NovelToon NovelToon

Putri Mahkota

Prolog

Ini hanya cerita fiksi belaka, tidak bermaksud untuk menyinggung pihak manapun. Gambar-gambar yang mungkin ditampilkan hanya sekedar sebagai pendukung. Bila ada kata atau kalimat yang kurang berkenan saya mohon maaf.

sebagai dukungan kalian, mohon bantuannya untuk like dan vote cerita ini, terimakasih.......Selamat Membaca...

****************************************

Epidose 1.

Putri Faradilla, memiliki nama lengkap Amartha Faradilla Adhmaja. Putri pertama raja Cundiga Adhmaja dan ratu Avantika Herlian. Ia seorang putri yang memiliki paras cantik dan anggun. Bersikap dingin, ambisius, dan pendirian teguh. Walau terkadang suka manja terhadap ayahnya dan kini usia putri sudah menginjak 16 tahun.

Pangeran Gibran, adik dari putri Faradilla yang memiliki nama lengkap Martin Gibran Adhmaja. Pangeran yang banyak dikagumi semua gadis dikarenakan ketampanannya dan juga sikapnya yang dermawan. Ia juga sering kali jahil terhadap saudaranya, terkadang keributan mereka berdua yang membuat raja dan ratu terhibur. Putri Faradilla dan pangeran selisih 1 tahun.

.

.

.

Pagi ini putri Faradilla izin keluar istana kepada raja Cundiga dengan ditemani pangeran Gibran.

"Ayah prabu kami meminta izin keluar istana untuk meninjau secara langsung keadaan rakya" ujar putri Faradilla.

"Iya, berhati-hatilah, jaga kakakmu pangeran Gibran" ujar raja Cundiga.

"Baik ayah prabu" ujar putri Faradilla dan pangeran Gibran bersamaan.

"Dan bawalah beberapa penjaga, diluar pasti banyak yang mengincar kalian" pinta raja Cundiga.

"Tidak ayah prabu, penjaga saja tidak akan cukup bisa membuat kita aman" ujar putri Faradilla.

"Lalu bagaimana agar kita tetap aman kakak?" tanya pangeran Gibran.

"Benar yang dikatakan pangeran Gibran, lalu apa rencanamu putri Faradilla?" tanya raja Cundiga.

"Kita tidak bisa apa-apa pangeran, namun kita bisa terlihat biasa Martin" ujar putri Faradilla.

"Maksudnya?" tanya pangeran Gibran.

"Kau cerdik putri Faradilla, dengan menyamar sebagai rakyat biasa kalian akan aman. Bahkan penjahat tidak akan mengenali kalian" ujar raja Cundiga.

"Namun jika kita membawa penjaga kita akan mudah dikenali, penjahat akan mudah menemukan kita. Maka dari itu aku terfikir untuk menyamar diantara rakyat" sahut putri Faradilla.

"Wah...benar ide kakak, bahkan aku tidak terfikirkan hal seperti itu" ujar pangeran Gibran.

Setelah raja mengizinkan, putri dan pangeran pergi untuk mengganti baju mereka seperti rakyat biasa. Selesai ganti baju putri dan pangeran bergegas pergi.

Sampai diarea pasar putri dan pangeran terkejut melihat semua berantakan. Pasar tampak kacau seperti baru terjadi keributan hebat. Mereka masih menerka-nerka apa yang baru saja terjadi.

"Apakah ada rampok?" tanya pangeran Gibran.

"Tidak, pasti hal yang lain. Tidak masuk akal jika rampok merusak seluruh pasar" ujar putri Faradilla.

"Iya juga...., apa mungkin ini ulah orang yang menentang ayah?" terka pangeran Gibran.

"Mungkin saja... tapi siapa? kita harus tau itu" ujar putri Faradilla.

Hingga terdengar rintihan salah seorang yang meminta tolong. Putri yang mendengarnya mencari-cari sumber suara. Terlihat ada gundukan sayur yang tertindih beberapa karung. Putri pun meminta pangeran untuk membantunya memindahkan karung dan sayuran yang menggunduk. Ketika hampir mencampai dasar putri terkejut melihat ada tangan seseorang yang mungkin saja terkubur ditumpukan sayur. Dan benar saja, ada bapak-bapak yang terkubur didalamnya.

Bapak-bapak itu terlihat pucat dan tak berdaya. Pangeran membawanya ke rumah sakit terdekat. Sedangkan putri masih dipasar mencari bukti yang mungkin saja tertinggal.

Tiba-tiba ada sekumpulan preman mengganggu putri.

"Ada cewek cantik nih..." rayu salah seorang preman.

"siapa kalian? pasti kalian yang merusak area sini bukan?" tanya putri.

"Wah...anak kecil nyalinya besar juga, kami kroyok hancur kau" gertaknya.

"Kalian kira aku takut, tidak perlu banyak bicara jika benar berani" ujar putri.

"serang....!" teriak preman-preman tersebut.

Perkelahian tak terhindarkan, kemampuan putri Faradilla teruji. Preman-preman itu sempat kewalahan menghadapi kemampuan putri Faradilla.

Tetapi ketika salah satu preman tak sengaja menyobek baju putri Faradilla hingga terlihat tanda kerajaan. Mereka pun menyadari bahwa yang sedang ia hadapi adalah seorang putri kerajaan. Lalu mereka berniat untuk menjebaknya, seolah-olah putrilah yang menciptakan kerusuhan. Preman itu mengeluarkan sebuah pisau dan berusaha untuk melukai putri. Pada akhirnya salah satu preman itu yang tertusuk, bukannya putri. Pangeran yang melihat kejadian tersebut merasa sangat terkejut. Preman itu pun tewas ditangan putri.

"Aku telah melenyapkannya" ucap penyesalan putri Faradilla.

"Ampun jangan bunuh kami, kami mohon" ujar preman-preman lainnya setelah melihat pangeran Gibran datang dengan membawa penjaga.

"Kak...apa yang telah terjadi?" tanya pangeran.

"Dia telah membunuh salah satu dari kami pangeran, dia menuduh kami yang merusak pasar ini. Padahal kami hanya ingin membereskan sisa dagangan kami" cerita dan tangis palsu para preman.

"Apa benar itu kak?" tanya pangeran Gibran.

Putri tak bicara sepatah kata pun, ia meratapi kesalahannya.

"Tangkap putri Faradilla penjaga" perintah pangeran Gibran dengan terpaksa karena tak ada pembelaan darinya.

.

.

.

Disidang istana

Raja Cundiga terkejut dan marah mendengar putrinya telah membunuh salah satu rakyatnya tanpa alasan. Tanpa berfikir panjang raja memerintahkan untuk hukum mati sang putri, namun ratu menolak.

"yang mulia tidak bisa menghukum mati putri Faradilla, dia belum membela diri. Bahkan belum ada bukti diantara keduanya yang benar-benar menegaskan jika putri Faradilla membunuh pedanggang pasar tanpa alasan" bela ratu Avantika.

"tapi dia telah membunuh pedagang tersebut dengan saksi pangeran Gibran dan pedagang lainnya" tegas raja Cundiga.

"jika benar, mengapa ada robekkan baju dipundak putri Faradilla. Bisa saja putri dijebak atas hal ini" ujar ratu Avantika.

"katakan pembelaanmu putri" pinta raja Cundiga.

Lagi-lagi putri hanya terdiam dan tak membela diri sedikit pun.

Karena geram akan respon putri Faradilla yang hanya terdiam, raja pun menunda sidang.

Semua anggota dewan bubar dari tempat sidang istana. Putri masih merasa syok akan kejadian yang baru saja ia alami. la tidak menyangka jika tangannya telah merenggut nyawa seseorang.

.

.

.

Malam ini

Raja mendapat aduan dari salah satu preman yang menyerang putri. Bila putrilah yang sering membuat kekacauan. Sang putrilah yang sering membuat warga susah. Aduan tersebut membuat hukuman putri semakin berat.

Di sisi lain

Putri Faradilla berbaring diranjangnya, tak berapa lama ratu Avantika datang. Ia duduk diranjang dekat putri Faradilla tidur.

"mengapa kau tak mengatakan apapun nak?" tanya ratu Avantika.

"karena hanya bicara tanpa bukti itu tak akan dipercayai bunda ratu" ujar putri sambil duduk berhadapan dengan ratu.

"setidaknya kamu membela dirimu sendiri nak, bagaimana jika kau dihukum mati tadi?" tanya ratu Avantika merasa khawatir.

"sudah bunda, nyatanya aku sampai sekarang masih didepan bunda" ucap putri Faradilla.

"katakan yang sebenarnya terjadi nak?" tanya ratu Avantika.

"tidak bunda, biarkan ini berjalan sesuai alurnya. Nanti bunda ratu akan tahu pada akhirnya" ujar putri Faradilla.

Episode 2

"Bagaimana kamu bisa seperti itu jika nyawamu dalam bahaya?" tanya ratu Avantika.

"nyawa kita ada dalam perbuatan kita bunda, jangan khawatir bunda. Kita lihat keputusan Ayah prabu esok. Aku yakin ayah akan bisa mengambil keputusan dengan bijak" ujarku.

Ratu Avantika tampak lebih tenang dari sebelumnya.

.

.

.

Esoknya sidang kembali diadakan.

Dari korban yang terbunuh oleh putri Faradilla, kini keluarganya juga turut hadir memberatkan putri. Tidak ada saksi mata atau bukti sedikit pun yang dapat meringankan hukuman sang putri.

Dirasa sudah tak ada harapan lagi untuk putri Faradilla. Raja pun memutuskan bahwa putri harus dihukum mati, namun lagi-lagi hal tersebut ditolak oleh ratu Avantika.

"Maaf yang mulia ini tidak adil untuk putri Faradilla, mengapa putri tidak diberi waktu untuk mendapatkan pembelaan atau mungkin bukti jika dia tidak bersalah" ujar ratu Avantika"

"Maaf yang mulia jika kita tidak segera memberi hukuman terhadap putri Faradilla, kita akan dianggap kurang percaya terhadap rakyat. Sebab rakyat bisa saja berfikir dengan kedudukan, putri akan dengan mudah mendapatkan saksi" ujar perdana mentri Lukman.

"Yang dikatakan ratu Avantika benar...tetapi yang perdana mentri katakan juga benar. Saya putuskan putri akan dihukum mati" tegas raja Cundiga.

Merasa tidak menerima keputusan raja, ratu pun pergi begitu saja meninggalkan sidang istana. Lalu raja mengumumkan jika ia sendiri yang akan menghukum putrinya. Raja membawa putrinya disebuah ruangan dengan ditemani pangeran Gibran

Diruangan tersebut raja meminta putri memakai baju pelayan

"ayah sangat mengenalmu nak, ayah yakin ada sesuatu yang menginginkan kau mati. Pergilah dari istana kau harus aman, tinggallah dirumah bik Inah dan putranya Bima" pinta raja Cundiga.

"Baik ayah" jawab putri Faradilla.

"Ingat nak, namamu kini Amartha Bianca Faradilla. Kebutuhanmu setiap hari, akan kami penuhi melalui pangeran Gibran. Jaga dirimu dan identitasmu dengan baik nak. Karena musuh akan slalu mengintaimu" pesan raja Cundiga.

"Baik ayah prabu" putri memeluk kedua orang tuanya lalu adiknya.

Kemudian pangeran membawa putri pergi dari istana dengan mengendap-endap. Agar tidak menarik curiga orang lain.

****************************************

Sampai dirumah bu Inah, putri atau panggil saja Bianca disambut hangat oleh bu Inah dan putranya.

"silahkan none Bianca, saya bik Inah raja telah memberitahukan semuanya melalui pesan"

"Salam kenal putri" ujar Bima.

"Iya, panggil Bianca saja" ujar Bianca

"baik putri...eh maksud saya none Bianca" ujar Bima.

"Mari bibik antar kekamar none Bianca" bik Inah sambil membawakan barang Bianca.

"Iya bik" ujar Bianca.

Malamnya ketika sedang makan bibik mengobrol dengan Bianca.

"bibik hanya berdua dirumah ini?" tanya Bianca.

"Iya none, habis suami bibik sudah meninggal waktu Bima kelas 3 SD" ujar bik Inah.

"meninggal karena apa bik? kalau saya boleh tau" tanya Bianca.

"karena perang kerajaan dengan rakyat perbatasan" jawab bik Inah.

"kok bisa?" tanya Bianca.

"ya karena rakya diprovokasi oleh pengkhianatan kerajaan" jawab bik Inah.

"Iya, dan itu sampai sekarang" ujar Bianca.

"Sudah lupakan none, nih" Bima menyodorkan brosur sekolah.

"Apaan ini?" tanya Bianca.

"Brosur sekolah Prima Bakti, itu sekolah paling bagus disini. Mulai dari SD, SMP, SMA, bahkan SMK juga ada" jelas Bima.

"kamu sekolah dimana?" tanya Bianca.

"saya ya disitu none. Tapi SMK bukan SMA" jawab Bima.

"kenapa?" tanya Bianca.

"SMA itu biayanya mahal none, bibik mana sanggup membayarnya. Apalagi bibik tidak punya suami. Biaya bantuan perbulan dari istana kepotong untuk makan sehari-hari" sahut bik Inah.

Bianca berfikir semenjak pendidikan menjadi tanggung jawab perdana mentri Lukman. Banyak siswa yang berprestasi tersingkir dari haknya. Sedangkan yang kaya semakin menjulang tinggi. Saatnya ia merubah semuanya.

"kalau gitu aku mau masuk SMK bik" ujar Bianca.

"Kenapa none?, kan none Bianca bisa masuk SMA" tanya bik Inah.

"Biar sama dengan Bima, jadi kalau ada apa-apa aku bisa minta tolong Bima" jawab Bianca.

"none Bianca yakin?" tanya Bima.

"Iya" tegas Bianca.

.

.

.

Esoknya Bianca datang kesekolah bersama Bima. Mula-mula Bima mengantar Bianca ke ruang guru SMK Prima Bakti untuk mengisi formuler jurusan yang dipilih. Setelah selesai Bianca masuk kekelas bersama guru wali kelas yaitu bu Intan.

"Pagi anak-anak?" sapa bu Intan.

"Pagi bu" jawab murit-murit serentak.

"Kali ini kalian kedatangan murid baru, perkenalkan namamu dan motivasi memilih jurusan ini" pinta bu Intan.

"Baik bu, perkenalkan nama saya Amartha Bianca Faradilla. Panggil saja Bianca, motivasi saya ikut jurusan Arsitektur karena saya suka menggambar menggunakan penggaris bukan khayalan"

"Hay Bianca, aku Arka ketua kelas disini" sapa Arka.

"Hay" sapa Bianca.

"Kalau sudah berkenalan kamu bisa duduk dikursi yang kosong Bianca, ibu pergi dulu" ujar bu Inah.

"Baik bu" ujar Bianca.

Sekali masuk, Bianca banyak digemari anak lelaki. Tetapi ada sebagian anak yang tidak tertarik akan Bianca yaitu anak perempuan. Mereka merasa jika kalah saing oleh kecantikan Bianca.

Diantara cewek lain ada Desy dan Bella yang mau berteman dengan Bianca.

"hay aku Desy"

"hay Desy" ucap Bianca dan juga Bella.

"Kan aku sapa Bianca, kenapa kamu juga ikutan?" tanya Desy.

"Jadi aku gak boleh ikutan? kok kamu jahat" jawab Bella.

"Haduh" Desy sambil memegang dahinya "Bukannya gak boleh, tapi kamu ya gak usah ikutan kan kamu udah kenal aku"

"Oh iya ya" Bella tersenyum malu.

"Udah gakpapa kok" ujar Bianca.

"Giliran aku nih, hay Bianca apa kabar? aku Bella salam kenal ya" sapa Bella.

"Hay juga Bella, aku baik" balas Bianca.

"Panjang banget. Kenalan gitu aja kayak interview pekerjaan" sewot Desy.

"Ya gakpapa Des, biar lebih jelas gitu" ujar Bella.

Ketua geng anak perempuan hits dikelas pun mendekat.

"Hay Bianca perkenalkan namaku Rossa Pramata, panggil saja Rossa" sapa Rossa.

"Hay" balas Bianca.

"Begitu sombong dan angkuh" gumam Rossa.

"Maaf saya masih bisa mendengarmu" jawab Bianca sembari menatap kearah Rossa.

****************************************

Jam pelajaran dimulai

Kali ini adalah pelajaran matematika, hanya segelintir anak yang benar-benar fokus. Arka berjalan ke arah Bianca dengan membawa buku catatannya.

"Ini buku catatanku, pak guru telah memberi tauku cara cepat memahami materi-materinya" ujar Arka.

"Oke, makasih" ujar Bianca.

"Hhmmm" sembari tersenyum ke Bianca.

Desy tiba-tiba duduk didekat Bianca, dengan buku soal yang masih kosong. Tak lama Bella juga ikut menyusul.

"Bianca? kamu mengerti tidak?" tanya Desy.

"Kalau mengerti ajari kami dong" sahut Bella.

"Mari kita kerjakan bersama saja biar kalian juga mengerti" ujar Bianca.

Tak terasa waktu cepat berlalu...

.

.

.

Bel istirahat berbunyi.

Bima datang kekelas Bianca dan menggandengnya keluar kelas. Belum sampai keluar kelas Bianca mengajak Desy dan Bella sekalian ikut.

Rossa tampak iri melihat pujaan hatinya menggandeng tangan Bianca.

"Yak ampun kok bisa Bianca dapet keistimewaan seperti itu, harusnya kan aku yang digandeng bubu Bima" teriak Rossa.

"Kau benar Rossa, tak biasanya Bima seperti ini. Kau harus kekantin Rossa, ikuti Bima" ujar Kiky teman satu gengnya.

Episode 3

"Kau benar Kiky, harus kulabrak Bianca anak baru itu. Berani-beraninya dia deketin bubuku Bima" ujar Rossa.

.

.

.

Dikantin

Bima, Bianca, Bella dan Desy tampak akrab makan siang bersama. Bahkan Bima sebagai senior tidak canggung ikut kumpuk bersama juniornya.

"kak, ajarin kami dong biar bisa main basket sehebat kakak" ujar Bella.

"kurusin dulu tuh lemak diperutmu baru minta ajarin main basket" ledek Desy.

"Hahaha...." Bima dan Desy tertawa terbahak-bahak.

"Sudah gak baik bully seperti itu" ujar Bianca.

"Makasih Bianca kamu udah belain aku, Desy emang kaya gitu" ujar Bella.

"Ya udah maaf Bel, aku cuma bercanda" bujuk Desy.

"Hhmm" Bella kesal

"Bima kok gak minta maaf" tegur Bianca.

"Baik" reflek Bima "Maaf ya, cuma bercandaan saja tadi"

Bella dan Desy sedikit terkejut berani sekali Bianca memerintah kakelnya seperti itu. Bahkan hanya memanggil nama, sedikit tidak sopan.

Tiba-tiba Rossa datang dengan beberapa gengnya. Memegang pundak Bianca dan sedikit menggertak.

"Menjauh dari kak Bima, jika kau tidak mau berurusan denganku!" bisik ancaman Rossa kepada Bianca.

"memang dia siapa kamu?" tanya Bianca.

"Dia pacarku" jawab Rossa.

"Rossa apa-apaan kamu, buat kekacauan seenakmu. Kamu adik kelasku berbuatlah selayaknya adik kelas" tegur Bima.

Kalau dia tau aku putri mana brani dia kayak gini ke aku, gumam Bianca

"Bubu Bima, kamu itu bolehnya deket sama aku. Jangan deket-deket mereka ntar ikut-ikutan cupu" ujar Rossa.

"Mari none, kita pergi" Bima menggandeng Bianca pergi.

"Huu...harusnya tuh kamu sadar diri Rossa kalau kak Bima tuh gak suka sama kamu" ujar Desy.

"Iya gak punya malu, huuu..." ledek Bella.

"Diam kalian! Bima itu suka sama aku kalian aja yang sirik" ujar Rossa.

"Sudahlah Rossa mereka sudah tidak penting, Bima juga sudah pergi" ujar Kiky

"Iya kita pergi saja" ujar Bianca"

Rossa dan gengnya pergi meninggalkan kantin.

Disisi lain Bima mengajak Bianca keliling sekolah. Sambil Bima berusaha mengajak Bianca mengobrol mengenai diri mereka masing-masing.

"Maaf none, kalau saya boleh tau none itu seperti apa sih" tanya Bima sedikit ragu.

"Ya kayak gini, oh iya panggil Bianca saja kalau disekolah ntar semua jadi tau lagi aku siapa" ujar Bianca.

"Baik none," ujar Bima.

Bima tampak kebingungan mencari topik pembicaraan untuk mengobrol dengan Bianca.

"Bianca, kamu suka nggak sekolah disini?" tanya Bima.

"Lumayanlah, untuk murit baru kayak aku" jawab Bianca.

"Kalau Rossa macam-macam sama kamu, bilang aku ya. Aku gak mau kamu kenapa-napa" ujar Bima.

"Hah...maksudnya" tanya Bianca.

"Eh, enggak none gakpapa" Bima gerogi.

Suasana kembali hening setelah Bima salah bicara pada Bianca. Melihat kecantikan Bianca, tanpa tersadar Bima mulai jatuh cinta. Namun Bima berusaha menyembunyikan perasaannya. Tersadar jika dia hanya pelayan tak pantas untuk seorang putri.

"Katanya kamu jago basket ya?" tanya Bianca.

"Enggak jago, cuma bisa saja" jawab Bima.

"Mmhh...Bima pulang sekolah bisa antar aku kepasar pelangi?" tanya Bianca.

"Iya, ada apa Bianca?" tanya Bima.

"Aku masih penasaran dengan keributan yang terjadi waktu itu" jawab Bianca.

"Jangan Bianca, terlalu bahaya" ujar Bima.

"Aku bisa sendiri Jika kamu takut" ujar Bianca.

Lalu Bianca jalan duluan meninggalkan Bima. Bima merasa jika ini kesempatannya untuk bisa semakin dekat dengan sang putri.

****************************************

Bel masuk berbunyi

Jam pelajaran kembali dimulai. Rossa berusaha terlihat yang paling bisa dalam pelajaran menggambar. Ia berniat ingin memperlihatkan kemampuannya pada Bianca.

"Siang anak-anak" ujar pak Agus guru gambar teknik.

"Siang pak" jawab serentak murit-murit.

"Pelajaran kali ini, kita akan tanya jawab saja ya anak-anak" ujar pak Agus.

"Yah pak kok tanya jawab, kenapa tidak menggambar saja" tanya Rossa.

"Lain kali saja Rossa, kan ada murit baru jadi pelajaran kali ini ngobrol-ngobrol dulu saja. Agar murit baru bisa lebih mengerti pelajaran bapak" jawab pak Agus.

Rencana Rossa gagal untuk pamer terhadap Bianca. Mengetahui hal tersebut Bianca tersenyun manis ke arah Rossa.

.

.

.

Pulang sekolah

Arka menghampiri Bianca dan berusaha jalan sejajar dengannya.

"Hay Bianca" sapa Arka.

"Hay" balas Bianca.

"Rumah kamu dimana? mau aku antar?" tanya Arka.

"Tidak, terimakasih" jawab Bianca.

"Kenapa? kamu tidak perlu sungkan denganku" ujar Arka.

"Tidak Arka, aku pulang dengan Bima" ujar Bianca.

"Ouh...lain kali kamu mau nggak pulang denganku" tanya Arka.

"Boleh saja" jawab Bianca sambil tersenyum ke Arka

"Yes...kalau gitu aku duluan ya" ujar Arka.

"Iya" ujar Bianca

Arka pergi, tak berapa lama Bima datang menjemput Bianca.

"Bagaimana?" tanya Bianca.

"Saya ikut none, keselamatan none tanggung jawab saya" jawab Bima.

"Bagus, kita berangkat sekarang" ujar Bianca.

****************************************

Sesampainya dipasar pelangi

Bianca mencari barang bukti atau mungkin hal yang mencurigakan. Ditengah pencarian mereka terlihat oleh preman-preman yang pernah mengroyok Bianca. Merasa bukan saat untuk berkelahi, Bianca pun menarik tangan Bima untuk kabur.

Setelah kejar-kejaran yang cukup melelahkan Bianca menemukan tempat persembunyian. Ia pun memberi tahu Bima dan bersembunyi berdua. Karena tempatnya yang berdebu Bima hampir saja akan bersin. Namun hal tersebut dicegah oleh Bianca dengan menyikap mulut Bima. Hal itu membuat Bima semakin deg degan ketika bersama Bianca.

"Hampir saja kita ketahuan" ujar Bianca.

"Maaf none, ini salah saya" ujar Bima.

"Sudahlah, lihat ada kalung disana" ujar Bianca sambil menunjuk kearah gerobak tua.

"Mana none? saya hanya melihat gerobak tua saja?" tanya Bima.

"Iya itu dibawahnya, sudah ayo kita ambil" ujar Bianca.

"Tunggu none, siapa tau preman itu masih disekitar sini" ujar Bima.

"Kita tak ada banyak waktu Bima, segera ambil kalung itu dan kita pergi dari sini" ujar Bianca.

"Baik none" ujar Bima.

Mereka mengambil kalung tersebut dan membawanya pergi.

****************************************

Dirumah

Bianca masih menyimpan kalung tersebut disaku bajunya. Lalu ia bergegas membersihkan tubuhnya.

Selesai mandi Bianca mengambil kalung temuannya dipasar pelangi. Alangkah terkejutnya bandul kalung tersebut sama dengan tanda kerajaan yang ia miliki di pundaknya.

"None Bianca, boleh saya masuk" suara Bima mengejutkan Bianca.

"Masuk saja Bim, pintu tidak terkunci" ujar Bianca.

Bima masuk lalu duduk diranjang berhadapan dengan Bianca.

"Bagaimana? dapat petunjuk dari kalung temuanmu tadi?" tanya Bima.

"Coba kau lihat sama tidak bandul dari kalung ini dengan pundakku" Bianca memperlihatkan bahunya sebelah kanan.

"Sama none, mungkinkah jika ada orang dalam istana yang ingin raja turu tahta" terka Bima.

"Mungkin Bima, aku juga berfikir demikian. Bisa saja penjahat itu sengaja menggunakan kalung ini, agar dimata rakyat putri dan pangeranlah yang telah kejam semena-mena dengan rakya" ujar Bianca.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!