Namaku Kenia Anindira, diumurku yang baru menginjak 19 tahun, aku dikejutkan dengan takdir kedua orang tuaku yang menjodohkanku dengan anak temannya.
Entah segala alasan yang aku buat bahkan tidak bisa membantah perjodohan aneh itu.
Bagaimana tidak aneh, aku bahkan tidak mengenal laki-laki itu,
jangankan melihat wajahnya seperti apa? namanya saja aku tak tau.
Setelah mandi dan bersiap, Kenia menuruni anak tangga berjalan menuju meja makan, dimana orang tuanya menunggu untuk sarapan bersama.
"Sudahlah lupakan, percuma membantah, bahkan jika memohon pun mereka tidak akan berubah fikiran," batin Kenia.
"Pagi Ma, Pa," sapa Kenia dengan senyum terpaksa.
"Pagi Kenia," sapa mama Wina dan papa Edward serentak.
Kenia tau betul mereka masih kesal karena perdebatan semalam, walaupun paginya seperti terlihat tak ada masalah.
"Ken, habis sarapan kamu sama Mama siap-siap, nanti malam Shaka dan orang tuanya akan kesini," ucap papa Edward dingin.
"Iya Kenia, anak mama harus cantik dong, nanti kita cari dress di butik langganan mama." Wina menatap lekat putrinya.
"Baiklah Pa, Ma, Kenia bisa apa? menolak pun percuma," ucap Kenia.
Setelah selesai sarapan Kenia beranjak ke kamar bersiap. "Ma, Kenia siap-siap dulu bentar!" ucap Kenia sambil berlalu.
Setengah jam kemudian, Kenia siap dengan tampilannya. Dress peach dipadu dengan riasan wajah natural, rambut panjang lurus terurai dan kulit putih mulus menambah kesan cantik Kenia.
"Hmm," gumam Kenia.
Tok tok tok...
"Ken, sudah siap nak?" Tanya Wina dari luar kamar.
Ceklek...
Kenia keluar dari kamar mendapati mama Wina sudah menunggu.
"Ayok Ma," ajak Kenia seraya menggandeng tangan mamanya.
Setelah turun, mereka keluar menuju mobil yang telah disiapkan.
"Mang Ujang, saya mau ke butik sama Kenia, nggak usah dianter deket ini kok."
"Baik Nyonya, mobil sudah siap!" ucap mang Ujang.
Merekapun masuk mobil dan berlalu, sedangkan Edward sudah berangkat ke kantornya.
Di rumah sebesar ini hanya ada beberapa pelayan, sopir dan pekerja lainnya, memang tak banyak mengingat keluarga Kenia hanya keluarga biasa bukan luar biasa.
Setelah menembus jalanan kota, akhirnya mereka sampai dibutik langganan Wina.
Kenia dan mamanya turun kemudian langsung masuk ke dalam butik.
Hening yang tercipta, lagi-lagi Kenia menekuk wajahnya, masih bingung dengan keadaan ini.
"Gimana nanti Mas Radit, apa yang harus aku katakan?" batin Kenia.
Di dalam toko mama Wina memilih baju mana yang pas untuk Kenia nanti.
"Ken, sini! Lihat ini bagus tidak?"
Dress panjang warna maroon dengan belahan kaki sepaha, terlihat dewasa dan elegan.
"No mam, itu terlalu mencolok."
"Emang acara apa? bukannya cuma bertamu dan makan malam, Mama berlebihan sekali huh bahkan harus pake baju seperti itu," batin Kenia.
Akhirnya pilihan Kenia jatuh pada dress navi dibawah lutut dengan leher menyilang, "tidak terlalu terbuka dan cukup sopan kan, Ma?" tanya Kenia meminta pertimbangan.
"Baiklah Ken, sama ini warna soft kesukaan kamu." Wina menyodorkan dress serupa warna soft cukup simple dan terlihat kalem.
Setelah membayar dressnya, mereka akhirnya keluar butik menuju caffe sebelah. Seperti biasanya Mama Wina dan Kenia terbiasa mampir di caffe itu meski hanya sekedar memesan capucinno hangat.
Setelah mendapat tempat duduk mereka memanggil pelayan.
"Mbak," Panggil Kenia melambaikan tangannya. Pelayan itu pun datang menghampiri.
"Mbak, capucinno dua ya!" ucap Kenia.
"Mama gak pesen makanan Ken, Mama masih kenyang," ucap mama Wina.
"Udah itu aja Mbak," ucap kenia pada pelayan.
"Baik tunggu sebentar Nona," ucap pelayan berlalu pergi.
"Kenia juga gak laper Ma, Kenia kepikiran Mas Radit. Apa yang harus Kenia katakan ke Mas Radit, Ma?" ucap Kenia mulai terisak.
Mama Wina yang melihat mata Kenia mulai menganak sungai pun terdiam. Wajahnya enggan tersenyum, bahkan lebih terkesan dingin. Mama Wina cukup tau siapa Radit, seperti apa hubungan putrinya dengan laki-laki itu.
"Sudahlah Ken, lupakan laki-laki itu! Seharusnya memang kamu tak pernah menjalin hubungan dengannya!" tekan Wina.
"Dia bukan laki-laki sebaik yang kamu kira Kenia, bahkan untuk menemui Mama dan Papa saja Radit tak mau!" sambungnya lagi penuh amarah.
Tanpa mereka sadari pesanan mereka sudah datang, takut-takut pelayan itu memberikan karena cukup tau perdebatan mereka.
"Ini mbak, silahkan." pelayan itu meletakkan minuman lalu segera pergi.
Kenia mengesap capucinno miliknya, rasa khas capucinno kesukaan Radit.
Memang awalnya capucinno itu kesukaan Radit, hanya saja sejak mereka pacaran mereka lebih sering menikmati capucinno bersama sampai tak terhitung rasanya.
"Hmm, Mas Radit. Maafkan aku, maafkan keputusanku," batin Kenia mencoba menahan air matanya.
"Mah, ayo pulang!" ajak Kenia tiba tiba memecah keheningan.
"Mama bayar dulu tagihannya Ken, Kamu tunggu di mobil," ucap mama Wina berlalu.
Kenia beranjak meninggalkan caffe menuju parkiran dimana mobilnya berada, setelah masuk disusul mama Wina mobil mulai melaju menembus jalanan kota.
Sesampainya di rumah, Kenia berlalu meninggalkan mamanya menuju kamar. Sedangkan mama Wina menuju dapur menemui bi Mina.
"Bi Mina, hari ini masak spesial yang banyak ya nanti ada tamu!" ucap mama Wina.
"Baik Nyonya, nanti saya siapkan," ucap bi Mina.
Mina memang sudah lama bekerja sebagai Art di rumah ini, meski begitu dia tak banyak bicara apalagi ingin tau urusan di rumah ini kecuali perihal Kenia. Kenia memang cukup akrab dengan bi Mina, meskipun mereka Nyonya dan pembantu tapi Kenia sangat menyayangi bi Mina begitupun sebaliknya.
Di dalam kamar Kenia masih termenung, menyiapkan segala kemungkinan perihal hubungannya dengan Radit.
"Aku harus mengirim pesan," gumam Kenia.
Mas Radit maafin aku, apapun keputusanku, ku harap kak Radit maafin aku.
Maaf untuk hubungan kita yang selesai, Maaf untuk jalan Kenia memilih pergi dari hidup Mas Radit.
Pesan Kenia.
Send!
"Semoga kamu nemuin orang yang jauh lebih baik dari aku kak, maaf untuk keputusanku menerima perjodohan ini. Sekeras apapun menolak, hasilnya hanya akan sama, Entahlah!"
Drttttttttt...
Pesan masuk di ponsel milik Kenia.
"Maafkan aku Kenia, seharusnya aku berjuang untukmu tapi kenyataannya aku memang pengecut! Semoga kamu bahagia Kenia,"
Pesan Radit.
Kenia sedikit kecewa dengan tanggapan Radit perihal keputusannya, sungguh! Seharusnya tak semudah itu melepaskan.
"Sudahlah percuma, semua sama saja!" batin Kenia.
Air mata Kenia jatuh tanpa aba-aba, Kenia menyandarkan tubuhnya di kepala ranjang, duduk dengan isak tangis. Menenggelamkan wajahnya diantara lutut, Setelah puas meratapi nasib, Kenia beranjak ke kamar mandi merebahkan tubuhnya yang lengket diatas bathub. Berendam air hangat dengan sedikit aromatherapy membuat Kenia tenang dan rileks.
Setelah selesai dengan ritual mandinya kenia beranjak keluar dengan berbalut kimono dan handuk di kepalanya.
Kenia mulai mengeringkan rambutnya yang basah, duduk termenung di depan cermin. Melihat matanya yang memerah sedikit bengkak karena menangis.
"Aku harus kuat, aku harus mencoba! Bukankah Papa bilang kalau Shaka laki-laki yang baik," gumam Kenia meyakinkan diri.
Kenia merebahkan tubuhnya di atas ranjang, hari ini cukup membuat pikiran dan hatinya lelah hingga akhirnya Kenia tertidur. Siang mulai berganti senja, Kenia terbangun. Beranjak dari tidurnya.
Di dapur mama Wina sudah sibuk dengan bi Mina mempersiapkan semuanya, sedangkan papa Edward sendiri setelah pulang dari kantor duduk santai melepas penat di ruang tamu.
Kenia keluar kamar berjalan menuruni anak tangga, hari ini Kenia akan menerima apapun keputusan orangtuanya.
"Papa," sapa Kenia berjalan menuju ruang tamu dimana papanya berada.
"Hm, Ken?" sahut Edward singkat.
"Huh!" desis kenia.
"Jangan seperti ini, Pa! Apapun keputusan papa Kenia akan coba, Kenia mau menikah dengan Shaka," ucap Kenia dengan raut wajah sedihnya.
"Papa tau kamu butuh waktu Kenia, tapi Papa yakin cepat atau lambat kamu akan menyukai Shaka dan menerimanya! Perihal Radit cepat putuskan hubunganmu jangan sampai Shaka tau sebelum kamu mengakhirinya," ucap Papa Edward dengan wajah dinginnya.
"Kenia tau Pa, makanya Kenia sudah memutuskan hubungan kenia dengan Mas Radit sebelum bertemu Shaka!" sahut kenia.
"Bahkan laki-laki itu dengan mudahnya mengiyakan keputusan ini, haiss nggak ada perjuangan sama sekali!" batin Kenia frustasi.
"Sudah sana! siap-siap kurang dari dua jam mereka akan sampai," ucap papa Edward.
"Baik pa, aku ke kamar dulu." sahut Kenia berlalu meninggalkan papanya.
Di dapur mama Wina dan bi Mina masih sibuk mempersiapkan jamuannya nanti malam.
"Bi tolong dicek lagi, semua sudah sempurna kan?" tanya mama Wina.
"Sudah Nyonya, sangat sempurna," ucap bi Mina.
"Kalo begitu saya ke kamar dulu ya bi, saya mau siap-siap terus lihat Kenia, takut anak itu kabur hehe!" ucap mama Wina cengengesan.
"Ah, nyonya! mana mungkin Non Kenia berani, setahu bibi non Kenia anak yang berbakti sama Nyonya dan Tuan hehe..." bi Mina menimpali.
"Bi Mina tau aja, anak itu memang suka berdebat tapi nggak suka membatah padahal kalo pacar nya Radit itu mau kesini saja bi, mungkin saya gak akan maksa Kenia sama Shaka.
Sayangnya Radit itu terlalu pengecut, entah berapa lama mereka berhubungan Kenia sendiri tak pernah diajak ke rumah orang tuanya." ucap Wina dengan wajah datarnya.
Setelah kepergian Wina, bi Mina masih mematung terdiam dengan pikirannya.
Sedangkan di kamar Kenia tengah bersiap, selesai dari mandinya Kenia memilih baju mana yg akan ia pakai nanti.
"Hm...
"Yang soft apa navi yah?" gumam Kenia sambil bercermin.
"Navi aja deh, bodo amat bagus enggaknya. Emangnya mau ketemu siapa huh! Nggak penting." lagi-lagi Kenia mengumpat.
Kira kira seperti apa sosok Shaka yang dibangga-banggakan papa dan mamanya itu, Kenia sendiri tak tau.
Umpatan umpatan hati Kenia berharap nantinya gak akan pernah jatuh cinta dengan laki-laki itu.
"Jangan harap, jangankan jatuh cinta aku hanya akan bersikap baik jika dia baik padaku! Atau jangan-jangan dia laki-laki sedingin es atau arogan dan gak ada lembut lembutnya? arrggghhhh!" kenia mengeluh frustasi dengan fikirannya sendiri.
"Tidak-tidak, aku harus berfikir jernih bukan? tak perlu membayangkan apa yang aku lalui nantinya," batin Kenia kesal sendiri membayangkan kehidupan pernikahannya dengan Shaka.
Di perusahaan Admaja Group, Shaka masih duduk terdiam di ruang kerjanya, fikirannya menerawang membayangkan perjodohan kedua orang tuanya.
Sebagai pewaris Admaja Group Shaka memang tidak bisa membantah apapun permintaan orang tuanya, terlebih saat tahu, bahwa wanita yang dijodohkan dengannya adalah Kenia, gadis yang ia cintai.
Selama ini Shaka tidak mempunyai kekasih walaupun banyak wanita di kantornya yang mencoba mendekati.
Siapa yang tak tertarik dengan Shaka? selain tampan dan baik, Shaka juga bukan tipe boss sombong yang semena-mena terhadap bawahannya.
"Ahh, aku akan pulang sekarang! Mama dan Papa pasti dah nunggu," gumam Shaka.
Alasan Shaka sendiri menerima perjodohan ini karena dia tahu Kenia adalah gadis kecil yang dulu sering diajak kerumahnya.
Gadis kecil yang slalu memasang wajah datar ketika berada di dekat Shaka tapi selalu berubah hangat dan manja saat bersama orang tuanya.
Sampai di rumah, Shaka keluar mobil bersama Sam asisten pribadi sekaligus adik angkatnya.
" Tuan muda sebaiknya anda segera bersiap, Mama dan papa sudah menunggu anda datang. Setelah ini kita akan ada makan malam dengan keluarga Kusuma," ucap Sam.
"Ya, Sam! Tunggu setengah jam lagi aku akan bersiap!"
"Bilang sama mama dan papa untuk menunggu," sambung Shaka kemudian berlalu pergi meninggalkan Sam.
"Ahh baiklah aku akan memberi tahu Mama setelah ini aku juga akan bersiap!" gumam Sam.
Sam beranjak ke ruang tamu dimana mama dan papanya Shaka menunggu, setelah menyampaikan pesan Tuan mudanya, Sam berlalu pergi menuju kamar. Selama ini Sam ikut tinggal disini sebagai anak angkat dari keluarga Admaja dan juga orang kepercayaan Shaka. Apapun yang Shaka inginkan, Sam akan berusaha mencarinya atau melakukannya. Baginya Mama dan Papanya Shaka sudah seperti orang tua kandungnya.
Maka dari itu bukan tidak mungkin jika tidak ikut, bisa-bisa bukan hanya gaji yang dipotong Tuan mudanya. Shaka bisa saja mengancamnya dengan berbagai macam alibi.
Pukul tujuh malam mereka berangkat menuju rumah keluarga Kusuma, tak butuh waktu lama mengingat jarak rumah Shaka dan Kenia tidak terlalu jauh. Sampailah mereka di rumah keluarga Kusuma.
Dibalik sikap dingin Shaka, Tuan muda Admaja itu memiliki sisi lain yang sederhana dan hangat.
Tidak banyak yang tau! hanya orang orang terdekat yang dirasa sangat akrab dengan Shaka yang tau semua itu.
Baru turun dari mobil mereka ternyata mereka sudah disambut Wina dan Edward.
" Hay Win," sapa Mamanya Shaka.
Lama gak ketemu apa kamu merindukanku, dimana gadis kecilmu? pasti sudah dewasa dan sangat cantik," terocos Dina.
Sedangkan Wira, papanya Shaka langsung merentangkan tangannya di depan Edward memeluk erat sahabatnya itu.
"Oh ya Ed, ini Shaka jagoan kecilku dulu! dan ini Sam, dia anak kami juga," ucap Wira memperkenalkan Shaka dan Sam.
Shaka dan Sam mencium punggung tangan Edward dan wina bergantian.
Mereka pun masuk kedalam setelah Wina mempersilahkan mereka menuju meja makan, rencananya mereka akan makan dulu baru membahas tujuan pertemuan dua keluarga ini.
"Aku akan panggil Kenia bentar ya," ucap Wina beranjak menuju lantai atas.
Belum sempat menaiki anak tangga, Kenia berjalan turun dengan anggunnya.
Wajah cantik, kulit putih nan mulus berbalut dress navy yang simple tapi elegan, polesan natural wajahnya dengan bibir pink menambah kesan seksi dirinya malam ini.
"Maaf, Ma! Kenia lama, hehe," ucap Kenia dengan tersenyum canggung.
" Ayo Ken, cepatlah! sahut mama Wina.
Kenia berjalan mendekati Wira dan Dina mencium tangan mereka lalu duduk di samping Shaka, Kenia masih bingung lantaran di depan ada Shaka dan Sam yang Kenia sendiri tak tau Shaka yang mana.
Shaka melirik sekilas ke arah Kenia.
"Gadis kecil itu sudah berubah jadi cantik begini ya, perasaan seperti baru kemarin kita bertemu dan masih kecil," batin Shaka.
Kenia yang merasa dirinya diperhatikan sedikit kikuk, berbeda dengan penampilannya yang sempurna. Perasaan Kenia sedikit nervous.
"Sebenarnya yang mana laki-laki yang bernama Shaka itu, kenapa ada dua laki-laki tampan disini? Ehh, kenapa aku tiba-tiba jadi nervous gini sih, jangan-jangan sebelah aku ini orang nya?" batin Kenia.
Tidak tidak, Kenia menggelengkan kepalanya tiba-tiba, Shaka yang melihat tingkah aneh Kenia sontak mendongkakkan kepalanya terheran.
Shaka menatap manik mata Kenia tanpa berkedip.
"Sungguh indah ciptaanmu ya, Tuhan." batin Shaka penuh kagum.
Wina dan Dina yang melihat kedua anaknya bersitatap tersenyum geli, sedangkan Sam yang merasa seperti obat nyamuk berdehem ria.
"Sudah sudah Kita makan dulu baru tatap-tatapan," ucap Edward sontak membuat suasana canggung menjadi riuh penuh tawa.
Suasana hening kembali tercipta dimana setelah mereka makan malam kini mereka sedang berada di ruang tamu.
"Ahh Iya Din, gimana kalo pernikahan Shaka dan Kenia kita percepat?" ucap Wina memecah keheningan.
Dahi Shaka mengernyit heran "kenapa buru buru tante?"
Kenia sontak kembali menatap Shaka, batinnya bergumam, "jadi ini yang namanya Shaka anaknya tante Dina! hmmm sedikit tampan."
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!