NovelToon NovelToon

Cinta Tak Sehangat Mentari

Prolog & Visual.

Aditya permana, seorang dokter bedah muda yang baru berusia 25 tahun.

Terpaksa harus kehilangan orang-orang yang di cintainya. Setelah ibunya meninggal karena depresi, kini Aditya harus melepas cintanya, karena kekasihnya, Nadia mahardika, gadis berusia 22 tahun, menikah dengan ayahnya sendiri, Brata Permana 45 tahun, tanpa sepengetahuannya. Nadia terpaksa menikah dengan Brata karena jebakan yang di buat ibu tirinya.

Cast Nadia mahardika

Cast Aditya permana

Cast Brata permana

Karena sebuah insiden di hotel beberapa waktu yang lalu, membuat Nadia harus melepas cintanya, dan menikah dengan pria yang lebih pantas menjadi ayahnya.

Kala itu Nadia datang bersama ibu angkatnya ke sebuah hotel berbintang milik keluarga permana, Nadia tidak mengetahui apa tujuan mereka datang kesana, dia hanya terpaksa ikut lantaran di paksa oleh ibu angkatnya itu yang bernama Tara.

Mereka bertemu seseorang yang terlihat begitu berkuasa, dia adalah Brata permana pimpinan dari perusahaan permana yang semakin hari semakin sukses.

Mereka terhanyut dalam perbincangan, hingga tidak sadar Tara mencampur sesuatu kedalam minuman Brata dan Nadia, hingga membuat mereka tak sadarkan diri.

Tara sudah meminta anak buahnya untuk datang, dan membawa mereka masuk ke kamar hotel, hingga akhirnya mereka berdua terciduk sedang dalam satu ranjang.

Brata terkejut saat sadar dari pingsannya, dia melihat seorang gadis muda berada di sampingnya, dia melihat tubuhnya tanpa pakaian, Brata memungut pakaiannya yang berserakan dan memakainya kembali.

Tiba-tiba terdengar suara riuh dari luar kamarnya, Brata membuka pintu kamarnya dan melihat awak media sudah berkumpul bersama Tara yang sedang menangis.

Jepretan kamera tidak berhenti mengambil gambar Brata, bahkan salah satu wartawan masuk ke dalam kamar itu dan memotret Nadia yang masih belum sadarkan diri.

"Lihatlah, pria kaya ini sudah memanfaatkan putriku, dia bahkan sudah menidurinya" ucap Tara dihadapan media dengan masih menangis air mata buaya.

"Benarkah tuan, kalau anda mempunyai hubungan dengan gadis itu?"

"Bukankah dia lebih pantas menjadi putrimu?"

"Apakah hubungan ini karena cinta atau memang anda hanya memanfaatkan keadaan?"

Awak media mulai bertanya hal-hal yang dapat merusak namanya, Brata tidak menjawab apa-apa, dia menyeret Tara masuk ke dalam kamar dan menutup pintu itu.

"Tara, kau menjebakku?" ucap Brata.

"Iya, aku menjebakmu, karena kau itu orang kaya yang sombong"

"Tapi tidak seharusnya kau melibatkan putrimu sendiri"

"Dia bukan putriku, dia hanya putri angkatku yang aku pungut dari jalanan, kalau kau tidak mau nama baikmu hancur, berikan aku separuh hartamu, atau aku akan memberitahu semua rahasiamu" ucap Tara.

"Rahasia apa maksudmu, aku tidak akan terjebak dalam permainan busukmu itu" jawab Brata sambil memasang kancing lengan bajunya.

"Benarkah? kalau begitu, berita ini akan ku sebar luas, atau kau harus menikahi Nadia"

Tara membuka pintu dan keluar dari dalam kamar itu, awak media masih menunggu mereka di luar dan kembali memotret wajah Brata.

"Kami saling mencintai, dan aku akan menikah dengannya" ucap Brata.

Semua wartawan saling bertatapan, mereka tidak percaya kalau seorang pengusaha Brata permana menjalin hubungan dengan gadis muda yang bahkan lebih pantas menjadi putrinya, bahkan setelah kepergian istrinya beberapa hari yang lalu.

Semua menerka-nerka, apakah gadia itu simpanan Brata semenjak istrinya masih hidup, mungkin gadis itu rela menjadi simpanan hanya untuk menambah uang kuliah, atau bahkan memang gadis itu bukan gadis baik-baik.

Aditya permana yang berada di luar negeri tidak mengetahui kejadian yang menimpa kekasihnya itu, dia juga bahkan memiliki hubungan yang tidak harmonis dengan ayahnya sejak dia tahu kalau ayahnya mempunyai wanita idaman lain.

Menikah

Nadia membuka matanya, dia menatap sekeliling dan terlihat tiga orang pelayan sedang berdiri di samping tempat tidurnya.

Nadia melihat tubuhnya hanya dibalut selimut tebal tanpa pakaian, Nadia mulai menangis, dia lupa apa yang terjadi kemarin malam.

"Nona, jangan menangis, kami sudah menyiapkan air hangat untukmu membersihkan diri, dan juga beberapa pakaian yang sudah kami siapkan untuk kau pakai" kata salah satu pelayan.

"Apa yang terjadi kepadaku" Nadia masih tertunduk.

"Nona, kau dan tuan Brata akan segera menikah"

"Apa?!" Nadia mengangkat wajahnya.

Saat itu Brata masuk ke dalam ke kamar Nadia dan meminta semua pelayan untuk pergi, kini hanya tinggal Nadia dan Brata.

"Ibu mu telah menjebak kita" ucap Brata yang berdiri membelakangi Nadia.

"Apa maksud mu tuan?" Nadia bertanya.

"Dia telah memanfaatkanmu untuk menguras hartaku, dan kau sangat tahu kalau aku benci kekalahan, aku tidak akan memberikan sepeserpun kepada ibumu, jadi kita harus menikah untuk menyelamatkan nama baikku"

"Kau egois sekali tuan, apa kau sadar dengan ucapanmu?"

"Tentu aku sadar, aku sudah bilang kepada seluruh dunia, kalau kita saling mencintai, dan kita akan segera menikah, walaupun aku tahu kau lebih pantas menjadi putriku"

"Lalu kenapa kau mau menikahiku? kenapa kau tidak membuangku saja di jalanan?"

"Semua sudah tahu saat semalam kita berada seranjang, tidak mungkin aku membuangmu"

Nadia terdiam mendengar perkataan Brata, dia masih tidak percaya kalau dia akan menikah dengan orang yang lebih pantas menjadi ayahnya.

Pelayan mulai mempersiapkan semua kebutuhan Nadia, Nadia sudah mengenakan gaun pernikahan berwarna putih dan tampak terlihat cantik.

Nadia mengambil ponselnya yang berada di meja rias, dia menggeser layar ponselnya dan terlihat wallpaper ponselnya, seorang pria tampan berusia 22 tahun, dia Aditya permana, kekasih Nadia, yang saat ini sedang berada di luar negeri, dia sangat merindukan kekasihnya itu.

Saat Adit, panggil saja begitu, berpamitan kepada Nadia beberapa hari yang lalu yang lalu, Adit terlihat sangat berantakan, dia berkata kalau dia baru saja bertengkar dengan ayahnya.

**flashback on**

"Nadia, aku harus pergi untuk beberapa waktu, aku tidak ingin jika terus berada disini dan bertemu dengan pria brengsek itu"

"Jangan bicara begitu Dit, walau bagaimana pun dia tetap ayahmu"

"Ayah mana yang lebih mementingkan wanita simpanannya daripada istri dan anaknya, aku sangat membencinya"

"Lalu, bagaimana denganku?"

"Kau bersabarlah menungguku, aku akan segera kembali dan menjemputmu untuk tinggal bersamaku"

**flashback off**

Nadia meneteskan air mata dan membuat riasan wajahnya rusak.

"Nona, kau jangan menangis lagi, riasanmu bisa rusak"

Nadia menatap cermin di hadapannya, dia tidak menyangka kalau pernikahannya akan terjadi secepat ini, bahkan bukan dengan pria yang dia cintai.

Semua tamu undangan sudah hadir, Brata sedang berbincang dengan para tamu undangan, Tidak lama Nadia datang menuruni anak tangga, dia terlihat anggun dan mempesona.

Seluruh tamu memberi selamat kepada mereka, hingga satu persatu para tamu sudah kembali pulang. Brata memerintahkan sopirnya untuk mengantar Nadia pulang ke rumahnya dengan di ikuti beberapa orang pengawal dengan mobil lain.

Dalam perjalanan, sesekali Nadia mengisak, Dia tidak bisa menahan air matanya, dia benar-benar tidak menyangka akan menikah dalam keadaan seperti ini.

"Benarkah ibu Tara tega melakukan ini kepadaku? Benarkah dia menjebakku dan tuan Brata?" Nadia tidak habis fikir dengan semua ucapan Brata.

Tiga puluh menit kemudian, Nadia sudah sampai di rumah Brata, dia di sambut banyak pelayan, mereka sudah menunggunya di depan pintu. Nadia masuk dan matanya melirik mengelilingi seluruh ruangan.

"Mari Nona, saya antar anda ke kamar" ucap Rani, salah satu pelayan di rumah Brata.

Nadia mengikuti langkah Rani yang berada di depannya, hingga mereka sampai di sebuah kamar yang cukup besar, Rani meletakkan koper Nadia di dekat lemari, dia hendak membuka koper itu tapi Nadia menghentikannya.

"Biar aku saja, kau pergilah" ucap Nadia.

Rani menundukkan kepala dan keluar dari kamar Nadia, Nadia mengikuti Rani dan menutup pintu itu.

Nadia membuka kopernya, dan mengambil piyama tidurnya, dia berganti pakaian dan berbaring di atas tempat tidur.

Tanpa terasa, Nadia sudah terlelap dalam tidurnya, hingga dia tidak sadar kalau Brata sudah berada di kamar itu.

Brata membersihkan diri dan berganti pakaian, Brata mengambil bantal dan selimut dan tidur di sofa yang ada di kamar itu.

Pukul 07.00 pagi, Nadia terbangun dari tidurnya, dia mendengar suara seseorang sedang mandi di kamar mandinya.

"Apakah itu tuan Brata? kapan dia kembali?" gumam Nadia.

Brata keluar dari kamar mandi dengan sudah memakai pakaian kerja lengkap, dia melihat Nadia yang masih berada di atas ranjang.

"Bersihkan dirimu dan turunlah untuk sarapan, aku akan segera berangkat" Brata mengambil tasnya dan pergi meninggalkan Nadia.

Nadia turun dari tempat tidur, dia melihat ponselnya menyala akibat terkena tekanan saat dia bangun, Nadia melihat layar ponselnya, ada missed call dari Aditya sebanyak 30 kali.

Nadia menekan nomor Aditya.

Tutt... tutt...

"Hallo Nadia, bagaimana kabarmu?" ucap Adit.

"Aku baik,"

"Kau kenapa? apa kau sakit? suaramu lemah sekali?"

"Tidak, aku hanya bangun tidur, kapan kau akan kembali?"

"Mungkin aku masih lama berada disini, kau bersabarlah, aku pasti akan datang"

"Hm.."

Mereka mengakhiri panggilan, Nadia segera mandi dan turun ke lantai bawah untuk sarapan, Brata sudah pergi ke kantor 30 menit yang lalu, jadi kali ini Nadia hanya sarapan seorang diri.

Nadia kembali mengambil ponselnya yang berada di atas meja, dia menatap wajah tampan Aditya, dan sesekali mengelus layar ponselnya.

"Nona, apa ada akan ke kampus hari ini?" tanya Rani mendekati Nadia.

"Apa? kampus? memang boleh?" Nadia terkejut.

"Tentu saja Nona, tuan Brata memintaku menyiapkan semua kebutuhan kuliahmu"

Nadia cukup senang, hatinya tidak galau lagi, karena dia masih bisa kuliah walaupun sudah menikah, Nadia masuk ke dalam kamarnya dan berganti pakaian. Nadia mengambil tasnya yang sudah di siapkan Rani.

Nadia keluar rumah, tapi dia bingung harus dengan apa berangkat ke kampus, karena motornya berada di rumahnya

"Nona, biar saya antar, tuan Brata meminta saya untuk mengantar Nona" ucap sopir yang bernama Ridwan.

Nadia masuk ke dalam mobil, Ridwan langsung menjalankan mobilnya hingga sampai di depan kampus.

"Pak, kita berhenti disini saja, aku bisa berjalan dari sini" Nadia meminta turun jauh dari kampusnya.

"Tapi ini masih cukup jauh Nona, biar saya antar sampai di depan gerbang" ucap Ridwan.

"Tidak apa-apa, aku sudah bisa berjalan kesana" Nadia tersenyum dan keluar dari mobil.

Ridwan terus mengawasinya hingga Nadia benar-benar masuk ke dalam kampus.

Tanggung jawab

"Bagaimana? kau sudah menemukan jejaknya?"

Nadia mendengar suara Brata yang sedang bicara melalui ponselnya.

"sudah tuan, aku sudah menemukan tuan Muda, dia baru saja turun dari pesawat"

"Baiklah, kau bawa dia pulang, jika dia menolak, lakukan tindakan!"

"Baik tuan"

Brukk..

Nadia menjatuhkan sebuah vas, saat Brata mengakhiri obrolannya.

Nadia merapikan vas yang berserakan di lantai, tiba-tiba di depannya terlihat Brata yang tengah berdiri menatapnya.

"Sedang apa kau berada di depan ruanganku?" ucap Brata.

"Maaf tuan, aku tidak sengaja lewat" jawab Nadia.

"Kembalilah ke kamarmu, jangan sekali-kali kau berada disini lagi" Brata beranjak pergi dari hadapan Nadia yang masih berjongkok.

Di bandara.

Aditya sedang berjalan mendorong kereta barangnya hendak keluar dari bandara tapi tiba-tiba seorang pria sudah berada di hadapannya, dia adalah Rudi, kepala pengawal keluarga Permana

"Mau apa kau?" kata Adit saat melihat Rudi.

"Kembalilah ke rumah tuan muda, tuan besar sudah menunggumu!" jawab Rudi.

Adit tidak menghiraukan kata-kata Rudi, dia malah berjalan melewati tempat Rudi berdiri, Rudi mengikutinya bersama empat pengawal yang lain.

"Tuan muda, ikutlah bersama kami" ucap Rudi.

Adit menoleh ke belakang sambil mengunyah permen karet di mulutnya.

"Untuk apa aku kembali ke rumah itu, apakah aku penting untuk tuan mu itu?"

Adit kembali berjalan, dan lagi-lagi Rudi menghalanginya.

"Minggir!!"

Adit sedikit membentak.

"Kembalilah tuan muda!"

"Untuk apa? bukankah tuan mu itu sudah mempunyai pengganti ibuku, sedangkan aku sudah tidak ada artinya lagi"

Adit sudah mengetahui tentang pernikahan papanya itu dengan seorang gadis muda melalui internet.

"Tapi ini perintah tuan, tuan besar memintamu untuk melaksanakan tanggung jawabmu"

"Hmhh.." Adit menyeringai.

"Berhenti tuan muda, atau kami akan melakukan tindakan!" Rudi sedikit mengancam.

"Hah, kau mengancamku? Baiklah aku ikut, tapi..." Tiba-tiba Adit mendorong kereta barangnya ke arah semua pengawal hingga mereka terjatuh karena barang yang cukup berat.

"Tunggu tuan Muda, kau jangan lari!!" Rudi mengejar Adit yang berlari menghindari mereka.

Adit tersenyum sinis, dan terus berlari sampai bertabrakan dengan beberapa orang, semua orang menyaksikan aksi kejar-kejaran itu.

Setelah berlari cukup jauh, Adit menoleh ke belakang dan sudah tidak terlihat lagi sosok Rudi.

"Hah, mengejarku saja kalian tidak bisa, tapi mencoba mengancamku, dasar payah!!" gumam Adit.

Dia berbalik badan, dan ternyata Rudi sudah berada di hadapannya.

"Cepat, tangkap tuan Muda!!" Rudi memerintahkan pengawal yang lain.

Adit sudah terpojok dan tidak bisa berbuat apa-apa lagi, dia terpaksa ikut bersama Rudi.

Dalam perjalanan, Adit hanya mengunyah permen karetnya yang sudah berubah rasa itu.

"Untuk apa tuanmu memintaku kembali? untuk mengenalkan istri barunya?" ucap Adit

Rudi dan yang lainnya hanya diam tanpa jawaban.

"Kenapa kalian diam saja, kalian patuh sekali ya kepada pria brengsek itu" ucap Adit geram.

Rudi hanya memandang Adit melalui kaca kecil di depannya.

Tidak berapa lama, mereka sampai di kediaman Permana, semua pengawal dan pelayan menunduk hormat melihat kedatangan Aditya.

Di ruangan itu, Brata sudah duduk menunggunya sambil berpangku kaki dengan koran di tangannya.

Adit tidak peduli dengan Brata, dia melangkah menuju kamarnya yang berada di lantai 3.

"Akhirnya kau mau kembali" ucap Brata tiba-tiba, Adit menghentikan langkahnya.

"Kau pergi dan meninggalkan tanggung jawabmu, apakah itu contoh dokter teladan?" Brata berdiri dan berada di hadapan Adit.

Aditya adalah seorang dokter bedah yang sudah cukup ahli, kini dia menjadi ketua tim bedah untuk mengatasi semua masalah tentang pembedahan.

"Apakah kau sendiri sudah memberi contoh yang baik untuk semua abdimu?" Adit balik bertanya.

"Aku tidak perlu melakukan itu, tapi kau, kau adalah seorang dokter, kau harus bertanggung jawab pada semua pasienmu"

"Hmhh..." Adit menyeringai dan kembali melangkah menuju kamarnya.

Nadia menyaksikan perdebatan Papa dan anaknya itu dari jauh, sehingga dia tidak melihat wajah putra tirinya, yang ternyata adalah kekasihnya.

Adit berbaring di atas ranjangnya, semua barang-barangnya sudah berada disana.

Adit mengeluarkan ponsel dari dalam sakunya, dan mengirim pesan kepada Nadia.

Nadia, aku sudah kembali ke indonesia, aku ingin bertemu denganmu malam nanti di tempat biasa, datanglah, aku menunggumu.

Ponsel Nadia berdering tanda sebuah pesan masuk, tapi dia tidak mendengar deringan itu.

Malam harinya.

Adit keluar dari kamarnya dan menaiki lift untuk turun ke lantai utama, saat keluar lift Adit melihat Brata sedang duduk di meja makan.

"Kau mau kemana?" ucap Brata.

"Bukan urusanmu" jawab Adit.

"Makanlah sebelum kau pergi"

"Tidak usah" Adit keluar dan segera melajukan mobilnya menuju tempat dimana dia dan Nadia biasa bertemu.

Nadia kembali menyaksikan ketegangan papa dan anaknya itu, Nadia hanya melihat punggung Adit sehingga dia tidak mengenalinya.

Nadia duduk bersama Brata di meja makan, suasana tampak hening, hanya terdengar suara sendok dan garpu yang beradu, tiba-tiba Brata mulai bicara.

"Besok aku akan keluar Negeri untuk beberapa hari, kau tetaplah berada dirumah setelah kuliah"

"Baik tuan"

Nadia masih memanggil Brata dengan sebutan tuan, karena Brata juga tidak mengizinkannya untuk memanggil dengan sebutan lain.

Sepekan sudah pernikahan Nadia dan Brata, tapi mereka tetap tidur dengan kamar terpisah, Nadia juga tidak mengharapkan bisa menjadi istri yang sempurna bagi Brata, Nadia hanya berharap agar Brata cepat menceraikannya.

Brata memandang sebuah foto di kamarnya, tanpa terasa air matanya menetes membasahi foto itu.

"Kesalah pahaman itu, membuatku harus terpisah darimu, bahkan Adit pun semakin membenciku" gumam Brata.

Sementara, Adit yang sudah berada di tempat tujuannya, berdiri di samping mobilnya, dia sudah menunggu Nadia dua jam lamanya, tapu Nadia tidak kunjung datang.

Adit mencoba menghubungi ponsel Nadia, tapi jawaban masih tetap sama, ponsel Nadia tidak aktif.

Adit semakin hilang kesabaran, dia meninju pohon besar yang ada di depannya berkali-kali hingga membuat tangannya terluka, tapi luka itu tak di rasakannya.

Adit masuk ke dalam mobil hendak kembali ke rumahnya, tapi dia mengurungkan niatnya, dia berbelok arah menuju sebuah club.

Teman-temannya sudah berada disana, mereka tidak menyangka kalau Adit akan bergabung dengan mereka, karena yang mereka tahu, Adit tidak suka minum-minum.

"Hei Dit, kau kenapa? Mana Nadia?" ucap Rangga, sahabatnya sejak kecil.

"Entahlah, dia tidak datang untuk menemuiku" Adit mengambil jus yang di hidangkan di meja.

"Lho, kenapa? apakah dia tidak merindukanmu?"

"Entahlah, sudahlah jangan bahas itu, aku sedang tidak ingin membicarakannya"

Rangga mencoba memahami kondisi Adit saat ini, setelah peristiwa tentang perselingkuhan papanya dan di susul kematian ibunya, Adit menjadi orang yang lebih mudah marah, hanya Nadia yang bisa meredam amarahnya.

**Cast Rangga Aditama**

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!