NovelToon NovelToon

Harga Sebuah Pengorbanan (Sita'S Love Story)

Jual Mahal

"Maaf", Kata Sita sembari merenggangkan tangan Rafi yang tiba-tiba melingkar ke pinggangnya dari arah belakang. Wanita itu dengan lincah menjauh dari laki-laki yang telah menjadi tunangannya itu.

Ya, sudah 3 bulan ini Rafi Zulfa Ananta menjadi tunangan dari Rosita Salsabila Akbar. Namun, meski sudah bertunangan, Rafi sama sekali tak pernah bisa menyentuh Sita, meski itu hanya sekedar menggandeng tangannya.

Tentu saja hal itu membuat Rafi Jengkel. Ia ingin seperti kebanyakan pasangan lainnya yang sering menghabiskan waktu berdua, bergandengan tangan, memeluk dan mencium, bahkan mungkin bercinta. Apalagi status mereka sudah bertunangan.

"Kita jadi makan siang berduakan?" Tanya Rafi yang masih tetap berdiri di tempatnya, sementara Sita yang sudah menjauh dari tunangannya itu nampak sibuk memasukkan barang-barang pribadinya yang tadi berceceran di atas meja ke dalam tasnya.

Sita sejenak menghentikan aktivitasnya, dan menoleh ke arah Rafi. "Maaf, siang ini aku akan menjemput Gala ke sekolah. Mbak Saroh menelponku barusan, katanya Gala ngambek, maunya aku yang jemput, nggak mau dijemput sopir".

"Kalau begitu, kita jemput bersama, setelah itu kita pergi makan siang, bagaimana?" Ucap Rafi sambil berjalan mendekati Sita.

"Maaf, aku tetap tidak bisa. Aku akan pergi kesana bersama Ratih dan Bayu, karena setelah itu aku ada agenda bertemu klien di luar", kata Sita yang kemudian melangkah keluar dari ruangannya tanpa memperdulikan Rafi yang kini tengah mengeraskan rahang sambil mengepalkan tangannya.

"Perempuan Sialan! Padahal kamu juga punya anak tanpa suami, tapi masih saja jual mahal kepadaku!" Gerutu Rafi sambil memukulkan tangannya ke meja, setelah Sita menutup kembali pintu ruangannya.

*******

"Bunda!" Teriak Gala, tatkala melihat Sita tengah berjalan ke arahnya. Anak laki-laki berusia 3 tahun itu berlari dan menghambur ke pelukan bundanya.

"Kenapa nggak mau dijemput Pak Didin?" Tanya Sita sambil memberikan ciuman gemas di kedua pipi anaknya itu. Namun anak itu sebatas menggelengkan kepalanya, tak menjawab apa yang ditanyakan oleh Bundanya.

Sita menggandeng tangan Gala, berjalan menelusuri jalan menuju gerbang sekolah. "Bagaimana kalau kita makan siang di tempat kesukaanmu, terus kita beli mainan? Tapi nanti setelahnya, kamu ikut Mbak Saroh sama Pak Didin Pulang ya, karena Bunda ada meeting?" Kata Sita.

Langkah Sita berhenti, seiring dengan berhentinya langkah Gala dan lepasnya gandengan tangan mereka, karena Gala menarik tangannya dari genggaman Sita.

"Nggak mau", kata Gala, sambil membuang muka dan menyilangkan tangannya di depan dada, layaknya orang dewasa.

Sita menoleh ke arah putranya yang kini tengah cemberut, kemudian berjongkok untuk menyeimbangkan tingginya dengan Gala. "Terus, Gala maunya gimana?" Tanya Sita sambil memegang kedua lengan putranya.

"Gala mau ikut Bunda", kata Gala dengan muka yang masih cemberut.

"Bunda meetingnya bukan di kantor Bunda, tapi di kantor teman kerja Bunda. Jadi Gala nggak bisa ikut, nanti Bunda dimarahi orang", ucap Sita memberi pengertian.

"Siapa yang marahi bunda? Aku pukul orangnya", kata Gala dengan mimik yang lucu.

"Hussttt...", Sita memeluk putranya. "Nggak boleh ngomong begitu, ya", lanjutnya, sambil mengelus punggung putranya dengan sayang.

"Baiklah, Gala boleh ikut bunda, tapi disana Gala harus nurut omongan bunda. Harus sopan sama siapa saja dan nggak boleh lari-larian di dalam kantor", kata Sita. "Gimana?"

"Ok bunda", kata Gala sambil mengacungkan Jempolnya, kemudian mencium pipi bundanya dengan sayang.

*******

"Mbak, info dari sekretaris Pak Johan, yang memimpin rapat siang nanti adalah Pak Tara. Beliau adalah putra Pak Johan yang baru pulang dari luar negeri. Beliau sudah satu minggu ini menggantikan Pak Johan, karena kesehatan Pak Johan akhir-akhir ini kurang begitu bagus", kata Ratih, asisten pribadinya yang kini tengah duduk sampingnya.

"Ada info lainnya tentang putra pak Johan? Apa dia punya pengalaman di bidang yang sama dengan ayahnya sebelumya atau info-info lain terkait pengadaan proyek ini?" Tanya Sita, sambil memeriksa kembali bahan meeting yang ada di dalam tabletnya.

"Pak Tara sebelumnya pernah bekerja di perusahaan penerbangan besar di Itali selama 4 tahun. Ide tentang proyek ini juga katanya sumbangan dari Pak Tara, sehingga perusahaan Pak Johan menjamin bahwa Pak Tara menguasai seluk beluk proyek ini meski beliau baru kerja di perusahaan milik orang tuanya satu minggu ini", kata Ratih menjelaskan dengan hati-hati.

"Hemm", Sita hanya menanggapi singkat sambil mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Bay, nanti tolong izinkan kita masuk ke ruang meeting lebih awal, ya!" Perintah Sita, yang kemudian diangguki oleh Bayu, asistennya yang lain, yang kini sedang ada di belakang kemudi.

"Aku ingin mengodisikan Gala dulu, agar tenang ketika kita sedang meeting. Jika dia rewel, tolong bawa dia keluar segera dari ruangan dan antar ke Mbak Saroh!" kata Sita lagi kepada Bayu dan diiyakan oleh asistennya itu.

Gala yang mendengarkan pembicaraan Bundanya, memilih berdiri di atas bangku mobil dan menghadapkan kepalanya ke arah bundanya. "Bunda tenang saja ya... ya...aku nggak akan rewel kok", kata Gala yang kemudian menebarkan senyum ke arah Bundanya.

"Iya tuan muda, Bunda percaya kok", kata Sita dengan suara yang dibuat-buat. Tapi sekarang, Gala turun ya, duduk yang baik, biar nggak jatuh", lanjut Sita.

"Ok, Bunda", ucap Gala, yang kemudian duduk kembali, menuruti permintaan bundanya.

Tak lama, mobil yang Sita tumpangi masuk di area parkir sebuah perusahaan yang cukup ternama di kota itu. Semua penumpang dalam mobil segera turun, sesaat setelah mesin mobil dimatikan.

"Ayo Bunda, buruan jalannya! Aku sudah tidak sabar", ucap Gala sembari menarik tangan Sita, agar berjalan lebih cepat.

Tentu saja sikap Gala yang menggemaskan membuat Sita dan asistennya senyum-senyum dibuatnya. Mau tak mau semua orang mempercepat langkahnya, menuruti permintaan sang balita lucu itu.

Setelah mendapat izin untuk masuk ke ruang meeting lebih awal, mereka segera memposisikan diri mereka. Sita nampak lebih sibuk menjelang meeting. Selain harus menyiapkan materi meeting, dia juga harus mengkondisikan putranya. Memberikan nasihat-nasihat ke laki-laki kecil itu agar bersikap dengan baik dan menurut apa yang sudah dipesankan olehnya.

Lebih beberapa menit dari jadwal yang direnacanakan, seorang laki-laki tinggi kurus membuka pintu ruangan itu dan masuk ke dalamnya.

"Selamat siang Ibu Sita dan tim", ucapnya sambil membungkukkan sedikit punggungnya, sebagai tanda penghormatan. "Tuan Tara sebentar lagi akan segera datang, beliau sedang menuju kemari", katanya lagi, sebelum berjalan menuju tempat duduknya.

Benar saja, tak lama kemudian seorang laki-laki yang berbadan tinggi besar dan terbilang cukup muda dengan mengenakan jas berwarna navy, masuk ke ruang meeting. Disamping laki-laki itu ada seorang wanita berkaca mata dengan wajah agak judes membawa tumpukan kertas di tangannya.

"Selamat siang!" sapa laki-laki itu.

Sita yang sedari tadi fokus dengan tabletnya, mengangkat kepalanya, menyengaja untuk melihat siapa gerangan yang baru memberikan sapaan.

"Julian", nama itu meluncur begitu saja dari mulut Sita tatkala melihat laki-laki yang merasa ia kenali di masa lalu, ada di hadapannya.

Mendengar namanya di sebut, sekilas Tara melirik ke arah orang yang memanggilnya dengan muka yang datar. Lalu dengan segera memalingkan mukanya dan duduk di kursinya.

"Tuan Tara, silahkan", wanita berkaca mata itu memberikan satu bendel kertas kepada Tara.

Sita yang sedari tadi mengamati Tara, bertanya dalam hati. "Tara? Berarti Julian itu Tara?" Seketika ingatannya beberapa tahun yang lalu kembali muncul, membuatnya tak lagi fokus ke rapat.

"Bunda...bunda...", panggil lirih pria kecil di sebelah Sita, sembari menarik-narik ujung baju bundanya itu, membuat lamunan Sita seketika buyar.

Sita menengok ke arah Gala. "Ada apa, sayang?" Tanya Sita pelan.

"Aku mau minum, bun", kata Gala sambil menggerakkan jempolnya ke bibirnya.

Baru saja Sita memberikan segelas air kepada Gala, tiba-tiba brakkkkk..... terdengar suara pukulan di meja yang mengejutkan semua peserta rapat. Semua mata tertuju pada pelaku yang memukul meja, yang tak lain adalah Tara.

Dengan wajah yang dingin dan angkuh, pria itu menatap Sita. "Kenapa ada anak kecil di dalam ruangan ini? Ini bukan taman kanak-kanak, ini adalah ruang meeting! Sungguh saya kecewa dengan ketidakprofesionalan anda!" Bentak Tara.

"Ma_maaf!" ucap Sita hati-hati.

Meski takut karena adanya suara bentakan, Gala memberanikan diri untuk turun dari tempat duduknya. Bocah itu kemudian memeluk bundanya, sambil matanya mengarah pada Tara yang kini masih menatap bundanya.

"Jangan marahi bunda!" Teriak Gala. "Bundaku tidak salah, bundaku baik. Omm itu yang jahat!" teriaknya lagi.

Sita berusaha menenangkan Gala dengan mengusap lembut punggung bocah itu. "husttt....Gala nggak boleh berkata begitu, paman itu tidak jahat", katanya lirih. "Gala sekarang sama Omm Bayu dulu ya", ucapnya lagi.

"Bay, tolong bawa Gala ya", kata Sita.

Bayu segera melaksanakan apa yang diperintahkan Sita, meski Gala menolak ikut dengannya, bahkan bocah itu menangis dan meronta, sambil mengatakan Omm jahat kepada Tara.

_________

Selamat Datang di Novel kedua saya. Semoga suka, Happy Reading😘

Perkenalan

Rosita Salsabila Akbar

Wanita berusia 25 tahun ini adalah salah satu pewaris dari Akbar's Group. Dia sebenarnya adalah wanita yang periang, namun berbagai ujian dan beban hidup yang menghampirinya membuatnya menjadi sosok tertutup dan keras. Hanya kepada Gala, putranya, ia mampu menjadi peribadi yang lembut dan penyayang.

Sosok pekerja keras ini tak diragukan kemampuannya dalam dunia bisnis, namun tidak begitu di dunia percintaan. Kegagalan demi kegagalan menghiasi perjalanan cintanya seiring ketamakan para pria itu, akan harta dan kedudukannya. Tak sedikit pria yang mendekatinya, namun lagi-lagi harus menjauh kembali karena keberadaan bocah lucu bernama Gala.

#######

Bimantara Eka Julian

Pria berumur 27 tahun ini terkenal dingin, namun tak bisa dipungkiri pesonanya menarik para wanita untuk mendekat.

Pria ini memiliki tunangan, yang tak lain adalah pacarnya sejak di bangku sekolah menengah atas.

######

Manggala Haritsa Akbar

Bocah berusia 3 tahun ini yang mampu membuat hari Sita menjadi berwarna. Dengan kelucuannya, ia mampu meredam marah maupun sedih sang Bunda.

Tante Mila

Happy Reading😉

Melihat lampu kamar putranya masih menyala, Sita yang baru saja datang dari lembur di kantor, berbelok arah masuk lebih dulu ke kamar Gala, sebelum masuk ke kamarnya sendiri.

"Sayang, kok belum tidur?" Kata Sita sembari berjalan ke arah Gala yang di pijit kakinya oleh Mbak Saroh.

"Kata Mas Gala, dia mau nunggu bundanya pulang", ucap Mbak Saroh.

Sita mengusap kening putranya, hingga rambut yang tadinya menutupi kening putranya tersibak ke atas. Dengam sayang wanita itu mengecup kening anaknya.

"Bunda sudah pulang. Sekarang Gala bobok, ya!" Pinta Sita, sembari mengelus kepala putranya.

"Gala pengin bobok sama Bunda. Boleh ya?" Kata Gala.

Sita tersenyum tipis, sebelum akhirnya menganggukkan kepalanya, menyetujui permintaan putranya.

"Da..dah...Mbak Saroh", kata Gala.

Bocah laki-laki itu dengan cepat turun dari tempat tidurnya, kemudian berlari keluar menuju kamar Bundanya, membuat Sita menahan tawa sambil menggelengkan kepalanya melihat tinggkah lucu putranya itu.

"Kok belum tidur" Ucap Sita, saat ia baru keluar dari kamar mandi, melihat anaknya yang masih bermain robot-robotan di atas tempat tidur.

Sita mendekat ke tempat tidur, kemudian naik diatasnya. Wanita itu meminta mainan Gala, lalu meletakkannya di atas nakas.

"Ayo tidur!" Perintah Sita, sembari membaringkan tubuhnya miring, menghadap anaknya. Ditariknya selimut hingga menutup sebagian tubuhnya dan Gala.

Sita yang baru saja menutup matanya, terjaga kembali ketika dia teringat sesuatu.

"Gala kok belum bobok, sayang", kata Sita, saat melihat sang anak belum juga memejamkan matanya.

"Gala, lapar?" Tanya Sita, sambil menyentuh pipi Gala. Tapi, bocah itu hanya menggelengkan kepalanya.

"Terus? Kenapa Gala nggak tidur-tidur?" Tanya Sita lagi.

"Gala pengin ketemu ayah Gala, Bunda. Boleh?" Tanya Gala dengan wajah penuh pengharapan.

Sita terdiam, ia bingung mau menjelaskan seperti apa. Kemudian, ia memeluk putranya itu dengan sayang. Dan mencium kepala bocah itu beberapa kali.

"Kenapa tiba-tiba Gala pengin ketemu Ayah?" Tanya Sita, sambil melepaskan pelukannya.

"Soalnya kan temenku biasanya dianter ayahnya sekolah. Aku juga mau dianter ayah. Boleh ya bunda?" Kata Gala sambil menarik-narik piyama Sita.

Sita menangkup wajah bocah itu, dengan kedua telapak tangannya. Kemudian tersenyum tipis ke Gala.

"Gala, Gala harus bersyukur Gala masih ada yang ngantar. Kadang diantar Bunda, kadang diantar Mbak Saroh. Di luar sana banyak anak-anak yang nggak diantar orang tuanya ke sekolah, karena orang tuanya sangat sibuk. Dan ada juga yang bahkan harus jalan kaki sangat jauh ke sekolah", ucap Sita dengan penuh pengertian.

"Ya sudah, Gala bersyukur. Alhamdulillah", celetuk Gala sambil mengusapkan kedua telapak tangannya ke muka, membuat Sita tersenyum lebar.

"Tapi Gala tetap mau ketemu ayah ya bun. Ayo kita ketempat ayah, bun!" Kata Gala.

"Kan Bunda sudah pernah bilang, Ayah Gala ada di tempat yang jauh banget. Susah mau kesana", kata Sita menjelaskan dengan suara ragu-ragu.

"Semoga, nanti suatu hari, Ayah Gala datang. Gala berdoa sama Allah ya!", kata Sita dengan mata yang berkaca-kaca.

Gala tersenyum sambil menganggukkan kepalanya. Dengan sayang, Sita kembali memeluk Gala sejenak.

"Ooh ya, sayang, Bunda mau ngasih tau. Lusa, tante Mila mau datang dari Australia. Tante Mila itu, tantenya Gala. Adiknya Bunda", kata Sita.

"Cantik nggak Bun, tante Mila?" Tanya Gala

Sita tersenyum geli mendengar pertanyaan Gala. "Dasar bocah, pertanyaannya!" Kata Sita sambil menarik gemas pipi Gala.

"Ya Cantik, kan perempuan", kata Sita.

"Hehe....berarti kayak bunda ya, cantik!" Ucap Gala. "Baik nggak, Bun?" tanyanya lagi.

"He'em", jawab Sita singkat.

"Sayang nggak sama Gala, tante Sitanya?" Lagi-lagi Gala membuat pertanyaan yang membuat Bundanya kesulitan untuk menjawab.

Sita menghembuskan nafasnya perlahan, kemudian menatap sendu ke arah putrnya sambil memutar otak, mencari jawaban atas pertanyaan Gala yang sebenarnya simpel. Namun, ia sendiri takut jika jawabannya itu keliru.

"Hmmm.....sayang nggak, ya", kata Sita pura-pura menggoda Gala. "Gala maunya gimana?" Tambah Sita.

"Sayang dong, bun", kata Gala dengan percaya diri tinggi.

"Iya, Tante Mila juga sayang sama Gala", ucap Sita lancar, namun matanya menunjukkan kebalikan dari yang diucapkan.

"Kalau sayang, kok tante Mila nggak pernah datang ngasih hadiah Gala?" Tanya Gala lagi dengan polos.

"Kan tinggalnya Tante Mila jauh. Lagian di sana Tante Mila lagi kuliah, jadi nggak bisa datang-datang ke sini. Tapi dulu Galang pernah loh ketemu, tapi Galang masih bayi", kata Sita.

"Berarti Tante Mila sama ya kayak ayah Gala, tinggalnya jauh banget", ucap bocah laki-laki itu sambil menggerakkan jari telunjuknya menggambarkan tempat yang jauh.

"Ayo bobok, sudah malem baget ini. Besok Gala harus sekolah", ujar Sita mengalihkan pembicaraan, sambil memeluk gemas anaknya dari balik selimut tebal.

*******

Keesokan harinya dikantor

"Ratih, jadi jam berapa pak Tara kesini?" Tanya Sita kepada Ratih yang sedang duduk di sofa ruangannya untuk memeriksa dokumen- dokumen yang baru selesai ia tanda tangani. Sementara, Sita sendiri sedang berada di meja kerjanya, sibuk dengan isi laptop dihadapannya.

"Setelah jam makan siang, mbak", Kata Ratih.

Bagi Sita, selain sebagai asisten, Ratih adalah temannya. Mereka berteman sejak di bangku kuliah, begitu juga dengan Bayu, asistennya yang lain. Itu sebabnya ketika tidak dalam kondisi formal, asistennya itu akan memanggil Sita dengan sebutan mbak.

Kedua asistennya itu adalah anak dari pembantu-pembantu kakek Sita di desa, yang disekolahkan oleh kakeknya hingga Perguruan tinggi. Kemudian, dipercaya untuk mendampingi Sita menjalankan perusahaan.

Sita memeriksa jam, yang ada di pergelangan tangannya. "Masih lumayan lama berarti", ujarnya saat mendapati jarum jam di pergelangan tangannya itu menunjukkan pukul 11.05

"Hemmm...bagaimana kalau kita makan siang di luar? Kita ke restoran di dekat kantor pos yang baru saja buka?" Tawarnya kepada Ratih.

"Tapi kan lumayan jauh, mbak", kata Ratih menunjukkan ketidaksetujuannya secara halus.

"Kita berangkat sekarang, kita curi start makan siang", kata Sita sambil tersenyum licik. I

Wanita itu segera memasukkan ponsel dan beberapa barang lainnya ke tas kecil yang baru saja ia ambil dari lemari kecil di meja kerjanya bagian bawah.

"Ayo, Tih!" Ajak Sita kepada asistennya itu, sambil melambaikan tangan dan berjalan menuju pintu.

"Kasih tau Bayu juga! Cepetan, ya!" Katanya lagi tanpa mengurangi kecepatan langkahnya, membuat Ratih hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah atasannya yang kadang memang kekanak-kanakan itu.

Tak butuh waktu lama untuk Sita, Ratih, dan Bayu untuk sampai di Restoran yang akan menjadi tempat makan siang mereka kali ini, karena tadi Bayu mengendarai kendaraan cukup kencang sesuai permintaan Sita.

Karena jam makan siang belum datang, restoran yang biasanya ramai itu, kini masih nampak sepi. Merekapun mendapat pelayanan lebih cepat.

"Besok, Gala jadi ikut jemput Mbak Mila ke Bandara, Mbak?" Tanya Ratih yang baru saja menelan makanan yang ada di mulutnya.

"Iya, dia pengen ikut katanya", kata Sita, dengan mimik yang tiba-tiba berubah.

"Mbak Sita sudah siap dengan semuanya?" Tanya Ratih.

Sita mengangkat pundaknya, kemudian menyandarkan punggungnya ke kursi. "Entahlah, aku sendiri bingung harus seperti apa nanti. Tidak bisa kupungkiri, aku sedikit takut", ucap Sita dengan suara tidak bersemangat.

Dertttt....dertttt...Getaran ponsel Sita menyita perhatian ketiga orang itu, untuk melirik ke arah ponsel. Ekspresi ketiganya tampak berbeda-beda, saat nama yang cukup besar hurufnya di ponsel itu terbaca oleh indra penglihatan mereka.

"Ngapain juga orang ini telepon", Decak Sita sebal, membuat kedua asistennya saling berpandangan dan kompak mengangkat bahunya.

Dengan malas, Sita mengangkat panggilan itu. "Ada apa, Mas Rafi?" Tanya Sita dengan ketus.

"Aku ada di kantormu, tapi kata security, kamu keluar sama Ratih dan Bayu", kata Rafi, orang yang ada di seberang telepon. "Aku mau ngajak kamu makan siang", tambahnya.

"Tapi aku lagi makan siang sama Ratih dan Bayu sekarang", kata Sita menolak dengan halus.

"Kalau begitu, aku susul kesana, ya", kata Rafi.

"Nggak perlu", sahut Sita cepat. "Kita sudah mau balik, makanannya sudah kita habiskan", tambahnya.

"Baiklah, aku tunggu di kantor, ya Sayang", kata Rafi.

Tanpa menjawab Rafi lagi, Sita langsung memastikan sambungan telepon. Ia kembali menikmati makanan yang ada di hadapannya.

"Kalau Mbak Sita nggak suka sama Pak Rafi, kenapa harus dilanjutkan sih pertunangan ini?" Tanya Ratih, membuat Sita kembali berhenti menyentuh makanannya.

"Entahlah, kebahagian keluarga besarku lebih penting daripada kebahagiaanku", kata Sita sambil mengaduk aduk makanannya.

"Tapi__", ucapan Ratih terpotong begitu saja oleh Sita.

"Sudahlah, nggak perlu dibahas lagi. Kita lanjutkan makan kita saja", kata Sita, yang kemudian memasukkan satu sendok makanan ke mulutnya.

"Pak Tara kayaknya lebih cocok deh, buat Mbak Sita", celetuk Ratih berusaha membuat guyonan agar suasana mencair.

Dan benar saja, Sita dibuat tertawa kecil oleh celoteh Ratih. "Balok es begitu, buat gue? Ohh Tuhan! Tiap hari bisa perang Dunia ke 8", seru Sita diiringi suara cekikikan ketiga orang itu.

"Sama kamu aja deh, Tih. Kayaknya lebih cocok", kata Sita lagi diiringi tawanya.

"Jangan dong, mbak. Ratih teh buat saya saja", kata Bayu sambil menyentuh punggung tangan Ratih, yang membuat gadis itu tersenyum malu.

"Obat nyamuk lagi nih gue!" Seru Sita disambut tawa yang lainnya.

"Mbak, Pak Tara sudah di kantor!" Seru tiba-tiba Ratih saat melihat ponselnya.

"Mati, aku!" Kata Sita sambil menepuk keningnya dengan telapak tangan. "Ayo, kita balik!" Ajaknya sambil bersiap-siap.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!