KARYA INI HANYA FIKSI. NAMA, TOKOH, PERISTIWA, TEMPAT, HANYALAH KHAYALAN SEMATA. HARAP PEMBACA BIJAK DALAM MENANGGAPI.
Aku membuka kedua kelopak mataku secara perlahan. Kepalaku terasa sangat sakit, pandanganku kabur, dan badanku terasa nyeri semua.
Sebenarnya, apa yang baru saja terjadi padaku?
"Nyonya... nyonya...!"
Kini aku mendengar suara walaupun tidak terlalu jelas. Aku mencoba menggerakkan semua bagian tubuhku untuk duduk.
Tapi, tunggu dulu. Sejak kapan kasurku menjadi senyaman dan selembut ini?
Dan, di mana ini?
Ini bukanlah kamarku, dan saat aku berhasil duduk secara sempurna sambil bersandar di kepala dipan, aku menolehkan kepalaku ke samping.
"Syukurlah nyonya telah sadar...!" ujarnya. Pakaian orang ini seperti pelayan zaman kuno yang pernah aku lihat di film.
Raut wajah kekhawatiran tercetak jelas di wajahnya yang mulai mengerut dan rambutnya yang mulai memutih sebagian.
Sebenarnya siapa dia dan di mana ini?
Bahkan pakaianku pun modelnya aneh!
Aku pun mulai panik dan membuka suaraku untuk bertanya padanya. "A-apa yang terjadi padaku?" tanyaku dan dia pun tampak sedikit terkejut. Apa ada yang salah dengan ucapanku?
"Apa anda tak ingat apapun, nyonya?" tanyanya dan aku menggeleng tak tahu.
Seketika dia mulai mengalirkan airmata dari pelupuk matanya. Tentu hal itu membuatku bingung.
Aku pun mendekatinya dan mengelus punggungnya pelan. Karena hal itu sangat ampuh untuk menenangkan di saat aku tengah bersedih.
"Anda baru saja melompat dari jurang, Nyonya. Dan anda sekarang tengah berada di kediaman Tuan Duke Floniouse, suami anda, Nyonya." jelasnya membuatku tercengang.
Lidahku kelu untuk di gerakkan, tenggorokanku seperti baru saja menelan pil yang sangat besar, tubuhku kaku seperti patung, bolamataku seakan mau lompat dari tempatnya.
Tentu aku tahu nama itu.
Nama itu adalah nama protagonis pria di novel yang terakhir aku baca, aku tertarik membacanya di kala ada seseorang yang mengirimkan novel itu ke rumahku karena nama protagonis wanita nya yang sama seperti ku.
Jujur, aku tak tahu bereaksi seperti apa saat ini.
"K-kalau begitu, siapa nama lengkapku...?" tanyaku lirih hampir tenggelam.
Lagi-lagi, wanita itu menjatuhkan bulir bening yang membasahi pipinya. Aku menjadi tidak tega melihatnya.
"Anda adalah Cassandra la Devoline, istri pertama dari Duke Arlen de Floniouse," jelasnya membuatku lagi-lagi tak bisa berkata apa-apa.
Bagaimana bisa aku menjadi Cassandra la Devoline?! Aku adalah Cassandra Augustine!
Dan bagaimana aku bisa masuk ke tubuh ini?!
Apa yang sebenarnya terjadi?!
Bagaimana--
Ah, kini aku mengingat semuanya.
Potongan-potongan memori yang berhamburan seperti puzzle, kini akhirnya tersusun menjadi satu.
Flashback
Seorang gadis yang tengah sibuk memainkan game strategi kesukaannya, kini terusik karena ada suara bel yang menginterupsi aktivitasnya.
Padahal sedikit lagi dia akan menang, tapi karena bel itu dia harus berhenti di tengah-tengah.
Ia mendengus kesal sambil melepaskan earphone yang menutupi lubang pendengarannya secara kasar lalu berjalan ke arah pintu dan membukanya.
Raut wajah terganggu dan kesal terpatri di wajah cantiknya membuat sang pelaku yang memencet bel tersebut menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Maaf nona, ada paket untuk anda," ujarnya sopan sambil mengulurkan paket yang di kirimkan untuk gadis itu.
Gadis itu menaikkan alisnya sebelah sambil melipat kedua tangannya di depan dada."Seingatku, aku tak memesan barang apapun. Siapa pengirimnya?" interogasinya.
Laki-laki yang bertugas mengirimkan paket itu langsung mengecek kertas informasi yang tertempel di permukaan paket itu. "Nama pengirimnya tidak ada, Nona. Tapi paket ini memang di kirim untuk anda," jelasnya membuat sang gadis menghembuskan nafas kasar.
"Ya sudah, sini," kesalnya lalu mengambil paket itu lalu menutup pintu rumahnya.
Setelah ia menutup pintu, kini ia merobek sampul yang melapisi barang yang ada di dalam paket kiriman itu.
"Novel?" ucapnya begitu matanya melihat barang itu. "Siapa yang mengirimkan ini padaku?" gumamnya lalu membuka lembar kertas novel itu.
Ternyata protagonis wanita di dalam novel itu memiliki nama yang sama seperti dirinya. Ya, kecuali untuk nama belakangnya.
Karena merasa tertarik, gadis itu pun membaca novel itu menjelang malam. Perutnya pun keroncongan, oleh karena itu ia pergi ke dapur untuk memasak ayam goreng kesukaannya.
Ia baru saja membaca novel itu hampir sebagian, ia akan kembali membacanya nanti ketika dirinya sudah selesai memberi makan cacing yang tengah demo di perutnya.
Selang beberapa menit kemudian, saat ia tengah menikmati mengunyah tulang ayam gorengnya tersebut, ia merasakan sakit di gigi gerahamnya.
Dirinya memasukkan jari telunjuknya ke dalam rongga mulutnya. Ternyata gigi gerahamnya itu goyang dan hampir terlepas, bahkan darah pun telah mengguyuri dan menghiasi jari telunjuknya yang lentik dan putih.
Gadis itu dengan segera berlari ke kamar wandi dan berdiri di depan cermin wastafel, ia membuka mulutnya hingga menampakkan gigi gerahamnya yang hampir terlepas.
Terdengar suara rintikan, sepertinya hujan telah turun.
Gadis itu lalu memejamkan kelopak matanya dan dengan sekuat tenaga ia menarik gigi gerahamnya hingga terlepas.
Bertepatan dengan gigi gerahamnya yang telah terlepas dan copot, suara aliran listrik dari langit terdengar dan menggelegar membuat sang gadis terkejut.
Gigi gerahamnya yang baru saja terlepas, kini langsung menyangkut di tenggorokan gadis itu karena terkejut dan membuat sang empunya tercekik.
Ia tak bisa bernafas, tenggorokannya tercekik, hingga dengan naasnya gadis itu kehilangan nyawanya.
Hanya karena sebuah gigi.
Flashback off
"Astaga kematian macam apa itu!!" teriakku malu, bagaimana tidak?!
Aku baru saja mengalami mati konyol. Mati konyol!
Benar-benar... bagaimana bisa aku mati hanya karena tersedak oleh gigi!
"Nyonya?"
Aku pun langsung tersadar begitu wanita itu memanggilku dengan nada lembut. "Ah, maaf," ucapku menunjukkan sebuah senyuman. "Jadi, siapa namamu?" tanyaku. Karena aku memang tidak mengetahui namanya.
"Nama saya Elise, Nyonya," ujar Elise membalas senyumanku.
"Kalau begitu, Elise. Bisakah kau mengajakku keluar untuk berjalan di sekitar mansion ini?" tanyaku penuh harap. Karena aku benar-benar penasaran dengan tempat ini.
Kamarnya saja sudah sebesar dan semewah ini, bagaimana dengan luarnya?
"Tapi, anda harus beristirahat, Nyonya! Bahkan luka di tubuh anda belum mengering!" tolaknya mengkhawatirkan keadaanku.
Memang benar apa yang di katakannya, aku masih bisa merasakan sakit dan perih yang menusuk di sekujur kulitku.
Tapi aku benar-benar ingin melihat pemandangan di luar, walaupun seluruh tubuhku masih terluka, aku tak peduli.
"Kumohon, Elise... temani aku...." pintaku dengan raut wajah sedih. Bersandiwara seperti ini memang sudah menjadi bagian dari hidupku.
Kulihat raut wajah Elise yang ragu dan bimbang, sepertinya dia tak tega begitu melihat raut wajah sedihku.
"Huh... baiklah, Nyonya," ucap Elise pasrah. Aku pun bersorak ria dalam hati.
Hihi, inilah kenapa aku sangat suka berakting.
Karena raut dan ekspresi wajahmu dapat mengendalikan perasaan seseorang.
^^^I Become Wife of the Atrocious Duke^^^
^^^29 Oktober 2020^^^
KARYA INI HANYA FIKSI. NAMA, TOKOH, PERISTIWA, TEMPAT, HANYALAH KHAYALAN SEMATA. HARAP PEMBACA BIJAK DALAM MENANGGAPI.
Cassandra Pov
Aku pun telah bersiap dengan gaun yang panjang membalut seluruh tubuhku, walaupun memang lukaku sangat perih jika tergesek oleh kain dari gaun ini.
Tapi aku tetap tidak bisa menahan rasa penasaranku, aku ingin melihat dunia luar dari zaman ini.
"Apa lukamu terasa sakit, Nyonya?" tanya Elise masih saja mengkhawatirkanku.
"Tidak, Elise. Kau tenang saja," ujarku sambil tersenyum. Yah, walaupun di balik senyuman itu aku mati-matian menahan rasa perih yang di hasilkan dari luka ku yang masih basah.
Wah, baru kali ini aku mengenakan baju gaun yang tebal seperti ini. Aku merasa nyaman saat memakainya, karena aku sangat suka gaun-gaun di zaman ini.
Roknya yang mengembang, motifnya yang sederhana namun mewah, dan tidak terlalu terbuka.
Oh ya, aku juga penasaran bagaimana rupa Duke Arlen dan istri keduanya, Anastasia de Floniouse.
Apa mereka benar-benar tampan dan cantik seperti yang di jelaskan di novel itu?
Entahlah, karena cepat atau lambat aku juga akan bertemu dan mengetahui bagaimana rupa mereka.
"Cassandra!" sebuah teriakan dapat aku dengar ketika sosok tersebut berlari mendekat ke arahku. "Cassandra, apa kau baik-baik saja? Aku sangat mengkhawatirkanmu!" seru nya lalu langsung mendekapku erat.
Seketika aku langsung meringis, karena dekapannya membuat lukaku menjadi sangat perih.
"Ah, maafkan aku. Apa lukamu masih sakit?" Wanita itu dengan segera melepaskan dekapannya lalu menatap khawatir padaku.
Namun, dengan secara cepat aku pun tahu. Bahwa raut wajahnya yang khawatir yang ia tujukan padaku itu tidak sepenuhnya tulus.
Karena aku telah belajar banyak dari orang-orang yang dulu dengan teganya menjebakku dan mengkhianatiku.
Aku, tidak akan pernah lagi memberi kepercayaanku begitu saja kepada seseorang.
Tunggu dulu, sepertinya aku mengenali wanita ini. Rambut pirang berkilau yang lurus, wajah secantik dan seimut boneka, dan tatapan palsunya.
Ah, ya. Dia adalah tokoh antagonis wanita di dalam novel ini. Anastasia de Floniouse, istri kedua dari Duke Arlen de Floniouse.
Wajar saja raut kekhawatiran yang palsu itu bisa langsung aku sadari, baru saja aku bilang bahwa aku penasaran dengan rupanya, ternyata dia langsung datang dengan sendirinya ke hadapanku.
Yang aku tahu, Cassandra di dalam novel itu mempunyai hati yang sangat lembut sehingga dirinya mudah termakan oleh tipu muslihat Anastasia.
Dan Anastasia lah yang membuat Duke Arlen salah paham terhadap Cassandra sehingga laki-laki itu sangat sangat membenci Cassandra.
Tapi aku tak tahu apa yang membuat Duke itu membenci Cassandra, karena aku membaca novel itu tak sampai sebagian.
"Cassandra, apa kau baik-baik saja?" tanyanya dengan suara lembut bak malaikat menyadarkanku.
"Aku baik-baik saja," bohongku. Tentu aku tak baik-baik saja di saat kau membuat luka ku semakin perih!
"Kudengar kau mengalami amnesia, apa kau masih mengenalku?" ujarnya dengan raut sedih. Astaga, jika wanita ini hidup di zamanku, sudah pasti dia akan menjadi seorang aktris yang terkenal.
"Maaf, aku sama sekali tak mengenalmu," Aku juga mulai menunjukkan raut sedih di wajahku. Sekilas, aku bisa melihat bahwa wanita itu tersenyum licik.
Aku bukanlah Cassandra yang sama, bodoh!
Kau mungkin menikmati menyiksa dan menusuk Cassandra dari belakang selama ini, tapi hal itu tidak akan pernah lagi terjadi.
Karena aku, akan membalas semua perbuatanmu itu!
"Namaku Anastasia, istri kedua dari Duke Arlen, salam kenal!" ujarnya dengan senyuman manis yang mana membuatku ingin mengeluarkan isi perutku saat ini.
Apa wanita tak tahu diri ini baru saja memperkenalkan diri dengan memamerkan statusnya sebagai istri kedua di hadapanku yang merupakan istri pertama dari Duke Arlen?
Aku benar-benar tak habis pikir, terbuat dari apa hati Cassandra yang menjadi protagonis di kisah ini?
Di saat Anastasia berkata seperti itu, darahku seakan mendidih mendengarnya. Entah kenapa aku sangat sangat kesal hingga aku ingin mencakar wajahnya yang tengah menampilkan senyum manis palsu yang membuatku muak itu.
Namun aku harus menahan itu semua. Ayolah Cassandra Augustine, tenangkan dirimu dan fokuslah untuk membalas perkataannya dengan cara yang halus tapi menusuk.
"Salam kenal, Anastasia," jawabku membalas senyuman manisnya. "Aku dengar dari Elise, kalau namaku adalah Cassandra. Dan aku adalah istri pertama dari Duke Arlen. Itu berarti, aku adalah wanita yang pertama kali di cintai oleh Duke Arlen sebelum kau, benarkan?"
Bingo!
Aku dapat melihat raut wajahnya berubah menjadi kesal, tapi wanita itu dengan cepat mengembalikan ekspresinya seperti semula.
"Ya, kau benar, Cassandra. Oh ya! Kau mau pergi kemana dengan pakaian secantik ini?" tanyanya.
"Aku ingin pergi berjalan-jalan mengitari mansion ini dengan Elise."
"Apa aku boleh ikut denganmu?"
Oh hell no!
"Tidak perlu, Anastasia. Elise bisa mengantarku," tolak ku selembut mungkin. Tentu saja aku tak ingin berlama-lama bersama wanita sepertinya!
"Baiklah kalau begitu, aku pergi terlebih dulu yah. Jika kau butuh aku, kau bisa mencariku."
Ya, ya terserah. Cepatlah pergi dari hadapanku!
"Tentu saja, Anastasia," ujarku menampilan senyum manis yang palsu dan terpaksa.
Akhirnya, wanita ular itu pergi juga.
...🥀...
Tempat ini benar-benar megah dan elegan. Sekaya apa sebenarnya Duke Arlen itu sampai bisa membangun bangunan yang besar dan mewah ini?
Saat ini Elise tengah membawaku ke sebuah taman yang berada di belakang mansion ini.
Elise bilang, bahwa ini merupakan tempat favoritku sebelum aku kehilangan ingatan dulu.
Karena dia mengira bahwa aku amnesia, dia pun mulai menceritakan tentang keluargaku, tentang Anastasia, tentang Duke Arlen, tentang pernikahanku, dan juga banyak lainnya.
Bolamataku tak henti-hentinya menelusuri setiap sudut dan penjuru tempat ini, sepertinya aku mempunyai selera yang sama seperti Cassandra la Devoline atau Cassandra de Floniouse.
"Apa anda menyukai taman ini, Nyonya?" tanya Elise yang berada di sampingku dengan ramah.
"Ya, aku sangat menyukainya!" seru ku sambil asyik melihat kesana-kesini.
Banyak bunga warna-warni yang bermekaran menghiasi taman ini, membuatku tak pernah bosan memandangnya.
"Apa anda masih mengingat saat Tuan Duke khusus membuat taman ini untuk anda, Nyonya?" tanya Elise membuatku terusik.
Apa benar pria itu membuatkan taman ini khusus untuk Cassandra?
Tapi aku tak terlalu peduli, lagipula hal itu juga tak ada hubungannya denganku.
Di saat aku sibuk mondar-mandir tanpa melihat ke arah depanku, aku mendengar suara Elise yang meneriaki namaku.
Belum sempat aku menoleh ke arah depan, aku pun langsung kehilangan keseimbanganku di kala aku menabrak sesuatu yang keras.
Ternyata aku telah menabrak seseorang.
Namun aku tidak jatuh ke lantai, karena ada sebuah tangan kekar yang melingkar di pinggangku.
Aku terkesiap di saat posisi kami yang salng berdekatan, bahkan wajahnya pun sangat dekat denganku hingga aku bisa merasakan deru nafasnya yang hangat menerpa kulit wajahku.
Saat tangannya melingkar di pinggangku, aku merasa nyamann dan tubuhku seakan kehilangan seluruh tenaga hingga tak ada yang tersisa.
Dan seseorang tersebut memiliki tubuh yang gagah dan sangat tinggi, iris biru langitnya yang mana membuatku sedikit iri, raut wajah dinginnya yang mengintimidasi, dan rambut pirangnya sangat berkilau di kala sinar matahari menerpa.
Akhirnya rasa penasaranku terjawab, sosok yang tengah berdiri tegap di hadapanku adalah...
... Duke Arlen de Floniouse.
^^^I Become Wife of the Atrocious Duke^^^
^^^29 Oktober 2020^^^
KARYA INI HANYA FIKSI. NAMA, TOKOH, PERISTIWA, TEMPAT, HANYALAH KHAYALAN SEMATA. HARAP PEMBACA BIJAK DALAM MENANGGAPI.
Suatu dorongan dalam diriku kini akhirnya menyadarkanku untuk segera menjauhkan diriku darinya.
Aku pun perlahan menegapkan badanku untuk berdiri dengan benar, dan dia pun dengan perlahan melepaskan tangannya yang melingkar di pinggangku.
Sebagai tanda hormat, aku membungkukkan badanku sambil menarik sudut rok ku padanya.
Di zaman ini, gelar adalah nomor satu. Di novel yang aku baca, Cassandra la Devoline merupakan putri dari seorang Viscount.
Karena gelar Viscount berada di bawah Duke, sudah pastinya aku membungkuk hormat padanya bukan?
Ya walaupun aku juga sebenarnya sangat tak ingin dan malas melakukan hal semacam ini.
"Salam, My Lord," sapaku padanya agak kikuk, tapi yang anehnya dia malah menaikkan sebelah alisnya di wajahnya yang memang aku akui tampan.
"Apa yang kau lakukan?"
Akhirnya dia mengeluarkan suaranya yang bariton dan rendah namun terdengar mengintimidasi di indra pendengaranku.
Dia bertanya apa yang kulakukan? Tentu saja aku memberi salam padanya. Ada yang salah dengan hal itu?
"Tentu saja menyapa anda, karena pangkat saya lebih rendah," ujarku polos, tapi sepertinya jawabanku tidak membuatnya senang.
"Oh, begitu. Sepertinya pernikahan ini tidak terlalu berarti bagimu."
Setelah dia mengatakan itu dan pergi begitu saja meninggalkanku, tiba-tiba saja dadaku menjadi sakit dan sesak.
Kenapa, aku bisa merasakan kesedihan di balik tatapan tajam dan nada suara nya yang tegas dan dingin sekaligus terdengar lirih?
Apa aku mengatakan sesuatu yang tidak seharusnya aku katakan?
"Nyonya, apa yang baru saja anda katakan?!" tanya Elise histeris pada sambil mendekatiku dengan tergesa-gesa.
"Apa aku mengatakan sesuatu yang salah?" tanyaku balik karena bingung.
"Tentu saja salah, Nyonya! Anda sekarang merupakan Duchess Floniouse, anda tak harus membungkuk hormat seperti itu, karena itu di lakukan hanya untuk menghormati orang yang berpangkat lebih tinggi dari kita. Tuan pasti akan berpikir kalau anda tidak menghargai status anda sebagai istri dari Tuan!" jelas Elise membuatku akhirnya paham.
Akupun dengan refleks menepuk jidatku. Astaga, bagaimana bisa aku tidak memikirkan hal itu sampai ke sana?!
Tapi, masa hanya karena hal kecil seperti itu, dia merajuk, sih?!
Huh... ini sungguh merepotkan! Namun aku tetap harus melakukannya! Aku harus memperbaiki hubungan Cassandra la Devoline dengan pria itu!
Mungkin saja dengan hubungan mereka yang membaik, aku bisa kembali ke dunia asalku!
Aku pun melirik ke arah pria itu pergi tadi. Dia memang telah berjalan jauh, tapi aku pasti bisa mengejarnya dengan berlari.
Tanpa babibu, aku langsung melangkahkan kaki ku dengan cepat mengejar sosok yang menjadi tujuanku.
Dengan langkah tergesa-gesa, aku mengejarnya hingga aku bisa menyusul langkahnya.
Tanganku terulur untuk meraih lengannya guna untuk menghentikannya, namun siapa sangka ternyata ada sebuah kulit pisang yang tergeletak di sini sehingga aku tak sengaja menginjaknya.
Brukh!!
Siapa sih yang membuang kulit pisang ini?! Apa mereka tak bisa membuang sampah pada tempatnya?!
Lagipula, kenapa bisa ada kulit pisang di sekitar sini?! Apa aku telah di kutuk oleh seseorang?!
Arghh! Sialan!
Aw... itu sangat sakit asal kau tahu.
Dagu dan dadaku menyentuh lantai yang kasar itu dengan keras, kaki ku terasa sangat nyeri karena sepatu ber hak yang kupakai, dan naasnya, luka lebar yang berada di perutku sangat-sangat pedih dan perih hingga aku tak kuasa menahan airmataku.
Kenapa kejadian seperti ini selalu menimpaku?!
...🥀...
Seorang pria yang mempunyai gelar Duke dengan rambut pirangnya yang berkilau, kini langsung membalikkan badannya di kala dia mendengar suara seperti orang jatuh.
Netranya sedikit membola, melihat seorang wanita yang berstatus sebagai istri pertamanya itu tengah berbaring di lantai yang kasar dengan posisi telungkup di sertai dengan ringisan yang lirih.
Dengan cepat ia pun berjongkok lalu mengulurkan tangannya untuk menarik lengan wanita itu agar dia bisa duduk.
"Bodoh, kenapa kau ceroboh sekali!" ujarnya terdengar seperti bentakan.
Wanita yang bernama Cassandra itu kini akhirnya bisa bangkit dari posisi awalnya. Cassandra terduduk dengan kepala yang ia tundukkan dan tangan yang setia memegang perutnya.
Arlen menyelipkan rambut coklat tua yang menutupi wajah wanita itu yang tertunduk ke belakang telinganya.
Ia menarik dagu Cassandra lalu mendongakkan kepalanya. Seketika Cassandra meringis saat tangannya menyentuh dagu milik wanita itu.
Dirinya terdiam seperti patung di kala wanita itu mengalirkan genangan air dari bolamata coklatnya yang gelap.
Selama ini, dirinya tidak pernah melihat wanita itu meneteskan airmatanya. Ia hanya pernah melihat wanita itu tersenyum manis dan raut wajahnya yang selalu teduh.
Namun sekarang? Dengan raut wajah yang tampak kesakitan, ia menurunkan airmata dengan mulus di pipinya.
"Berhentilah menangis," titahnya. Ia benar-benar membenci perasaan yang muncul di dalam dirinya di saat ia melihat wanita itu menangis.
Cassandra pun dengan segera mengusap airmata yang mengalir di pipinya karena rasa perih yang ia rasakan.
"A-aku hanya ingin meminta maaf. Aku tadi hanya memberi salam kepadamu untuk menghormatimu sebagai suamiku, itu saja! Aku bukannya menganggap pernikahan kita tidak berarti.... Tentu saja pernikahan kita sangat berarti padaku," jelasnya membuat Arlen sedikit tertegun.
Bagaimana tidak? Istri pertamanya yang kemarin terlihat sangat ketakutan terhadapnya kini berbicara panjang lebar sambil meminta maaf kepadanya.
Entah atas gerangan dan dorongan apa, tangan Arlen kembali terulur menangkup pipi gadis itu dan mengelap bekas airmata yang masih tersisa dengan ibu jarinya.
"Aku memaafkanmu," ucapnya dengan raut datar. Cassandra tampak sedikit terkejut atas perkataannya.
Wanita itu membalas tatapan yang Arlen berikan padanya, hingga akhirnya ia meringis di kala tangan Arlen menyentuh perutnya yang perih. "Akh!"
"Apa perutmu terluka?" tanya Arlen begitu mendengar ringisan yang terlontar dari bibir wanita itu.
Cassandra mengangguk dengan bibirnya yang ia lipat saat menahan rasa perih yang semakin menjadi di perutnya.
Tapi sedetik kemudian Cassandra merasakan tubuhnya melayang di kala kedua tangan Arlen melingkar di punggung dan di belakang lututnya.
"My lor--"
"Berhentilah memanggilku dengan sebutan itu! Panggil aku Arlen," titahnya tak terbantahkan dan seketika membuat Cassandra bungkam.
"B-baiklah... A-arlen...,"entah kenapa Cassandra menjadi sedikit gagu di saat ia menyebutkan nama itu.
Arlen hanya menampilkan raut wajah yang dingin seperti biasa. Pria itu lalu menggendong istri pertamanya tersebut dengan mudahnya seperti mengangkat angin, lalu mengantarnya ke kamarnya.
Dalam perjalanan menuju kamarnya, mereka hanya diam terhadap satu sama lain. Sampai akhirnya, Arlen membuka suara. "Apa yang sebenarnya kau pikirkan saat kau nekat melompat ke jurang?"
Cassandra membeku, apa yang harus ia jawab?
"Apa kau benar-benar membenciku hingga tak tahan hidup bersamaku?"
Bukankah Arlen membenci Cassandra seperti yang tertulis di dalam novel? Lalu kenapa pria tiba-tiba menanyakan hal itu dengan ekspresi yang ia sama sekali tidak ia ketahui?
^^^I Become Wife of the Atrocious Duke^^^
^^^29 Oktober 2020^^^
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!