Di salah satu daratan yang ada di Benua Timur berdiri Kota Surya yang merupakan benteng terakhir umat manusia.
Kota yang berhasil bertahan selama ribuan tahun pada zaman kegelapan ini, Merupakan kota sisa kerajaan umat manusia yang selamat dari perang berdarah antara Ras Manusia dengan Ras Siluman.
Ras siluman merupakan musuh abadi manusia, Mereka meningkatkan kekuatan mereka dengan memakan manusia, Sedangkan manusia meningkatkan kekuatan mereka dengan melatih energi yang mereka miliki.
Ras manusia mampu membuat senjata yang kuat dari beberapa bagian tubuh siluman dan mampu mempelajari hal-hal rumit yang ada di dunia ini, Bahkan ada masa dimana Ras Manusia hampir menguasai seluruh benua.
***
Di salah satu Sekolah Akademi Kota Surya, Seorang Guru wanita sedang menjelaskan macam-macam kelas petarung yang ada di dunia.
"Sejauh ini kota kita dihuni oleh ratusan ribu penduduk, Tiga puluh persen diantara mereka adalah para petarung, Kita Ras manusia merupakan Ras yang paling ahli menggunakan pedang..."
Bairu, Guru wanita yang memiliki paras cantik dengan bentuk tubuh model berbicara dengan elegan. Dua gunung miliknya yang menjulang tinggi menjadi daya tarik tersendiri, Membuat para lelaki tak henti-hentinya berimajinasi.
"Sebelum zaman kegelapan ada banyak berbagai macam Ras yang ada di dunia ini, namun yang tersisa saat ini hanyalah Ras manusia dan Ras siluman..." Bu Guru Bairu mulai berbicara lebar tentang kedua Ras dan menjelaskan kelebihan Ras manusia yang mampu mengolah energi didalam tubuh mereka.
Tiba-tiba udara disekitar Bu Guru Bairu menjadi terasa panas, Butiran api kecil keluar dari telapak tangan Bu Guru Bairu yang kemudian membesar seperti bola seukuran buah kelapa.
"Ini adalah api sederhana yang terbentuk dari sebuah energi..." Bu Guru Bairu tersenyum manis memperlihatkan telapak tangannya, Sedangkan para murid yang melihat menjadi sangat antusias dan membuat mulut mereka berbentuk sepeti huruf "O".
"Guru kita memang hebat! Barusan kita dibuat panas oleh ke dua gunung, Sekarang kita dibuat panas oleh telapak tangan!" Salah seorang murid terkekeh dengan nada kecil.
"Aku rasa selama Bu Guru Bairu ada, Musim dingin tidak akan terasa, Hanya akan ada musim panas!" Murid disebelahnya menimpali dengan mata mesum.
"Hei! Kecilkan suara kalian berdua!" Seorang murid di bangku belakang memukul kepala ke dua murid di depannya sambil berbisik.
"Apakah kalian tidak tahu latar belakang Bu Guru Bairu!? jika Bu Guru sampai mendengar ka..." Belum sempat Joni selesai bicara Bu Guru Bairu berteriak keras.
"JONII!!! apa kamu mendengar apa yang Bu Guru jelaskan!?" Bairu melotot tajam dengan kedua tangannya terlipat kedepan membuat tonjolan yang menonjol semakin menonjol.
Semua para siswa dikelas mulai mengarahkan perhatiannya kepada Joni yang saat ini sedang mematung, Kedua tangannya masih berada diatas kepala dua murid tadi.
"Ten-tentu saja saya mendengar semuanya hehe..." Joni langsung tersadar sambil cengengesan dia tak menduga hal seperti ini akan terjadi, Ia segera kembali merapikan duduknya dan siap menjelaskan.
"Hei! bukankah dia Joni yang sering dibicarakan kakak kelas".
"Itu memang dia, Rambut hijau keriting dengan goresan pedang dimata kirinya, Dia orang yang tidak pernah naik kelas selama dua tahun!".
"Murid ini, Jika ia tidak naik kelas untuk ketiga kalinya, Sekolah akan mengeluarkannya secara paksa!".
Para murid mulai saling berbisik satu sama lain.
"Diam! Berhenti berbisik!" Bu Guru Bairu memotong obrolan para murid dan menyuruh Joni segera berbicara dan menjelaskan.
Joni sadar dirinya akan menjadi ejekan kelas, Tapi mengingat instruksi Dewinya dua tahun yang lalu, Ia tidak peduli dengan semua cemoohan dan ejekan ini.
"Ingatlah baik-baik! Selama tiga tahun kamu harus fokus mengontrol energi yang diajarkan di kelas satu, Baru setelah itu fokus pada elemen yang nanti diajarkan dikelas dua!" Gadis kecil itu berbicara serius dengan jari telunjuk berkali-kali tertuju pada Joni.
"Eh! Kenapa harus selama itu? Bukankah satu tahun itu udah cukup?" Raut muka Joni benar-benar tertekan dengan ucapan Dewinya.
"Jangan banyak tanya! Kamu akan mengerti nantinya! Lakukan saja apa yang mulia ini katakan!" Gadis kecil itu mendengus dan segera memakan kembali coklat yang ada ditangannya.
Joni hanya tersenyum mengingat Dewinya saat itu dan sekarang setelah dua tahun, Ia baru mulai faham mengapa Dewinya menyuruhnya berbuat demikian.
"Apa yang sedang kamu imajinasikan dengan tampang mesum seperti itu!?" Teriakkan Bu Guru Bairu membuat Joni sentak tersadar kembali dari lamunannya dan melihat Bu Guru Bairu sedang marah melototinya.
"Ternyata orang ini mesum level ahli! Berani terang-terangan berimajinasi didepan Bu Guru!" Dua murid yang telah dipukul joni kini memiliki mata kekaguman terhadap joni.
Joni mulai berdiri dan berbicara, Ia menjelaskan dari awal tentang apa yang telah disampaikan oleh Bu Guru Bairu secara jelas yang membuat para murid berdecak kagum, Karena penjelasan Joni bahkan lebih mudah dimengerti.
"Walaupun orang ini tidak naik kelas tapi wawasannya cukup luas" Anita bergumam pelan sambil menganggukkan kepalanya.
Anita adalah seorang Putri dari Penguasa Kota Surya, Ia memiliki penampilan anggun dan menawan, Rambutnya yang putih keperakan selaras dengan kulit putihnya, Tidak heran murid-murid menyebutnya sebagai Dewi mereka.
"Heh! Itu wajar saja dia sudah dua tahun berada dikelas ini..." Mendengar gumaman Anita yang akan menjadi tunangannya dimasa depan, Berga yang duduk disebelah Anita sengaja mengeraskan suaranya agar didengar murid-murid lainnya.
Suara Berga membuat para murid lainnya tersadar dari kekaguman mereka dan kembali memasang tatapan mengejek mereka ke arah joni.
"Apa yang dikatakan Tuan Muda memang benar..." Salah seorang murid mencoba menjilat.
"Tuan Muda memang jenius sejati, disaat kita semua kagum dengan penjelasan orang bodoh itu, Hanya Tuan Muda yang tersadar, Yang lain hanya bisa terbius".
"Benar-benar jenius sejati dari tiga Keluarga Utama".
Murid-murid yang lain mulai menjilat bergantian tidak mau ketinggalan, Berharap Tuan Muda mengingat mereka suatu hari.
"Anjing-anjing ini benar-benar pandai menjilat" Gumam Berga yang tersenyum sombong dan mengangguk-anggukkan kepalanya kearah mereka yang memuji.
Melihat ini Joni hanya tersenyum, Namun hatinya jelas dipenuhi penghinaan.
Bagaimanapun Berga ini hanya berasal dari Keluarga Gagak Api yang paling lemah diantara tiga Keluarga Utama, Namun ia benar-benar sombong dan memandang rendah orang lain.
Kota Surya ditopang oleh tiga Keluarga Utama, Keluarga Garuda Es sebagai pemimpin berada diperingkat pertama sedangkan Keluarga Elang Petir berada diperingkat kedua.
Dibawah Keluarga Utama adalah Keluarga Cabang. Terdapat dua belas Keluarga cabacng yang setiap empat Keluarga Cabang masing-masing merupakan bagian dari masing-masing Keluarga Utama.
Joni merupakan bagian dari Keluarga Cabang Elang Petir, Namun walaupun demikian hubungan antara Keluarga Utama dan Keluarga Cabang seperti majikan dan pembantu bahkan bisa mendekati budak.
Bu Guru Bairu merasa puas dengan ucapan keponakannya Berga, Sedangkan Joni duduk kembali sambil tersenyum, Ia tidak peduli dengan banyak mata menjengkelkan menuju padanya.
"Baiklah kelas pertama telah berakhir, Kalian semua bisa menunggu untuk kelas berikutnya" Bu Guru Bairu berjalan keluar, Sebelum dirinya tiba-tiba mematung di depan pintu ruang kelas.
"Lihat! itu Pak Guru Carly!" Salah seorang murid wanita berteriak histeris sambil menunjuk jarinya ke luar ruangan.
Para murid wanita segera mengalihkan pandangan mereka dengan mata berbinar- binar, Sedangkan alis dan mulut para murid laki-laki mulai berkedut.
"Lihatlah betina-betina ini, Dimana semboyan mereka yang mengatakan: Wanita tidak pernah memandang fisik!" Darul dan Danul memprotes tingkah mereka, Sedangkan Joni dibelakangnya hanya bisa tersenyum.
Bagi Joni, Darul dan Danul adalah saudara kembar yang unik, Walaupun tingkat kemesuman mereka berdua mengkhawatirkan. Mereka berdua sama-sama memiliki kulit yang agak kehitaman dengan tinggi tubuh anak SM (Sekolah Menengah).
Pendidikan di Kota Surya dimulai dari jenjang SD (Sekolah Dasar) dengan enam kelas, Dimana setiap anak berusia tujuh tahun wajib memulai pendidikannya dari SD kelas satu dan setiap tahunnya akan diadakan ujian kenaikan kelas.
Kemudian selanjutnya Pendidikan SM (Sekolah Menengah) dengan tiga kelas, Dilanjuti dengan pendidikan SA (Sekolah Atas) dengan tiga kelas Dan terakhir adalah ST (Sekolah Tinggi) selama satu tahun. Sekolah ST hanya dikhususkan untuk calon Para Guru yang akan mengajar.
Di SD para murid akan di didik untuk memiliki kepribadian disiplin dan harus bisa menghitung, membaca dan menulis, Kemudian setelah itu para murid akan diperkenalkan tentang dasar-dasar ilmu beladiri.
Di tingkat SM para murid dituntut untuk menekuni bidang keahlian mereka masing-masing dalam ilmu beladiri, Apakah keahlian mereka menggunakan pedang atau tombak atau kapak atau pisau.
Dan ketika umur mereka mencapai delapan belas tahun mereka diperbolehkan untuk memasuki SA untuk mempelajari energi, Karena pada usia ini energi pada tubuh manusia baru bisa diolah.
"Joni, Walaupun kami mengagumi keberanian mu untuk berimajinasi didepan Bu Guru Bairu secara langsung, Kami tidak berharap kamu bahkan berimajinasi tatkala menatap pria" Sahut Darul memecahkan lamunan Joni.
Melihat senyuman Joni saat ini membuat Darul dan Danul merasakan bulu mereka merinding.
"Aaa... Kalian jangan khawatir! Saya hanya merasa kalian berdua adalah saudara yang unik, Tidak ada pikiran macam-macam, Lagipula saya adalah laki-laki tulen" Joni tersadar dan segera menggaruk belakang kepalanya sambil tersenyum.
"Apa kamu sedang berusaha menjilat kami berdua?" Darul menaikkan alisnya setelah Joni menganggap mereka berdua adalah saudara yang unik.
"Kamu pikir kami laki-laki mur..." Belum sempat Danul menyelesaikan bicaranya, Ia di suduhi sebuah buku oleh Joni, Tertulis dalam judul buku [Kenikmatan Duniawi Keindahan Para Dewi].
Melihat buku tersebut, Sikap Darul dan Danul langsung berubah seratus delapan puluh derajat, Wajah mereka berdua yang tadi keras tiba-tiba menjadi lunak.
"Big bro mulai sekarang kita adalah saudara!" Mereka berdua serempak menempatkan satu tangan mereka didada sambil mengangkat wajah dan langsung bersumpah saudara.
Melihat mereka berdua Joni hanya bisa tersenyum.
"Seperti yang diharapkan dari Buku Pusaka Pemersatu Bangsa, Benar-benar layak jadi buku pedoman dalam persaudaraan" Joni memuji sambil menganggukkan kepalanya berbicara dalam hati.
Pak Guru Carly akhirnya sampai menuju ruangan dan mendekati Bu Guru Bairu yang saat ini sedang mematung, Dilihat dari mata Bu Guru Bairu, Semua murid tahu ada perasaan kerinduan yang sangat kuat.
"Minggir... Anjing yang baik tidak menghalangi jalan!" Pak Guru Carly berbicara tanpa ekspresi dengan mata dingin menatap Bu Guru Bairu.
"Kamu! Bagaimana mungkin kamu berbicara seperti itu pada tunangan mu!?" Bu Guru Bairu menahan amarahnya dengan nafas tergesa-gesa, Membuat dua gunung berguncang-guncang tak berdaya mengikuti arus nafasnya.
"Minggir! Aku tidak akan mengulanginya untuk ketiga kalinya" Aura disekitar Pak Guru Carly tiba-tiba mencekam, Membuat Bu Guru Bairu merasa ketakutan, Ia segera pergi dengan sedikit amarah dimatanya.
Para murid yang melihat adegan ini tidak berani mengatakan apapun, Bahkan semenjak Pak Guru Carly akan memasuki ruangan kelas mereka, Mereka semua telah duduk rapi di bangku masing-masing tanpa bersuara sedikitpun.
Pak Guru Carly melangkahkan kakinya ke ruang kelas, Wajah tampannya kini terlihat jelas, Alisnya yang seperti pedang dengan tatapan mata yang tajam, Membuat hati gadis manapun akan terasa manis dan berbunga-bunga.
"Ini adalah pertemuan pertama kita, saya Carly akan membimbing kalian untuk merasakan energi yang ada dalam tubuh" Pak Guru Carly berbicara datar sambil menatap kerumunan para murid dan tatapannya berakhir pada Joni.
"Joni maju kedepan, Perlihatkan para junior mu bagaimana cara merasakan energi" Pak Guru Carly memandang Joni dengan ekspresi yang lebih ramah dibandingkan dengan yang lainnya.
Selama tahun pertama dikelas satu, Joni merasa hanya Pak Guru Carly dan Bu Guru Bida yang layak untuk dihormati, Mereka berdua adalah Guru yang paling lugas dan cerdas dan metode dalam mengajarnya mudah dipahami dan sangat bervariasi.
Joni pernah menduga berubahnya sikap Pak Guru Carly ada kaitan erat dengan kematian Bu Guru Bida, Namun Joni mulai ragu sebab satu tahun telah berlalu semenjak kematian Bu Guru Bida.
Joni berharap bisa membantu Pak Guru Carly bisa kembali seperti dulu, Tapi dirinya saat ini terlalu lemah untuk mencampuri urusan orang lain.
"Baik Pak Guru" jawab Joni yang mulai maju kedepan kelas dengan senyum percaya diri, seakan-akan ia adalah tokoh utama yang ada dalam novel-novel.
Melihat senyuman Joni, Para murid menatapnya dengan tatapan mengejek, Walaupun mereka belum mempelajari cara merasakan energi disekolah, Tapi bukan berarti mereka belum pernah mempelajarinya dari keluarga mereka.
Bagaimanapun selama kamu sudah memasuki usia delapan belas tahun, Energi dalam tubuhmu sudah bisa digunakan, Detik itu juga kamu bisa melatih energimu.
Saat Joni berada dihadapan para murid, Tiba-tiba Berga mengangkat tangan kanannya, Ia menatap Joni dengan ekspresi licik diwajahnya.
"Ada apa?" Melihat Berga mengangkat tangannya membuat alis Pak Guru Carly terangkat, Sedangkan Berga memasang wajah ramah takut menyinggung guru killer ini.
"Pak Guru sebagaimana yang anda katakan bahwa Joni adalah senior dan kami adalah juniornya..." Pak Guru Carly mendengarkan sambil sedikit menganggukkan dagu, Meminta Berga melanjutkan.
"Bukankah itu menunjukkan kami ini lebih lemah! Sedangkan saya yakin, Saya bisa mengalahkannya dengan satu kali energi pukulan!" Berga dengan angkuh berbicara sambil mengangkat satu jarinya menghadap Joni.
"Berga ini benar-benar sombong! Apa hebatnya menggertak Keluarga Cabang sedangkan kamu berasal dari Keluarga Utama!" Darul mencemoh agak pelan, Sedangkan Danul yang mendengarnya cepat-cepat menutup mulut Darul.
"Ssstt... jaga bicaramu brother, Itu akan memperburuk keadaan kita dan juga Big bro!" Danul segera mengingatkan Darul secepat mungkin.
Para murid yang mendengar ucapan Berga menjadi bersemangat melihat hal apa yang akan terjadi.
"Owh... karena kamu sudah bisa menggunakan energi, Maka kamu tidak perlu memperhatikan arahan dari Joni, Tidak perlu mengangkat tanganmu tinggi-tinggi, Udara disini bisa tercemar gara-gara ketiakmu" Pak Guru Carly menjawab santai, tidak memberikan Berga sedikitpun wajah.
Mendengar ucapan Pak Guru Carly membuat raut muka Berga menjadi merah padam, Sedangkan para murid yang lainnya berusaha keras untuk tidak tertawa, Bahkan Anita yang disebelah Berga menutup hidung dan mulutnya sekaligus membuat Joni hampir tertawa lepas.
"Orang ini jelas-jelas sengaja! jika bukan karena kamu berasal dari Keluarga Elang Petir, Aku pasti sudah membakar wajah sialan mu itu!" Berga mengumpat dalam hati sambil menahan amarahnya lalu menarik nafas dalam-dalam.
"Pak Guru anda salah faham, Maksud saya disini adalah saya tidak setuju disebut junior oleh orang yang lebih lemah dari saya!" Berga memasang senyum ramah kepada Pak Guru Carly bahkan setelah ia dipermalukan.
Mendengar ucapan Berga membuat mata Pak Guru Carly menjadi lebih dingin dan segera ingin membalas ucapan Berga, Sebelum Joni tiba-tiba membuka suaranya.
"Pak Guru, Apa yang dikatakan Junior Berga masuk akal, Akan aneh jika orang yang lebih lemah disebut Senior, Bukankah begitu junior?" Joni berbicara perlahan kepada Pak Guru Carly lalu mengarahkan matanya kepada Berga dengan tatapan mengejek.
Berga yang mendengar dirinya disebut Junior beberapa kali oleh Joni membuat urat nadi dikeningnya bertonjolan.
"Anak ini, Apakah ia pikir dengan dua tahun dikelas satu membuatnya memiliki kapasitas energi yang lebih besar dari Berga? Sedangkan Berga setiap hari mengkomsusi pil energi berkualitas selama satu bulan terakhir sejak umurnya mencapai delapan belas tahun!"
Pak Guru Carly memiliki ekspresi rumit diwajahnya berusaha memikirkan solusi terbaik.
" Haha... Bagus! sangat bagus! Junior ini sangat bahagia. Pak Guru, Karena kami berdua sudah sepakat, Saya harap Pak Guru tidak menghalangi kami!"
Berga maju kedepan berdiri dihadapan Joni, Sedangkan Pak Guru Carly hanya diam, sedikit mengangguk ia berusaha mempercayai Joni.
Semua murid yang melihat kejadian ini benar-benar heran. Mereka berfikir apakah otaknya si Joni ini lagi konslet.
Pak Guru Carly bahkan berusaha membatunya, Namun ia sendiri malah sengaja terjun ke jurang neraka.
"Benar-benar seekor kucing yang mengganggap dirinya harimau!" Para murid mencemoh tanpa menahan suaranya, Sedangkan Darul dan Danul yang mendengar ini hanya bisa diam namun sedikit kemarahan jelas nampak di mata mereka.
Anita yang melihat situasi seperti ini mulai memejamkan matanya dan mengolah energi ditubuhnya. Ia berfikir daripada menonton sesuatu yang sudah pasti terjadi, Lebih baik menggunakan waktu sebaik mungkin untuk meditasi.
Bukan hanya Anita, Ada satu murid wanita yang sejak ia masuk kelas hanya fokus bermeditasi, Tidak ada yang memperhatikannya dari awal kecuali Bu Guru Bairu dan Pak Guru Carly.
Tentu saja Joni adalah orang pertama yang memperhatikannya.
"Sebagai seniormu aku akan bersikap lembut padamu dan kau sebagai junior tidak perlu menahan diri!" Joni berbicara santai sambil menggerakkan telapak tangannya sebagai isyarat untuk menyerang.
"haha! senior jangan khawatir tentu saja junior ini tidak akan menahan diri!" Berga tertawa dingin, Tatapan matanya penuh dengan keinginan membunuh, Ia segara mengolah energinya berkumpul ditangan kanan.
Aura transparan berwarna merah segera menyelimuti area tangan kanan Berga, Dalam sekejap aura yang berkumpul menunjukkan tingkatan energi milik Berga.
Para murid yang melihat ini tidak bisa untuk tidak menarik nafasnya dalam-dalam.
"Ini... Kekuatan pendekar perunggu bintang satu ! Itu artinya Berga sudah memiliki seratus energi lebih!" Anita yang merasakan energi Berga langsung membuka matanya dari meditasi dan mengarahkan pandangannya pada energi di area tangan Berga.
Seseorang bisa disebut sebagai Pendekar Perunggu bila energinya telah mencapai seratus dan setiap seratus energi menunjukkan bintang satu, Jika memiliki dua ratus energi lebih maka disebut Pendekar Perunggu Bintang Dua, Begitu seterusnya hingga bintang lima.
Di Kota Surya Tingkatan Pendekar dimulai dari yang terlemah sampai terkuat ialah Pendekar Perunggu, Pendekar Perak, Pendekar Emas, Pendekar Platinum dan terakhir Pendekar Diamond dengan satu-lima bintang setiap masing-masing tingkatan.
Seorang Pendekar Perak minimal harus memiliki ribuan energi, Pendekar Emas puluhan ribu energi, Pendekar Platinum ratusan ribu energi, dan Pendekar Diamond jutaan energi.
Sebagai reaksi dari energi Berga, Joni segera melapisi tangannya dengan energi.
Para murid yang melihat Joni hampir tertawa sampai mati.
"Lihat itu! Tidakkah mataku buta?, Itu cuman sepuluh energi bukan!? haha..." Ucap salah seorang murid yang tak henti-hentinya tertawa.
Para murid yang lain bahkan memegang perutnya tak bisa berhenti tertawa.
Pak Guru Carly yang melihat energi Joni pun tidak bisa berkata apa-apa, Baru saja ia mempercayai Joni dan sekarang kepercayaannya langsung runtuh.
Pak Guru Carly segera hendak maju ingin menghentikan mereka berdua, sebelum berhenti tatkala melihat melihat ketenangan di mata Joni.
"Sepertinya anak ini memiliki trik di lengannya..." Pak Guru Carly bergumam dan matanya sedikit antusias.
"Seperti yang senior katakan, junior ini tidak akan menahan diri! jadi jika ada kecelakaan yang akan terjadi saya harap senior bisa memaklumi!" Ucap Berga dengan geram yang langsung bergegas melancarkan serangan.
"Makan ini bocah sialan! lihat baik-baik bagaimana Tuan Muda ini menghancurkan tanganmu!" Mata Berga dipenuhi amarah, ia tidak menyadari mata Joni yang terlihat tenang.
Seperti yang Joni duga, Meskipun serangan Berga kuat namun ia tidak memiliki kontrol yang baik terhadap energi yang dikeluarkan.Joni segera menyambut serangan Berga, Namun bukan dengan pukulan melainkan cengkraman.
"Teknik Naga! Cengkraman Besi!" Tiga Jari Joni dengan cepat membentuk cakar naga menghindari benturan pukulan Berga dan langsung menargetkan pergelangan tangannya.
"Crak! Ahhh..." Suara patah tulang dan jeritan Berga terdengar jelas.
Para murid yang melihat ini menghirup udara dingin, mereka sangat jelas melihat benturan pukulan yang akan terjadi.
Namun tiba-tiba entah bagaimana caranya tangan Joni sudah mencengkeram pergelangan Berga.
Darul dan Danul yang melihat ini membuat rahang mereka berdua jatuh terbuka lebar, Sedangkan Anita nampak terkejut karena tidak bisa menangkap jelas pergerakan tangan Joni.
Hanya Pak Guru Carly yang melihat jelas bagaimana Joni melakukannya.
"Ahhh...! Kamu...! Kamu berani mematahkan tangan Tuan Muda ini !?" Berga menjerit, Matanya sangat marah saat ini.
"Lepaskan tanganku! Kamu pikir ka..." Belum sempat Berga selesai berbicara, Tiba-tiba ia merasakan sakit di belakang lehernya, Saat ia mencoba melihat kebelakang kesadarannya sudah menghilang.
Joni segera melepaskan cengkeramannya dan tubuh Berga ambruk jatuh ke lantai. Seorang murid wanita bercadar secara tiba-tiba sudah berada dibelakang Berga, Terlihat dari ekspresi matanya ia sangat kesal.
Murid wanita yang dari tadi meditasi berusaha fokus kembali saat mendengar jeritan Berga, Namun baru beberapa saat kembali fokus kini ia kembali mendengar teriakkan Berga, Ia pun kesal dan langsung kedepan menyambar leher Berga.
Joni saat ini melihat murid wanita didepannya dengan serius. Rambut hitamnya yang panjang membentang sampai pinggulnya benar-benar indah, Walaupun sebagian mukanya tertutup cadar namun dari matanya saja orang bisa tahu keindahan macam apa yang tersembunyi dibaliknya.
"Murid wanita ini aku tidak bisa melihat pergerakannya dengan jelas! Dia pasti menggunakan suatu teknik yang mirip dengan Teknik Naga ku!" Joni menilai wanita ini dalam pikirannya.
Teknik berbeda dengan jurus beladiri, Teknik hanya bisa digunakan melalui metode meditasi tertentu dan harus memiliki seorang pembimbing pribadi yang disebut Dewa atau Dewi.
Di Kota Surya ada banyak jurus beladiri mulai dari beladiri umum yang ada diperpustkaan sekolah sampai beladiri khusus yang hanya dimiliki keluarga utama, Berbeda dengan teknik, Bahkan keluarga utama tidak memilikinya.
"Siapa murid wanita ini!? Apa dia juga didukung seorang Dewi sama sepertiku?".
Saat ini para murid sedang menatap gadis cadar berambut hitam yang tiba-tiba ada didepan kelas, mata mereka terlihat shock dan pikiran mereka bertanya-tanya siapa murid wanita ini.
"Gadis ini... kenapa kita tidak pernah melihatnya? Aku yakin semua murid cantik disekolah ini tidak ada yang lolos namanya dari catatan khusus kita!" Danul berbicara heran sambil menatap Darul.
"Siapa yang tahu! Wajahnya ditutupi cadar, tapi ia layak dimasuki dalam buku catatan kita sebagai bahan imajinasi nanti malam hehe..." Darul menganalisa, matanya liar menatap tubuh gadis ini dari atas sampai bawah.
Berga yang saat ini tak sadarkan diri dibawa ke ruang perawatan sekolah oleh dua murid setelah Pak Guru Carly memberi perintah, sedangkan murid bercadar itu kembali duduk ke bangkunya dan mulai meditasi kembali seolah-olah tidak ada yang terjadi.
Pak Guru Carly segera memerintah Joni untuk menjelaskan cara merasakan energi dalam tubuh manusia. Kali ini semua murid menatap Joni dengan hormat tidak ada jejak penghinaan dimata mereka lagi.
Di ruang perawatan Berga yang tidak sadarkan diri saat ini dirawat oleh Bu Guru Airla, disampingnya Berdiri Bu Guru Bairu. Matanya sangat khawatir setelah melihat keponakannya tiba-tiba dibawa oleh dua murid dalam keadaan tidak sadarkan diri.
"Untung saja tidak ada luka yang serius, hanya tangannya saja yang patah dan akan sembuh setelah istirahat dalam sehari, jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan" Ucap Bu Airla selaku tabib sekolah.
"Baguslah... kalo begitu saya akan kembali, masih ada hal lain yang harus saya kerjakan" Bu Guru Bairu segera pergi tanpa basa-basi, pikirannya dipenuhi keraguan setelah mendengar dari dua murid bahwa Joni adalah orang yang melukai Berga.
"Berga adalah Pendekar Perunggu Bintang satu dan aku yakin hanya Anita putri pemimpin kota dan Zilia si gadis bercadar dari tamu kehormatan Kota Surya yang mampu mengalahkan Berga. Sedangkan untuk si Joni ia hanya ahli beladiri biasa seperti murid lainnya yang belum memasuki tahap Pendekar" Bu Guru Bairu memiliki ekspresi rumit diwajahnya.
"Apa mungkin dua murid tadi berbohong? tidak! itu tidak mungkin! mereka tidak akan berani, mereka berdua hanya berasal dari Keluarga Cabang" Bu Guru Bairu mempercepat langkah kakinya dan telah kembali ke ruangannya. Setelah berfikir lama ia memutuskan akan menanyakan Berga nantinya.
Di ruang kelas satu Joni sudah selesai menjelaskan cara untuk merasakan energi dan kembali duduk ke bangkunya. Pak Guru Carly kemudian melanjutkan tentang hal-hal apa saja yang berkaitan dengan energi, dimulai dari cara mengolahnya, menggunakannya dalam bertarung hingga melakukan pengobatan dalam tubuh.
"Seperti yang kalian ketahui energi dalam tubuh manusia memiliki kapasitas terbatas, jadi bijaklah untuk menggunakannya karena butuh waktu yang lama untuk mengisi kembali energi yang telah keluar dalam tubuh".
"Dengan kata lain saat bertarung gunakan otak kalian sebelum tenaga kalian, karena bertarung tanpa berfikir ibarat mengunyah makanan tanpa gigi".
Para murid yang mendengar penjelasan Pak Guru Carly nampak bersemangat meskipun mereka telah mengetahui beberapa hal tentang energi, namun setelah mendengar Pak Guru Carly mereka seolah-olah seperti katak dalam tempurung.
***
Setelah pelajaran sekolah usai para murid bergegas kembali ke asrama mereka masing-masing yang berada di persimpangan dekat sekolah. Joni, Darul dan Danul mereka bertiga jalan bersama sambil mengobrol menuju asmara sekolah.
Mereka bertiga nampak akrab terlihat mereka saling tertawa dan bersanda gurau, entah hal mesum apa lagi yang Darul dan Danul bicarakan. Para murid wanita yang melihat dan mendengar obrolan mereka memiliki pandangan menjijikkan dalam mata mereka.
"Big bro Buku Pusaka yang kamu berikan benar-benar luar biasa! begitu banyak keindahan tanpa sehelai pakaian ditubuh mereka! terlebih lagi ukuran dua gunung mereka sangat bervariasi sesuai dengan tubuh yang mereka miliki hehe..." Darul dan Danul memberikan isapan jempol kepada Joni yang menggaruk kepala belakangnya dengan mulut berkedut.
"Dua orang ini... apakah urat malu mereka telah putus!? jangan bilang mereka tidak sadar tatapan menjijikkan para gadis yang diarahkan ke kita bertiga?" Joni berharap segera sampai ke asrama ia menyesal telah memberikan mereka Buku Pusaka Pemersatu Bangsa.
Joni memang menyukai keindahan para gadis tapi bukan berarti ia akan berbicara ceplas-ceplos didepan umum seperti ini. Bagaimanapun anda akan dijauhi para gadis murni dan dicap mesum dalam buku mereka.
"Sepertinya kau sangat menikmati hidup! masih bisa berjalan santai dan bersanda guru seperti ini?" empat orang murid laki-laki tiba-tiba menghadang jalan mereka dan berbicara dengan dingin.
Orang yang berbicara adalah Berga ditemani tiga murid lainnya dari kelas yang sama dengan Joni. Sepertinya Berga meminum pil penyembuh dilihat dari tangan kanannya yang telah patah sudah kembali normal.
"Kami kira siapa yang berbicara dan mengahalang... ternyata itu adalah adik junior kita! Apakah kamu membawa junior tambahan untuk meminta arahan dari Big bro kita? haha..." Darul dan Danul tertawa mengejek sedangkan Berga dan tiga murid lainnya merasakan kuping mereka menjadi panas.
Para murid mulai berkerumunan mendengar obrolan Darul dan secara tidak langsung mereka menjadi pusat perhatian.
"Sepertinya akan ada hal menarik yang akan terjadi!" para murid lainnya dari kelas satu memiliki pemikiran yang sama dan segera menuangkan minyak diatas api.
"Apakah kalian tahu? Berga yang dianggap sebagai jenius kelas satu pingsan dipukul oleh murid wanita bercadar bahkan tangan kanannya terlebih dahulu dipatahkan oleh Joni!".
"Benarkah!? dia dipukul oleh wanita dan tangannya dipatahkan oleh Joni? kalian jangan membuat lelucon!" Mendengar ocehan para murid kelas satu membuat kepala mereka dipukuli salah seorang murid kelas lain.
"Aduh! kami tidak berbohong! ini terjadi saat jam belajar diruang kelas semua murid menyaksikannya!" Murid kelas satu menjelaskan sambil mengusap kepala mereka. Membuat murid kelas lain sulit untuk percaya.
"jika hal seperti itu bisa terjadi, ini benar-benar kejadian langka! Berga ini pasti akan jadi bahan bulian oleh keluarga yang lain!".
"Orang seperti Berga memang layak mendapatkannya! bukan hanya dia sombong tapi dia sering merendahkan kita!".
"Sepertinya Langit tidak buta! akhirnya kita bisa melihat karma dari kesombongan dan keangkuhan!".
Para murid mulai berbisik satu sama lain dan satu persatu mulai mengarahkan pandangan sinis pada Berga. Mendengar ini raut muka Berga mulai berubah, telinganya begitu merah padam saat ini.
"Anjing-anjing ini berani berbicara seperti itu!? bagus! tunggu dan lihat bagaimana keluarga cabang kalian akan menderita dan menjilat kaki Tuan Muda ini!" Berga Menahan Amarahnya tangannya bergetar mengepal dengan erat.
"JONII!!" Berga bersuara geram menahan amarahnya, ia tak menyangka situasinya akan seperti ini menjadi pusat perhatian.
"Tidak baik untuk memberinya pelajaran saat ini..." Gumam Berga dan segera pergi meninggalkan kerumunan bersama 3 murid dibelakangnya.
Bu Guru Bairu yang berdiri di atas atap sekolah melihat kejadian ini dari jauh, ia sudah bersiap-siap jika ada sesuatu tak terduga yang terjadi. Sedangkan disisi lain tak jauh darinya Pak Guru Carly menonton dari kejauhan.
Para murid yang siap menonton pertunjukan bubar dengan kecewa, mereka tidak berharap Berga akan pergi begitu saja. Sedangkan Joni, Darul dan Danul siap bergegas kembali menuju asmara sebelum langkah mereka terhenti oleh suara gadis yang memanggil dari belakang.
"Joni! bisakah kita berdua berbicara sebentar?" Suara manis memasuki telinga mereka bertiga.
Joni, Darul dan Danul segera menoleh kebelakang menemukan Anita yang sedang berdiri manis dengan rambut keperakannya yang diterpa angin sepoi-sepoi. Kecantikan yang alami tanpa hiasan wajah dengan kulit putih kemerah-merahan membuat siapapun yang melihatnya akan mematung seperti gunung.
"Maaf... apakah saya menganggu waktumu?" Anita yang melihat Joni hanya diam, berfikir bahwa ia akan menolak ajakannya untuk berbicara. jadi dia segera menundukkan kepalanya sambil meminta maaf.
Mendengar ini Joni segera tersadar dari lamunannya ia tidak menyangka akan terlena saat melihat wajah Anita. Mungkin karena ia melihatnya dengan jarak sedekat ini, Joni baru sadar akan pesona Anita.
"Aaa! aku benar-benar lupa! kita harus segera memberi makan kucing kita dirumah! bukankah begitu Danul?" Darul berbicara seakan-akan teringat sesuatu sambil segera merangkul leher Danul mendekat kedirinya.
"Aaa! iya! kita harus segera memberi makan Lulu Kucing kita! kita berdua akan ke asrama lebih dulu! kalian bisa mengobrol berdua, silahkan nikmati waktu kalian!" Danul yang tersadar segera berbalik bersama Darul sebelum mereka berbisik kepada Joni.
"Big bro! semoga beruntung! hanya ini yang bisa kami lakukan sebagai saudara, Kami akan menunggu cerita menarik dari anda nanti hehe..." Darul dan Danul tersenyum sambil menunjukkan wajah mereka seperti om-om penjahat kelamin.
Joni yang mendengar mereka berdua hanya bisa tercengang, ia ingin segera berbicara balik. Namun Darul dan Danul bahkan tidak repot-repot menunggunya dan langsung lari menuju asrama.
"Bukankah ada aturan sekolah yang melarang membawa hewan peliharaan ke Asrama Sekolah!? Dan bukannya Lulu itu adalah nama salah satu Dewi yang ada di Buku Pusaka Pemersatu Bangsa?".
"Tidak bisakah mereka membuat alasan yang lebih logis!" Joni hanya bisa menghela nafas tak berdaya dan mulai mengutuk mereka berdua dalam hati.
Darul dan Danul yang sudah berada di asrama sekolah merasa bangga terhadap tindakan mereka. Mereka berdua menganggap diri mereka telah menjadi pahlawan hari ini.
"Huachii! sepertinya Big bro berterima kasih kepada kita! dan saat ini sedang memuji kita!" Mereka bersin secara serempak sambil menggosok-gosok hidungnya. Tampak kebanggaan menghiasi mata mereka.
Anita saat ini merasa lucu melihat bibir Joni komat-kamit tak berhenti mengutuk. Dalam hatinya ia sangat sadar tentang adanya larangan membawa hewan peliharaan dalam asrama. Walaupun demikian Anita merasa berterima kasih ke dua saudara kembar tadi untuk memberinya waktu berbicara dengan Joni.
"Apa yang ingin putri kota bicarakan dengan orang biasa sepertiku?" Joni berhenti mengutuk dan mulai berbicara dengan ramah ia yakin tidak pernah menyinggung tokoh besar seperti Anita. Bagaimanapun keluargan Joni hanyalah seorang nelayan.
Setiap empat keluarga cabang dari satu keluarga utama memiliki tugas yang berbeda masing-masing. Ada diantara mereka bertugas menempa senjata, menanam tanaman herbal, menambang emas dan memproduksi makanan.
Keluarga Joni bertugas untuk memproduksi makanan. Setiap hasil produksi Keluarga Cabang akan diserahkan ke Keluarga Utama sebagai upeti setiap tahun dan Keluarga Utama akan memberikan perlindungan.
Keluarga Utama memiliki tugas untuk mempertahankan kota dari serangkaian serangan Ras Siluman. Dinding bagian barat kota Surya dijaga oleh Keluarga Garuda Es, bagian selatan dijaga oleh Keluarga Elang Petir dan bagian Utara dijaga oleh Gagak Api.
Untuk bagian timur Kota Surya menyatu dengan Laut tanpa batas dengan jarak empat ratus lima puluh meter dari dinding kota. Tidak ada ras siluman yang menyerang kota dari bagian timur, bisa dikatakan ini adalah tempat paling aman dan di laut tanpa batas ini pula Joni pertama kali bertemu dengan Dewinya.
"Aku hanya penasaran bagaimana kamu bisa mengalahkan Berga? Apa kamu menyembunyikan kekuatanmu yang sebenarnya dari awal?" Anita berbicara penasaran, hatinya dari tadi selalu diliputi pertanyaan.
Anita sadar tidak mungkin bagi seseorang memanipulasi energi yang dimilikinya. Selama energi keluar dari tubuh manusia detik itu pula tingkatan energi tersebut akan terlihat dan ini sudah menjadi pengetahuan umum.
Dan untuk mengukur energi seseorang secara langsung dalam sekali pandang tanpa melihat orang tersebut mengeluarkan energi mereka, setidaknya kamu harus berada di tingkat Pendekar Platinum Bintang tiga itupun kamu harus menyebarkan gelombang energimu ke tubuh orang tersebut.
"Rahasia..." Joni berbicara santai dengan senyuman di wajahnya. Ia selau ingin melakukan ini dari dulu didepan para gadis, karena menjadi pria kuat yang misterius adalah impiannya. Baginya para gadis akan terpikat dan terpana dengan sikap seperti ini.
Anita yang mendengar jawaban Joni benar-benar tercengang ia tidak habis pikir ada seorang pria yang akan menolak memberitahunya dan apa maksud senyuman di wajahnya, apa ia merasa dirinya di atas langit.
"Kamu... katakan ! apa yang kamu inginkan sebagai imbalan!?" Nada bicara Anita terlihat kesal. Bagaimana bisa pria seperti ini ada, Padahal ia sudah mengajaknya berbicara dengan baik-baik dan memintanya dengan baik-baik juga.
"Eh! apa yang terjadi!? bukankah seharusnya saat ini ia akan terpana dan terpikat?" Melihat Anita yang tiba-tiba kesal membuat Joni bingung. Joni berfikir mungkin aura misteriusnya masih kurang.
"Sebaik-baik Guru adalah pengalaman pribadi! jika kamu ingin hebat sepertiku kamu harus lebih sering berlatih lagi!" Joni berbicara dengan nada yang dalam setelah berusaha keras memikirkan kata-kata yang pas.
Mendengar jawaban Joni, Anita yang tadi kesal tiba-tiba merenung kemudian tertawa.
"Haha... apakah kamu sedang bertingkah keren saat ini? Jika kamu ingin membuatku tertarik tunggu sampai kamu menjadi Pendekar Emas! maka setelah itu aku akan mempertimbangkannya!" Jawab Anita yang segera membuat Joni salah tingkah dan bergumam.
"Apakah dia bisa membaca pikiran seseorang?".
"Tidak! aku tidak bisa, tapi sudah terlalu banyak pria yang bertingkah sepertimu dihadapanku!" Jawab Anita spontan mendengar gumaman Joni.
Tawa Anita terdengar oleh murid lainnya yang dari tadi memperhatikan mereka berdua. Bagaimanapun mereka berdua masih berada ditempat umum.
Joni merasakan perasaan tidak enak ditubuhnya, saat ia memperhatikan sekitarnya barulah ia sadar dirinya masih berada di tempat umum. Ia terlalu terlena dengan Anita di hadapannya sehingga membuatnya lupa dengan sekitarnya.
Rasa tidak nyaman ini berasal dari tatapan sengit dari para murid laki-laki yang tertuju padanya dan ia bahkan merasakan satu orang menatapnya dengan tatapan membunuh.
Di salah satu sudut yang tidak jauh,Berga berdiri bersama tiga orang dibelakangnya. Ia tidak pergi begitu saja melainkan sudah lama menunggu waktu yang sepi dan tepat untuk menyergap Joni.
Saat ini mata Berga dipenuhi keinginan membunuh. Ia benar-benar melihat Anita calon tunangannya tersenyum dan tertawa dihadapan pria lain. Sedangkan dihadapan dirinya, Anita tak pernah tersenyum seperti itu.
"Tuan Muda... tahan amarahmu! sekarang bukan waktu yang pas untuk menyergapnya, masih terlalu banyak mata yang memperhatikan mereka!" Salah seorang bawahan Berga mengingatkan.
"Aku tau! tidak perlu menasehati ku! saat kita menemukan waktu yang tepat bersiap-siaplah untuk bergerak!" Berga menimpali dengan kasar sedangkan murid yang menasehati tadi hanya bisa menundukkan kepalanya.
"Lihat! sepertinya mereka berdua sudah selesai bicara, Cepat! kita harus segera bergegas! sekarang sudah waktunya!" Berga dan tiga murid lainnya dengan semangat membututi Joni. Tangan mereka benar-benar Gatal ingin memukulnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!