"Abi hati-hati disana. Aku sangat mencintaimu" shania memeluk erat perut suaminya. ia sungguh tak rela membiarkan suami tercintanya pergi bersama teman-teman ACT menuju daratan Palestina. Negeri yang selalu didholimi oleh para penjajah.
"doakan abi kembali umma. jaga nama baikku dengan menjaga kehormatanmu" pesan singkat dari ahmad zuheruddin untuk bidadarinya. ia menarik koper yang berisi kebutuhannya dan menggendong tas ransel lumayan besar.
Zu sapaan untuk laki-laki berperawan tinggi besar itu. Ia berjalan menuju lapangan penerbangan bersama kawan-kawannya.
Dilambaikan tangannya sambil terus tersenyum berusaha menguatkan hatinya. Ia merasa sudah yakin dengan keputusannya dan akan menerima semua konsekuesi.
"abi..... umma cinta abi karena Allah" ucap shania lirih ditengah kepergian Zu.
*malam dirumah Shania*
Shania menyiapkan makan malamnya. berbagai hidangan ia tata dimeja itu. tak ketinggalan susu kurma kesukaan Zu.
"Abi... abi.. ini susu kurma kesukaanmu" teriak Shania senang. tiba-tiba..
cetttaarrrrr....
serpihan gelas tercecer dilantai.
Shania baru sadar bahwa suaminya sedang berjihad dijalan tuhan. membantu saudara-saudara seimannya di negeri mulia itu.
"aku lupa ya allah... 😢 maafkan hambamu ini yang belum mengikhlaskannya" katanya sambil bergetar.
"astagfirullah nona Shania. biar inah yang bersihkan"
tiba-tiba Inayah pembantu di rumah Shania datang. Ia kaget melihat serpihan kaca dilantai karena ia baru saja pergi ke minimarket untuk membeli beberapa kebutuhan rumah tersebut.
Shania dibopong ke kamar oleh Inah. ia disandarkan pada kasur berukuran big size itu.
Matanya memandang seluruh penjuru kamar. Ia ingat awal pertama pertemuan dengan Zu. saat itu Zu baru pulang dari Yaman karena melanjutkan kuliah S2 nya disana. Saat itu juga Shania masih baru lulus SMA. ia masih bermukim dipesantren untuk mengkhatamkan qurannya.
Dua bulan setelah Shania selesai mengahafal qur'an , Zu mengkhitbahnya. Ia terpesona ketika melihat bacaan surah ar-rohman milik sang istri yang begitu merasuk dan sangat indah ditelinga.
" abiiii.... Shania cinta abi karena Allah" berulang kali Shania mengucap kalimat itu karena selama pernikahan mereka yang akan menginjak 5 tahun ini, setiap sebelum tidur Zu akan mengatakan kalimat itu sambil membacakan doa untuk sang istri beserta mengelus ujung kepalanya.
Shania terlelap karena khayalannya. ia menutup mata ditemani murrotal diatas nakas. sudah dapat ditebak surah apa yang dibaca?? pastinya surah ar-rohman dan itu hasil rekaman bil ghoib dari suara suaminya.
hai haiii semua ini karya kedua ku. tapi doakan yaaaa semoga berhasil😢😢😢 sampai tamat. sebelum itu aku mau kasih visualnya supaya kalian semua makin semangat baca cerita ku ini. oke okee....
Shania abdullah. Dia wanita muda berusia 24 tahun yang sudah melepas masa lajangnya diusia 20 tahun. setelah selesai menghafal al-qur'an, Shania dipersunting oleh laki-laki bernama Ahmad Zuheruddin. Laki-laki asli jawa yang telah menghabiskan 10 tahun kehidupannya di negeri seribu wali.
Shania begitu mencintai suaminya. karena disetiap doanya dulu ia selalu berharap mendapat seorang pendamping yang ahli ilmu dan rajin beribadah.
Tepat!
Zu adalah orangnya. maka dari itu, ia begitu mencintai laki-laki itu walaupun usia menerka terpaut jauh.
Ahmad zuheruddin. Ia adalah imam dari Shania. Usianya saat ini adalah 34 tahun. Ia menghabiskan masa mudanya dengan belajar dan belajar. Setelah merasa puas dengan pendidikannya. Zu izin pamit pada syekhnya di Yaman sana. Ia izin untuk pulang ke negeri asal untuk mengamalkan ilmunya dan menyempurnakan sebagian imannya.
Kegiatan awal setelah pulang dari menimba ilmu. Zu membantu umi dan abinya mengelolah lembaga pendidikan menghafal quran. bukan sebuah pesantren. Disana adalah lembaga khusu quran dan tidak menyediakan tempat tinggal. Bagi pada pelajar yang ingin mukim dalam menempuh pendidikan. Di dekat lokasi tersebut terdapat asrama yang diurus oleh sebuah sekolah menengah atas.
"ar-rohmannnnm"
cesass....
"indahnya suara itu" gumam Zu pelan. itu adalah suara sang calon istri yang masa itu belum terpikirkan olehnya.
Semenjak pertama kali mendengar bacaan surah ar-rohman tersebut Zu langsung menaruh rasa pada pembacanya. Ia sering mencuri dengar suara itu ketika sangat istri menyetorkan hafalan qur'an pada sang ummi.
Zu sadar dan tak ingin terlalu larut dalam dosa karena sudah menjadi candu baginya suara indah sang istri. ia memohon pada sang ummi untuk menyampaikan rasa kagum dan cinta pada sang pemilik suara walaupun ia belum mengetahui wajah sang istri.
"apa kau benar Zu ingin menikahi dia?" tanya ummi.
"iya mi... aku sudah terpikat oleh suaranya. dan apabila suaranya sangat indah. aku yakin dia juga ciptaan tuhan yang indah pula" ucapnya.
"baiklah. jika kamu merasa mantap dan yakin. mari kita kerumah Shania untuk mengkhitbahnya. agar kita tidak larut dalam dosa.
hai... haiii haiii.. jangan lupa like, coment dan beri tip padaku yaaaa ini karya yang insya allah keren dan bisa menjadi motivasi bagi kita kakakku.
"Abi.. umma cinta abi karena allah"
Pagi ini, setelah sholat shubuh berjamaah dengan Inah. Shania bersiap membuka mushaf qur'an miliknya. Ia akan memurojaah hafalannya sesuai dengan batas terakhir ia membacanya.
ahhhh.... tiba-tiba teringat kak Zu.
Pria itu tak pernah bosan membantu sangat istri kecilnya ketika membaca qur'an. Dengan begitu telaten, Zu selalu membenarkan bacaan yang sekiranya salah.
Setelah selesai membaca qur'an, Shania melirik jam di dinding yang menunjukkan pukul 6 tepat.
"ahhh waktunya untuk sholat dhuha"
selesai melakukan runtunan ritual ibadah, Shania pergi kedapur. Walaupun ia memiliki seorang pembantu, tapi Shania tak mau serta-merta menyerahkan semua urusan rumah padanya. Zu tak memberi izin Shania untuk bekerja. Ia hanya menyuruh Shania diam dirumah dan melancarkan bacaan qur'annya. Maka dari itu Shania tidak memiliki kegiatan lain disiang hari selain mengaji dan memasak.
"Inah, aku habis ini akan membuat pudding dan nugget pisang" Shania memberi tahu Inayah. ia sudah menganggap Inayah seperti saudaranya sendiri. Karena usia mereka juga tak terpaut jauh.
"wahhh pasti enak tuh non " tanggapannya.
Shania sibuk berkecimpung dengan alat dan bahan masaknya. Ia sesekali mencicipi sedikit cemilan itu agar mengetahui kadar rasanya.
"oh ya Inah. sudah jam 9. kamu selesaikan dulu yaa. aku mau menelepon kak Zu" ucap Shania senang. Ia tak mampu menyembunyikan kebahagiaannya.
"hallo assalamualaikum kak Zu"
"Waalaikum salam umma. bagaimana kabarmu?" di ujung sana pria yang sangat di hormati dan dikagumi Shania tengah berperang dengan hawa nafsunya, dengan rasa rindu yang teramat pada istrinya.
sebutih air menggenang dipelupuk mata. Shania sedikit menjauhkan hpnya agar tak menimbulkan kecurigaan Zu.
Ia menarik nafas dan membuangnya teratur.
"aku baik kak. Abi bagaimana disana? sudah makan kan?
"sudah umma. abi disini sangat senang karena bisa membantu saudara seiman. mereka sangat menderita umma. beda dengab kehidupan kita yang serba ada. "
yap!
setiap pagi, tepatnya pukul 9 wib. Shania selalu menelepon suaminya. Ini adalah hari ke 10 Zu di negeri orang itu. alhamdulillah, ia baik-baik dibalik teleponnya setiap pagi.
Shania selalu menaruh prasangka baik pada sang ilahi. Ia yakin Allah tak akan menguji hambanya di luar kemampuan. Meskipun terkadang terasa berat, tapi Shania tetep tersenyum.
"bi, apakah umma boleh meminta video call padamu? Shania ingin melihat keadaan disana"
"belum saatnya sayang. nanti jika sudah waktunya tiba, aku akan tunjukkan padamu"
Selalu dan selalu kata itu yang diucap Zu pada istrinya. Ia masih belum siap melihat wajah ayu lugu sang istri kecil. Ia akan merasa malu jika air matanya terlepas begitu saja.
"baiklah bi. Aku faham"
"oh ya umma. jangan lupa selalu baca surah ar-rohman setiap hari. agar kamu selalu mengingat ku dan segera mengetahui kebenaranya sayang"
"iya bi. aku selalu membacanya. dan kau pun jangan lupa kirimkan doa untuk ku"
Selepas menelepon sang suami. Shania melihat pekerjaan si Inah. Semua sudah selesai. Bahkan Inah sudah membersihkan bekas masakan tadi.
"Inah. tolong berikan ini pada tetangga sebelah rumah. sisanya akan ku bawa kerumah mama nanti sore."
"baik non."
Jam di dinding menunjukan pukul setengah 12. Sebentar lagi akan masuk waktu sholat dhuhur. Shania segera menuju kamarnya untuk mengambil air wudhu' dan bersiap sholat.
"Allahu akbar allahu akbar"
lantunan lafad adzan terdengar jelas ditelinga Shania sebab rumah mereka sangat dekat dengan masjid.
Shania segera menuju musholla kecil dirumahnya. Ia sedang menunggu Inah yang baru pulang dari membagikan kue-kue kecil tadi.
"sudah siap non" kata Inah memberi tahu tuannya jika ia sudah siap untuk menjadi makmum Shania.
"assalamualaikum warohmatullah"
Selepas sholat, Shania menarik mushaf qur'an yang ada diujung meja. Rutinitasnya selepas sholat duhur adalah membaca qur'an tepatnya membaca surah ar-rohman.
ahhhh.... tiba-tiba air mata itu lolos keluar setelah ia menyelesaikan bacaanya. Shania menyekanya.
"kak Zu" lirihnya.
Rindu yang teramat dalam pada sang suami. Bukan hanya rindu tapi juga rasa khawatir terselip dihatinya.
"sedang apa kau disana kak" ia bertanya seolah-olah sang suami akan menjawab pertanyaan itu. Tapi....
yahhhh....
Selama menjadi istri Zu, Shania tak pernah ditinggal berpergian sang suami dalam kurun waktu yang tak menentu. Walaupun jadwalnya sangat padat saat menjadi dosen disalah satu universitas negeri di kota itu, ia pasti akan pulang dan mengelus ujung kepala sang istri ketika hendak tidur meskipun itu larut malam.
"aku harus kuat! aku gak boleh terlalu sedih atas kepergian suamiku. dia sedang berjihad, akan terasa sedih bila ia tau aku disini slalu memikirkannya. Ampuni aku ya allah jika kurang ikhlas terhadap keputusan engkau😢"
Shania melepas mukenahnya. Ia baru ingat kalau harus mengantar kue buatannya pada mama kandungnya juga mama mertua.
Shania melangkah pergi ke dapur. ia menata kue-kue lucu nan manis itu dalam kotak makanan. Dua kotak makan untuk mama Hamidah, selaku mamanya sendiri dan dua kotak makan untuk umi Fatimah yaitu ibunya Zu.
"Inah, aku pergi dulu. aku nitip rumah. insya allah kalau aku tidur rumah umi atau mama nanti aku beri kabar" ucap Shania pada pembantunya.
Segera ia menyambar kunci mobil diatas nakas yang telah ia siapkan kemudian pergi ke garasi.
Di dalam garasi yang cukup besar itu terdapat dua mobil. Ayla warna putih adalah miliknya hadiah dari sang papa karena Shania berhasil mengkhatamkan hafalan qur'annya dan mobil Pajero sport milik sang suami yang biasanya digunakan untuk ke kampus.
Shania mengemudikan mobil kecil miliknya. Ia langsung mengarahkan kerumah mertua tercinta sekaligus guru mengaji selama ia menempuh pendidikan.
Setibanya didepan gerbang, pak Joko satpam rumah itu membukakan gerbang besar. Pak Joko sudah sangat hafal dengan perawakan mobil mini itu jadi tanpa perlu bertanya ia sudah diperbolehkan masuk.
"assalamualaikum umi.."
Shania menyusuri setiap ruang disana. Mulai dari ruang tamu sampai dapur. Tapi umi tercintanya belum terlihat.
"mbak sekar, dimana umi?" tanyanya pada pembantu itu.
Shania sangat ramah pada semua orang. Bahkan pembantu pun ia sudah anggap seperti teman sendiri.
"ada ditaman belakang non. mau saya panggilankan?"
"tak perlu. aku akan kesana sendiri. " jawab Shania sambil sibuk mengeluarkan kue itu dari kotaknya.
"minta tolong ambilkan piring mbak Sekar" perintahnya.
Shania menata semua kue itu. rencananya ia akan memberikan pada uminya yang sedang ditaman belakang. Biasanya umi jika berada disana sedang membaca al-qur'an. Tempat itu adalah tempat ternyaman dirumah ini.
"assalamualaikum umi" tuturnya lembut. Shania membawa satu piring kue dan teh hangat.
"waalaikumsalam sayang" terpancang kebahagiaan disana. Wajah sendu dan damai walaupun terdapat keriputan disana.
Umi Fatimah adalah seorang perempuan yang paling dicintai Shania setelah mamanya. Sebelum menjadi menantu pertama pun umi Fatimah selalu memberi perhatian lebih pada wanita itu. Mungkin sudah ada firasat jika kelak Shania akan menjadi anggota keluarganya. Apalagi Fatimah adalah gadis yang sopan dan perhatian, jadi umi Fatimah sangat tertarik padanya.
"umi, ini Shania membawakan kue. tadi iseng-iseng membuat" katanya merendah. Shania memang gadis rendah hati yang tak terlalu suka dipuji-puji.
"wahhh! apa ini nak?? puding dan nugget?" tanyanya bingung.
Umi Fatimah bingung karena biasanya nugget dijadikan lauk tapi mengapa Shania mengatakan ini kue.
Shania tersenyum, ia bisa membaca kebingungan ibu mertuanya.
ditaruhnya makanan itu dimeja yang ada didepan umi. setelah itu ia memijat ringan telapak tangan uminya.
"ini pisang nugget umi. apakah itu asing buat umi?"
"ohhh kalau pisang nugget umi juga tau sayang"
ahhh... akhirnya.
Diambilnya satu potong nugget pisang itu. Ia mencicipi dengan sedikit memejamkan mata agar dapat meresapi nikmatnya makanan itu.
Shania mengigit gigi bawahnya, khawatir jika rasanya mengecewakan sang umi.
"enak sayang"
alhamdulillah...
Tepat satu bulan Zu pergi meninggalkan sang istri untuk berjihad. Komunikasi antara kedua orang suami istri itu masih tetep terjalin apik.Rasa rindu yang teramat masih tetap dirasa. Akan tetapi keikhlasan sudah terbentuk.
Rutinitas Shania setiap selepas sholat dhuhur masih sama. Memurojaah bacaan qur'annya yaitu surah ar-rohman.
Selesai membaca qur'an, Shania tak mempunyai kegiatan lagi. Biasanya ia akan ke perpustakaan milik suaminya. melihat beberapa kitab disana, sekiranya ia bisa membacanya maka Shania akan mengambil dan membaca setiap halaman. Karena memang kitab milik suaminya adalah kitab bertuliskan bahasa arab.
"sepertinya ini kitab yang selalu di baca kak Zu" gumam Shania pelan.
Sebelum menikah dengan Zu, Shania memanggil suami tercintanya dengan sebutan kakak. Akan tetapi setelah menikah ia mengganti panggilannya menjadi abi.
Wanita itu membolak-balikkan kitab itu.
Rindu hadir disana. Tapi tak sampai menimbulkan rintikan air mata karena waktu yang membimbingnya menjadi wanita kuat.
Shania membuka bab pertama. Ia baru faham jika itu adalah kitab fiqih. karena disana terdapat tulisan bab thoharoh.
*dua minggu berikutnya*
Pagi ini Zu tak memberi kabar sang istri, entah lupa atau kuota paketan di hpnya sedang habis. Shania berusaha berprasangka baik pada suaminya. Ia menghapus bayang-bayang buruk tentang sang suami.
"mungkin kak Zu sedang membantu orang-orang disana"
"mana mungkin kak Zu ingin menikah kembali dengan wanita disana untuk menyalurkan hasratnya"
"pasti kak Zu juga bingung disana karena tak sempat memberiku kabar."
Bayang-bayang positif terpatri dihatinya. ia tak ingin menyakiti kepercayaannya sendiri pada sang suami.
Setelah bergelut dengan perasaan, Shania pergi ke kamar kitab milik suaminya. Wanita muda itu sudah memiliki kegiatan baru saat ini, yaitu memurojaah kitab fiqih milik sang suami. Sudah sekitar dua mingguan ini, ia memperlajari kitab itu.
"bab nikah" gumamnya diselingi senyum.
Shania membuka-buka isi kitab dan membacanya sekiranya ia paham maka ia akan melanjutkan ke bab selanjutnya.
drtt... drtt....
Suara hp itu mengagetkan Shania. Fellingnya mengatakan jika itu dari suami. Entah felling atau hanya pikirannya karena hari ini memang Zu tidak memberi kabar pada sang istri.
"huft... bukan kak Zu" gumamnya kecewa. terpampang disana nama Zahro. Sahabat Shania selama menjadi santri di asrama dulu. Ia sekarang sedang melanjutkan studynya disebuah kampus dengan jurusan kedokteran. Shania dan Zahro masih sangat akrab walaupun kehidupan mereka berbeda.
"assalamualaikum Zahro."
"waalaikumsalam Shania. gimana kabarmu? aku sangat rindu. yuk kita ke mall atau apa gitu" ajak Zahro.
"emmmm..." Shania dilanda rasa bingung dan sungkan. Ia ingat sebelum Zu berangkat ke Palestina, ia berpesan pada istrinya agar tidak keluar rumah sembarang apalagi dalam hal tidak penting.
"kenapa shan? kamu gak boleh sama suami?" Zahro mampu membaca pikiran Shania
"ehh... enggak gitu sih. Tapi aku belum izin padanya. sungkan aja sih mau keluar tanpa seizin suami" tutur Shania. Zahro pun paham dan pasti tak akan memaksa.
"oke baik deh Shan. kapan-kapan aja kali yaaa kita bisa ketemu. bye"
Sebenarnya Shania juga merasakan bosan, bahkan sangat bosan. Akan tetapi ia harus bagaimana. Untuk kebutuhan finansial ia sangat tercukupi. Shania punya beberapa cabang toko kue di kota ini, tapi semua itu sudah diserahkan pada bu Surti. Bu Surti adalah guru les masak Shania waktu itu. Ia sudah sangat percaya pada wanita itu dan apabila Shania sudah dianggap mampu membuat kue enak maka semua cabang toko rotinya akan kembali padanya.
"apa aku ke toko roti aja yaa. akhir-akhir ini aku sangat jarang kesana"
Segera ia berganti pakaian kemudian mengendarai mobil ke arah pusat toko rotinya.
FLORIST CAFE N CAKE
itu nama toko roti Shania, disana dilengkapi dengan cafe kecil bernuansa taman. Jadi para pembeli bisa sekalian menikmatinya.
Zu yang merangcang nuansa cafe itu, karena Zu sangat suka dengan berbagai macam bunga dan tanaman. Karena letaknya ditengah kota, maka Zu mendesain seakan-akan terdapat taman kota disana.
"kling... kling.... kling...."
itu lah bunyi lonceng yang sudah ditempatnya diatas pintu.
Zu sangat mengedepankan rasa sopan dan kenyamanan, maka dari itu apabila lonceng sudah berbunyi berarti ada seorang pelanggan disana dan semua pelayan wajib menundukkan kepala sebagai tanda hormat.
"assalamualaikum" sapa Shania.
"waalaikumsalam non Shania" jawab bu Sutri
"waalaikumsalam" jawab pegawai lainnya.
"gimana bu Sutri apa semua baik-baik saja?"
"aman terkendali😉. "
"baguslah kalau begitu. saya senang mendengarnya. bunga-bunga dicafe sudah diperbaruikan?"
Meskipun Shania tidak pernah terjun langsung kelapangan tapi Shania sangat perhatian pada toko kue sekaligus kafe ini. Ia akan memantaunya dari jauh, untuk masalah bahan kue akan diurusi bu Sutri.
Shania berjalan ke ujung meja yang bertempat disamping kaca. Ia menikmati suasana disana, matanya menyapu bersih ke arah luar yang terdapat rintikan air hujan.
"non Shania. Saya ingin berbicara penting dengan anda"
Bu Surti tiba-tiba membuyarkan lamunannya. Ia mengalihkan pandangannya dari luar ke bu Sutri yang sudah duduk dihadapannya. Diulaskannya senyum simpul.
"Silahkan bu Sutri. jangan sungkan-sungkan! anggap saja saya anak ibu" tuturnya. Ia sudah merasa seperti anak bu Sutri karena dulu tepatnya tiga tahun lalu anak bu Sutri yang sedang study di Singapura mendadak meninggal dunia. Entah apa penyebabnya Shania tak *** dan usia mereka sama.
"Usia saya sudah tak muda lagi non...."
Shania menatapnya heran. Tumben sekali bu Sutri terlihat sangat melow.
"Saya ingin mengembalikan toko roti ini pada anda. saya sudah yakin jika non Shania sudah mampu mengelolah toko roti ini."
"kenapa begitu bu? kenapa tiba-tiba?" tanyanya kaget. Shania masih merasa belum mampu mengelolah usahanya ini walaupun jika untuk membuat kue dan roti Shania sudah mampu.
"ini milik anda non. Dan saya sudah bilang sejak dulu jika non Shania sudah mampu maka toko ini akan kembali pada pemiliknya"
Shania menghela napas pasrah. Ia tak bisa memaksa bu Sutri karena memang bu Sutri sudah pernah berkata jika akan mengambilkan toko ini jika Shania sudah mampu. Tetapi ini terlalu cepat.
"baiklah bu. Tapi saya mohon bimbing saya tetus" katanya sambil menggenggam tangan bu Sutri kuat untuk menambah energi kepercayaan diri.
"saya selalu anda untuk anda non"
*malam tiba*
"huft... kenapa hari ini terasa berat" gumamnya sambil memijit pelipis kepalanya pelan.
"astagfirullah semua ini adalah kehendak Allah"
Rindu....
Yapp.. Shania teringat suaminya. Kesibukan hari ini membuatnya lupa akan kegundahan tadi pagi ketika sang suami tak memberi kabar.
Diliriknya hp yang ada disamping qur'an. Shania sedang berada di ruang perpustakaan milik Zu. Tercipta ketenangan disana.
Tidak ada pesan dari Zu.
"mungkin kak Zu sedang sibuk."
Lagi-lagi ia menumbuhkan kepercayan lagi. Untuk apa membangun sebuah rumah tangga jika tak ada yang namanya kepercayan. Cinta yang ia tumbuhkan untuk Zu bukan semata-mata hanya karena cinta akan paras, ilmu dan kekayaannya saja, tapi Shania yakin dan percaya jika sang suami bisa memberikannya kebahagiaan dunia dan akhirat.
pukul 21.00
Shania tutup tumpukan buku analisis data perkembangan toko kuenya. Ia melangkah masuk kekamar.
Sudah saatnya mata dan pikiran ini istirahat.
Diambilnya air wudhu' agar tidur dimalam hari ini berkah. Selepas itu ia melakukan rutinitas wanita pada umumya yaitu menggunakan rangkaian perawatan diri.
"Abi... Umma cinta abi karena Allah"
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!