NovelToon NovelToon

ISTRI PILIHAN

Bab 1.

Dina Nabila itu namaku. Seorang gadis biasa yang besar dari keluarga berada.

Nabila kecil selalu bahagia, selalu ada senyum, canda dan tawa yang menghiasi hari - harinya. dengan di kelilingi oleh orang - orang yang menyayanginya.

Sampai waktu itu tiba, Ibu tidak lagi perhatian denganku. Bahkan kedua kakak ku pun turut membenciku.

"Dasar anak pembawa sial, menyesal aku pernah melahirkan mu. Mulai sekarang kamu bukan Anakku lagi."

Sejak saat itu kehangatan dalam keluarga tidak lagi aku rasakan.

Tanpa terasa air mataku kini menetes dari kedua mata indahku. "Ayah... kenapa waktu itu, tidak Ayah biarkan saja Nabila mati? Kenapa Ayah menolongku dan menukar nyawa Ayah dengan Nabila? Bukan kah Ayah pernah berjanji akan selalu ada untuk Nabila dan akan melindungi Nabila serta kelak ingin melihat Nabila bahagia dengan laki - laki yang Nabila sukai. Apa lagi semenjak kepergian Ayah, Ibu dan Kakak selalu jahat pada Nabila, semenjak Ayah pergi seluruh pembantu dan yang lainnya di pecat oleh Ibu sebagai gantinya Nabila lah yang harus mengerjakan suruh pekerjaan rumah. Dan yang tersisa hanyalah babby siter Nabila yang tidak di pecat oleh Ibu."

"Ayah ... Hiks ... Hiks .... hiks. Ayah jika boleh aku memilih dan meminta kepada Tuhan, aku ingin Ayah hidup sekali lagi atau tidak kenapa Ayah tidak bawa Nabila pergi dengan Ayah, Hiks... hiks ...." seraya menutup wajahku dengan kedua tanganku.

Tiba - tiba ada yang memegang pundakku, aku pun menoleh kebelakang. "Non kenapa? Ingat Ayah ya?" tanya Bik Asih

Aku pun langsung memeluknya dan menumpahkan tangisku di sana. Bik Asih pun menepuk - nepuk pundakku, "Sabar Nadia, yang udah pergi jangan lagi di tangisi. Kalau Ayah tau, pasti Ayah bakal sedih melihat putri kesayangannya ini sedih menangis. Berjanjilah untuk menjadi wanita kuat, jangan menjadi wanita lemah dan Nadia tidak boleh dendam dengan Ibu serta ke dua kakak Nabila. Bik Asih tau kok Non, kalau Ibu sebenarnya sangat sayang pada Non hanya saja Ibu butuh waktu untuk bisa menerima kenyataan ini. Jadi, kamu harus sedikit lebih sabar lagi dalam menghadapi Ibu dan kedua kakak - kakaknya si Non." ucap Bik Asih seraya mengusap - usapa bahu Anak majikannya itu.

" Jadi, Nabila harus bagaimana Bik? Nabila sudah tidak tahan lagi di perlakukan tidak adil sama mereka disini," ucapku seraya melepas pelukanku dari Bik Asih.

"Sabar Non, sabar ada saatnya Non akan bahagia dan tertawa. Tapi, bukan sekarang mungkin nanti."

"Iya Bik Nabila janji nggak akan nangis lagi," ucapku tersenyum walau masih ada tetesan - tetesan air mata yang jatuh membasahi pipiku.

"Anak pintar. Ayo bersihkan wajahmu di kamar mandi," perintah Bik Arsih kepada Anak majikannya itu.

Beberapa saat kemudian.

Sang Bibik yang melihat aku keluar dari dalam kamar mandi, "Sudah cuci mukanya?"tanya sang Bibik dengan senyum manis di wajah yang sudah tak nampak lagi muda.

Aku hanya menganggukan kepalaku sebagai jawabannya. Lalu, aku pun berjalan kemeja rias untuk memoles bedak kewajahku agar kembali fresh.

"Tidak semua senyuman bermakna kebahagian, sebab ada beberapa senyum yang menjadi penutup hati yang terluka. Bukan karena bahagia maka aku harus tertawa, dan dikala tersenyum bukan berarti aku bahagia. Ada senyum yang membuat aku lupa dimana luka berada. Kalau kamu pernah menikmati hujan di kala langit tak mendung, mungkin kamu akan tahu rasanya air mata turun di kala tersenyum."

...Tokoh utama...

...Nama ; Dina Nabila...

...Jenis kelamin ; Perempuan...

...Ciri - ciri fisik : Cantik, putih, rambut hitam bergelombang dan baik hati....

...Kepribadian ; Ceria, aktif dan optimis. Mudah bergaul, menyenangkan dan dapat di percaya dan selalu mengalah....

...Latar belakang ; Dari keluarga berada, terpandang, dihormati dan di segani....

...Cita - cita : Ingin menjadi disainer terkenal. Tapi semenjak Ayahnya meninggal cita - cita menjadi disainer harus dia kubur dalam - dalam lantaran orang tuanya ( Ibu ) yang tak merestui cita - cita nya itu....

...Tujuan / ambisi ; Hanya ingin bahagia....

...Hobi : Menggambar ( Desain ) sesuai dengan cita - cita nya....

...Kelemahan ; Semenjak di tinggal pergi oleh sang Ayah yang selalu menyayangi dan melindunginya, Sejak itu pula kehidupannya berubah menjadi sedih dan teman kesehariannya adalah air mata....

...❤❤❤...

...Mari saling mendukung...

...Terima kasih...

...❤❤❤...

Bab 2.

...TEMAN - TEMAN BUDAYAKAN YA SEBELUM MEMBACA LIKE DULU. KARENA JUMLAH LIKE DAN KOMENTAR TIDAK SAMA. KADANG2 JUMLAH KOMENTAR LEBIH BANYAK DARI PADA LIKE....

...😊😊😊🙏🏻🙏🏻🙏🏻...

...MARI SALING MENDUKUNG...

...❤❤❤...

Aku sudah menyelesaikan acara ku di depan cermin. Aku pun berdiri lalu berjalan kearah Bik Asih dan duduk di sampingnya, sambil kurebahkan kepalaku di bahunya entah mengapa air mata yang sedari tadi sudah berhenti turun kini tiba - tiba kembali menetes dari kedua mata ku.

"Sudah ... sudah ... jangan menangis lagi. Hapus air matamu Nabila, air mata mu terlalu mahal untuk kamu keluarkan. Biarkan Allah yang membalas semua perlakuan mereka," ucap Bik Asih berusaha menegarkan ku. Aku pun menarik kepalaku dari bahu Bik Asih, "Nabila kuatkan Bik?"

Bik Asih pun menganggukan kepalanya seraya berucap, "Iya Non, Non Nabila kuat. Hidup kita semuanya adalah ujian dan cobaan dari sang khaliq, tapi perlu di ingat bahwa Allah menguji kita sesuai dengan kemampuan kita. Allah berfirman dalam surah Al Baqarah ayat 286 ; Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala ( dari kebijakan ) yang di usahakannya dan Ia mendapat siksa ( dari kejahatan ) yang di kerjakannya. ( Mereka berdoa ); "Ya Tuhan kami, jangan lah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah, Ya Tuhan kami, janganlah engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang - orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, Ya Tuhan kami janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami, ampuni kami, dan rahmati kami. Engkau lah penolong kami. Dari ayat di atas dapat dapat kita pahami bahwa Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Dan ini merupakan janji Allah, jadi sesungghnya tidak mungkin Allah membebani kita dengan yang tidak kita sanggupi."

Aku pun memeluk Bik Asih. "Makasih Bik atas nasehatnya."

Sementara terhanyut dalam suasana, "Nabila ... Nabila ... Nabila ...." teriak Ibu Yeni menggelegar di seluruh penjuru isi rumah.

"Sebaiknya Non segera pergi sebelum Nyonya besar marah dan menghukum Non, Bibik tidak mau itu sampai terjadi." seraya melepas pelukan.

"Nabila pergi dulu ya Bik," ucapku seraya berdiri dan segera melangkah keluar dari kamar lalu menuruni anak tangga satu persatu.

"Nabila ... Nabila ...." terik sang Ibu dengan nada geramnya.

"Ada apa Bu?" ucapku setelah tiba di bawah dan berdiri tak jauh dari Ibuku berdiri.

Ibuku pun berjalan mendekat ke arahku, "Ada apa ... Ada apa.... Nih lihat sudah jam berapa sekarang," ucap sang Ibu seraya memperlihatkan jam tangan yang melingkar di tangannya.

"Kamu sudah lihat belum jam berapa sekarang? Kamu mau, Ibu mati karena kelaparan," ucapnya kemudian.

Arumi yang mendengar ada keributan dari luar kamar, dia pun segera beranjak dari tempat tidur lalu melangkah keluar kamar.

Dari depan pintu kamar Arumi yang melihat perdebatan kecil antara sang Ibu dengan sang adik, lalu diapun berjalan mendekat, "Apa sih ribut - ribut, ganggu orang lagi sitirahat saja?"

Sang Ibu pun menoleh keasal datang nya suara dengan susah payah sang Ibu meredam amarahnya saat bicara dengan anak kedua nya itu, "Eh kamu Arumi, sejak kapan kamu berdiri di sana?" tanya sang Ibu.

"Apa yang kalian ributkan? Pasti ini semua gara - gara kamu ya?" ucap Arumi seraya menatap wajah Ibunya kemudian beralih menatap wajah Nabila.

"Ayo cepat jawab?" tanya sang Kakak dengan meninggikan suara.

Sang Kakakpun berjalan mendekat, "Bisa tidak dalam sehari kamu tidak membuat keributan di rumah ini," ucap Arumi seraya mendorong tubuh ku hingga mundur kebelakang.

Bik Asih yang melihat itu dari lantai atas hanya bisa menatap pilu menyaksikan Anak majikannya di perlakukan tidak adil oleh mereka berdua. Tapi, dia bisa apa, mau menolong pun dia tidak punya keberanian untuk itu.

...❤❤❤...

...Mari saling mendukung....

...Terima kasih...

...❤❤❤...

Bab 3.

Dengan masih tatapan mata yang sama, Arumi pun maju dan menghampiri ku dan mencengkram daguku, "Cepat buruan kedapur siapkan makan siangnya!"

Aku pun hanya bisa menganggukan kepala kemudian berlalu dari sana dengan deraian air mata, "Ya Allah apa salahku pada ibu dan kakak. Kenapa mereka tega memperlakukan aku seperti ini? Dimana letak kesalahanku," tanya ku dalam hati sambil terus berjalan dan menyapu air mataku dengan punggung tangan ku.

Bik Asih yang datang menyusulku ke dapur, "Non, Bibik bantu ya?" tanya Bik Asih dengan penuh prihatin atas apa yang menimpa putri majikannya itu hari ini.

Aku pun menoleh ke asal datang nya suara, dengan suara menangis dan air mata yang masih keluar dari mataku, "Tidak usah Bik, Nabila bisa sendiri kok melakukannya," tolak ku secara halus.

"Ya Allah Non sungguh malang nasibmu," ucap Bik Asih dalam hati.

"Bu, kakak makan siang nya sudah siap," teriak ku dari dapur.

Sesaat kemudian mereka pun datang dan sudah duduk di kursi meja makan. Aku pun ikut menarik satu kursi, niat mau duduk dan ikut makan siang bersama mereka. Arumi yang melihat itu, "Kamu mau apa?" tanya dengan suara tidak bersahabat.

"Mau makan kak."

"Kamu hanya boleh makan setelah kami selesai makan. Mengerti?"

Aku hanya menggukan kepala tanda mengerti. "Sudah pergi sana, bisa - bisa nafsu makan ku ilang lihat wajah pembunuhmu di sini." ucap Arumi sambil mengisi nasi dan lauk pauk di piringnya.

Bik Asih yang melihat itu hanya bisa mendo,akan putri majikannya itu tanpa bisa berbuat apa - apa.

"Yang sabar ya Non," ucap Bik Asih ketika aku sudah berada di dekatnya.

Bik Asih pun mengajak ku kekamarnya, "Ayo Non kita kekamar Bibik saja. Sambil menunggu mereka menyelesaikan makan siang."

Aku dan Bik Asih kini sudah berada di dalam kamar Bik Asih. Aku pun berdiri di dekat jendela pikiran ku melayang jauh dan tiba - tiba ingat kejadian beberapa tahun yang lalu.

...Kembali kemasa lalu...

Siang itu ketika berada di kampus.

"Ayah jadikan jemput Nabila di kampus?" tanya ku dari seberang telepon.

"Iya sayang jadi dong. Tapi tunggu dulu sebentar Ayah lagi berada di sebuah tempat, Ayah ingin membelikan kamu sesuatu. Kamu lupa hari ini hari apa?" ujar Ayah dari seberang telepon.

Sambungan telepon pun terputus.

Jam kampus sudah selesai.

"Ayah jadi kan jemput Nabila?" tanya ku dari seberang telepon.

"Ayah sudah di jalan bentar lagi Ayah nyampe kok buat jemput kamu."

"Ok Ayah ... Nabila tunggu di tempat biasa ya, Bye... bye... Ayah. Hati - hati di jalan!"

"Bye putri Ayah...."

Sambungan telepon pun terputus.

Aku pun segera melangkahkan kaki ku ke halaman kampus. Kini aku sudah berdiri di depan pagar kampus, sesekali menatap kesana kemari mencari keberadaan Ayahku yang katanya tidak lama lagi akan segera datang menjemputku.

Sesaat kemudian, aku pun melihat mobil Ayah sudah terparkir di sebrang jalan. Hari ini lalu lintas jalan raya sangat padat.

Ayah pun keluar dari dalam mobil dan berdiri di samping mobilnya sambil melambai - lambaikan tangannya kepadaku. Dan aku pun membalas lambainnya.

Ketika aku baru mau menyebrang jalan, karena tidak memperhatikan mobil yang datang dari arah kanan dan kiri, "Nabila awas ...." teriak Ayah dari sebrang.

Brukk.....

Aku pun mundur kebelakang kemudian jatuh tersungkur di atas aspal. Aku pun menoleh kebelakang, "Ayah...." teriakku.

Ayah ku sudah mendarat di aspal dengan darah segar yang keluar dari mulut dan kepalanya.

Aku pun segera berdiri dan berlari kearah di mana Ayahku tergelatak tak berdaya.

Sambil memangku kepalanya dan derai air mata yang tak bisa ku bendung lagi, "Ayah... kenapa Ayah melakukan ini pada Nabila ... hiks ... hiks ... hiks ... Ayah bangun dan buka matamu. Nabila janji akan menjadi anak yang berbakti, Nabila janji jika Ayah bangun, Nabila akan menuruti semua keinginan Ayah. Sekali pun Ayah meminta nyawa Nabila, Nabila ikhlas asal Ayah bangun," sambil terus menangis dan menepuk - nepuk pipi Ayah yang tak bangun - bangun.

Ayah pun membuka matanya, dengan sisa tenaga yang ada dan dengan suara terbata - bata seraya mengelus pipiku, "Nabila anakku selepas Ayah pergi jadilah Anak yang penurut kepada kedua kakak - kakakmu, jangan membantah perintah ibumu. Walaupun keadaannya akan berubah dan tak akan lagi sama, kamu tetap harus menghormati dan menyayangi kedua kakak - kakakmu dan ibumu. Jaga mereka untuk Ayah. Hanya ini yang bisa Ayah berikan untuk kamu," seraya merogoh saku jas dan mengeluarkan sebuah tempat berbentuk love berwarna merah dan menyodorkannya kepadaku lalu berucap, "Selamat ulang tahun sayang, semoga panjang umur dan sehat selalu." aku pun menerima nya. Setelah berucap begitu Ayah pun tiba - tiba menutup matanya dan terkulai lemas. Ayah pun pergi untuk selama - lama nya.

...Kembali kemasa kini....

Tiba - tiba air mata ku jatuh membasahi pipiku tanpa meminta ijin terlebih dahulu.

...❤❤❤...

...Mari saling mendukung...

...Terima kasih...

...❤❤❤...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!