Salva harus melewati hari-hari yang begitu menakutkan. Ia harus menanggung dosa yang tidak pernah dilakukannya. Ia berpikir akan mendapatkan kebahagiaan setelah menikah! ternyata itu hanya khayalan nya saja.
Dimalam itu, dimana ia sah menjadi istri dari seorang pria yang sangat dicintainya, kaivan. Tapi kebahagiaan yang dinanti hanyalah mimpinya semata. Dihari itu juga semua jalan hidupnya berubah, kebebasan dan kebahagiaan direnggut dengan paksa oleh suaminya sendiri.
Kaivan pria yang sudah menjadi kekasihnya selama satu tahun, dan berakhir dengan pernikahan. Tidak disangka dirinya dinikahi hanya untuk balas dendam semata. Salva tidak pernah dianggap sebagai seorang istri, dia diperlakukan seperti pelayan.
Salva pernah bertanya, kenapa dia diperlakukan seperti itu? Tapi hanya tamparan dan makian yang didapat Salva.
Tapi hari ini berbeda kaivan mengatakan sesuatu yang membuat dirinya marah, kecewa, sedih dan banyak lagi yang tidak bisa dikatakan dengan kata-kata.
"Kenapa kamu melakukan ini mas? kenapa kamu begitu kasar?" Salva bertanya dengan berlinang air mata. Setelah kaivan membanting makanan yang dibuat Salva.
"Kamu bertanya kenapa? Apa pantas wanita hina seperti dirimu dikasihi?" Salva semakin menagis. Tidak hanya raganya yang terluka, tapi juga hati dan jiwa yang lebih perih menahannya luka.
"Apa yang aku lakukan? Katakan? agar aku bisa memperbaikinya," ucap Salva dengan sendu.
"Jangan pura-pura bodoh! Ingat dosa yang kau lakukan! Aku akan membalas semua yang kau lakukan pada gadis yang aku cintai!" Kemarahan Kaivan sudah sampai puncaknya. rasanya ia ingin melenyapkan wanita didepannya ini.
"Apa ... Apa yang kamu maksud?" Salva gemetar ketakutan. Tapi tidak dapat memungkiri jika sebentar lagi mungkin kaivan akan memukulnya, atau yang lebih parah membunuhnya.
"Kau memang wanita licik! Sudah ketahuan masih saja tidak ingin mengaku." Kaivan mencengkeram erat dagu Salva. Seakan ingin menghancurkan wajah yang sangat dibencinya itu. "Kau seorang pembunuh! Kau telah melenyapkan kekasihku, Naira! Hanya untuk mendapatkan ku!"
Akibat cengkraman tangan kaivan yang begitu kasar, membuat Salva merintih kesakitan. "Aku mohon ... lepaskan!"
"Melepaskan mu? Tidak akan pernah! Aku akan membuat hidupmu seperti neraka, itu janjiku!" Kaivan melepas cengkeramannya dengan kasar. Setelah itu ia pergi dengan kesal, tanpa merasa kasihan pada wanita yang berstatus sebagai istrinya itu.
'Kapan aku pernah melenyapkan orang? Naira? dia memang teman ku saat kuliah, tapi aku masih ingat dia meninggal karena tertabrak mobil ... kenapa dia mengalahkan ku?"
Salva memegang wajahnya yang sudah membiru terkena kuku suaminya. Ia sudah tidak kuat mendapatkan siksaan ini, dirinya sudah ingin menyerah, tak kuat bertahan dengan monster yang begitu mengerikan.
"Aku harus mencari cara untuk pergi. Aku tidak ingin hidup dengan pria itu lagi." Air mata Salva mengalir tanpa dapat dicegah. "Kenapa aku tidak tau, jika dia tidak pernah mencintaiku ... kenapa begitu menyakitkan?" Salva berteriak menyesali kesalahannya. kenapa dia harus hidup dengan dengan pria yang begitu mengerikan?
Jika dia keluar dari rumah ini itu mustahil, karena kaivan tidak mungkin membiarkannya begitu saja. mungkin jalan satu-satunya hanya pergi tanpa raga. Ia sudah tidak memikirkan dosa, yang dia inginkan bisa menghilangkan rasanya sakit hati ini untuk sekarang.
"Ternyata kau mencintai orang lain ... Aku membencimu kaivan! Aku membencimu"
Salva mulai mengambil pisau yang ada diatas meja. Ia tau ini dilarang dalam agama, tapi dia sudah tidak sanggup mengagung hidup dengan penyiksaan yang diberikan suaminya itu.
"Mungkin dengan ini kau bisa puas mas? Mungkin dengan kepergian ku membuka dendamu terbalaskan. Tapi kau hanya ingat satu hal ... aku tidak pernah melenyapkan kekasihmu!!" Salva menggores kedua nadinya, luka yang cukup dalam membuat darah keluar begitu hebat. Kesadaran Salva mulai menipis, sampai akhirnya ia ambruk ke lantai.
*****
Hai semua ini sinopsis dari kisah ini,aku harap kalian suka dengan cerita ini. jika ada salah tolong dimaafkan ya😅
Dan ya, jangan lupa diberi dukungan juga, yang paling baik . Agar aku bisa berkarya lebih baik'lagi. dan Jangan lupa like. jika kalian baik hati boleh beri vote juga. makasih.😘
Hari ini hari pernikahan Salva dengan Kaivan. Tampak wajah yang dipenuhi dengan kebahagiaan di depan pelaminan itu. setengah jam yang lalu mereka sudah sah menjadi suami istri, dan sekarang waktu resepsi diadakan.
Menjalin hubungan satu tahun dan berakhir dengan pernikahannya, sesuatu yang diharapkan setiap pasangan. Ternyata penantian mereka berakhir di hari yang indah ini. Para tamu memberi selamat tanpa henti membuat kedua insan itu kelelahan, meskipun begitu mereka tetap bahagia.
"Aku sangat bahagia," bisik Salva pada pria yang baru saja sah menjadi suaminya itu.
"Aku juga bahagia, bahkan sangat sangat bahagia!" Entah apa maksud Kaivan memberi senyum seperti itu, dan jangan lupa penekanannya di akhir kalimat itu, membuat yang mendengarnya jadi merinding. Entah mengapa tidak ada tersirat kebahagiaan dari kata-katanya yang terucap.
Tapi Salva tidak ingin mempermasalahkannya saat ini. ini hari bahagia untuk mereka berdua, jadi tidak ada yang perlu dicemaskan sekarang. Salva memeluk lengan Kaivan erat.
POV SALVA
Hari ini aku sangat bahagia, hari yang aku nanti akhirnya datang juga. Meskipun kami pacaran hanya satu tahun, tapi aku yakin Kaivan Juga sangat mencintaiku. Karena itu aku langsung menerima lamarannya, Dia selalu bilang aku adalah wanita yang baik dan akan menjadi wanita terakhir dalam hidupnya.
Bertapa bahagianya aku bisa dicintai pria sebaik Kaivan, dan bonusnya dia orang kaya. Tapi aku tidak butuh kekayaan, yang terpenting suamiku mencintaiku sampai akhir hayatku itu sudah cukup.
"Aku sangat bahagia." bisik ku ditelinga Kai, hanya sekedar ingin mengungkapkan isi hatiku.
Tapi mendengar balasannya entah mengapa aku merasa ada yang aneh. Apalagi senyum Dan tatapannya bukan tatapan cinta, tapi ... Entah lah aku tidak tahu.
Tapi aku berpikir mungkin dia sedang lelah dengan acara ini. Karena memang acara ini begitu mewah bagi ku. Keluarga dan rekan kerja mas Kaivan diundang. Ucapan selamat silih berganti datang, dan jangan lupa keluarga Kaivan sangat hangat menerima ku sebagai menantu.
Setelah acara selesai aku langsung dibawa Kaivan ke rumahnya, katanya dia sudah menyiapkan rumah untuk kami tempati. Meskipun keluarga Kaivan sempat melarang, apalagi ibunya yang ingin kami pulang dulu ke rumahnya. tapi Kaivan tetap lah Kaivan, Ia tidak ingin mendengar perkataan orang lain.
"Kalian yakin akan langsung pindah?" Ibu Kaivan yang sekarang menjadi ibu mertua ku bertanya sekali lagi. Entah mengapa Kaivan ingin langsung pindah, padahal aku ingin mengobrol, dan mengenal keluarganya lebih dulu.
"Tentu saja! Kami ingin menghabiskan waktu berdua dulu Bu," ucap Kaivan. Jika bukan karena masih didepan keluarga sudah aku peluk dari tadi, dia benar-benar romantis.
"Ibu mengerti." Ibu tersenyum penuh arti pada kami, mungkin dia paham bagaimana yang diinginkan pengantin baru.
Jangan ditanya dimana keluargaku. Disini hanya ada Tante dan suaminya saja. aku sudah tidak punya ibu dan ayah lagi, semenjak berumur delapan belas tahun.
Aku memeluk tubuh Tante Zera erat, sebagai perpisahan kami.
"Tante, Salva pamit... maaf jika selama ini Salva menyusahkan Tante sama om," ucapku sendu. Aku langsung memeluk mereka berdua. mereka sudah aku anggap seperti kedua orang tuaku, karena mereka yang mengurus diri ini setelah kedua orang tuaku pergi.
"Jangan berbicara seperti itu. Ingat lah kami akan selalu menjadi kekuatanmu nak." Aku sangat bersyukur mendapatkan seorang Tante yang menyayangi ku dengan tulus, tidak seperti di sinetron hehe.
"Aku pergi dulu ya Tante," ucapku sendu.
"iya ... Berhati-hatilah nak, hidup bahagia lah disana." Aku mengangguk.
Setelah berpamitan dengan keluarga kami pergi ke rumah yang disebut Kaivan, karena memang aku belum pernah pergi ke sana. Jadi aku belum tahu rumah dimana dan seperti apa?
Sekarang kami sudah dalam perjalanan pulang ke rumah Kelvin, meski sudah dibujuk, dirayu Kaivan tetap memilih membawaku kembali secepatnya. Padahal ibu dan keluarganya sudah melarang tadi.
Selama perjalanan tidak ada yang membuka suara. Sedangkan Aku bingung dengan perubahan suamiku ini. Biasanya Kaivan selalu berperilaku lembut, dan banyak bicara dengannya. Tapi sekarang dia berubah begitu dingin, dan tidak ada kebahagiaan di wajahnya sedikit pun. itu tampak dari wajah Kaivan yang tidak ingin memandang diriku disampangnya, atau pun berbicara.
"Mas kamu kenapa?" Aku mencoba bertanya pada Kaivan. Tapi tidak mendapatkan jawaban, membuat perasaanku semakin bingung.
"Mas,"
"Diam!" bentak Kaivan. Suamiku menatap dengan penuh kesal. "Sekali lagi bicara, kau akan menyesal!"
Ini sungguh membuatku terkejut dengan bentakan Kaivan, Akhirnya aku memilih untuk diam saja, tidak berani berbicara lagi. Ini pertama kali Kaivan membentak, selama berpacaran Kaivan begitu lembut dan perhatian.
'kenapa sikapnya berubah? apa aku membuat kesalahan? mungkin dia hanya lelah...." Mencoba berpikir positif tentang perubahan suaminya itu. mungkin dia lelah, pikirku. Meskipun begitu Salva bertanya-tanya dalam hati, tapi karena takut bertanya Salva hanya menyimpannya saja.
*******
Hay kakak-kakak semua😊
Aku mulai membuat cerita lagi, aku harap kalian suka. aku minta maaf jika ada kesalahan dalam penulisannya. harap dimaklumi ya kakak semua.
oh ya jangan lupa kritik dan sarannya, di like juga ya kak😅
Pagi ini adalah pagi pertama menjadi seorang istri bagi Salva. Setelah menerima kekecewaan tadi malam,ia masih berpikir mungkin suaminya lelah karena acara kemarin.
Tadi malam mereka tidak tidur bersama. Setelah bentakan dan ancaman dalam mobil semalam, kaivan benar-benar berubah. Setelah sampai dirumah yang disiapkan kaivan, pria itu memilih pergi meninggalkannya dimalam pertama, bahkan pria itu tidak mengatakan ia pergi kemana dan sama siapa?
"Nyonya? Anda sudah bangun?" Tanya lembut seorang wanita. Sepertinya dia sudah berumur setengah abad, terlihat dari wajahnya yang mulai menua. Dalam prediksi Salva dia salah satu pengurus rumah ini.
"Ehh... ibu siapa ya?"
Wanita itu tersenyum lembut, membuat hati Salva menghangat.
"Saya ibu Salma. Pengurus rumah ini," ucapnya lembut. Yang membuat Salva semakin nyaman berbicara dengan wanita itu.
"Gitu ... Ibu bisa panggil saya Salva saja, gak usah pakai nyonya," ucap Salva. Ia merasa aneh dipanggil seperti itu.
"Tapi..." belum selesai Bu Salma berbicara, sudah dipotong dengan kaivan.
"Tidak ada perlu memanggilnya nyonya! dia disini sama seperti kalian!"
"Nak kai ... sudah datang?" tanya Bu Salma.
"Mm"
Senyum yang ada pada wajah Salva langsung menghilang. Setelah meninggalkannya tadi malam, sekarang pria itu datang tanpa malu. Ditambah dengan perkataannya barusan, membuat ada yang sakit menusuk di dada Salva.
"Apa maksudmu mas?"
"Bu Salma silahkan keluar dulu,aku ingin berbicara dengan pelayan baruku ini," ucapannya penuh penekanan. Sedangkan Bu Salma tidak berani ikut campur. Ia sendiri tidak tau duduk permasalahan ini, jadi lebih baik dia cari aman dulu.
Bagaikan tersambar petir disiang bolong, Salva tidak percaya suaminya mengatainya pelayanan. Kesalah apa yang sudah dibuatnya sampai suaminya begitu tega.
"Apa maksudmu mas? Kau menyebut ku pelayan? Kita baru saja menikah, kenapa kau berkata seperti itu?" Mata Salva mulai berkaca-kaca ingin menagis. Ia tidak percaya suaminya bisa berubah seperti ini.
"Kenapa? Tidak terima?" kaivan terkekeh sinis. Ia suka melihat wajah terluka ini, rasanya ia telah membalas dendamnya. "Karena memang itu tujuan aku menikahi mu!" bentak kaivan.
Setelah mengatakan kata yang menyakitkan hati itu, kaivan pergi meninggalkan Salva yang menagis.
"Mas! kita belum selesai bicara! Apa maksudmu?" Kaivan tidak menangapi pertanyaan Salva, ia tetap meninggalkan kamar itu.
'*B*elum saatnya! setelah aku puas bermain dengan mu, barulah kau akan melihat kan puncak dari dendam ini. nyawa harus dibayar nyawa.' batin kaivan.
Salva tak bisa membendung air matanya lagi,ia menagis sesegukan. Kata-kata itu menyakitinya, bahkan dia tidak diberi penjelasan apa yang membuat dia harus dibenci.
"Aku harus cari tau! Kenapa kai berbicara seperti itu? Kenapa dia bilang menikahi ku karena ingin dijadikan pelayan?" Salva bangkit beserta dengan semangatnya. Sekarang dia seorang istri, bagaimana pun dia harus memperjuangkan hubungan mereka. Tidak mungkin memutuskan hubungan yang baru sehari ini. Dia yakin kaivan pasti sedang bercanda dengannya tadi, pria itu pasti sedang menyiapkan kejutan untuknya.
"Aku yakin, pasti Kai bercanda. Gak mungkin dia menikahi ku hanya untuk dijadikan pelayan...." Salva menyakinkan dirinya sendiri. setahunya kau pria yang lembut dan perhatian, tidak mungkin dia begitu kejam.
Meskipun berkata tidak, tapi hati tetaplah sakit. bagaimana mungkin dihari pertama menjadi istrinya harus mendengar perkataan yang begitu menyakitkan. Tapi ia tetap yakin, mas kaivan hanya bercanda.
Dia orang kaya, tidak perlu membuat drama seperti ini hanya untuk mencari pelayan bukan. atau ....
"Nyonya Salva? Apa anda ... Baik-baik saja?" Ternyata Bu Salma tidak benar-benar pergi,dia seperti mendengar pembicaraan mereka.
"Ap, apa ibu mendengar pembicaraan kami?" Aku malu pada ibu Salma. Dia pasti mengasihani diriku.
"Iya ... Tapi tenang saja, ibu tidak akan pernah mengungkit masalah ini," Ucapnya membuat Salva semakin malu.
"Bu apa salah Salva? kenapa dia berbicara sekasar itu?" Ia Mencoba mengadu pada wanita tua ini. Bicara dengannya serasa berbicara dengan seorang ibu, membuat Salva begitu nyaman.
"Saya tidak tau nak Salva. Setau ibu nak Kaivan gak pernah sekasar itu!"
"Mungkin memang Salva buat salah ...," Sepertinya nanti aku harus meminta maaf kepadanya. Mungkinkah dengan begitu hubungan kami akan menjadi baik lagi.
"Ya sudah... ibu pergi dulu. nak Salva banyak sabar saja." Hibur Bu Salma.
*****
Jangan lupa tinggalkan jejak 😊
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!