Tari suka membaca tentang cerita cinta dan kisah kisah sedih dan juga romantis yang dia temukan dari sepenggal sobekan koran atau majalah yang biasa dia dapat dari bekas pembungkus sayur dan bumbu yang dia beli.
Namanya Tari gadis manis dan cantik berusia sembilan belas tahun dan hanya lulusan SMP dari sebuah desa kecil yang sedang berjuang bersama ibunya yang seorang janda, ibu Ranti dikota besar dengan menjadi pembantu disebuah keluarga kaya.
Tari bersama ibunya terpaksa hijrah ke kota sejak bapaknya meninggal karena sakit asam lambung akut biasa penyakit orang miskin akibat telat makan dan kurangnya nutrisi yang seimbang dengan tenaga yang dikeluarkan untuk bekerja keras setiap hari.
Inilah garis hidup yang harus Tari jalani terlahir dari keluarga miskin di sebuah desa yang tertinggal membuat hidup mereka kesusahan untuk sekedar mencari kebutuhan sehari hari.
Hal itu juga yang membuat ayah Tari sangat menderita diakhir hidupnya harus menderita penyakit asam lambung akut, Tari hanya bisa mengenang wajah ayahnya yang pucat karena menahan sakit pada perutnya.
Bila asam lambung ayah Tari sedang kambuh atau naik Tari bisa mendengar rintihan kesakitan yang keluar dari bibir ayahnya dengan pelan sepanjang malam.
Bebagai suara nyanyian dari petikan lagu kesedihan dan kesengsaraan akan hidup mereka yang miskin, obat herbal yang mereka berikan tidak mampu untuk menghilangkan rasa sakit yang dirasakan oleh ayah Tari dulu.
Sedangkan untuk berobat keluarga Tari hanya bisa mengandalkan dari fasilitas pemerintah yang letaknya sangat jauh dari rumah mereka dan untuk kesana keluarga mereka harus menempuh perjalanan yang panjang dan berliku karena akses jalan yang kurang mendukung.
Sakit itu akan hilang sebentar dan bila obatnya habis sekali lagi Tari harus mendengarkan lagi ratapan kesedihan yang ayahnya coba tahan agar tidak membuat istri dan anaknya sedih serta cemas akan keadaan tubuhnya yang tinggal tulang.
Selepas kepergian ayahnya Tari dan ibunya memutuskan untuk pergi kekota dengan bekerja menjadi seorang pembantu di sebuah keluarga kaya yang memiliki tiga orang anak.
Tari hanya gadis miskin yang baru menginjakkan kakinya di kota besar, melihat suasana kehidupan kota yang berbeda jauh dengan hidup yang selama ini dia jalani, membuat hati Tari menciut karena malu akan keadaan dirinya yang kusam dan juga Kumal.
Bagaimana gadis gadis seusianya bisa berpenampilan dengan cantik dan juga modis, serta halusnya ujung kuku mereka yang berwarna warni membuat rasa iri dalam hati Tari ,ada secuil rasa keinginan didalam hati Tari untuk bisa seperti mereka.
Tari juga ingin berpenampilan bagus dan cantik seperti wanita wanita lain yang dia lihat selama dirinya berada di kota, namun ibunya selalu menegur tari dengan keras apa bila tari terlalu lama memandang, gadis gadis lain yang lewat dihadapannya dengan penampilan yang cantik dan juga wangi saat Tari dan ibunya pergi keluar sekedar pergi ke pasar.
Ibu Tari selalu memberikan nasehat yang pedas pada putri satu satunya itu untuk selalu mengingat akan asal usul kehidupan mereka yang melarat, hidup yang mereka jalani saat ini sangat berbanding terbalik bagai langit dan bumi, dengan kehidupan orang lain yang Tari lihat karena mereka bisa terlihat cantik setiap saat sedangkan Tari tidak.
Ranti bukanya tidak tahu akan keinginan Tari Putri satu satunya sekaligus keluarga yang Ranti miliki saat ini yang ingin tampil cantik, seperti gadis gadis seusianya namun apa yang bisa Ranti berikan pada Tari untuk sekarang memanglah tidak pantas.
Saat gadis gadis lain mengenakan baju bagus dan modis, Tari hanya bisa memakai baju seken seharga tiga sepuluh ribu yang dia beli dipasar loak, bahkan baju termahal yang Tari punya hanya seharga lima puluh ribu rupiah yang ibunya beli di pasar dari gaji pertama mereka menjadi seorang pembantu.
Itu saja sudah merupakan kebahagiaan yang tak ternilai bagi mereka yang merupakan rakyat jelata berbeda dengan kehidupan keluarga yang mereka layani saat ini.
Tari bekerja dikota besar sebagai pembantu pada keluarga kaya raya yang memiliki banyak usaha dan tiga orang anak, dua anak laki laki mereka berada diluar negeri dan satu anaknya wanita namanya nona Vita.
Nona Vita masih kuliah tingkat berapa Tari tidak pernah tahu karena nona muda di keluarga yang Tari dan ibunya layani tidak pernah berada dirumah, kerjanya cuma main dan main nona Vita akan pulang kalau mau ganti baju doang sebelum pergi lagi dengan teman temannya.
Sebenarnya tugas Tari dan ibu Ranti sebagai pembantu tidak begitu berat kalau hanya sekedar bersih bersih dan masak saja itu sudah biasa, apa lagi dapur yang dimiliki oleh keluarga nona Vita didukung dengan peralatan modern membuat tugas Tari dan ibu Ranti lebih mudah dan ringan.
Nona Vita mempunyai kebiasaan buruk yang suka pergi main sampai larut malam, sehingga ibu Ranti sering berbohong pada majikanya jika mereka baru pulang kerja dan menanyakan perihal keberadaan nona Vita.
Pasti Bu Ranti akan selalu mengatakan bahwa nona Vita sudah tidur atau sedang belajar bersama teman temanya, padahal yang sesungguhnya baik Tari maupun ibu Ranti tidak tahu kemana nona Vita itu pergi dan menghabiskan waktu bersama teman temannya.
Sebenarnya sih hal itu tidak masalah bagi Tari ataupun ibu Ranti kalau nona Vita mau pergi ataupun tidak pulang kerumah sekalipun, karena itu bukan urusan mereka yang hanya seorang pembantu yang tugasnya cuma membukakan pintu untuk majikannya.
Tapi karena rasa tanggung jawab dan dedikasi yang tinggi terhadap pekerjaannya, ibu Ranti harus sering berkorban untuk menunggu pintu sampai nona Vita pulang kerumah dan hal itu membuat Tari sedih juga kasihan pada ibunya.
Tari hanya bisa memandang ibunya dengan tatapan sedih yang sedang terkantuk-kantuk, karena ibunya sudah seharian lelah bekerja masih harus menunggu orang yang sedang bersenang-senang untuk membukakan pintu bagi nona Vita yang entah kapan pulangnya.
Kadang Tari harus melihat ibunya yang rela begadang hingga tengah malam bahkan tak jarang hampir sampai pagi tidak tidur hanya untuk menunggu kepulangan sang nona muda yang tingkahnya sangat membuat tari marah sekaligus muak.
Andai Tari dan ibunya memiliki penopang kehidupan lain, ingin rasanya Tari menegur tingkah nona Vita yang kadang keterlaluan pada ibunya dengan melaporkan kebiasaan buruk nona muda itu kepada kedua orang tuanya.
Akan tetapi Tari hanya bisa diam apa lagi bila ibunya sudah melarang Tari untuk tidak asal bicara pada majikan mereka, meski dengan perasaan kesal dan marah namun Tari mencoba mematuhi perintah ibunya karena Tari tidak mau ibunya mendapat masalah selama mereka bekerja sebagai pembantu dirumah keluarga kaya tersebut.
Tapi bila Tari melihat tingkah nona Vita yang tidak pernah menghargai pengorbanan ibunya yang rela begadang hanya untuk menunggunya pulang, guna sekedar membukakan pintu hatinya sangat marah bahkan tak jarang muncul sumpah serapah yang Tari ucapkan untuk nona Vita didalam hatinya.
Boro boro nona Vita akan mengucapkan sebuah ucapan terima kasih nona Vita hanya berlalu begitu saja dengan sikap cuek dan Sombong melewati ibu Ranti bahkan tak jarang memakinya bila ibu Ranti terlambat membuka pintu untuknya.
Tari yang melihat itu hanya bisa menatapnya benci andai hidup mereka tidak miskin dan sengsara, tidak akan Tari biarkan ibunya wanita yang sangat dia cintai melebihi nyawanya sendiri harus dihina oleh orang lain.
Namun apa daya tangan tak bisa memeluk gunung yang tinggi dan besar, meski mereka telah bekerja keras siang dan malam tetap saja mereka tidak bisa merubah nasib mereka yang malang dan Tari hanya bisa membantu ibunya bekerja sebagai seorang pembantu rumah tangga.
Jauh dalam hati Tari berdoa semoga suatu hari nanti hidupnya dan ibunya bisa jauh lebih baik dari sekarang, tidak lagi harus menggosok toilet rumah orang lain hanya demi mengharap upah yang tak seberapa
Seperti pembantu pada umumnya jam empat subuh Tari dan ibunya sudah bangun setelah berdoa, mereka mulai keluar dari kamar untuk menyiapkan sarapan bagi keluarga nona Vita, biasanya ibu Ranti akan memasak sedangkan Tari akan membereskan meja makan dan menyiapkan segala kebutuhan yang diperlihatkan untuk sarapan.
Saat Tari tengah menyiapkan air ibu Ranti meminta Tari untuk membangunkan nyonya dan tuan besar karena biasanya majikan Tari akan melakukan olahraga pagi sejenak sebelum bersiap berangkat kekantor.
Tari naik kelantai dua menuju kamar nyonya dan tuan besar lalu mengetuk pintu kamar mereka pelan Beberapa kali.
" Tuan ........ nyonya......tuk tuk tuk......... tuan .... nyonya... tuk tuk maaf sudah jam enam "
Panggil Tari pelan mencoba membangunkan majikannya.
" Iya ..... " jawab suara nyonya dari dalam kamar dan tak berapa lama pintu kamar besar itu terbuka.
" Tari nanti kamu ikut mang Ujang ke supermarket ya dan belanja beberapa barang yang sudah saya buat daftarnya, karena hari ini ada acara makan malam bersama jadi minta ibumu untuk masak yang enak dan jangan sampai salah "
"Iya nyonya, apa ada lagi ? "
" Habis pulang dari supermarket kamu beres beres rumah aku mau semua bersih dan kinclong mengerti ?!"
" Iya nyonya akan saya kerjakan "
" Ya sudah sana dan minta ibumu untuk bikin mie tiau goreng seafood "
"Baik nyonya "
Jawab Tari lalu segera turun dari lantai dua menuju ke dapur menghampiri ibunya yang sedang masak telur mata sapi.
" Bu kata nyonya aku disuruh ke supermarket nanti untuk belanja dan ibu diminta untuk masak mietiau goreng seafood "
" Tumben kamu disuruh belanja memangnya ada acara ? kamu sudah membangunkan nona Vita Tari ? "
" Belum bu, kata nyonya akan ada acara makan malam bersama nanti jadi ibu disuruh masak yang enak "
" Ya baiklah ...... bawa telur ini kemeja makan dan bangunkan nona Vita nanti terlambat lho ini sudah hampir jam tujuh "
" Biarin ajalah telat, dia aja baru pulang jam tiga malam tadi anak kuliahan kok sukanya keluyuran "
" Hus!!! jaga ucapan kamu nak, nggak boleh kamu bicara sembarangan begitu, bagaimana pun nona Vita majikan kita jadi kita nggak boleh asal bicara nanti nyonya besar marah "
tegur ibu Ranti pada tari yang selalu saja mengeluh tentang kebiasaan nona Vita yang buruk.
"Iya maaf Bu "
" Ya sudah sana cepat bangunkan nona Vita nanti telat "
pinta ibu Ranti lagi pada Tari.
" Iya ..... iya "
Jawab Tari lalu pergi ke depan sambil membawa piring berisi telur mata sapi dan meletakkannya di atas meja makan lalu naik tangga kembali menuju lantai dua letak kamar nona Vita yang berada disebelah kiri dari letak kamar nyonya dan tuan besar.
Tari mencoba mengetuk pintu itu beberapa kali.
" Tuk tuk tuk non!............. tuk tuk tuk non! nona Vita bangun non ! sudah siang ! non non... non Vita "
Panggil tari beberapa kali pada namun tidak ada jawaban.
" Non ! non Vita bangun non ! sudah siang non!"
Tari mencoba memanggil sekali lagi untuk membangunkan nona Vita namun bukanya terima kasih malah umpatan kata kata kasar keluar dari mulut nona Vita.
" Berisik banget sih kamu tari, baru juga jam berapa sudah sibuk !"
" Maaf nona Vita tapi ini sudah jam tujuh pagi non nanti nona Vita telat kuliahnya "
Jawab Tari mencoba memberi penjelasan pada nona Vita yang keburu kesal karena dibangunkan paksa oleh Tari padahal dia masih mengantuk berat.
" Iya iya sudah sana bawel " jawab nona Vita judes sembari menutup pintu kamarnya kencang di hadapan Tari.
* Ya namanya juga anak sultan mah bebas *
Ucap Tari dari dalam hati melihat tingkah nona Vita yang sangat menjengkelkan itu, resiko menjadi pembantu rumah tangga kalau dapat majikan yang songong bin sombong seperti nona Vita ya begitu harus banyak banyak bersabar dan istighfar dalam dalam.
Mau kita berbuat benar ataupun salah tetap saja Omelan yang didapat bukannya terimakasih atau berkata lembut saja sudah cukup ini malah auman singa yang keluar.
Sayang berwajah cantik dan berpakaian bagus kalau kelakuannya suka keluyuran sampai pagi dan selalu telat masuk kuliah, mau jadi aapa dia nanti kenapa Tari harus memikirkan masa depan nona Vita kalau anak majikannya itu tidak pernah bersikap baik padanya.
Tari kembali kebawah menghampiri ibunya yang sedang menyiapkan makanan yang telah siap dimasak untuk sarapan majikannya yang sebentar lagi akan bergabung dimeja makan.
" Selamat pagi tuan nyonya " sapa Tari sembari menuangkan air putih pada gelas mereka.
" Pagi tari, apa Vita sudah bangun ? "
Tanya nyonya besar pada tari.
" Sudah nyonya saya sudah membangun kan nona Vita tadi "
" Terima kasih kalau begitu kamu bisa kembali bekerja "
" Baik nyonya "
Jawab tari lalu kembali ke dapur menuju pintu belakang untuk menyiram bunga dan membersihkan halaman.
Satu jam kemudian rumah besar itu kembali sepi setelah nyonya besar dan tuan besar berangkat bekerja, serta nona Vita juga telah pergi kuliah Tari dan ibu Ranti mulai bersih bersih rumah.
Tari mulai mengepel seluruh ruangan itu sampai bersih sementara ibunya sedang mencuci baju baju kotor milik majikannya yang sudah menumpuk di keranjang kusus baju kotor.
Dalam hati Tari berfikir saat sedang mengepel lantai kapan kehidupan ibunya akan berubah menjadi lebih baik dari sekarang, rasa penat yang Tari rasakan ketika mengepel lantai rumah besar ini sering membuat Tari sakit pinggang, apa lagi ibunya yang sudah paruh baya pasti rasa lelah dan juga penat yang dirasakan oleh ibunya lebih dari yang Tari rasakan.
Siangnya mang Ujang balik dari kantor untuk mengantarkan Tari ke supermarket, berbekal sebuah daftar belanja dan sebuah kartu yang diberikan oleh nyonya besar, Tari mulai menyusuri lorong demi lorong supermarket untuk mencari barang barang yang ada didaftar belanja sambil mendorong sebuah troli belanja.
Dua jam kemudian Tari sudah kembali dari supermarket dengan banyak barang belanjaan yang dia beli dan saat sampai kerumah jam sudah menunjukkan pukul setengah tiga sore,
Kala Tari menghampiri ibunya yang sedang sibuk di dapur ada sedikit rasa bersalah dalam hatinya karena sampai sekarang dia belum bisa membuat ibunya bahagia, sehingga perempuan paruh baya yang sangat Tari sayangi itu harus bekerja keras menggosok lantai kamar mandi rumah orang demi rupiah.
Tari membantu ibunya yang sedang memasak karena nyonya besar baru saja menelpon dan meminta ibunya untuk membuat beberapa masakan istimewa' untuk menyambut tamu mereka nanti malam.
" Siapa sih tamunya Bu sampai harus masak banyak banget begini ?"
keluh tari pada ibunya sambil memotong motong wortel diatas meja dapur.
" Mana ibu tahu nak, nyonya cuma bilang kalau temannya beserta keluarganya akan datang untuk makan malam "
" Masa cuma makan malam harus masak heboh begini ? apa tamunya anak sultan "
" Kerjakan saja tugasmu habis kamu potong wortel ,nanti kamu kupas buah yang ada didalam kantong lalu potong dadu untuk bikin salad dan masukkan kedalam kulkas kalau sudah "
" Iya Bu......., Bu kapan kita bisa hidup layak ya nggak jadi pembantu lagi ? "
"Yang sabar saja nak, kalau kita sudah punya uang cukup kita bisa pake buat modal usaha nanti "
Jawab ibu Ranti memberi nasehat pada Tari agar bersabar.
" Iya Tari ingin buka usaha kuliner Bu, biar kita nggak selamanya jadi pembantu rumah tangga rasanya makan hati apa lagi kalau majikannya seperti nona Vita yang judes dan sombong itu "
" Berdoa aja semoga impian kamu cepat terwujud nak "
" amin "
Jawab Tari lalu melanjutkan pekerjaannya membantu ibu Ranti untuk menyiapkan masakan yang diminta oleh nyonya besar.
Tetap semangat.
waktu berjalan dengan cepat tanpa disadar oleh tari dan ibu Ranti mereka telah berkutat memasak didapur sepanjang siang pinggang mereka terasa pegal karena mereka bukan hanya memasak saja tapi juga mempersiapkan keperluan yang lainnya
dalam hati tari begitu kesal karena tidak biasa keluarga nona Vita akan terlihat sangat heboh seperti hari ini, biasanya tuan dan nyonya besar yang selalu pulang diatas jam 8 atau 9 malam, tapi hari ini jam enam sore sudah sampai dirumah
nona Vita juga tidak kalah heboh gadis cantik itu dari jam 5 sore sudah kembali kerumah bahkan meminta tari untuk membuat jus mangga yang lumayan banyak karena dia hanya mengatakan kalau tamunya itu suka sekali dengan jus mangga
pukul enam sore setelah semua makanan siap tari dan ibu Ranti mulai untuk istirahat dan bersih bersih diri nona Vita menghampiri tari yang masih berada didalam kamarnya yang nampak habis mandi
" tari ... ! "
" iya nona "
" nanti kamu pakai ini ya, ini baju lama aku tapi cocok lah buat kamu....... aku nggak mau kamu nanti bikin malu saat acara makan malam hanya karena penampilan kamu yang lusuh. ingat kamu nggak boleh ngomong apa apa saat ada tamu terkecuali mereka bertanya dan kamu juga harus jawab yang sopan ngerti !!?"
" iya nona Vita "
" good "
tari menutup kembali pintu kamarnya dan memandang sejenak kearah baju yang berada ditangannya saat ini baju itu berupa gaun pendek selutut dengan motif sederhana namun terlihat anggun dan cantik dengan warna biru gelap
sesaat tari bisa merasakan kelembutan bahan dari gaun yang dia pegang berbeda sekali dengan baju baju yang dia pakai selama ini terasa kasar dan panas, maklum barang murah mungkin bagi nona Vita yang kaya raya baju ini hanya baju lama yang telah usang dan ketinggalan gaya tapi bagi tari sigadis miskin ini adalah baju terbaik yang pernah dia sentuh.
setelah selesai tari keluar dari kamarnya menuju dapur dia mengeluarkan beberapa biji piring yang akan dia susun nanti dimeja makan bila sang tamu istimewa telah datang,
dari arah dapur tari dapat melihat seluruh keluarga nona Vita sudah berkumpul diruang tamu
mereka nampak cantik dan juga modis mereka seperti sedang berbincang bincang dengan satu sama lain sambil menunggu kedatangan tamu istimewa yang kehadirannya sudah sangat mereka nantikan
sementara tari yang merasakan perutnya sedikit lapar hanya bisa mengganjalnya menggunakan roti kering yang ada di kulkas
memang peraturan dirumah itu sebelum tuan rumah makan pembantu di larang makan terlebih dahulu
terkecuali bila sudah lewat dari jam sembilan malam dan tuan rumah belum pulang baru mereka bisa makan duluan, tari menghentikan aktivitasnya saat ibunya masuk ke dapur dan menyuruhnya untuk membuatkan air teh lalu menyajikannya untuk keluarga nona Vita yang tengah berkumpul diruang tamu
" tari bikin teh dan antar kedepan " pinta ibunya
tari hanya mengangkat bahu tanda setuju karena mulutnya penuh dengan roti kering yang sedang dia makan
sepuluh menit kemudian tari keluar dari dapur sambil membawa air teh diatas penampan dan menyajikannya didepan tuan besar dan nyonya besar serta nona Vita
saat tari hendak kembali kedapur bel rumah berbunyi jadi tari secara refleks membelokkan langkahnya menuju ke pintu depan untuk membuka pintu
tari membuka pintu dan sejenak dia terkesima dengan mahluk tuhan yang sedang berdiri dihadapannya begitu bening dan tampan dan terlihat sangat cool dan berwibawa juga maskulin banget
meski dia tak menceritakan asal usulnya orang awam bisa melihat darah sultan mengalir dalam pesona yang dia tampilkan membuat mata siapa saja yang melihatnya akan langsung terpikat seperti yang hanya bisa menelan ludah tak mampu bersuara
pantas keluarga nona Vita sampai begitu heboh dan terlihat sangat senang karena tamu istimewa yang mereka tunggu memang mahluk tuhan yang dilahirkan dengan sempurna kaya, tampan, baik dan keturunan anak sultan mungkin
bintang film mah lewat pikir tari dalam hati saat sang tamu tersenyum padanya tari membuka pintu rumah itu lebar dan segera sadar dari lamunannya dan menyingkir ketika nona Vita tanpa malu malu langsung memeluk pria itu dengan erat dan lama
" Angga!! akhirnya kamu datang juga aku senang banget tahu kamu bisa berkunjung kesini "
" iya aku juga senang " jawab Angga lembut sembari melepaskan pelukan Vita
" Vita " sapa seorang wanita paruh baya yang begitu terlihat elegan dengan dandanan super mewahnya namun terlihat kalem
" Tante " memeluknya ringan " mari masuk Tante Angga kita ngobrol didalam papa sama Mama sudah menunggu dari tadi "
" oh ya jadi papa dan mamamu dirumah "
" iya papa kusus pulang cepat karena ingin ketemu Tante " jawab Vita sembari mengajak tamu mereka masuk kedalam rumah menuju ruang tamu
sementara tari menutup pintu dan langsung menuju dapur untuk menemui ibunya yang sedang memindahkan masakan yang telah mereka buat tadi kedalam piring istilahnya pleting dengan tampilan yang cantik serta sentuhan garnis yang membuat makanan itu terlihat indah dan menggugah selera
ibu memintaku menyiapkan ruang makan aku menaruh piring yang akan mereka gunakan satu persatu pada tempat yang tersedia sejalur dengan tempat mereka duduk nanti
meletakkan sendok, pisau , gelas air putih dan gelas untuk minuman lainnya
kemudian ibu menyuruhku menyusun menu masakan yang sudah siap di meja makan dengan rapi setelah semuanya siap barulah aku menghampiri keluarga nona Vita diruang tamu
"maaf tuan makannya sudah siap "
tuturku memberitahu tanpa berani menatap kearah mereka secara langsung karena takut kena marah bila tari melakukannya
" terimakasih tari, kau boleh pergi " jawab nyonya besar
tari hanya mengangguk tanda mengerti pada nyonya besar lalu pergi dari tempat itu menuju dapur berkumpul kembali bersama ibunya dan mang Ujang yang sedang minum teh
" kamu mau makan tari ? "
" nanti saja bu, tunggu mereka selesai takutnya nanti kalau aku makan sekarang nanti mereka manggil "
jawab tari sambil meminum sisa air teh ibunya
" nggak apa apa kamu makan saja dulu nanti kalau nyonya besar manggil biar ibu yang datang "
" jangan Bu, nona Vita nanti marah kalau ibu yang keluar karena tadi nona Vita pesan kalau kita tidak boleh membuat mereka malu karena penampilan kita yang lusuh,. makanya nona Vita minta aku pakai baju ini "
jawab tari menjelaskan
" oh jadi ini baju nona Vita ?"
" iya katanya baju lama miliknya yang nggak dipakai "
" ya sudah kalau begitu kita tunggu saja disini" jawab mang Ujang
" iya " jawab tari
tak berapa lama tari bisa mendengar obrolan mereka kini sudah beralih keruang makan banyak pembicaraan yang keluar dari keluarga nona Vita dan keluarga tuan Angga yang mereka bahas mulai dari bisnis hobi kegiatan masa lalu dan hal hal lain yang tidak tari mengerti
tari mengintip sedikit wajah tuan Angga yang bening itu saat nona Vita memanggil dirinya untuk mengambil jus mangga yang tadi sore tari buat dan menyuguhkan minuman itu pada tuan Angga yang hanya membalas dengan senyuman setiap pelayanan yang tari berikan padanya
oh tuhan rasanya lemas bisa mendapatkan senyum seindah itu hampir meleleh seperti es krim yang kena matahari seperti itu pula tari dibuatnya tak berdaya
namun tari hanya bisa menyimpan rasa kagum itu dibalik wajahnya yang kaku karena banyak mata yang mengawasi dirinya untuk berbuat bodoh bila tidak ingin menjadi santapan harimau yang mengaung bila sedang tersinggung
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!