, Zahira menatap meja makan yang makanannya sudah tandas.
"Yaaah habis, padahal aku mau kirim buat ka Yusuf. Buat sendiri akh" batin Zahira.
" Ka tahu sama bahan yang lain masih ada?" tanya Zahira.
" Ada, memangnya mau ngapain?"
" Mau bikin tahu botak" jawab Zahira. Hingga Aisyah dan Riziq mengernyitkan keningnya.
" Le, kelakuan warisanmu kalau sedang kumat" bisik Aisyah.
Zahira pun masak dan meracik sesuai yang iya bisa. Aisyah dan Riziq hanya menatapnya saja.
" Kira kira, siapa yang mau diracuni sama si Ira dengan masakannya itu" bisik Aisyah pada Riziq.
" Sssttth"
Setelah selesai memasak. Zahira pun menaruh masakannya ke kotak makanan.
" Tereeeng, tahu botaknya sudah jadi, dan siap untuk dinikmati" ucap Zahira antusias.
" Kalian cobain sedikit ya" pinta Zahira. Aisyah dan Riziq langsung menganga.
" Maaf Ira, ka Riziq sudah kenyang"
" Ka Aisyah juga"
Aisyah dan Riziq sudah tau hasil maha karya masakannya Zahira yang hancur tak jelas rasa.
" Pasti masakannya sebelas dua belas sama racun sianida" batin Aisyah.
" Ya sudah kalau tidak mau icip icip, aku bawa saja"
" Kau mau meracuni siapa dengan masakanmu itu?" tanya Riziq.
" Masakanku tidak beracun, dibuatnya dengan penuh cinta, aku akan kasih buat ka Yusuf" jawab Zahira hingga Riziq memicingkan matanya.
" Awas ya kalau kau masuk daerah santri putra" ancam Riziq.
" Iya aku akan titip pada Syakir (7 tahun keponakan Zahira), sekalian mau minta amplop sama ka Rasyid" ucap Zahira.
Saat Zahira mau pergi, Zahira pun merentangkan tangannya pada Riziq.
" Daun pandannya mana?" tanya Zahira.
" Tuh di kebunnya mang Ilham" jawab Riziq.
Aisyah sudah cekikikan hingga Zahira mengerucutkan bibirnya.
" Le, berikan daun pandannya" ucap Aisyah. Riziq pun memberikan amplop berisi uang jajan untuk Zahira.
" Yes yes yes, terimakasih kakaku yang manis, semoga cuma ka Aisyah yang nempel di hatimu. Kudoakan tidak akan ada semut yang berani menggerumutimu" tutur Zahira, ada nada mengejek dalam kalimatnya.
Riziq sudah kesal.
" Ada sandal melayang nih" gerutu Riziq.
Zahira langsung berlari sambil membawa kotak makanan itu.
" Baaaaaay"
" Asalamualaikum, bukan bay. Dasar bocah semprul" teriak Riziq kesal. Aisyah sudah cekikikan hingga Riziq memicingkan matanya.
" Maaf Le"
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Cerita ini di buat untuk menghibur semata, jika ada ucapan atau perbuatan yang tidak menyenangkan, saya minta maaf.
Tidak ada niat sedikitpun dalam hati untuk menyinggung atau merendahkan apapun. Ambil positifnya saja.
Terima kasih.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!