Stop!!
Sebelum membaca diwajibkan untuk like dan vote. Readers tercinta juga dipersilahkan menuliskan pesan dan kesan setelah membaca bab ini di kolom komentar ya...
Happy Reading 😍
.............................
"Dia anak tiriku namanya Aryn. Dia sangat cantik, usianya baru 19 tahun."
"Bawa dia ke hotel malam ini! Aku bayar dia dua kali lipat dari harga yang kau tawarkan."
"Baik tuan, Jam 9 malam dia akan aku bawa menemuimu."
Tut,
Aryn menutup mulutnya rapat, air matanya deras membasahi pipinya. Lagi-lagi suratan takdir mempermainkannya. Bekas pukulan yang ibu tirinya berikan tempo hari masih basah. Dan sekarang ia mendengar sendiri transaksi ibu tirinya dengan seseorang yang akan membelinya.
"Apa salahku, Tuhan? Tidak cukupkah mereka merampas harta kami." Batin Aryn.
Aryn berlari ke kamarnya saat ibu tirinya keluar dari dapur. Ia mengunci pintu kamarnya rapat-rapat. Sekelebat ingatan muncul di kepalanya. Gambaran-gambaran keharmonisan keluarganya sebelum ayah Aryn meninggal.
Ayah Aryn adalah pemilik perusahaan properti yang besar, anak perusahaannya ada di berbagai negara di Asia. Namanya Haris Permana, keluarga permana adalah keluarga terpandang. Hidup Haris dan putri sematawayangnya tentulah bergelimang harta dan kemewahan.
Kebahagiaan itu perlahan sirna saat Haris menikah lagi dengan seorang janda beranak satu, namanya Susi dia memiliki seorang putri bernama Ara. Usia Aryn dan Ara sepantaran, mereka tentu mudah akrab. Kebahagiaan itu hanya bertahan sampai bulan kelima pernikahan Haris dan Susi.
Ada kelicikan yang disembunyikan dibalik kebaikan Susi dan Ara. Aryn mendengar sendiri dari mulut Susi dua hari setelah kepergian ayahnya. Merekalah yang merencanakan kematian Ayah Aryn dengan memutus kabel rem di mobil yang digunakan Haris dan Aryn. Mobil itu masuk ke jurang, beruntung Haris sempat membukakan pintu dan sabuk pengaman Aryn. Sejak kecelakaan yang menewaskan Haris, semua harta Keluarga Permana dikuasai Susi dan Ara. Dan mereka bertiga pindah ke Negara Paman Sam, menempati rumah Haris yang ada di sana. Karena negara itu tempat tinggal Nenek Aryn(Ibu dari Haris) dan mereka sering berkunjung ke negara itu, Haris membeli rumah dekat rumah Nenek Aryn. Tapi nenek dan kakek Aryn sudah meninggal dunia, hanya uti dan eyang kakungnya yang tersisa.
"Ayah..." Air mata Aryn mengalir deras.
"Aku harus pergi dari sini!" Ucap Aryn dengan sungguh-sungguh.
Ia membawa tas ransel kesayangannya, ia juga mengisinya dengan beberapa baju dan makanan. Aryn mengawasi keadaan di luar rumah melalui jendelanya.
"Aku akan pergi ke rumah nenek, Aku akan mengatakan semuanya pada Bi Hana, dia pasti bisa menolongku." Guman Aryn, Bi Hana adalah orang yang mengurus rumah neneknya setelah kakek dan neneknya meninggal.
Rumah Keluarga Permana luas dan besar, ada banyak penjaga di setiap sudut. Ditambah adanya CCTV di sudut-sudut tertentu. Beruntung ia hafal betul letak CCTV di rumahnya. Aryn perlahan melompat dari jendelanya, kamarnya ada di lantai satu jadi akan mudah kabur lewat jendela. Aryn berencana kabur dengan memanjat pagar sebelah timur tapi ada dua penjaga di dekat pagar itu. Ia mengambil sebuah batu dan melemparkannya ke kaca jendela lantai dua jauh di sebelah barat kamarnya.
Pyar,
"Apa itu?" Sahut salah satu penjaga.
"Ayo kita periksa!" Jawab penjaga lain.
Penjaga yang berada di sudut dekat kamarnya pun berlarian menuju sumber suara. Aryn langsung bergegas berlari dan memanjat pagar setinggi 2 meter itu. Ia sudah terbiasa memanjat pohon mangga di rumah Utinya(Ibu dari ibunya) mudah baginya memanjat pagar ini.
"Siapa disana?" Teriak penjaga gerbang utama yang berlari mendekat ke arah Aryn karena melihat bayangan di ujung jalan.
"Itu Nona Aryn!" Sahut penjaga lain.
Kedua penjaga mengejar Aryn, Aryn yang sudah mengetahuinya langsung mempercepat larinya. Ia hafal betul jalan ke luar kota menuju rumah neneknya, tapi dengan berlari dan dikejar penjaga ia tidak akan sampai rumah Utinya. Ia akhirnya memotong jalan dengan melewati perkebunan di daerah itu. Aryn terus berlari jauh tanpa mengetahui dimana keberadaannya.
"Habislah kita!"
"Kita kehilangan jejak Nona Aryn." Sahut penjaga satunya.
Aryn berlari dengan memegangi lututnya yang lelah, sesekali ia melirik ke belakang. Napasnya yang pendek-pendek ditambah lututnya semakin lemas membuatnya berhenti di tepi jalan. Aryn memandangi sekelilingnya, sepertinya ia sudah berlari sangat jauh. Ia membelalakkan matanya menyesuaikan dengan gelapnya jalanan aspal yang dikelilingi pepohonan tinggi. Tiga puluh menit Aryn duduk di tepi jalan itu, Pandangannya menyapu sekelilingnya tidak ada satupun kendaraan yang melintas.
"Kenapa tidak ada kendaraan yang lewat, dimana ini?" Gumam Aryn.
Kruuukkk... kruuukkk
"Perut ini selalu tidak kenal kondisi, di saat genting seperti ini selalu minta diisi." Ucap Aryn dengan kesal sambil memegangi perutnya.
Aryn mengeluarkan bekal yang sudah ia siapkan di dalam ranselnya. Ia mengunyah beberapa helai roti tawar dan meminum setengah botol air mineral.
"Sekarang aku harus mencari pertolongan." Aryn mulai melangkahkan kaki jenjangnya untuk melanjutkan perjalanan.
Baru dua ratus meter Aryn berjalan, matanya disilaukan lampu sebuah mobil. Ia berkali-kali mengucap syukur dan melambaikan tangannya meminta mobil itu berhenti. Mobil itu berhenti merapat ke tepi jalan, Aryn buru-buru mendekat ke pintu mobil.
"Tuan...Nyonya... bolehkah saya menumpang sampai ke kota X?" Ucap Aryn sambil mengetuk kaca mobil.
"Mau kemana kamu?" Sahut Susi yang baru saja keluar dari mobil itu.
Aryn bergegas membalikkan badannya dan akan berlari sekencang-kencangnya. Tapi terlambat, mulutnya sudah dibekap sebuah dari belakang. Ia diseret paksa untuk masuk ke dalam mobil ibu tirinya.
"Ini belum apa-apa" Susi tersenyum sinis menatap Aryn dari kaca depan.
"Masih kurangkah harta kami yang kau rampas?" Teriak Aryn.
"Kurang! Kau dengar? Aku tidak akan berhenti sebelum hidupmu benar-benar hancur." Susi menatap tajam ke arah Aryn.
"Apa salahku? Apa salah ayahku kepadamu?" Air mata Aryn tumpah membasahi pipinya.
"Tutup mulutnya!" Perintah Susi kepada orang suruhannya. Orang itu langsung menempelkan lakban hitam di bibir mungil milik Aryn.
...............................
Di sebuah kamar hotel, Tiga orang pria tampan menggelar pesta dengan botol b*r bergeletakan di meja.
"Cheers untuk keuntungan malam ini!" Sahut Reza.
"Cheers..." Seru Dave dan Ken asisten pribadinya.
Mereka bertiga adalah petinggi Red Blood, kelompok mafia terkuat dan terkejam di seluruh negeri. Dave sebagai ketua kelompok, mengajak kedua sahabatnya merayakan keberhasilan transaksi senjata gelap dengan keuntungan fantastis malam ini. Transaksi berjalan mulus sesuai kesepakatan, Reza dan Ken yang bertemu langsung dengan pembeli.
Sedangkan Dave hanya mengawasi dari jauh lewat jendela pintu mobilnya, karena memang Dave tidak pernah menunjukkan identitasnya sebagai ketua Red Blood. Hanya anggota Red Blood yang tahu identitas Dave, orang lain hanya tahu Dave ketua Red Blood yang kejam tapi mereka belum pernah sekalipun melihat Dave. Tidak hanya ketua mafia, Dave juga seorang presdir dari Winata Company.
Malam ini mereka memutuskan untuk menginap di hotel yang ternyata juga milik Winata Company. Sudah larut malam jika harus kembali ke kota X.
"Lo mau kemana?" Tanya Dave yang masih sadar karena ia hanya minum sedikit.
"Biasa..." Jawab Reza yang sempoyongan tidak kuat menopang tubuhnya.
"Lo bawa anak manja ini ke kamarnya!" Perintah Dave saat menoleh ke arah Ken yang juga hanya minum sedikit.
"Siap bos!" Jawab Ken terkekeh sambil memberikan hormat kepada Dave layaknya ajudan kepada pembina upacara.
"Tangan kanan atau kiri?" Tanya Dave yang mengepalkan kedua tangannya di depan muka Ken.
" Calm down, bos." Ucap Ken langsung memapah Reza membantunya berjalan.
..........................
Hai readers,
Kira-kira lanjut gak nih?
STOP!!!!
Sebelum membaca, silahkan like dan vote dulu ya. Jangan lupa tuliskan kesan dan pesan untuk author di kolom komentar.
Happy Reading 😍
...........................
Mobil milik ibu tiri Aryn melesat membelah kesunyian malam. Lima belas menit, jalan yang kecil dan sepi sudah berganti dengn jalanan utama yang besar dan ramai. Banyak mobil berlalu lalang walaupun sudah tengah malam karena jalan ini penghubung antar kota.
"Masuk ke hotel itu!" Perintah Susi kepada anak buahnya yang menyetir mobil.
Anak buah Susi mengangguk, ia membelokkan mobil ke dalam area hotel. Di bagian depan nampak logo Winata Company di samping tulisan Win's Hotel.
"Bawa dia turun!" Perintah Susi yang juga bersiap turun. Aryn diseret turun oleh salah satu anak buah Susi.
"Lepaskan aku!" Aryn mencoba meronta.
Plak,
"Diam kamu!" Bentak Susi setelah menampar keras pipi kanan Aryn.
Sudut bibir kanan Aryn lebam dan mengeluarkan darah segar. Ia berhenti meronta tenaganya melemah. Melihat kondisi Aryn yang terlihat lemah, anak buah Susi melonggarkan tangannya yang memegang tangan Aryn. Tiba-tiba Susi berjalan menjauh dengan mengangkat tangan kirinya memberi isyarat untuk tidak berisik. Susi sedang mengangkat telepon dari seseorang.
"Halo, Tuan. Saya sudah sampai di depan hotel."
"........."
Aryn melihat posisi Susi mengangkat telepon, jaraknya dengan Susi lumayan jauh. Ia mengalihkan pandangannya dengan kedua orang didekatnya. Hanya satu orang yang memegangi tangannya, satu orang lagi berdiri di sampingnya. Aryn memutar otaknya untuk memanfaatkan situasi ini yang mungkin saja akan menjadi keberuntungannya. Dengan sisa tenaganya, Aryn melakukan serangan mendadak kepada orang yang memegangi tangannya, Ia menginjak kaki dan menggigit tangan orang itu dengan keras.
Dan benar saja, orang itu melepaskan Aryn. Melihat temannya yang kesakitan, anak buah Susi yang satunya melangkah maju mendekati Aryn. Tapi belum sempat ia memberikan serangan, Aryn sudah menyerang bagian vitalnya dengan tendangan keras.
"Aaakkkhhh..." Teriak orang itu yang sudah berguling di tanah memegangi aset masa depannya, Aryn langsung berlari ke arah jalan.
"Cepat kejar dia! Kalian bodoh sekali, dengan gadis kecil saja kalah." Ucap Susi marah melihat Aryn berlari jauh.
Kedua pria tinggi besar itu langsung balik kanan dan berlari mengejar target mereka.
Sementara Aryn, ia terus memaksa kedua kakinya untuk berlari. Ia meringis kesakitan karena saat kabur dari rumah ia sudah berlari jauh dan sekarang harus berlari lagi. Tangan kanannya sesekali memegangi lututnya yang terasa nyeri. Fokusnya terbagi menjadi dua, ia harus memperhatikan jalan di depannya sekaligus memastikan jaraknya dengan kedua pria tinggi besar yang sudah terlihat mengejarnya dari belakang.
"Sial... lari mereka cepat juga." Ucap Aryn yang melihat orang yang mengejarnya semakin dekat dengannya.
Aryn mantan atlet lari saat di sekolah menengah pertama dulu. Walaupun sudah lama tidak diasah, namun kemampuannya berlari tidak bisa diremehkan. Buktinya waktu penjaga gerbang rumah mengejarnya, mereka kehilangan jejak. Tapi sepertinya ia akan tertangkap lagi. Kakinya sudah tidak kuat berlari dan luka yang masih basah di lengannya bertambah perih karena terkena keringat. Ya, luka itu ia dapat dari ibu tirinya tempo hari. Ditambah rasa perih di pipinya akibat tamparan tadi, darah di sudut bibirnya juga sudah kering.
Kondisinya sangat memperihatinkan saat ini, rambut panjangnya acak-acakan. Keringat bercucuran di dahinya, pandangannya mulai kabur.
Bruukkk,
"Hey! Gunakan matamu dengan benar!" Teriak kesal Dave yang ditabrak oleh Aryn. Karena postur tubuhnya yang tinggi, tegap, dan sedikit berotot ia tidak terjatuh. Hanya Aryn yang jatuh tersungkur.
Flashback On
Sepuluh menit berlalu, namun Ken belum juga kembali ke kamar dimana Dave menginap, padahal kamar Reza tidak jauh dari kamarnya. Dave mondar-mandir di kamarnya menunggu Ken.
"Shit !" Umpatnya membanting ponselnya ke ranjang.
"Bisa-bisanya dia meninggalkan koperku di mobil. Apa dia pura-pura lupa? Awas saja nanti!" Ucap Dave saat berjalan keluar kamar.
Ia mengomel sepanjang jalan menuju base ment. Bagaimana bisa Ken meninggalkan koper milik Dave di mobil? Apa karena barangnnya yang terlalu banyak seperti wanita? Dave justru heran dengan asisten pribadinya, Ken hanya membawa tas ransel untuk ke luar kota. Sementara Dave, ia membawa sebuah koper dan ransel.
Selain kejam dan dingin, sikapnya yang perfectionist sudah mendarah daging dalam dirinya, penampilannya harus sempurna dimanapun dan kapanpun. Saat tiba di hotel tadi ia hanya membawa ranselnya, karena ia pikir Ken yang akan mengurus kopernya. Tapi Ken meninggalkan kopernya di mobil begitu saja.
Dave mengeluarkan kunci mobil saat memasuki area base ment. Ia mengambil koper hitam berukuran sedang dari bagasi mobilnya. Tapi, ia meletakkan kembali kopernya di samping mobil miliknya. Dave teringat ada minimarket dekat hotel, ia akan membeli beberapa botol air mineral. Tenggorokannya terasa sangat kering.
"Itu dia," Ucap Dave saat menemukan minimarket yang ia cari.
Ia membeli 3 botol besar air mineral dan sebungkus permen karet. Tanpa membuang waktu ia segera keluar dari minimarket itu setelah membayar tagihannya.
Dave berjalan dengan santai menikmati angin malam yang dingin. Sesekali ia mendongakkan kepalanya menatap langit malam. Tapi tiba-tiba ada seorang gadis muda yang menabrak tubuhnya.
Flashback Off
"Maaf... maafkan aku! Aku di kejar orang berbaju hitam itu. Tolong aku, aku mohon bawa aku pergi jauh dari tempat ini." Aryn menyatukan tangannya dan menunjuk ke arah orang suruhan Susi yang masih cukup jauh.
"Matanya indah." Batin Dave.
Dave mendengar apa yang Aryn katakan, tapi ia acuh tak menjawab. Ia menatap Aryn dengan tatapan dinginnya. Dave melihat Aryn dari ujung kaki hingga kepala.
"Tubuhnya terluka, dia juga terlihat sangat kelelahan." Batin Dave.
"Aku mohon tolong aku, mereka akan menangkap dan menjualku. Aku mohon..." Aryn menyatukan kedua tangannya di hadapan Dave. Mata bulatnya yang hitam sudah berkaca-kaca tapi, Dave masih tetap tidak peduli.
"Bawa aku pergi jauh dari sini, tolong!" Pinta Aryn lagi yang kini sudah menangis terisak.
"Aaakkhh..." Tangan Aryn ditarik paksa oleh salah satu pria tinggi besar yang mengejarnya.
Secuek-cueknya Dave, ia tidak pernah bisa tinggal diam melihat seorang wanita menangis dan diperlakukan dengan kasar.
Dave meletakkan air mineralnya ke sembarang arah. Ia melepaskan jasnya dengan cepat, dasi merah yang ia kenakan juga sudah ia kendurkan. Dave berlari mengejar kedua pria yang menyeret Aryn.
Ia menendang salah satu dari orang itu dengan sekuat tenaga hingga jatuh tersungkur mencium aspal.
"Tetap berada di belakangku!" Perintah Dave.
Kedua anak buah Susi sekarang sudah memasang kuda-kuda. Mereka langsung menyerang bersama secara brutal. Dave yang sudah siap reflek melompat memberikan tendangan maut. Mereka terpental kebelakang namun tidak terjatuh.
"Shit!! Kemejaku jadi kusut gara-gara kalian!" Di saat menegangkan seperti ini, Dave masih sempat memikirkan kemejanya. Aryn memutar bola matanya dengan malas. Dave menghembuskan napasnya dengan kasar, ia menggulung lengan kemejanya.
"Awas!" Teriak Aryn yang melihat salah satu dari orang itu menyembunyikan tangannya yang memegang pisau di belakang tubuhnya.
Sedangkan anak buah Susi yang satunya sudah menyerang Dave habis-habisan. Orang itu menyerang Dave dengan tendangan berkali-kali. Dave menangkisnya dengan tepat dan akurat, dan membalasnya dengan sebuah tinjuan maut hingga orang itu terkapar.
"Rasakan ini!!!" Teriak anak buah Susi yang menyerang Dave dengan pisaunya. Dave terlihat sedikit terkejut.
"Tidak!" Aryn menutup matanya.
"Aaakkhh.." Teriak Dave.
.......................
Hai readers...
Gimana novelku ini menurut kalian? Comment ya..😍
WARNING:
SILAHKAN LIKE DAN VOTE NOVEL INI DULU.
........................
Aryn mengintip dari celah jarinya, anak buah Susi terlihat melotot. Punggung Dave naik turun tak beraturan karena napasnya yang ngos-ngosan, tangan kanannya mencengkeram leher orang itu. Sementara tangan kirinya seperti sedang memegang sesuatu, Aryn tidak bisa melihat dengan jelas karena terhalangi tubuh Dave.
Bruk,
Tubuh pria tinggi besar itu tumbang setelah Dave melepaskan cekikan tangannya dari leher orang itu. Keringat dingin Aryn mengalir deras saat melihat tangan kiri Dave yang masih memegang pisau yang berlumuran darah. Dave tidak terluka sama sekali, ia berhasil menangkis serangan pisau bahkan ia menusuk dalam perut kiri orang itu.
Dave menatap darah yang sudah merembes membasahi seluruh baju orang itu. Seketika ia mengecek kemejanya, dan benar saja ada noda darah di kemejanya.
"Kemejaku ini lebih mahal dari darah seorang pria pengecut sepertimu," Ucap Dave yang melepaskan kemejanya menyisakan kaos putih tipis yang melekat di tubuhnya. Ia membuang kemejanya sembarang arah.
"Cepat keluar ke jalan raya depan hotel, bawa satu orang bersamamu!" Dave menelpon salah satu pengawalnya. Dave selalu membawa beberapa pengawal kemanapun ia pergi, untuk alasan keamanannya. Tapi ia selalu memerintah anak buahnya untuk mengawasi dari jarak jauh.
"Berhentilah menangis! Sejak tadi kerjaanmu cuma menangis, menangis, dan menangis saja," Ucap Dave dengan nada jengkel karena melihat Aryn yang sudah banjir air mata.
"Aku takut..." Jawab Aryn dengan terisak.
"Untuk apa takut? Mereka akan menjadi makan malam peliharaanku," Ucap Dave santai sambil memungut kantong plastik belanjaannya tadi. Ia mengambil permen karet dan mengunyahnya.
"Yang aku takuti adalah ibu tiriku, karena mereka berdua itu orang suruhan ibu tiriku," Jawab Aryn.
"Kau mau aku membawamu pergi, kan? Selama kau bersamaku kau akan aman."
"Itu yang aku takutkan sekarang. Kau baru saja membunuh seseorang," Aryn melangkah mundur perlahan. Dave yang menyadari hal itu langsung memegang tangan Aryn.
"Aku hanya melindungi diriku. Jika aku tidak membunuhnya, maka aku yang akan mati. Aku sudah menyelamatkanmu, kau mau menolak membalas budi? Lagi pula kau kan yang memintaku untuk membawamu pergi dari sini?" Dave tersenyum seringai membuat Aryn bergidik ngeri.
"****** deh gua! Tapi kayaknya dia nggak bisa kasar sama perempuan, semoga aku beneran aman." Batin Aryn.
"Ada apa, bos?" Tanya salah satu pengawal Dave. Dua orang pengawal Dave yang tak kalah tinggi dan besar sudah sampai di TKP.
"Buang dia!" Dave menunjuk anak buah Susi yang sudah tidak bernyawa. Ternyata ucapannya tadi yang ingin menjadikan orang itu menjadi makan malam hewan peliharaannya tidak sungguh-sungguh.
"Kalau yang ini, bos?" Tanya pengawal lain menunjuk anak buah Susi yang duduk lemas menatap temannya diangkut.
"Tinggalkan saja!" Perintah Dave.
Pengawal itu mengangguk, lalu ia membantu temannya untuk mengangkat anak buah Susi.
Sementara Dave, ia sedikit menarik tangan Aryn mengajaknya ke hotel.
"Kau mau membawaku kemana?" Tanya Aryn yang memaksa Dave menghentikan langkahnya.
"Ke dalam sana," Dave menunjuk ke arah hotel.
"Aku tidak mau! Lepaskan aku!" Aryn berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Dave.
"Kau mau aku membawamu, kan?" Tanya Dave.
"Iya! Tapi kenapa kau membawaku ke hotel? Apa yang akan kau lakukan?" Aryn menanya balik kepada Dave.
Pletak,
Dave menjitak kening Aryn karena merasa kesal, gadis semuda dia pikirannya sudah kotor.
"Aauuuwww... sakit tau..." Keluh Aryn yang mengelus dahinya.
"Jaga mulutmu itu! Aku juga pilih-pilih kalau mau menghabiskan malam dengan wanita. Melihatmu saja aku sudah tidak bernafsu." Dave mencibir Aryn saat melihat Aryn dari ujung kepala hingga ujung kaki.
"Apa???" Aryn membelalakkan kedua bola matanya yang hitam. Ia dulu primadona di sekolahnya, banyak siswa laki-laki yang mengejar cintanya. Banyak orang memuji kecantikan wajahnya, tubuhnya juga langsing sedikit berisi di bagian-bagian tertentu membuat tubuhnya terlihat sempurna. Dan sekarang pria dihadapannya ini menghina kecantikannya.Tapi kemudian ia sadar akan suatu hal, lalu ia melihat tubuhnya sendiri.
"Benar yang dikatakan pria ini, mana ada yang tertarik dengan keadaanku sekarang. Tubuhku kotor dengan keringat yang bercampur debu, pakaianku sudah lusuh dan rambutku acak-acakan. Sudah seperti gelandangan ini namanya." Batin Aryn.
"Hemm," Jawab Dave cuek.
"Mau ikut atau tidak?" Tanya Dave. Tanpa menjawab Aryn langsung berjalan menyusul Dave yang sudah jalan duluan masuk ke dalam hotel. Aryn sempat melihat mobil ibu tirinya keluar dari hotel saat dia baru masuk gerbang hotel.
Susi yang melihat Aryn bersama Dave dari dalam mobil mengumpat habis-habisan. Ia tadi sebenarnya menyaksikan pertarungan anak buahnya dengan Dave karena saat Aryn kabur ia juga ikut mengejar. Hanya saja Susi memilih untuk tetap aman
dengan bersembunyi agak jauh dari TKP.
"Sial, dia lolos! Tapi aku tidak akan berhenti sebelum hidupmu hancur!" Susi memukul-mukul pintu mobil.
.......................
Dave membuka pintu kamar hotel dengan kunci berupa kartu dengan cepat.
Ceklek,
Pintu kamarnya sudah terbuka lebar, Dave lebih dulu masuk dengan koper yang ia ambil di mobil tadi. Aryn menyusul Dave masuk dengan ragu-ragu.
"Bos, dari...." Ken tidak sanggup melanjutkan ucapannya karena melihat tatapan elang dari Dave.
"Matamu tidak buta, kan?" Jawab Dave dengan penuh penekanan di setiap katanya.
Ken memperhatikan Dave dari atas hingga bawah. Rambutnya acak-acakan, dahinya berkeringat. Dan bosnya hanya mengenakan kaos oblong putih, dia juga menenteng koper hitam. Tapi dia datang dengan seorang wanita yang keadaannya lebih mengenaskan, pakaiannya lusuh dan tubuhnya lecet-lecet.
"Ampuni aku, bos!" Ken menepuk jidatnya. Ia teringat sesuatu saat melihat koper hitam yang di bawa Dave, ia lupa memindahkan koper itu ke kamar.
"Siapkan baju ganti untuknya!" Dave tidak merespon Ken, ia justru memberikan perintah. Ken yang mencari aman hanya mengangguk lalu bergegas pergi menjalankan tugas.
"Siapa gadis ini? Apa dia kekasih baru bos? Bukannya bos belum move on dari Elsa," Batin Ken saat berjalan melewati Aryn.
Ken keluar dari kamar Dave meninggalkan Dave dan Aryn di kamar.
"Kau tidak pegal?" Tanya Dave yang sudah duduk di salah satu sofa.
"Jelas saja pegal, kau saja yang tidak peduli menawarkanku untuk duduk." Jawab Aryn yang sudah duduk dengan kesal.
"Untuk malam ini aku menginap di sini. Besok pagi aku akan pulang ke rumahku."
"Hemm," Aryn menirukan gaya bicara Dave.
Pletak,
"Aku sedang berbicara denganmu!" Dave menjitak kening Aryn karena kesal.
"Sakit tau! Ayahku aja nggak pernah jitak jidatku," Aryn memonyongkan bibirnya.
"Makanya jawab yang benar," Jawab Dave.
"Kau juga begitu!" Ucap Aryn dengan nada mencibir.
"Oke oke. Sekarang bersihkan tubuhmu itu!" Perintah Dave.
"Mana bisa? Pakaianku aja belum ada." Aryn menyilangkan tangannya ke depan dadanya.
"Terserah," Ucap Dave cuek, ia merebahkan tubuhnya di ranjang.
..................................
Like dan vote ya....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!