“Dum...”
“Dum..”
“Dum..”
Hentakan musik diskotik, seketika menutupi kedua telinga seorang wanita yang sedang tertidur. Wanita itu yang tak lain adalah Zanna.
“Arghhhh....!!!.” Zanna berteriak dengan sangat kencangnya.
Suara musik diskotik itu, benar-benar mengganggu gendang telinganya, dan membuatnya yang baru saja tertidur tiba-tiba terbangun.
“Arghhh!! sebenarnya, aku tinggal di mana sih ini? Di Apartemen, atau di diskotik, sih?”
“Bener-bener, gila tuh tetangga. Nyalain musik kenceng banget, mana pas larut malem gini lagi. Nggak tau apa, ini tuh waktu nya orang pada tidur.” gumam Zanna dengan sangat kesal.
Sudah dua hari ini, Zanna benar-benar tidak bisa tidur dengan nyenyak. Ya, itu semua karena suara musik diskotik dari penghuni Apartemen sebelah Zanna tinggal. Yang tak lain adalah tetangga sebelah nya.
Waktu berlalu sangat cepat. Suara musik diskotik itu, masih saja terdengar dengan jelas di telinga Zanna. Dia pun, mencoba untuk memejamkan matanya kembali. Namun, hal itu sangat sulit. Suara musik diskotik yang berasal dari tetangga sebelahnya, lama kelamaan terdengar sangat kencang di telinganya.
“Sialan, lama kelamaan makin keras aja tuh musik.”
"Arggghhhh, kalau kaya gini bener-benar nggak bisa tidur." teriak Zanna yang sudah sangat kesal.
2 jam berlalu, akhirnya Zanna tertidur. Tiba-tiba suara alarm terdengar sangat kencang di telinganya.
“Empph...”
Zanna terbangun ketika mendengar suara alarm. Dia pun mencoba membuka matanya dan melihat jam.
“Apa? udah jam 7 pagi?" pekik Zanna.
Zanna sangat terkejut ketika melihat jam. Dengan terburu-buru, Zanna langsung bangun dan bergegas menuju kamar mandi.
Zanna membersihkan seluruh badannya dengan sangat cepat.
20 menit berlalu, akhirnya Zanna telah menyelesaikan segala aktivitas nya di kamar mandi. Zanna segera bersiap-siap dan memakai pakaian terbaiknya.
Dengan wajah tanpa make up, dan tampilan rambut yang belum sempat untuk di sisir. Zanna segera pergi meninggalkan Apartemen, dan bergegas pergi menuju kantor.
Hari ini adalah hari pertama Zanna bekerja di Perusahaan Wijaya Kontruksi. Karena hal itu, Zanna tidak mau datang terlambat.
Jarak antara apartemen ia tinggal dengan Kantor Wijaya Kontruksi. Memiliki jarak yang lumayan dekat. Jika berjalan kaki membutuhkan waktu kurang lebih 5 menit.
Waktu sudah menunjukkan pukul 7 lebih 56 menit. Zanna hanya mempunyai waktu 4 menit untuk tiba di Wijaya Kontruksi. Karena hanya memiliki waktu yang singkat, Zanna berlari menuju Kantor.
****
Wijaya Kontruksi
Zanna terus mengatur nafasnya. Dadanya sangat sesak, karena sudah berlari ketika menuju kantor. Seluruh badannya di penuhi dengan keringat, rasanya percuma saja mandi, baru beberapa menit saja sudah berkeringat.
Setibanya di ruang rapat, Zanna sangat terkejut, ketika melihat semua karyawan baru sudah berkumpul.
“Aduh, aku bener-bener telat.” gerutu Zanna dalam hati.
Zanna masuk perlahan demi perlahan sambil membungkukkan badannya, kemudian ia duduk di kursi yang masih kosong.
Setelah Zanna duduk, seseorang karyawan baru yang duduk di samping Zanna berbicara sesuatu
"Hei, kamu dari mana aja? Rapat belum di mulai karena nunggu kamu dari tadi."
Zanna sangat tersentak dengan ucapan seseorang tersebut.
"I-iya, maaf." ucap Zanna sambil menundukkan kepalanya.
"Hmm, ini semua gara-gara tetanggaku itu. Kalau aja, dia nggak nyalain musik sekencang itu. Pasti aku nggak akan susah tidur, terus aku nggak akan bangun kesiangan." gumam Zanna yang kesal.
Dari arah seberang Zanna duduk, ada seorang pria menatap Zanna dengan tatapan yang sangat sinis.
“I-itu.. cowok, siapa sih. Natap akunya kaya gitu banget.” Batin Zanna.
Rapat pun di mulai. Seorang moderator menjelaskan sejarah perusahaan Wijaya Kontruksi, kepada seluruh Karyawan baru.
“Wijaya Kontruksi, perusahaan yang sudah berdiri sejak tahun 1997. Wijaya Kontruksi sudah menangani hampir seribu proyek pembangunan. Di mulai dari pembangunan skala kecil, sedang , menengah, hingga skala yang besar. Dan kalau kalian tahu, jembatan gantung yang ada di kota X. Perusahaan kami lah yang menangani proyek itu.”
*Moderator berbicara lagi dengan panjang lebar*
Zanna tidak bisa fokus ketika mendengar moderator berbicara. Rasa kantuknya itu benar-benar merasuk ke tubuh.
Sesekali Zanna menguap. Namun, ketika Zanna menguap. Seorang pria yang duduk di seberang Zanna, terus memperhatikan Zanna dengan tatapannya yang tajam.
“Ish, itu si pria sinis kenapa sih? Natap aku mulu.” batin Zanna yang merasa risih.
1 jam berlalu. Seluruh rangkaian agenda rapat pun selesai. Semua karyawan baru di persilahkan untuk ke ruangan Divisi nya masing-masing.
Di perusahaan Wijaya Kontruksi, Zanna bekerja di bagian Divisi Keuangan dan sebagai staff Administrasi keuangan.
Sebelum menuju Ruangan Divisi Keuangan. Zanna pergi ke toilet dahulu, untuk membasuh mukanya agar rasa kantuknya menghilang.
Setibanya di toilet, Zanna melihat ada 3 orang karyawan wanita sedang bergosip.
“Hei, kalian tau gak sih. Katanya pak Daffin, udah balik lagi dari Luar Negeri.”
“Wah, serius.?"
“Iya, serius. Mulai hari ini, dia bakal masuk kerja."
"Yaaah, padahal aku udah seneng banget. Pak Daffin nggak ada di kantor selama sebulan kemarin. Eh, sekarang ada lagi. Kalau, ada dia tuh suasana di kantor bikin tegang."
"Iya bener banget tuh, tegang takut di hukum."
"Hei, ya udah. Mending kita balik lagi ke ruangan kita. Dari pada nanti kita kena semprot Pak Daffin."
Ketiga wanita itu pun pergi meninggalkan toilet.
Zanna mengerutkan dahinya. Dia bertanya-tanya mengenai sosok Pak Daffin, yang di bicarakan para karyawan wanita tadi.
“Hmm, siapa tuh Pak Daffin. Kayanya, nyeremin banget.” gumam Zanna dalam hati.
Zanna merasa lega, setelah membasuh wajahnya dengan air. Hal itu, membuat nya menjadi segar, dan membuat rasa kantuknya berkurang.
Zanna segera meninggalkan toilet. Ketika akan menuju ruangan Divisi Keuangan, tiba-tiba Zanna bertabrakan dengan seseorang.
Zanna segera melihat kearah seseorang yang di tabrak nya.
Zanna membelalakkan matanya ketika tahu siapa yang di tabrak nya itu.
“Ah, itu kan. Orang yang tadi natap aku sinis pas di ruang rapat.” gumam Zanna yang ketakutan. Zanna pun segera meminta maaf.
“Ma-.”
Belum juga selesai mengucapkan kata maaf. Seseorang tersebut, sudah pergi meninggalkan Zanna. Lalu Zanna memandangi punggung seseorang tersebut.
“Hmm, kenapa sih tuh orang. Aku belum selesai bilang maaf, dia udah pergi gitu aja.” gumam Zanna yang sedikit kesal.
Zanna mengabaikan sesosok pria tersebut, dan segera menuju Ruangan Divisi Keuangan.
Setibanya di meja kerjanya, Zanna sangat terpukau, dengan layout dan nuansa ruangan yang modern.
“Hmm, kayanya bakal betah nih, kerja di sini.” gumam Zanna sambil tersenyum lebar. Dia pun duduk di kursi nya.
Setelah duduk, ada seseorang yang datang menghampiri Zanna.
“Hai, Zanna.” sapa seseorang kepada Zanna.
Zanna sangat terkejut ketika tahu siapa yang menghampirinya. Ya , dia adalah Bagas, seorang Manager dari Divisi Keuangan. Pria yang sangat tampan, bertubuh tegap, tinggi, dan kulitnya yang hitam manis. Benar-benar membuat Zanna terhipnotis.
“Zanna..!!” teriak Bagas, ketika melihat Zanna terus melamun.
“Eh, pak Bagas. Hehe.” Zanna pun langsung tersadar dari lamunannya.
“Kamu, ngelamunin apa sih, Zanna.” tanya bagas yang penasaran.
“Ehhmm, nggak ngelamunin apa-apa kok, Pak.”
Tiba-tiba Bagas terus memerhatikan wajah Zanna yang sangat suram
“Eh, Zann. Muka kamu kok kayak yang kurang tidur sih?” tanya Bagas.
“I-ya pak.” Zanna merasa malu dengan Bagas.
“Ya ampun, lain kali kamu harus tidur yang cukup, ya Zan.” ucap Bagas sambil tersenyum.
Zanna terus menatap wajah Bagas sambil tersenyum.
“Oh iya, Zan. Ini ada beberapa berkas. Tolong kamu kerjain ya. Kalau bisa sebelum jam makan siang sudah selesai, oke.” lanjut Bagas.
“O-oke. Siap Pak.” balas Zanna sambil tersenyum lebar.
Setelah itu, Zanna. Segera mengerjakan tugas yang di berikan oleh Bagas.
2 jam berlalu, tepat pukul 11.00. Akhirnya Zanna sudah selesai mengerjakan tugas yang di berikan oleh Bagas.
Setelah selesai mengerjakan tugas dan memberikan nya kepada Bagas. Tiba-tiba, rasa kantuk muncul lagi. Sudah beberapakali, Zanna terus menguap.
Zanna benar-benar tidak bisa mengontrol dirinya lagi. Akhirnya dia tertidur di meja kerjanya.
30 menit berlalu, Zanna sudah benar-benar larut dalam mimpinya. Ketika, Zanna sedang bermimpi indah. Seorang pria datang menghampiri meja kerja Zanna.
"Brak...!!!!."
Suara gebrakan meja terdengar sangat keras.
Seketika membuat seluruh orang yang berada di ruangan Divisi Keuangan sangat terkejut.
Satu gebrakan meja saja tak membuat Zanna terbangun. Pria itu sudah sangat marah, ketika Zanna tidak bangun juga dari tidurnya.
"Brak...!!!."
Pria itu menggebrak meja lagi, dengan sangat keras. Sontak suara gebrakan meja itu membuat Zanna terbangun.
Zanna sangat terkejut dan membelalakkan matanya. Ketika melihat di depannya, sudah ada seorang pria menatap tajam ke arahnya.
Pria tersebut seperti sangat marah ke pada Zanna.
"Kamu, ikut ke ruangan saya!!." ucap tegas pria itu kepada Zanna.
Dengan wajah yang masih sangat terkejut, Zanna mengikuti pria itu.
.
.
.
.
🌸🌸🌸🌸🌸 Bersambung 🌸🌸🌸🌸🌸
.
.
Terimakasih sudah membaca Novel ini 🥰, mohon dukungannya untuk Author ya dengan Like+vote+Rate. karena dengan dukungan kalian sangat berarti untuk author 🥰.
Terimakasih.....♥️💖
Zanna, berjalan di belakang pria itu. Mengikuti setiap langkah pria itu menuju ruangannya.
"Orang ini, siapa ya. Kok, perasaanku nggak enak gini." gumam Zanna dalam hati.
Langkah kaki pria itu terhenti di depan sebuah ruangan. Pria itu masuk kedalam ruangannya. Dan kemudian memerintah Zanna untuk masuk kedalam.
Dengan tampang yang sangat gugup, Zanna masuk kedalam ruangan pria itu.
"Duduk!."
Perintah pria itu dengan nada bicaranya yang tinggi, membuat tubuh Zanna bergetar karena takut.
Zanna pun duduk di sebuah sofa besar di dalam ruangan pria itu.
Setelah duduk, mata Zanna terus melirik ke setiap sudut ruangan pria itu. Zanna tercengang, ketika melihat papan nama yang terpajang di atas meja ruangan pria itu.
"Daffin San Wijaya? Direktur Utama?"
"Berarti, sosok Daffin yang di bicarakan oleh pegawai wanita di toilet tadi, adalah pria ini?" gumam Zanna dalam hati.
Seketika jantung Zanna berdetak kencang, dan membuat tubuhnya mengeluarkan keringat dingin.
Tak lama kemudian. Daffin duduk di hadapan Zanna, dan memandang wajahnya
"Kamu karyawan baru kan?" tanya Daffin dengan tatapan yang sangat tajam
"I-iya Pak, saya karyawan baru." ucap Zanna.
Zanna menundukkan kepalanya, ia merasa takut jika melihat wajah seram Daffin.
"Hei, Kamu. Kenapa nunduk? Kalau ada orang ngomong di hadapan kamu. Kamu itu harus liat matanya."
"I-iya. Maaf pak." Zanna langsung meluruskan pandangan nya dan menatap mata Daffin.
Zanna dan Daffin saling bertatapan selama beberapa detik. Tidak lama dari itu, Daffin langsung terdiam dan mengalihkan pandangannya.
"Khemm, kamu tau kan? Ini masih jam kerja, kenapa tadi kamu tidur?" tanyanya dengan serius
"Maaf, pak. Sa.. saya, tadi nggak sengaja ketiduran." jawab Zanna dengan gugup.
"Apa? dia bilang nggak sengaja? gampang banget, bilang nggak sengaja." gumam Daffin yang geram.
"Hei, tolong di ingat. Saya paling tidak suka kalau ada karyawan yang tidur di jam kerja." bentak Daffin yang membuat Zanna tersentak.
"I-iya, sekali lagi. Saya minta maaf pak." ucap Zanna yang memohon
"Oke, saya maafkan kamu. Tapi, kamu harus tetap di hukum." balas Daffin tegas.
"Apa? Di hukum?" gumam Zanna yang terkejut.
"Arggghhhh, ini semua gara-gara tetangga apartemen nyebelin itu." gerutu Zanna dalam hati. Dia benar-benar sangat kesal dengan tetangga nya itu.
Zanna membelalakkan matanya, ketika melihat berkas yang begitu banyak dari Daffin.
Daffin memberikan setumpuk berkas kepada Zanna.
"Nih, tolong kerjakan ini sampai beres. Dan semua ini harus selesai sore ini, jam 5 sore."
"Apa? sore ini harus beres, gila aja. Emangnya aku robot apa? bisa selesain tugas sebanyak ini dalam waktu yang singkat." batin Zanna mendengus kesal.
"Hei, cepet kerjain." bentak Daffin yang membuat Zanna tersentak.
"Tapi, pak. Kayanya, ini semua nggak akan selesai sore ini. Soalnya ini banyak banget." ucap Zanna.
"Hei!!!. Kalau sedikit, Itu bukan hukuman namanya. Harusnya, kamu itu bersyukur tidak saya pecat.!"
"Lagian, kamu itu baru hari pertama kerja udah ngelakuin banyak kesalahan. Yang pertama, datang terlambat. Yang ke dua, nguap ketika rapat. Yang ketiga, tidur di jam kerja. Dan masih untung, kamu tidak langsung saya pecat." jelas Daffin panjang lebar.
"I-iya, maaf pak." balas Zanna sambil menundukkan kepalanya.
Zanna mengakui segala kesalahannya dan menerima hukuman itu.
"Yaudah cepet kerjain!!!." bentak Daffin lagi
"I-iya ..baik pak." ucap Zanna.
Zanna segera pergi meninggalkan ruangan Daffin. Namun, ada satu hal yang mengganggu pikirannya.
"Hmm, ngomong-ngomong. Pak Daffin tau dari mana sih kalau aku datang terlambat, terus menguap ketika rapat. Pak Daffin kan nggak ada di Ruangan Rapat tadi. " Batin Zanna yang merasa heran.
Zanna bergegas menuju Ruangan Divisi Keuangan, sambil berjalan perlahan-lahan karena berkas yang dibawa nya sangat banyak. Membuat nya merasa kesulitan ketika berjalan.
Setibanya di Ruangan Divisi Keuangan. Semua karyawan di bagian divisi keuangan menatap Zanna. Mereka semua menatap dengan tatapan yang entah mengandung arti apa. Entah kasihan, atau entah menghina. karena Zanna sudah kena masalah di hari pertama kerja nya.
Zanna menaruh semua berkas di mejanya. Kemudian Zanna duduk di kursinya, dan langsung menghadap ke komputer untuk segera mengerjakan semua berkas itu.
Beberapa menit kemudian, bel istirahat berbunyi, dan semua karyawan yang ada di divisi keuangan berserakan keluar, kecuali Zanna. Dia hanya fokus dengan komputer nya.
"Hai, kamu karyawan baru ya?" tanya seseorang yang menghampiri meja Zanna.
"Iya." jawab Zanna yang masih menatap layar komputer.
"Oh iya, kenalin namaku Fira."
Seseorang tersebut yang bernama Fira menjulurkan tangannya ke hadapan Zanna, Zanna pun segera menghentikan pekerjaannya.
"Namaku Zanna." Ucap Zanna sambil tersenyum.
Zanna menyalami tangan Fira dan mereka pun bersalaman.
"Oh iya, kamu nggak makan siang? sekarang kan udah jamnya istirahat." ucap Fira.
"Hmm, kayanya enggak deh. Soalnya aku harus ngerjain ini semua." jelas Zanna sambil menunjuk ke arah tumpukan berkas.
"Krrruk"
Suara perut Zanna terdengar sangat keras, dan membuat Fira tersenyum menahan tawanya.
Zanna menundukkan kepalanya. Dia merasa malu dengan Fira. Dari pagi Zanna belum sempat untuk sarapan, pantas saja perutnya keroncongan.
"Yakin, nih? Nggak akan makan siang? setahu aku sih, kalau lagi kelaparan. Otak itu jadi susah buat mikir." Ledek Fira.
Zanna terdiam, dia menarik nafasnya dan membuangnya dengan keras.
"Hmm, iya juga sih." balas Zanna.
"Ya udah. Ayok, kita makan siang bareng." ajak Fira kepada Zanna.
Fira dan Zanna menghampiri sebuah restauran yang berada di samping kantor.
Mereka memesan makanan dan minuman. Selagi menunggu makanan itu datang, Fira dan Zanna berbincang-bincang.
"Oh iya, Fir. Kamu kerja di Wijaya Kontruksi udah berapa lama?" tanya Zanna
"Udah hampir setahun, Zan." jawab Fira.
"Oh iya Zan, pasti tegang ya tadi. Di marahin sama pak Daffin?" tanya Fira sambil mengangkat kedua alisnya.
"Ehmm, i-iya. Lebih tepatnya takut banget." jawab Zanna.
"Pak Daffin tuh, emang gitu Zan. Dia itu, orangnya perfeksionis. Kita sebagai karyawan, di tuntut harus sempurna. Kalau ada kesalahan sedikit aja. Pasti dapet hukuman, kaya kamu tadi." ucap Fira.
"Lain kali, kamu harus hati-hati ya Zan. Jangan sampai, bikin pak Daffin marah lagi." lanjut Fira.
"Oh iya, kamu juga harus hati-hati sama sekertaris nya pak Daffin. Namanya itu, sekertaris Ri. Dia itu, tangan kanannya pak Daffin. Hal apapun yang terjadi di kantor selama pak Daffin nggak ada. Pasti aja, pak Daffin tau. Lebih tepatnya sekertaris Ri itu, kaya mata-matanya, pak Daffin." lanjut Fira lagi dengan panjang lebar.
"Oh, gitu ya." bisik Zanna.
Tidak lama kemudian, makanan pesanan Zanna dan Fira pun tiba. Mereka berdua pun langsung menyantap makanan itu.
Setelah menghabiskan makanannya, Zanna dan Fira segera kembali ke kantor.
Zanna dan Fira berjalan bersama menuju kantor. Setibanya di kantor, Zanna melihat pria sinis itu berjalan melewatinya.
"Ih, pria sinis itu, tampangnya nggak beda jauh ya, sama pak Daffin. Sama-sama, nyeremin." gumam Zanna sambil merinding ketakutan.
Fira menggandeng lengan Zanna, kemudian ia membisikkan sesuatu.
"Eh, Zan. Yang tadi itu Sekertaris Ri. Sekertaris nya pak Daffin." bisik Fira
"Hah? sekertaris nya pak Daffin?" Zanna tersentak mendengar ucapan Fira.
Waktu sudah menunjukkan pukul 1 siang, Zanna dan Fira segera berjalan menuju ruangan divisi keuangan.
Setibanya di ruangan divisi keuangan. Zanna segera menuju mejanya, kemudian Zanna langsung menghadap ke komputer untuk mengerjakan semua berkas itu.
Menit demi menit, detik demi detik pun berlalu. Waktu sudah menunjukkan pukul 16.00. Tinggal 1 jam lagi, waktu Zanna untuk mengerjakan semua berkas itu.
"Kring!"
"Kring!"
Suara telepon di meja Zanna, seketika membuyarkan konsentrasinya, yang sedang fokus mengerjakan berkas itu.
Zanna segera mengangkat panggilan telepon tersebut.
"Hallo." sapa Zanna.
"Hallo, saya sekertaris Ri. Ingin mengingatkan semua berkas itu harus selesai tepat pukul jam lima sore, tidak boleh lebih!."
Tegasnya, yang membuat Zanna secepat mungkin menyelesaikan semua berkas itu.
.
.
.
🌸🌸🌸🌸🌸 Bersambung 🌸🌸🌸🌸🌸
Terimakasih sudah membaca Novel ini 🥰, mohon dukungannya untuk Author ya dengan Like+vote+Rate. karena dengan dukungan kalian sangat berarti untuk author 🥰
"Ah, akhirnya. Beres juga." batin Zanna bahagia.
Setelah memberikan semua berkas itu kepada Daffin. Zanna, segera merapikan meja kerja nya, dan segera pulang.
"Ting!"
Zanna keluar dari lift dan berjalan menuju pintu keluar lobby kantor.
"Hei Zanna!" teriak Seseorang memanggil nama Zanna.
Zanna menghentikan langkahnya dan membalikkan badannya, untuk melihat sumber suara itu.
"Ah, pak Bagas?"
Zanna tertegun ketika melihat Bagas datang menghampiri Zanna. Wajahnya yang tampan selalu membuat Zanna terpesona.
"Eh, Zan. Kamu tinggal dimana?" tanya Bagas sambil tersenyum.
"Hmm, di Panorama Apartemen, pak." jawab Zanna sambil tersenyum.
"Oh, deket dong ya dari sini." lanjut Bagas.
"I-iya, pak." balas Zanna.
"Eh, Zann. Sekarang kamu mau kemana?" tanya Bagas yang ingin tahu.
"Hmm, nggak kemana-mana pak. Kayanya mau langsung pulang." jawab Zanna santai.
"Oh, langsung pulang ya. Kira-kira, kalau saya ajak kamu ke Cafe dulu, Kamu mau nggak?" tanya Bagas lagi.
"Apa? pak Bagas, mau ngajak aku ke Cafe?" gumam Zanna dalam hati.
Tak pikir panjang, Zanna pun langsung berkata. "I-iya, boleh pak." balas Zanna sambil tersenyum.
***
King Cafe
"Kamu mau pesan apa, Zan?." tanya Bagas.
Zanna melihat daftar menu, sambil berfikir.
"Hmm.. aku pesan, taro milk tea, pak."
"Oke, taro milk tea nya satu. Sama macchiato nya satu." ucap Bagas kepada seorang pelayan.
Pelayan itu pun pergi dari meja Zanna dan Bagas.
Zanna terus tersenyum, dan sesekali menatap Bagas yang duduk di hadapannya.
"Duh.. kok, aku deg deg an, gini ya." gumam Zanna dalam hati.
"Eh, Zan. Saya masih nggak nyangka, kalau ternyata kita itu berasal dari universitas yang sama ya." ucap Bagas sambil tersenyum.
"Hmm, i-iya pak." balas Zanna.
"Oh iya. Ngomong-ngomong, kamu pernah liat saya di kampus?" tanya Bagas yang penasaran.
"Bukan pernah lagi, tapi sering pak. Bapaknya aja yang nggak nyadar, kalau saya sering merhatiin bapak." ucap Zanna sambil berbisik.
Bagas memperhatikan Zanna yang berbicara.
"Ka-kamu, ngomong apa barusan?." tanya Bagas yang mendengar ucapan Zanna yang sedikit samar-samar.
"Hmm, enggak kok, pak. Bukan apa-apa. Hehe." balas Zanna sambil tertawa kecil.
Bagas adalah senior Zanna di kampus. Bagas merupakan senior yang sangat tampan dan sangat di idolakan oleh setiap mahasiswi. Termasuk Zanna, yang sudah lama menyukai Bagas. Sejak pertama kali ia berkuliah, dan rasa suka itu masih ada hingga saat ini.
Beberapa menit kemudian, pesanan Zanna dan Bagas pun tiba. Zanna langsung meminum pesanannya, begitu pula dengan Bagas.
"Oh iya, Zan. Katanya, tadi kamu di marahin sama pak Daffin? gara-gara kamu kepergok ketiduran di jam kerja?" tanya Bagas yang mencoba memastikan.
"I-iya, pak. Maafin saya ya pak. Karena saya, mungkin nama divisi jeuangan jadi tercoreng." ucap Zanna yang memohon.
Bagas menatap ke arah Zanna sambil tersenyum dan menahan tawa.
"Haha, kamu itu lucu ya. Nggak usah khawatir, nama divisi keuangan, emang dari dulu juga udah tercoreng kok." balas Bagas.
"Hah, kok bisa pak?" tanya Zanna yang ingin tahu.
"Iya, itu semua karena salah satu pegawai dari divisi kita, ketahuan korupsi." jawab Bagas.
"Korupsi?" tanya Zanna lagi.
"I-iya.. makannya, pak Daffin itu, selalu sinis dengan divisi keuangan." jelas Bagas.
"Kalau ketahuan ketiduran di jam kerja, itu udah sering terjadi. Apa lagi, di waktu mendekati istirahat. Dulu juga pernah ada kok, yang ketahuan ketiduran di jam kerja."
"Oh.. terus, dia langsung di hukum, Pak?." Sambar Zanna yang penasaran.
"Iya lah, langsung di hukum. Yang ketahuan ngobrol di jam kerja juga langsung di hukum."
Zanna langsung merasa takut, ketika mendengar perkataan Bagas.
"Hah?! kok, kejam banget ya, pak Daffin?" pekik Zanna.
"Iya, gitu lah pak Daffin. Makannya, kamu harus hati-hati ya." lanjut Bagas.
"I-iya, pak." balas Zanna sambil tersenyum.
Zanna dan Bagas sudah menghabiskan minuman mereka. Mereka pun, segera pulang ke tempat tinggalnya masing-masing
"Oh iya, pak. Makasih banyak ya, untuk hari ini. Makasih juga udah traktir saya." ucap Zanna sambil tersenyum.
"Iya, sama-sama, Zan." balas Bagas.
"Oh iya Zann. Jangan panggil saya bapak dong. Saya kan masih 28 tahun. Masih muda, panggil aja, Kak Bagas." lanjut Bagas sambil tersenyum tipis.
"Ah.. tapi, kalau di kantor?" tanya Zanna sambil mengangkat kedua alisnya.
"Nggak apa-apa. Semua pegawai di bagian divisi keuangan. Manggil saya kakak, kok." lanjut Bagas.
"Oh, gitu. Ya udah deh, Kak Bagas."
"Nah, gitu." Ucap Bagas sambil mengelus kepala Zanna.
***
Panorama Apartemen
Zanna membaringkan badannya di atas Sofa empuk di dalam unit Apartemen milik tantenya.
Selama membaringkan badannya, Zanna terus saja teringat tentang Bagas.
"Aaah.. nggak nyangka banget, bisa sedekat itu sama kak Bagas." batin Zanna bahagia.
Zanna mengingat ketika Bagas mengelus kepalanya.
"Ahhh, kak Bagas." teriak Zanna.
Saking senangnya, Zanna menghentak-hentakkan kakinya di atas sofa.
"Makin lama, makin ganteng aja kak Bagas, ahh." pekik Zanna sambil senyam-senyum sendiri.
Wajah tampan Bagas masih saja membayangi kepala Zanna.
"Drrret'
"Drrret'
Seketika lamunan Zanna telah buyar, ketika ia mendengar ponselnya bergetar, tanda ada panggilan masuk.
'Tante Olla'
Zanna melihat di layar ponselnya, jika yang menghubunginya adalah sang tante. Tante Olla.
"Hallo Tan."
"Hallo, Zanna. Gimana Apartemen nya nyaman, kan?"
"Hmm, iya sih nyaman. Tapi, tetangga nya tuh yang bikin nggak nyaman." gerutu Zanna dalam hati.
"Hei Zan, kok diem? gimana nyaman kan? "
"I-iya nyaman kok, Tan."
"Oh iya. Ngomong-ngomong, kamu udah ketemu belum sama tetangga sebelah? "
"Maksudnya, si tetangga nyebelin itu, gitu?" gumam Zanna dalam hati.
"Zann, gimana udah belum?"
"Belum. Emang kenapa, tan?"
"Duh, kenapa belum. Asal kamu tau ya Zan, tetangga sebelah itu ganteng banget loh. Udah ganteng, mapan, sama satu lagi, dia itu masih single loh Zan, belum menikah."
"Ah, bodoh amat." gerutu Zanna dalam hati.
"Zan, kamu denger kan. Kata-kata tante?"
"Iya, tante ku sayang."
"Ya udah kalau gitu. Nanti, kalau kamu ketemu sama tetangga sebelah itu. Tolong, sampaikan salam tante, ya."
"Ah, males banget deh." bisik Zanna yang terdengar oleh sang Tante.
"Zanna!!"
"I-iya, tante ku sayang."
"Ya udah, tante tutup dulu ya telepon nya, dadah Zanna sayang."
Setelah perbincangan dengan tantenya, selesai. Zanna segera mematikan panggilan dari tante nya tersebut.
"Jedarrrrrr!"
Suara petir terdengar sangat keras di kedua telinga Zanna, hal itu sedikit membuat nya terkejut.
"Hmm, kayanya mau hujan nih." gumam Zanna yang masih memegang ponsel nya.
Tiba-tiba Zanna teringat satu hal.
"Oh iya, jemuran ku!" pekik Zanna yang mengingat, jemuran pakaian nya belum di angkat.
Zanna bergegas menuju balkon dan segera mengangkat pakaiannya, di jemuran.
Satu persatu, Zanna mengambil pakaiannya. Kemudian, mengumpulkan nya di keranjang.
Ketika tengah fokus mengambil pakaiannya, di jemuran. Zanna mendengar suara yang sangat mengganggu.
"Ah... ah..."
"Ah.. ah..."
Suara desahan itu, terdengar jelas di telinga Zanna, dan membuat Zanna tersentak.
Zanna menghentikan aktivitas nya, dia berjalan menghampiri sumber suara itu berasal.
"Babe... ah... ah..."
Suara itu semakin keras terdengar di telinga Zanna.
Zanna sangat terkejut, ketika mengetahui sumber suara itu berasal dari balkon tetangga sebelah nya.
Zanna mendekati balkon tetangga sebelah nya itu, kemudian Zanna mengintip dari balik tembok.
Zanna terkejut bukan main, ketika melihat tetangga nya itu sedang bercumbu dengan seorang wanita.
"Ish, parah. Ternyata, tetangga ku itu, mesum!" pekik Zanna yang tercengang.
Zanna menggeleng-gelengkan kepalanya dengan pelan. Zanna benar-benar tidak menyangka dengan apa yang dia lihat. Tetangganya itu melakukan hal tak senonoh, di tempat terbuka.
"Hah, ternyata ini tetangga yang di kagumi tante Olla barusan?" tanya Zanna dalam hati.
"Dasar mesum!." bisik Zanna dengan kesal.
Tiba-tiba, benak Zanna terbesit untuk melakukan suatu hal.
Beberapa menit kemudian..
Zanna menghampiri Kantor keamanan Panorama Apartemen yang berada di samping loby.
"Permisi pak, saya dari unit 304." sahut Zanna, kepada sekumpulan petugas keamanan.
"Saya mau lapor." lanjut Zanna
"Silahkan, mau lapor apa mbak?" tanya salah satu petugas keamanan.
Zanna segera menunjukkan sebuah foto dan sepenggal video di ponselnya.
"Nih pak. Saya nggak sengaja liat tetangga sebelah saya, dari unit 305. Melakukan hal tidak senonoh di Balkon unit Apartemen nya." jelas Zanna.
Tak lama kemudian, petugas keamanan tersebut melihat foto dan sepenggal video yang Zanna tunjukkan.
Para petugas keamanan sangat terkejut dan mengerutkan dahinya.
"Mbak, apa mbak nggak salah lihat?" tanya salah satu petugas yang meragukan Zanna.
"Ya, ampun pak. Itu kan udah ada buktinya." jawab Zanna tegas.
Para petugas keamanan itu terdiam, mereka seperti tidak menyangka dengan apa yang mereka lihat.
"Oh iya pak. Selain itu, dia juga udah mengganggu saya, dia menyalakan musik diskotik kenceng banget pak. Dan bikin saya selama dua hari kemarin, susah tidur." lanjut Zannam
"Kalau bisa, bapak ngasih peringatan lah ke penghuni 305. Biar dia jera." ucap Zanna yang memohon.
"I-iya, baik mbak. Akan kami tindak lanjuti." balas salah satu petugas keamanan itu.
Zanna merasa senang, karena sudah melaporkan hal itu kepada petugas keamanan apartemen.
Setelah itu, Zanna pun segera meninggalkan Kantor Keamanan panorama apartemen, dan segera menuju unit apartemennya.
"Haha. Akhirnya, bisa ngasih pelajaran juga ke tetangga sebelah itu." gumam Zanna dalam hati yang bahagia.
Zanna berjalan menuju lift kemudian langsung menekan tombol ke lantai atas.
"Ting!"
Zanna segera masuk kedalam lift, dan menekan tombol lantai 6.
Didalam lift, sudah nampak 2 orang ibu-ibu sedang mengobrol.
"Bener deh jeng, saya nggak nyangka banget, ada cewek sama cowok ciuman di lift ini."
"Masa sih jeng? Kalau saya yang liat barusan, bakal saya langsung pukul tuh orang. Masa lakuin hal itu di tempat umum sih."
"Iya bener, nggak tau etika banget. mana tadi yang liat itu anak saya lagi jeng."
"Iya udah, nanti laporin aja ke petugas keamanan."
"Iya iya.. nanti kita laporin sama-sama ya jeng."
"Iya, siap jeng."
Ucapan para ibu-ibu itu sedikit membuat Zanna terkejut.
"Hah, ciuman di lift? jangan-jangan, tetangga di sebelah aku itu, lagi?" batin Zanna yang sedikit tersentak.
.
.
🌸🌸🌸🌸🌸 Bersambung 🌸🌸🌸🌸🌸
Terimakasih sudah membaca Novel ini 🥰, mohon dukungannya untuk Author ya dengan Like+vote+Rate. karena dengan dukungan kalian sangat berarti untuk author 🥰
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!