Happy Reading.
Nabila Asofi, seorang gadis manis mere mas re mas ujung jilbab yang dipakainya. Ia seperti terdakwa dihadapan ayah dan ibunya. Ujung matanya pun terlihat basah oleh air mata, tak menyangka jika ayah dan ibunya secara sepihak menerima lamaran dari seseorang yang tidak dia kenal sebelumnya.
Walaupun dia sebenarnya kenal baik dengan kedua orang tua, terutama ibu dan juga adik dari pria itu, tapi pernikahannya adalah masa depannya. Jalan yang akan dia tempuh seumur hidup. Berkomitmen untuk menjalani biduk rumah tangga bersama pria yang dicintai adalah impian. Tapi tiba tiba saja.... Aahhh! mengapa jadi kacau begini? Pikirnya.
"Ayah! ibu, Bukan maksud Sofi untuk durhaka pada ayah dan ibu! Tapi, tidakkah ayah dan ibu mengerti perasaan saya? Saya punya kekasih yang saya cintai, tolong mengerti perasaan Sofi. Dia berjanji mau segera melamar secepatnya, Yah! Ibu!" rengeknya hampir menangis.
"Saya hanya mau nikah sama dia, Yah...Ibu...!" imbuhnya lagi.
Sofi, nama panggilan gadis itu, sudah tak bisa lagi membendung air matanya. Dia terisak dengan bahu berguncang. Sebenarnya ayah dan ibu pun merasa iba pada anak sulungnya itu, tapi mereka juga tak bisa berbuat banyak.
Seperti kata pepatah, hutang emas dibayar emas, hutang budi dibawa mati, adalah benar adanya. Hutang budi di masa lalu saat mereka kesulitan keuangan, karena kehilangan pekerjaan. Kala itu untuk makan saja mereka sangat sulit. Minta pada orang tua juga enggan, karena sebagai anak merasa belum bisa membahagiakan orang tua.
Lagi pula, waktu itu sang istri sedang hamil. Jalan satu satunya yang mereka tempuh adalah meminta bantuan tetangga yang baik hati, tetapi telah pindah ke ibukota. Karena sang suami mendapat jabatan yang cukup bagus di perusahaan tempat dia bekerja. Sedang sang istri juga bekerja membantu perekonomian keluarga.
"Ayah minta maaf nak, kami juga tidak punya pilihan lain. Selama ini, ayah tidak minta apapun padamu. Ini adalah permintaan ayah yang pertama dan juga yang terakhir." Ayah bicara dan ibu hanya diam menunduk.
"Tanpa mereka dulu, ayah tak tahu seperti apa kehidupan kita sekarang, Nak. Ayah tak punya keahlian khusus, ayah juga tidak berpendidikan tinggi. Sangat sulit bagi ayah untuk mendapat pekerjaan yang layak, ibumu juga sedang hamil Sofi kala itu. Tolong kami di mengerti ya, Nak! " Pinta Ayah lagi.
Ibu Sofi hanya diam tak bisa berkata apa apa, dia juga mengerti perasaan anaknya sekarang. Bagaimanapun ikatan batin seorang ibu dan anak sangatlah kuat.
*****
Dan sekarang, disinilah Sofi berada. Terduduk diam ditepi ranjang pengantin yang dihias begitu indah. Gelisah memikirkan malam pertamanya. Ya, malam ini adalah malam pertamanya. Pernikahan yang tak di inginkan.
Sofi menggigil karena gelisah, dan ia masih berpakaian pengantin yang cantik dan terkesan mewah. Ia mencengkeram sprei dengan kuat. Indahnya baju pengantin dan cantiknya riasan oleh penata rias ternama di kota ini yang menjadi periasnya. Siapapun gadis yang dijodohkan pastinya dengan senang hati menikah dengan pria kaya yang tampan, dengan fisik yang nyaris sempurna. Tapi tidak dengan Sofi.
Sofi POV
Aku masih diam mematung, duduk ditepi ranjang kamar. Kamar yang dihias begitu rupa, dengan kelopak mawar berbentuk hati ditengah ranjang, juga dimeja rias dan disudut ruangan terdapat bunga yang indah dan harum semerbak memenuhi ruangan kamar. Tapi hatiku merasa kosong, terasa hampa.
Keningku berkerut memikirkan malam pertamaku bersama suami yang belum lama kukenal. Takut, gelisah, dan rasanya tak sudi.
Aaaaah! Kalau mau turuti kata hati, aku mau pergi saja. Pergi dan lari jauh kemanapun yang penting tidak melihat dia yang sekarang jadi suamiku. Tapi sekarang aku adalah seorang istri, sekarang aku adalah tanggung jawab suami. Bukan lagi menjadi tanggung jawab ayah dan ibuku. Gila rasanya kalau aku lari dimalam pengantinku, yang akan berimbas pula pada kedua orang tuaku tentunya.
Tapi malam ini aku bertekad untuk menolak bila dia mengajakku untuk melakukannya. Aku tak mau bersentuhan dengannya, apalagi berbuat lebih jauh lagi. Kalau perlu aku akan memberi batas ranjang ini, sebagian untukku tidur dan sebagian lagi lainnya buat dia.
Membayangkan tidur berdua seranjang dengannya saja bagiku begitu menyeramkan.
Dan kalau aku benar benar menolak ajakannya berhubungan layaknya suami istri, apakah dia akan memaksaku? Apakah dia akan bisa terima? Ataukah dia akan marah? Hiiiii!
Takut sekali aku membayangkan dia memegang-megang tubuhku.
Air mataku mulai menetes. Makin lama makin deras. Aku telah menjaga kehormatan ku sebagai seorang gadis, memang untuk suamiku. Tapi bukan laki laki itu. Laki laki yang tidak kukenal. Aku tak tahu seperti apa perangai dia. Bagaimana agamanya, sudahkah dia menjalankan perintah agamanya dengan baik? Dia memang kaya harta, tapi bukankah kaya harta saja bagiku tak cukup untuk menerima dia sebagai seorang suami.
Memang aku membayangkan akan menjadi pengantin secantik sekarang ini, tapi tentunya dengan laki laki yang aku cintai, bukan laki laki yang menikahi aku karena keluargaku terhutang budi kepada keluarganya. Aku mau menikah dengan orang yang kucintai dan bukan dia! Bukan laki laki yang bernama Muhammad Faiz ini.
Berkali kali bibirku mengatakan dengan lirih, aku tak mau dia! Aku tak mau pria ini. Seolah olah aku menolak takdir ku bahwa aku telah menikah dengan seorang Faiz. Bahwa Faiz adalah jodoh yang diberikan Tuhan untukku walaupun tanpa didasari rasa cinta sebelumnya.
Ya Alloh! Dosakah aku menolak ketetapan jodoh ku. Ampuni aku ya Alloh!... Hiks hiks....
Tok tok tok!
"Nabila Asofi!" Sebuah suara yang lembut memanggilku dari luar kamar. Aku tahu itu suara suamiku. Segera aku menghapus air mataku dan bergegas mengayun langkah ke atah pintu dan membukanya untuk dia.
Faiz datang dengan senyum manis yang mengembang.
Sumringah sekali wajahnya. Dan dia perlahan menutup pintu rapat dan menguncinya. Setelah itu mendekatiku yang duduk kembali ditepi ranjang seperti semula.
Ya Tuhan, aku begitu gugup. Bahkan kakiku gemetaran.
"Kau sedari tadi sudah masuk kamar, hmmmm! sudah tak sabar ya?" ucapnya sambil tersenyum. Haish, geli sekali aku melihat senyumnya. Reflek aku menggeleng.
Mendengar ucapan nya saja membuat aku begidik, seolah aku begitu bahagia menikah dengannya. Cihhh!
Kau dengan orang tuamu yang tak sabar. Seenaknya melamar, tanpa menanyakan aku mau atau tidak. Juga ayah dan ibu, tanpa bertanya langsung saja menerima lamaran itu. Aaaaaa! hiks hiks... inikan bukan zaman Siti Nurbaya.... tapi aku tak berdaya.
Ia menjejeri dudukku ditepi ranjang, namun aku segera menghindar.
Aku segera bangun menuju meja rias tanpa menjawab perkataanya tadi. Hatiku merasa dongkol sekali. Aku pun sudah tak nyaman dengan pakaian pengantin yang aku pakai. Memang sih bajunya sangat indah, tapi menyesakkan karena cuma pas di badan. Belum lagi renda renda dan manik manik yang membuat kulit terasa gatal.
Aku menatap pantulan wajahku di depan kaca rias. Lalu berusaha melepas kerudung yang banyak sekali terdapat jarum pentul, Huuuuh! merepotkan sekali. Gerutu Sofi dalam hati.
Melihat aku yang kesulitan melepaskan jarum jarum di kerudung, Faiz berjalan mendekat.
"Mas bantu ya, melepas kerudungnya? jarum pentul nya banyak banget jangan sampai membuat kulit dan jarimu terluka."
Ucap Faiz sambil memegang bahuku.
Tubuh ini rasanya seperti tersengat aliran listrik saat dia menyentuh kepalaku dan dengan reflek aku menjauhkan kepala dan menolak dengan tegas, membuat Faiz tertegun. Ia menegakkan kepalanya kembali. Senyumnya yang tadi mengembang kini berubah berwajah datar.
"Eh enggak! Enggak usah aku bisa sendiri kok. Dan lagi jangan sentuh sentuh aku!" ucapku ketus, namun bergetar.
"Loh! Emangnya kenapa? kita sudah sah menjadi suami isteri. Tak ada salahnya jika aku menyentuhmu, bahkan lebih dari itu! Kamu wanita halal untukku" ia menegaskan kata katanya.
"Saya masih merasa belum siap saja! Maaf!" aku menangkupkan kedua tanganku agar ia tidak marah.
Kerudung Sofi sudah setengah terbuka, itu yang membuat Sofi segera berlalu mengambil handuk dan pergi ke kamar mandi. Dia berfikir akan menyelesaikan membuka kerudung dan baju pengantin di kamar mandi saja.
"Sofi sebentar! saya mau bicara sebentar saja!"
Faiz menyambar tangan Sofi yang berusaha meninggalkannya dan ditariknya untuk duduk lagi ditepi ranjang. Sofi gelisah dalam duduknya.
Ah! bagaimana ini, aku belum mandi. masa iya dia mau aku melayaninya sekarang? Batin Sofi.
"Sofi! aku tahu, kau tak suka dengan perjodohan ini. Aku tahu kau terpaksa menikah denganku. Aku tahu juga kalau kau mempunyai kekasih yg kau cinta!" ia menyambar tangan Sofi dan menggenggamnya erat.
"Kalau kau tahu ya sudah! Lalu kenapa kau tetap menikahiku kalau tahu aku tak menyukaimu?" Sofi berkata dengan ketus dan berusaha melepas genggaman tangan Faiz. Namun tak bisa. Tatapan lelaki disampingnya yang telah sah menjadi suaminya itu menghujam ulu hatinya.
"Aku percaya kalau hidup, mati, jodoh dan rezeki itu sudah diatur oleh Alloh. Dan aku sangat yakin kalau kamu adalah jodoh yang dikirimkan Alloh, yg tercipta dari tulang rusuk ku." Jawab Faiz penuh percaya diri. Sofi melengos.
" Dan aku tahu saat ini kau tak mau melakukannya denganku malam ini kan?"
Eeh! dia seperti bisa membaca fikiranKu" batin Sofi.
" Kalau aku jawab iya!?" jujur Sofi.
"Oke.Its ok. Baiklah aku tak kan paksa kau melayani ku malam ini. Tapi kita sudah sah suami istri Sofi! Berusahalah kau membuka pintu hati untukku. Untuk menerimaku sebagai jodohmu. Kita masih sangat banyak waktu untuk saling mengenal. Ingat Sofi, surga seorang istri terletak pada ridho suami. Tak selamanya kita akan seperti ini kan? aku akan menunggumu untuk membuka pintu hati untukku."
" Kau tahu! mengapa aku tak menolak saat Papa dan Mamaku memilih kamu menjadi istriku. Itu Karena aku memang menyukaimu sejak pertama kali aku melihatmu."
Apa?
Faiz berkata dengan lembut sambil tangannya berusaha membuka kerudung Sofi. Sofi diam mematung entah kenapa ia seperti tersihir oleh kata kata lembut Faiz. Tapi Sofi berusaha untuk tidak terlena.
Sofi menoleh dan memandang Faiz yang juga sedang memandangnya. Hati Sofi terasa berdegup kencang saat pandangan mereka bertemu. Tatapan mata Faiz terasa teduh bagi Sofi.
Haaah! dia memang tampan... tapi entah mengapa aku tidak menyukainya. Atau mungkin belum.
Sofi merasa bimbang. Mereka memang belum mengenal satu sama lain karena masih dua bulan dipertemukan. Itupun intensitas nya sangat sedikit karena mereka bertemu juga bersama beberapa keluarga untuk membicarakan rencana pernikahan waktu itu. Belum pernah bicara empat mata dengan Faiz.
Sofi buru buru berdiri dan masuk ke kamar mandi. Hatinya masih berdebar hebat, jantung seakan mau loncat dari tubuhnya. Baru kali ini dia tidak memakai kerudung didepan laki laki selain ayah dan saudara laki lakinya.
Sofi termangu dibalik pintu kamar mandi, tak menyangka Faiz dengan begitu mudahnya menyetujui untuk tidak melakukan hubungan suami istri malam ini. Sekaligus ia merasa lega, walaupun disalah satu sudut hatinya ia merasa bersalah. Sebelum ia menutup pintu kamar mandi tadi Sofi mendengar Faiz menggumam. "Cantik sekali" Sofi tersenyum dari balik pintu kamar mandi yang tertutup.
_____________________
Hai! aku datang lagi dengan cerita lain... jangan lupa tinggali jejak ya. like koment dan votenya mksiiiiih.
Happy reading
Sekitar pukul 21.30 keluarga suamiku berpamitan untuk pulang. Karena pesta pernikahanku sudah usai, sekarang yang tinggal hanya ada beberapa orang tetangga yang membantu untuk beberes rumah. Walaupun sebenarnya Faiz menawarkan untuk menyewa jasa catering, tapi keluargaku mau masak sendiri menu menu yang biasa disediakan di pesta pernikahan dibantu oleh beberapa kerabat dan juga tetangga dekat. Cuma ada beberapa menu yang dipesankan jasa catering oleh Faiz dan keluarganya.
Hmmm, aku tak begitu faham itu semua, yang aku tahu tugasku hanya menikah. Titik. Tentang persiapan pesta pernikahan sama sekali tak pernah aku pikirkan, karena ini bukan pernikahan yang kuinginkan.
Sebelum ayah dan ibu mertuaku pulang, sang ibu mertuaku mendekati anaknya dan membisikkan sesuatu pada Faiz. Sepertinya mau membagikan tips untuk malam pertama kami. But sorry, i won't be tonight, Faiz terlihat malu malu saat dia menoleh padaku dan aku melihat ibunya berbisik padanya . Sebelum pulang kedua mertua mendekatiku.
" Sofi sayang, mama sama papa pamit dulu, besok lusa kalian nyusul kan, sampai ketemu lagi di sana ok! , Faiz jangan lupa ya apa yang mama bilang tadi? "
"Iya ma, mama sama papa hati hati dijalan ya, sampai ketemu lagi lusa. " mereka berpamitan dan ku cium punggung tangan mereka dan memeluk mama mertua.
Setelah mobil yang ditumpangi kedua mertuaku meninggalkan halaman rumah aku berpamitan pada ayah dan ibuku untuk pergi ke kamar. " Cieee, pengantin baru, dah mau masuk kamar aja tuh !" ledek salah seorang kerabat yang aku respon dengan tersenyum, senyum kecut tapinya, karena kebanyakan cuka kali hehehe. Akhirnya aku berjalan menuju kamarku diikuti Faiz disampingku sambil terus tersenyum pada orang orang yang dijumpai.
"Sof! "
"Hmmm, iya! " sahutku dengan malas saat Faiz memanggilku saat kami baru masuk dan tak mendapatiku dikamar, karena aku sedang dikamar mandi. sebentar kemudian aku keluar, suasana kamarku yang temaram dan bernuansa merah jambu terasa begitu romantis membuat ku merasa canggung saat kami berdiri berhadapan.
"Kita sudah sepakat kan tadi kalau kita tak melakukannya malam ini? " tanyaku meyakinkan persetujuan yang kami lakukan tadi. Tapi Faiz hanya memandangku dengan seksama. "Kau sangat cantik Sof" ujarnya dengan lembut sambil tersenyum, membuatku takut saja. Ini adalah pertama kalinya Faiz melihatku tanpa memakai kerudung, dengan rambut sebahu ku dan tidak ku ikat. Faiz mengatakan aku cantik seolah aku memakai baju yang seksi yang menarik dan bermake up. Padahal aku cuma memakai baby doll dengan lengan panjang, celananya juga panjang dan bercorak hello kitty kesukaanku.
"Istriku cantik, tapii..... " Faiz tak meneruskan kata katanya, membuatku langsung menunduk. Aku tahu aku tidak termasuk gadis yang cantik. Aku yakin aku bukan type dia, sehingga dia dengan begitu mudah setuju untuk tidak bersentuhan denganku. Tapi mengapa itu membuatku bersedih....?. Diriku memang jauh dari kata sempurna, tubuhku termasuk besar tapi karena aku agak tinggi jadi masih ideal, Kulitku pun jauh dari mulus, banyak terdapat noda kecoklatan karena kulitku termasuk sensitif.
"Istriku cantik dan sungguh manis bila dilihat" sekali lagi Faiz mengulangi kata katanya, aku sedikit tersenyum yang ku paksakan. Karena aku yakin dia tidak benar benar memujiku, dan hanya sengaja merayu agar aku berubah pikiran tentang malam ini. Tapi sorry sorry aja ya, aku tak akan mengubah keputusanku.
"Kita tidak akan melakukannya malam ini kan? " aku masih mengulangi pertanyaanku tadi. Aku benar benar belum mau tapi aku takut kalau aku dikategorikan istri yang nusyuz.
" Tak ada yang perlu khawatirkan Sof, mas tahu kamu belum siap. Mas ikhlas kok, mas akan tunggu sampai kau benar benar siap untuk melakukannya. Tapi jangan lama lama ya? Kita menikah bukan untuk try and error, kita menikah untuk selamanya. Dan mas mau kita akan punya bayi nanti, " ujarnya lembut dan tak berhenti tersenyum yang menandakan dia benar benar tulus.
Aku benar benar lega mendengarnya. Tapi, apa itu tadi....? dia mengatakan soal bayi. OH MY GOD. Aku bener bener terkejut mendengarnya, aku tak mengira dia sudah berfikir sejauh itu, bahkan aku setengah melotot karena terkejut ku sebagai reaksi atas pernyataanya. Aku berlari menuju sisi kiri ranjang dan berbaring menutupi seluruh tubuhku dengan selimut berbaring miring ke kiri jadi aku memunggunginya. Aku mendengar Faiz tertawa kecil, mungkin dia menertawakan kelakuanku tapi biarlah, aku tak perduli.
Aku memejamkan mata dan memegang erat selimut ku, dan aku merasa sisi kanan ranjang bergerak menandakan ia telah naik ke ranjang. Jantungku berdegup kencang, walaupun aku tak menginginkannya tapi aku tidak boleh meninggalkan tempat tidur tanpa izin suami., karena yang aku tahu menolak ajakan suami itu akan dilaknat oleh malaikat malam itu sampai pagi harinya. Aku tahu karena aku sering mendengarkan pengajian yang diselenggarakan di kantor tempatku bekerja setiap hari sabtu selama 1jam.
"Aaaaaa! " Aku menjerit kecil membuat Faiz terkejut tapi sejurus kemudian tertawa. Faiz menarik selimut yang kupakai tadi.
" Hahaha...Sof, Sof,! Tenanglah, rilex! Aku hanya menarik selimut sedikit untukku. Dingin tau, bagi sedikit ya! " Faiz berkata sambil tertawa membuat aku cemberut kesal.
Aaaaa, aku benar benar takut dia tak menepati ucapannya. Lampu juga sudah dimatikan oleh Faiz. Setelah agak lama aku menahan gugup, aku merasa Faiz telah tidur dan aku memberanikan diri untuk berbalik melihatnya. Ya , dia benar benar tidur. Lega rasanya hatiku.
Disaat dia tidur seperti ini, aku berani memandangi nya. Hmmm, dia memang tampan, dengan postur tubuh nyaris sempurna,kulitnya pun bersih. byuh! kenapa dia tidur bertelanjang dada seperti itu, apa tidak malu? dimataku dia seperti laki laki penggoda saja.
Aaaaa! Aku memukul mukul pipiku berharap aku berhenti membayangkannya. Tapi, bukannya dia sudah sah jadi suami aku. So, tak ada salahnya kan, kalau aku mulai tergoda? Sudah halal. sudut hatiku yang lain mengatakan demikian.
Tanpa sadar aku memuji muji lelaki lelaki yang sedang tidur nyenyak di sampingku. Apa aku mulai suka ya? hmmmm...
"Emmhhhh....!" Faiz menggeliat membuatku terkejut. Segera aku benamkan mukaku di bantal dan pura pura memejamkan mata, supaya tidak ketahuan kalau aku memandangi nya. Aku melirik dengan sudut mataku. Ehh rupanya dia hanya merubah posisi tidur saja, aku tersenyum tatkala teringat kata katanya tadi siang.
"Sof! Walau kau tak mencintai mas, tapi semestinya Sofi berusaha membuka pintu hatimu buat mas, kita masih punya banyak waktu untuk saling mengenal kan? Aku yakin dengan seiring berjalannya waktu, kita bisa saling mencintai, dan menerima kekurangan dan kelebihan pasangan. kita suami istri Sof, Surga seorang istri terletak pada suaminya. Ingat itu!"
Tiba tiba muncul sebuah hidayah untukku mencoba menerima Faiz. Benar apa yang dikatakannya kalau pernikahan itu bukan untuk coba coba.
🌺🌺🌺🌺🌺
Aku terbangun di pagi itu merasakan geli di bagian mukaku. Rasanya seperti ada yang meniup niup, dengan hangat. Dan saat membuka mata aku terkejut karena yang ada di pandangan mataku sebuah dada bidang yang telanjang. Ternyata aku tidur dengan memeluk seseorang dan wajahnya sedikit diatas wajahku, sebab itulah mukaku seperti ada yang meniup niup ternyata karena hembusan nafasnya.
🍀🍀HAPPY READING🍀🍀
Malam itu Sofi merasa tidurnya sangat nyenyak dengan selimut yang hangat. Bahkan dia bermimpi berpelukan dengan kekasih dan saling memandang begitu mesra.
Dan, di pagi harinya. Saat bangun tidur Sofi merasa seperti ada angin hangat meniup sepoi sepoi tepat diwajahnya. Ketika dia membuka matanya, Sofi sangat terkejut. Karena dia tidur dengan memeluk erat laki laki bertelanjang dada. Begitu sebaliknya laki-laki itupun juga memeluk Sofi.
Rasanya Sofi ingin menjerit keras. Dia langsung mengingat ingat apa yang telah terjadi semalam? Seingat dia memang tidur seranjang dengan suaminya tapi bagian tengah terpisah oleh guling, mengapa sekarang mereka saling memeluk begini? batin Sofi tak habis pikir.
Sofi berusaha menggeser tangan memeluknya.
Ishhh, Berat!! Sekali lagi Sofi menggeser tangan itu lebih bertenaga lagi, dan berhasil. Sofi berhasil memindah tangan itu. Dengan rasa takut Sofi mengintip dibalik selimut, dia masih memakai pakaian lengkap. Begitupun dengannya. Sofi merasa lega karena dia yakin mereka tak melakukan apapun, hanya saling berpelukan. Tapii.... tunggu.... kenapa bisa saling berpelukan gini? Tubuh Sofi bergerak gerak di atas pembaringan sehingga tempat tidur bergoyang goyang dan membuat Faiz terbangun dari tidurnya.
"Hei sayang! Ada apa sih? sepertinya kamu bingung sekali?" Tanya Faiz sambil mengucek matanya. Ah SAYANG. That was the first time ever, dia panggil aku sayang?"Batin Sofi.
" Mmmm, tidak apa apa kok!" jawab Sofi gugup. "Apa kamu mimpi buruk? " Tanya Faiz lagi, Sofi menggeleng. Dia lekas bangun dan duduk di tepi ranjang, membelakangi Faiz.
"Semalam apa yang telah terjadi? mengapa kau tidur sambil memeluk ku?" tanya Sofi takut takut. Faiz yang mendengar pertanyaan itu tersenyum manis, Sofi melengos karena dia jadi takut memandang suaminya. Takut tergoda senyum manisnya maksudnya... hehehe!
" Kau benar benar tak ingat apa yang telah kita lakukan semalam sayang?"
"M...maksudnya, apa maksudnya?" Sofi melotot memandang Faiz, "Kita tak melakukan itu, kan?"
"Itu? itu apa maksudnya? Jelaskan Sof!" Faiz malah tertantang menggoda sang istri.
"Kau benar benar tak ingat apa yang kita lakukan semalam?" tak ada jawaban dari Sofi.
"Hahaha, kau tiba tiba memelukku, Sof! Ya aku balas peluk engkau lah" Faiz tergelak hingga bahunya terguncang.
"Haaah no! Aku tak percaya!! Mana mungkin aku memelukmu duluan?"
"Kau bohong, kan. Hei... jangan mengada ngada ya?" Lagi lagi Sofi melotot tak percaya apa yang telah didengarnya. Semalam dia memang sedikit tergoda dengan tubuh suaminya yang bertelanjang dada, begitu seksi di pandangan mata Sofi. Tapi dia tak mungkin memeluknya lebih dulu, pikir Sofi.
" Yeeee! tak percaya ya sudah, tapi itu adalah kenyataannya. Kau yang memulai memelukku duluan sayang. Kamu kan tidur nyenyak jadinya nggak ngerasa." Faiz mengatakannya sambil tertawa.
"Aku nggak percayaaaa! " kata Sofi setengah berteriak.
"Sttt jangan teriak! ini masih pagi buta. Nanti dikira kamu aku apa apain lagi, hahaha!!"
"Sayang, ternyata kamu lucu sekali ya, kau memang memelukku duluan. Tapi gak mau ngaku."
Ya iyalah gak ngaku, karena ya emang gak ngerasa kok.
Faiz masih saja terus tertawa senang yang membuat Sofi cemberut kesal. Tapi sejurus kemudian Sofi berfikir, "Aku kan biasanya tidur memeluk boneka atau guling, sepertinya apa yang dikatakannya tidak bohong." batin Sofi sambil menggigit bibir, rasanya malu. Muka Sofi bersemu merah, mengingat dia yang selalu memeluk boneka. Besar kemungkinan apa yang dikatakan Faiz benar adanya.
"Kau terbiasa tidur memeluk boneka hello kitty ya, sayang?" Haaah, Sofi terkejut dalam hati. Matanya mengerjap, kok dia bisa tahu?
Aah, dia pasti hanya mengira ngira saja. Dikamar ku ini semua bernuansa serba hello kitty. Mulai dari sprei, boneka, baju tidur semua bertemakan hello kitty. Bahkan HP dan laptop ku pun berstiker hello kitty juga. batin Sofi.
"Kalau memang benar aku yang peluk duluan, aku minta maaf ya! Aku benar benar tak sengaja." Sofi menunduk malu. Benar benar malu.
"Tak apalah sayang, besok besok lagi aku mau kok kamu peluk saat tidur hehehe!! memang seharusnya begitu kan? " kata Faiz lagi lagi tersenyum manis. Haduh, kalau begini terus, sepertinya tak butuh waktu lama aku jatuh cinta pada suamiku ini.
Huuft.
"Eh sudah masuk waktu Subuh ternyata. Yuk sayang kita sholat berjamaah!" Ajak Faiz. Sofi mengangguk patuh, walau ia belum menerima Faiz sepenuh hati sebagai suami. Tapi Sofi tak akan menolak jika diajak berjamaah. Ia ingin rumah tangganya bernuansa Islami. dan jika Suami mengajak berjamaah itu indikasi bahwa dia lelaki yang bisa menjadi imam rumah tangga yang baik. Sepertinya secara perlahan hati Sofi mulai luluh pada kesalehan Faiz, tutur kata yang lembut dan murah senyum laki laki itu. Lagi pula selain tampan dan bertubuh atletis dia juga sukses dalam karir, apa lagi coba yang dicari?
Sofi segera ke kamar mandi untuk bersih bersih dan wudhu, ritual sebelum melaksanakan sholat. Baru kali ini dia Sholat di imami seorang laki laki yang bukan ayahnya.
Hati Sofi terasa bergetar saat mendengar lantunan bacaan ayat yang sangat fasih dan merdu. Dan setelah selesai melaksanakan sholat ditambah dengan lantunan ayat Suci Al quran beberapa lembar, Sofi masih setia mendengarkan dibelakang Faiz. Tak terasa bibirnya melengkung keatas, menyunggingkan senyum. Selesai setelahnya Faiz membaca doa,
"Ya Alloh! Kau persatukanlah hati kami berdua sebagai suami istri, dengan ridha Mu. Jadikanlah kami saling mencintai dan saling menyayangi. Berilah kami petunjuk agar bisa menjalani rumah tangga dan menjadi keluarga yang sakinah mawaddah wa Rahmah. Dan berilah kami anak anak yang sholeh dan sholehah, menjadi qurrota a'yun bagi kami kedua orang tuanya. Dan berikanlah kami keselamatan di dunia hingga diakhirat kelak. Aamiin."
Sofi mengaminkan doa Faiz, dengan penuh penghayatan.
Itu salah satu doa yang kudengar darinya selain doa doa berbahasa Arab yang tak asing bagi ku. Aku menunduk, hatiku tersentuh dengan doa yang dia panjatkan. Dia mendoakan kebaikan rumah tangga kami yang baru dibangun, menjadikan pikiran Sofi melayang kemana mana hingga saat Faiz mengulurkan tangannya untuk disalami Sofi tersentak kaget.
"Salim dan cium tangan suami dong, sayang! " membuat Sofi agak terkejut karena melamun.
"Maaf mas, Sofi melamun tadi." malu malu Sofi menerima uluran tangan Faiz dan men ciumnya.
"Apa sayang? Katakan sekali lagi."
"Maaf karena aku melamun tadi".
" Bukan yang itu! tadi kamu memanggilku 'mas, kan?" Sofi tersentak kaget. Mulutnya terkadang memang suka keceplosan bicara yang sesuatu tak ingin dikatakannya.
"Ah, maaf aku tak sengaja."
Lebih baik minta maaf saja.
"Tak apa! itu yang seharusnya kan? mulai sekarang panggil aku 'mas. Bukan kau, atau kamu, ya sayang! " Faiz tersenyum manis dan terlihat senang,
Haaaah! mengapa semakin dilihat, senyuman suamiku ini makin menggoda ya?
Agak lama Sofi dan Faiz saling pandang diatas sajadah yang terbentang, dan sama sama terkejut saat terdengar suara hape yang berbunyi cukup keras.
Sofi segera berdiri, lalu berjalan untuk mengambil hapenya yang berbunyi, lupa kalau dia masih memakai mukena, sehingga kakinya terbelit mukena yang ia pakai dan...."Aaaw, aduuh! sakit ya Alloh!" Teriak sofi yang membuat Faiz terkejut.
"Pelan pelan dong sayang," kata Faiz sambil membantu Sofi berdiri.
"Mana yang sakit?" Faiz mengusap usap bo kong Sofi karena ia jatuh terduduk. Namun Sofi reflek menepisnya.
"Ah tidak sakit kok, lemak ku kan tebal jadi gak begitu kerasa hehehe!" canda Sofi mengusir rasa canggung. Faiz tersenyum, bisa bisanya Sofi bercanda, pikirnya dan tiba tiba "Cup! Cup!"
Sofi membelalakkan mata dan pipinya merona karena malu. Faiz mengecup pipi dan bibirnya saat itu karena posisi mereka yang begitu dekat dan tangan Faiz yang masih dalam keadaan memegang tangan dan bahu Sofi. Segera ia melepaskan diri dan berlari sambil memegangi bagian bawah mukena menuju hapenya berada yang masih berbunyi nyaring.
"Siapa yang pagi pagi gini telfon, sayang?" Ah, Sofi sepertinya menikmati panggilan sayang dari Faiz, buktinya dia tak protes tuh.😅😅😅.
"Bukan siapa siapa! ini, hanya bunyi alarm hapeku!" Faiz menatap Sofi intens. Seakan tak percaya dengan jawaban Sofi. Upps, kenapa keceplosan begini?
"Alarm? Jadi kau biasa bangun jam segini sayang?" tanya Faiz heran, sambil berjalan mendekatinya. Arah bola matanya tetap tertuju untuknya.
"Subuh kan sudah dari tadi, udah hampir terbit matahari, malah." menunjuk dengan dagu jendela yang telah terbuka agar udara pagi masuk menggantikan udara di dalam. Sofi terdiam menahan malu, tak tahu harus menjawab apa karena ketahuan suka bangun kesiangan.
" Ya udah, Biarlah yang kemarin gak usah diungkit lagi."
"Sekarang sudah tak sama, sayang! sekarang kamu sudah jadi seorang istri, jangan lagi bangun sesiang ini. Nanti kamu punya kewajiban menyiapkan keperluan mas sebelum pergi kerja, pakaian dan juga makanan. Apalagi kalau nanti harus mandi keramas pagi pagi, jangan sampai terlambat bangun," Faiz memberikan nasehat pada isterinya yang membuat Sofi tambah malu. Ia memalingkan mukanya yang bersemu merah.
"Belum lagi kalau punya bayi, Sayang. Kau akan tambah repot nantinya!" sambung Faiz lagi sembari tersenyum. Masih menatap intens istrinya.
Hah, bayi,?
Isssh! Mendengar kata kata Faiz tadi membuat Sofi menjadi pusing, ia menggaruk pelipisnya, memikirkan bagaimana malam malam mereka selanjutnya, apabila Faiz meminta haknya sebagai suami. Pusing Sof! Huuuft!
"Iya deh. Janji ini yang terakhir kalinya. Aku udah ubah waktunya, sebelum subuh malah!"
💐💐💐💐💐💐💐💐💐💐💐
Man teman semua makasih telah membaca tulisan saya yang tak berharga ini. Tapi saya mohon man teman sehabis baca di like ya! jangan lupa juga komennya aku tunggu.apalagi di Vote wiih tambah semangat aku buat nulis.. makasih sudah membaca tulisan receh ini..
BABAY MUACH
SALAM SAYANG SEMUANYA
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!