Suatu malam sekitar THN 2011 Naya sedang duduk santai di tepi tempat tidur, tiba-tiba nada dering Hp Naya berbunyi. "Hemm ada yang telpon."
"Halo ..." sapa Naya ragu.
"Siapa nih?" tanya orang di sebrang sana.
"Kamu yang siapa? kok balik nanya sih?" gerutu Naya.
Di sebrang sana, terdengar suara laki-laki. Karena terdengar agak sangat ribut, mungkin dia lagi sama kawan-kawannya.
"He!, kamu siapa? kamu, kan pernah telpon aku " kata seseorang yang bernama Dimas
"Kapan ya! sebab aku lupa? Naya mengerutkan dahinya.
"Kemarin, beberapa hari yang lalu" sahutnya.
"Gak tau juga, mungkin aku sudah lupa kali," seru Naya sambil berpikir.
"Oiya, kenalkan nama aku Dimas Aryadi," orang di sebrang sana memperkenalkan dirinya.
"Ehh, orang mana ya?" tanya Naya, menunggu jawaban
"Orang Kalimantan Barat kak." jawab Dimas.
"Ohh, nama aku Kanaya, orang Jawa barat!" ujar Naya.
"Oya, aku senang kita bisa kenalan, tapi ... karena sekarang aku lagi tugas, lain kali aku telpon lagi ya! boleh gak?" tanya Dimas.
"Emm boleh," balas Naya.
"Yess! makasih ya? ya sudah aku pamit dulu lah!" kata Dimas berpamitan.
"Iya, silakan." seru Naya dengan suara parau.
"Malam! maaf bila sudah ganggu?" Dimas merasa gak enak.
"Gak apa-apa kok, malam juga." jawab Naya tersenyum samar.
Ngantuk pun menyerang, tak lama Naya tertidur lelap.
******
Beberapa hari kemudian, Naya tengah duduk santai di teras, dan mengasuh adiknya. Nada dering berbunyi, rupanya Dimas telpon lagi.
"Halo ... apa kabar kak? sapa Dimas.
"Baik! apa kabar juga nih? Naya ramah.
"baik, oiya usia Kak Naya berapa tahun?kalau boleh adik tau?" tanya Dimas.
"Ehh, aku usia nya sekitar 27 tahun, kenapa ya? Naya balik nanya.
"Ohh, usia aku 25 tahun, boleh bah kalau aku panggil kak Naya? Dimas penuh berharap.
"Emm boleh aja" sahut Naya.
Walau pun mereka baru kenal, tapi mereka langsung akrab. Dimas mengaku bekerja di sebuah rumah sakit, di daerah sekadau Kalimantan barat.
Dia pun mengaku punya pacar, yang namanya Silvi, karena Dimas sudah menganggap Naya sebagai kakaknya. Walaupun mereka kenal hanya lewat handphone.
Gak ada rahasia di antara mereka.
Naya dan Dimas saling berbagi cerita apapun itu. Termasuk kondisi Naya, yang lumpuh.
******
Di lain waktu Naya kenal seorang laki-laki, kenal di handphone juga. Namanya Yuda, dia orang jawa tengah.
Dia janji akan datang ke rumah, dan apapun kondisinya Naya, tidak akan merubah niatnya pada Naya.
"Mas aku ini lumpuh, jadi pikirkan yang lebih matang lagi, karena aku tidak mau, satu saat nanti, mas kecewa dan menyesal."
"Nggak, keputusan mas sudah bulat, tidak akan berubah lagi, lihat saja nanti dek." Yuda meyakinkan.
"Mas pikir-pikir lagi ya? jangan terlalu cepat. Yakut kecewa akhirnya."
"Gak! mas sudah yakin kok." jelas Yuda.
"Yakin?" tanya Naya ragu.
"Yakin." jawab Yuda singkat.
"Baik lah, aku tunggu dan aku pegang janji mas itu." Naya seolah menantang.
Merekapun mengakhiri perbincangan nya!
Dan setelah beberapa bulan kemudian, dari kenalan. Yuda datang ke rumah Naya, yang tempatnya di Sukabumi.
"Assalamua'laikum?"
"Wa'alaikum salam, apa kabar mas?"
"Baik dek" jawab Yuda datar.
"Silakan duduk mas? ujar Naya.
Yuda hanya mengangguk, terus mereka mengobrol, tak lama kemudian. Naya kenalkan Yuda pada orang tuanya.
"Beginilah mas keadaan disini." tutur Naya lembut.
"Gak pa-pa, mas juga orang gak punya dek," jawab Yuda yang duduk dekatnya.
Lalu Yuda mengalihkan obrolannya dengan Pak Nanang( Bapaknya Naya)
Setelah Yuda mengobrol banyak sama orang tua Naya. Yuda mulai membuka pembicaraan yang lebih serius.
"Begini Pak saya kesini untuk menyampaikan niat saya," pak Nanang menganggukkan kepalanya.
"Saya ingin menikahi anak Bapak." Yuda menatap lekat pak Nanang.
"Tapi! beginilah anak bapak," sahut pak Nanang. "Terus gimana dengan orang tua kamu?" tambahnya.
"InsyaAllah ibu saya akan setuju. Pak." jawab Yuda.
Yuda pun kenalkan Ibunya ke pak Nanang lewat handphone.
Dirasa sudah cukup, dengan obrolan mereka. Yuda pun pamitan.
"Aku mau pamit dulu, mau pulang ke Jakarta." karena memang Yuda kerjanya di Jakarta.
"Mau balik?" tanya pak Nanang.
Yuda hanya mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Apa tidak menginap saja?" ucap pak Nanang.
"Tidak, aku mau lanjut ke kampung ku, di Jawa tengah untuk mengurus surat-surat buat keperluan menikah." sahut Yuda.
"Oh, ya sudah hati-hati ya." pak Nanang mengingatkan.
"Dek aku pulang dulu ya? Yuda menatap Naya.
"Iya mas hati-hati, nanti telpon aku kalau sudah sampai" pinta Naya.
"Assalamu'alaikum ..." ucap Yuda.
Di jawab sama Naya, Pak Nanang dan juga istrinya.
"Wa'alaikum salam ..."
Yuda pun pergi, meninggalkan rumah pak Nanang.
******
"Aku gak tau ini keputusan yang terbaik atau gimana?
Yang aku pikirkan hanyalah, semoga ini jodoh aku yang terbaik,
Gak perduli masa lalu dia gimana atau siapa? bagaimana sifat aslinya? yang penting kedepannya saja. Lebih baik, dari sebelumnya. Semoga Allah akan membimbing kami." gumam Naya dalam hati berkecamuk.
"Aku niatkan pernikahan ini karena Allah saja, ya Tuhan." Naya menengadahkan wajahnya ke langit.
"Adik-Adikku banyak, aku gak mau terus menjadi beban orang tuaku!" batin Naya.
Karena sudah malam. Yuda belum ngasih kabar juga.
"Apa dia sudah sampai apa belum nya? Naya punya inisiatif menelpon Yuda. untuk sekedar menanyakan keberadaannya.
"Halo mas, sampai di mana?" tanya Naya cemas.
"Macet dek, masih di jalan" jawab Yuda.
"Oh, ya udah hati-hati! kabari aku nanti ya?"
"Iya." yuda datar. tak lama, sambungan telpon pun di putus.
******
Beberapa hari kemudian, Naya sedang duduk membuat jaring. Nada dering handphone, berbunyi, Naya merogoh sakunya mengambil handphone.
"Halo, Dimas." sapa Naya.
"Ya! halo juga, Kak apa kabar nih?"
"Baik, kamu lagi apa?" tanya Naya.
"Santai aja bah." sahut Dimas.
"Dim, aku mau cerita nih," ucap Naya pada Dimas.
"Cerita--cerita apa kak ..." Dimas penasaran.
"Aku mau nikah! nih Dim" Naya sumringah.
"Wah ... aku ikut senang, aku ikut bahagia nih, mendengar nya." sahut Dimas.
"Doakan aku ya?" pintanya Naya.
"Ya, kak kalau aja adik dekat, pasti aku datang ke nikahan kak Naya. Selamat ya kak?"
"Iya Dim, Doakan aku. Jangan lupa."
"Tentu lah kak." Dimas tersenyum.
"Tapi aku sedikit was-was nih Dim. Deg-degan tak menentu, hihi," tutur Naya pelan.
"Wajar lah kak. Sudah dekat kah waktunya?" tanya Dimas.
"Hem ... kira-kira seperti itu lah Dim." sahut Naya.
"Ya sudah, sekali lagi selamat ya kak?" Dimas memberi selamat.
"Iya Dim, makasih banyak Dim" ucap Naya.
"Ok sudah malam, kak Naya harus banyak istirahat. Biar fit, kan calon pengantin hihi." Dimas lalu pamitan.
"Malam?" kata Dimas.
"Malam juga" jawab Naya.
Dimas adalah seorang yang beragama protestan. berbeda dengan Naya yang agama islam.
Setelah 15 Hari kemudian, setelah Yuda dari tempat Naya, balik ke Jakarta, dia datang lagi. Yuda datang membawa surat-surat keperluan nikah...
,,,,,,
Kepada yang sudah membaca episode ini, mohon maaf🙏 banget.
Pasti merasa tulisanku sangat-sangat kacau sekali.
Harap di maklum ya, karena aku benar-benar baru belajar.
Dan sekarang setidaknya sudah aku perbarui,
Terimakasih🙏 banyak kalian sudah sudi membaca tulisanku ini. aku jadi 🙈 malu.
"Assalamualaikum?" Yuda menghampiri Naya.
"Wa'alaikum salam!" jawab Naya memberi senyuman.
"Apa kabar Mas?" tanya Naya mengulurkan tangan tuk bersalaman.
"Baik, nih mas bawa surat-surat keperluan nikahan kita dek." Yuda menyerahkan map.
"OHH, iya mas." Naya mengambil map itu dari tangan Yuda.
"Kita anterin aja sekarang ke petugas KUA nya" ajak pak Nanang kepada Yuda.
"Iya Pak," jawab Yuda datar. Mereka pun berangkat, ke rumah petugas KUA.
Setelah mereka pergi Naya memasak. Buat mereka makan, nanti setelah pulang.
"Ya Allah lancarkan lah niat kami berdua!" gumam batin Naya.
tak lama kemudian pak Nanang dan Yuda pulang, lalu mereka makan bersama.
Setelah itu Yuda dan Naya di teras ngobrol berdua.
"Mas gimana, nanti keluarga mas akan datang kan! ke nikahan kita?" Naya melirik Yuda.
"Iya lah dek, Mas akan berangkat sama keluarga dari jakarta," jawab Yuda.
"Maaf ya dek, nikahan kita cuma acara sederhana saja." tambah Yuda.
"Gak pa-pa mas, aku juga gak bermimpi nikahan yang besar-besaran kok, yang penting kan selamat. Ikatan kita pun halal.
"Iya dek! udah malam mas istirahat sanah."
Naya pun masuk kamar untuk tidur.
Ke esok harinya, hari sudah siang Yuda pun balik lagi ke Jakarta.
"Sampai nanti be-berapa hari lagi, hari H," seru Yuda, pamitan.
"Hati-hati ya Mas?" ucap Naya.
"Iya dek, Assalamualaikum?"
"Wa'alaikum salam." setelah Yuda pergi, Naya baringan di tempat tidur. dia memainkan ponsel nya. Tiba-tiba nada dering berbunyi.
"Siapa yang telpon sih? oh, Dimas."
"Halo." Naya lembut.
"Kak Naya, gimana kabarnya nih?" tanya Dimas.
"Hem ... baik aja Dim" sahut Naya.
"Jenguk aku lah kak, aku, kan sakit nih." rengek Dimas.
"Hem, sakit apa Dim?" Naya heran.
"Gejala tipus" jawab Dimas.
"Halah ... dokter kok sakit sih?" hihi canda Naya.
"Hu--us kak Naya ada-ada saja, ya bisa lah. Aku ini manusia juga, aneh nih orang, hihi" sahut Dimas.
"Pacar kamu jenguk gak?" tanya Naya.
"Ada dong kak nginep malah. Nemenin aku, kak Naya sih gak mau nemenin aku."
"Jauh, gimana Dim?" kata Naya kembali.
"Jenguk aku bah kak." rengek Dimas.
"Hihi, kan jauh Dimas ... aku kirim Doa aja ya? semoga cepat sembuh seperti biasa lagi, beraktivitas lagi,
dokter, kan banyak di butuhkan orang. Apa libur dulu kali ya jadi dokter nya, hihi," canda Naya pada Dimas.
"Iya kak, terima kasih atas Doanya! oh, iya ya, kak Naya sebentar lagi akan jadi istri orang. Boleh gak kak adik terus tlp kamu?" harap Dimas.
"Hem ... boleh lah, emang kenapa coba! kalau aku dah nikah?" Naya heran.
"Ya ... kali aja suami kak Naya nanti melarang, gak boleh kenal sama aku lagi. Aku, kan ganteng nanti dia cemburu sama aku, haha."
"Nggak lah Dim! kita pasti masih bisa ngobrol kok.
"Ya bagus lah kak! terima kasih, kak Naya memang sangat lah baik."
"Ah, biasa aja tuh!" sahut Naya.
"Adik sebenarnya, pengen banget datang ke acara nikahan kak Naya nanti. Pengen jadi saksi, tapi jauh kak." Dimas merasa sedih.
"Em ... gak apa-apa Dim, doakan saja yang baik-baik buat aku? Doa sudah lebih dari cukup kok," timpal Naya.
"Kak Naya yakin mau menikah sama dia kak? aku cemburu nih haha," canda Dimas.
"Idih, tuh silvi no-oh mau di kemana, kan? hihi dasar kamu ini, jangan ngadi- ngadi ah," sahut Naya tertawa.
"Di simpan dalam dompet kak, haha, bila perlu aku bungkus rapi," timpal Dimas dengan nada entengnya.
"Ya gimana ya! kalau memang dia jodoh aku, ya kami pasti menikah juga lah. Apa pun rintangannya." tambah Naya.
"Tapi adik takut! kak Naya gak bahagia, sama dia, kak kalau kamu gak bahagia sama dia. Kamu sama aku aja ya?" canda Dimas.
"Idih, doakan aku yang terbaik doong Dim. Jangan membuat ku tambah cemas dong Dim." pinta Naya.
"Iya kak aku doakan pasti." jawab Dimas pasti.
"Aahh kamu ini untuk datang aja gak bisa, gimana bisa tuk bahagia, kan aku?ada-ada saja, kamu ya?" tambah Naya.
"Kalau kita jodoh ya ... pasti ketemu juga. Kak walaupun jarak kita terhalang pulau sekalipun." tambah Dimas.
"Ah mimpi kau Dim! udah ah, udah malam, aku mau tidur, cepat sembuh ya Dim?" ujar Naya.
"Okay lah," kata Dimas, dari sebrang sana.
Naya hanya menganggapnya teman bicara, apa lagi usia dia lebih muda di bawah Kanaya, dan kepercayaan mereka pun berbeda.
Gak pernah terpikir, kalau Naya sayang dia lebih dari teman, dan Dimas pun punya pacar yang bernama Silvi. "Silvi juga seorang muslim.
Apa mungkin mereka akan sampai ke pernikahan?" gumam Naya dalam lamunan. Naya menerawang.
"Oh, ya sudahlah, ngapain mikirin orang."
"Oh, iya, aku belum ngasih tau si David kalau aku mau nikah,"
Naya mengambil handphone nya. mencari kontak David, setelah ketemu, Naya menelponnya.
Tut-tut-tut, tak lama menunggu, ada yang angkat tlp dari Naya.
"Halo, dengan siapa di sana?" sapa David.
"Halo juga zak, halloo-halloo Bandung," sahut Naya.
"Tumben, telpon, ada apakah gerangan?tanya David.
"Emang gak boleh?" Naya balik bertanya.
"Ehh boleh sih! apa sih yang gak boleh buat teteh ku yang satu ini, hihihi"
"Kali aja gak boleh. Aku akan matikan tlp nya, kalau gak boleh."
"Boleh, ada apa teh? David serius.
"Kamu lagi apa? aku ganggu gak zak?Takut ganggu juga sih,"
"Gak, lagi baringan aja nih. Emang kenapa teh? apa kabar juga?"
"Kabar! baik, ini zak aku cuma mau kasih, kabar aja sama kamu."
"Kabar apa th?" David penasaran.
"Aku--" Naya menggantung kata-katanya.
"Aku apa?" David jadi tambah penasaran.
"Aku, mau menikah zak!" jelas Naya.
Mendengar itu David terkejut. "Yang bener teh?"
"Bener lah zak! buat apa aku bohong."
"Menikahnya sama siapakah?"
"Sama kambing! ke betulan zak ada kambing tetangga, sedang mencari jodoh, hahaha." Naya sambil bercanda.
"Hah, seriuslah? kok bisa ya kambing mau sama kakak aku? David memicingkan matanya.
"Ya sama orang lah." Naya antusias. ekspresi wajah nya sumringah,
"Iya, sama orang. Siapa dan orang mana gitu?" tanya David.
"Nama nya Yuda, orang Jawa tengah. Kerjanya di Jakarta." jawab Naya.
"Kenalnya, di mana teh?"
"Di hp zak." Naya singkat.
"Oh" David lebih singkat.
"Oh bulat, " sahut Naya.
"Bukan teh! persegi empat."
"Ehh doakan aku ya zak?semoga ini jodoh aku yang terbaik."
"Iya teh, tentu lah aku doakan, yang terbaik buat kakak aku. Semoga bahagia, jadi keluarga, yang sakinah,. Mawadah, dan warahmah. Aamiin🤲
"Makasih zak atas doanya, ah aku jadi terharu mendengar doa dari kamu zak! makasih banyak."
"Iya teh, kan hanya Doa yang bisa aku berikan, gak bisa ngasih kado apa-apa,"
"Iya zak makasih, sampaikan pada si bibi juga paman ya, tolong doakan aku."
"Siap! nanti aku sampaikan, kepada mereka kabar ini teh." kata David ikut bahagia.
"Okay, makasih ya zak? ya sudah dulu lain kali kita bisa ngobrol lagi. Assalamu'alaikum zak?"
"Wa'alaikum salam." saat ini hati Naya tengah berbunga-bunga bak taman bunga yang tengah bermekaran...
,,,,
bersambung
Sudah revisi semoga lebih mudah dimengerti lagi tulisannya🙏
"Aku gak mau terus menjadi beban keluarga."
"Ya Allah, semoga nih jodoh ku yang terbaik. Apa pun kondisi aku, terima kasih ya Allah, kau mempertemukan ku dengan jodohku." gumam nya.
"Halo." sapa Naya.
"Malam kak," sahut Dimas.
"Kamu apa kabar Dim?" tanya Naya.
"Baik Kak, kabar Kak Naya gimana nih?" Dimas menanyakan kabar.
"Ya, seperti biasa aja nih," sahut Naya.
"Wah ... calon pengantin." Dimas berdecak.
"Iya nih, emang kenapa?" Naya keheranan.
"Nggak, pasti deg-deg gan tuh," goda Dimas.
"Iya sih pasti. Itulah yang aku rasakan." jawab Naya.
"Aku cemburu nih Kak, hihi," bisik Dimas.
"Aah kamu. Silvi gimana kabar dia?" Naya mengalihkan obrolan." lagian sudah ada Silvi masih menggoda orang," gerutu Naya.
"Dia baik aja Kak, ya emangnya gak boleh! menggoda kak Naya?" Dimas mengerutkan dahinya.
"Nggak lah aku, kan bentar lagi mau menikah," sahut Naya, agak kesal.
"Gak apalah, sapa tau. Kak Naya akan luluh hatinya padaku, haha." Dimas tertawa lebar.
"Idih ... malah ketawa!" gerutu Naya.
"Emang ada yang melarang ketawa ya kak?" Dimas heran.
"Nggak sih," jawab Naya singkat.
"Hem ..." Dimas, menggelengkan kepalanya.
"Ngantuk ah, mau tidur," seru Naya sambil menguap.
"Mau aku temenin?" goda Dimas. tertawa lepas.
"Ngak-Egak, ya udah, met istirahat." Naya bergidik.
"Met istirahat juga," setelah menutup sambungan telpon, mereka masing-masing tidur terlelap.
******
Di rumah Naya sudah ramai keluarga kumpul, karena besok hari dimana Naya menikah dengan Yuda.
sebelumnya Ibu Yuda menghubungi Naya.
"Neng jangan mengadakan pesta, karena Ibu dari kampung. Gak bawa apa-apa, jangan di sediakan apa-apa juga. Cukup air putih saja." kata Bu Marlina.
"Tapi Bu! disini sudah terbiasa. Walaupun gak pesta tapi di sini ramai, minimal harus keluarin uang," tambah Naya.
"Pokonya saya gak bawa apa-apa," timpal Bu Marlina lagi. Karena Naya gak mau debat dengan calon mertuanya ia pun berpamitan.
"Ya sudah Bu! Assalamua'laikum?
"Wa'alaikum salam," ketus Bu Marlina.
****
"Nenek doakan Naya ya? Biarpun keadaan Naya seperti ini. Naya ingin punya suami yang sayang sama Naya, juga keluarga Naya."
"Keun ku Nenek di doaken sing menang kebahagiaan. sing menang keberkahan," kata neneknya Naya.
Karena Jakarta Sukabumi bukan lah jarak yang dekat. Malam itu Naya pun menelpon tuk menanyakan sudah berangkat apa belum kepada calon suami nya.
"Halo, Assalamu'alaikum? mas di mana sudah berangkat belum dari Jakarta?" Naya sedikit cemas.
"Sudah! ini lagi di jalan dek, mungkin beberapa jam lagi sampai," jawab Yuda.
"OH, ya sudah hati-hati mas ya!" tambah Naya lalu menutup telepon nya.
Tepat sekitar jam 03 Pagi Naya terlelap tidur tiba-tiba ada yang membangunkan. Ternyata Yuda yang baru sampai.
dengan nada datar Yuda berkata.
"Dek bangun, sambil keluar lagi Yuda keruang tengah. Naya pun bangun lalu keluar dari kamarnya, ke ruang tengah juga.
Di ruang tengah sudah banyak orang selain keluarga dan tetangga Naya. Banyak juga keluarga Yuda yang baru datang..
Naya cuman menganggukkan kepala kepada semua tamu, lalu duduk simpul.
Keluarga Yuda dan keluarga Naya mengobrol, sebagai wakil dari keluarga Yuda menyerahkan amplop yang berisi uang dan be-berapa kaleng yang mungkin berisi makanan.
Dari belakang terdengar sedikit ribut.
Ternyata Ibunya Naya, yang sedang marah-marah, rupanya keluarga Yuda cuman membawakan Naya uang sebesar Rp 1500 belum buat bayar buku nikah ke KUA, yang waktu itu mencapai 1jt. belum buat mengganti uang buat masak-masak yang gak cukup sedikit.
"Sudah habis berapa nih? gak cukup duit sedikit Pak," kata Ibu tirinya Naya, kesal penuh amarah!
Tibalah Waktu yang di tunggu-tunggu, ya itu acara ijab kabul. Acaranya Alhamdulillah berjalan sangat lancar.
Naya mengenakan kebaya putih, begitu pun Yuda memakai kemeja putih juga.
Setelah ijab kabul selesai. Yuda menyerahkan sebuah amplop,
Berisi uang Rp 100.000 sebagai maskawin. Naya sedikit kaget, dalam hatinya bergejolak, tak bisa di ungkapkan dengan kata-kata.
"Loh aku, kan minta maskawin mukena, alat solat, dan aku pun gak minta yg mahal-mahal kok. Namun kenapa jadinya uang?" gumam Naya dalam hati sambil menatap amplop di tangannya.
Tapi Naya pun diam gak berani bertanya kepada Yuda. Semua yang hadir di tempat itu ikut bahagia, lalu mereka makan-makan yang sudah di sediakan.
Di luar, terlihat Yuda menggandeng Ibunya, yang sedang menangis sambil berjalan! paman Yuda berpamitan untuk pulang.
"Kami pilang dulu ya?" ujar pamannya Yuda.
Naya pun bersalaman, dengan pamannya Yuda.
Tapi tidak dengan keluarganya yang lain. Apa lagi dengan Ibunya yang sudah berlalu dengan Yuda lebih dulu.
Naya sedikit bengong sambil berkata dalam hatinya.
"Ya Allah, mungkin Ibu mas Yuda kecewa, karena anaknya menikah dengan wanita seperti aku? batin Naya dengan pandangan sendu.
Karena memang siapa sih? orang tuanya yang rela, menikahkan anak nya dengan wanita lumpuh seperti aku?" batin Naya, sambil menatap kosong.
Ia tak ingin memperlihatkan kesedihan hatinya, di hadapan keluarga. Kemudian Naya bersenda gurau dengan keluarga yang lainnya. Juga teman-temannya, ter lebih adik perempuan dan sepupunya..
,,,,
Jangan lupa llke, komentar, dan vote nya ya.. biar aku tambah semangat lagi.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!