NovelToon NovelToon

Mengejar Kekasih Masa Lalu

Prolog

Hay semuaaa..untuk membuat cerita ini lebih hidup...jadi aku berikan ilustrasi tokohnya yaaa... it's just for fun guyss...🤗🥳🥳

Clara Ayunda, si gadis ajaib yang mencari cinta masa lalunya.

Verrel Bramantyo, Guru Seni Budaya yang dikagumi Clara.

Kevin Anggoro, salah seorang teman Clara dari American High School.

Caroline Stephanie Richard, teman hantu Clara.

Devan Angkasa, pemuda sukses kaya raya.

Burhan Sasmito, Ayah Clara Ayunda.

Cerita di mulai🥳🥳🥳

***********

Seorang gadis berwajah oval dengan rambut panjang lurus sepinggang dan kulit putih bersih duduk di atas kasurnya sambil bersila.

Clara Ayunda namanya, gadis berusia 17 tahun yang sangat menyukai dunia supranatural itu sedang melakukan meditasi di dalam kamarnya yang berukuran besar.

Ia adalah seorang putri konglomerat tersohor dan juga pewaris tunggal satu-satunya. Ayahnya merupakan pemilik dari lima bank terkemuka dan juga memiliki 100 perusahaan besar yang bergerak di bidang jasa.

Malam itu hampir setengah jam lamanya Clara bermeditasi untuk membuang segala kepenatan, tiba-tiba sesosok putri bergaun kebaya hijau dengan selendang yang disangkutkan di pergelangan tangannya menghampiri gadis berambut panjang itu.

“Tuan Putri…” ucap perempuan bergaun kebaya tersebut, memanggil lembut Clara yang masih memejamkan matanya.

Perlahan-lahan Clara membuka kelopak matanya, dilihatnya Putri tersebut telah tersenyum manis di hadapannya.

“Iya, ada apa ke sini Roro?” tanya Clara dengan tenang.

“Eyang Jalu memintaku kesini, beliau mengatakan agar Tuan Putri segera masuk ke lorong antar dimensi,” sahut perempuan cantik yang memiliki panggilan Roro tersebut.

“Untuk apa? bukannya dua minggu yang lalu aku juga sudah masuk ke sana?” heran Clara.

Roro pun tersenyum kembali.”Eyang bilang sudah saatnya kepingan masa lalu Tuan Putri dikumpulkan. Eyang ingin Tuan Putri melihat kejadian sebenarnya, karena ada misi khusus yang akan diberikan untuk Tuan Putri.”

Gadis yang sedang memakai baju piama tidur itu pun terdiam. Ia memang sedari dulu sangat ingin mengetahui keseluruhan kepingan masa lalunya yang menghilang itu, dengan senyuman simpulnya Clara menjawab,”baiklah. Ayo kita pergi.”

Tangan putri cantik berkebaya hijau itu pun lalu mengeluarkan cahaya kearah tembok kamar dan seketika muncul sebuah lubang menganga yang menyilaukan. Clara dan Roro pun kemudian berjalan memasuki lorong bercahaya tersebut dan menghilang.

~Pangeran Kaliatu dan Putri Sekar Wangi~

Tahun 1331 setelah masehi. Zaman dimana masih banyak istana kerajaan yang berdiri kokoh dengan rakyatnya yang sebagian besar masih bekerja sebagai pengolah hasil kekayaan alam, tersebutlah sebuah istana kerajaan bernama Wirosari.

Kerajaan indah yang terletak di dekat sungai kecil beraliran tenang dan hutan yang masih asri tersebut dipimpin oleh seorang Raja berperawakan tinggi besar yang sangar dan sangat ditakuti oleh rakyatnya, namanya Sugriwo.

Raja Sugriwo memiliki seorang putra bernama Kaliatu. Pemuda yang kini berusia 20 tahun itu tumbuh menjadi sosok laki-laki tinggi, gagah, dan tampan yang banyak dilirik oleh para Putri dari istana kerajaan lain, akan tetapi Pangeran Kaliatu tetap tidak tertarik kepada mereka, karena ia telah menjalin hubungan dengan Putri Sekar Wangi. Seorang putri cantik yang merupakan keturunan dari Raja Wijaya, musuh sang Ayahanda.

“Tidak akan pernah kurestui hubunganmu dengan keturunan Raja Wijaya itu!! dia lahir dari rahim seorang selir dan juga keturunan dari musuhku!!!” bentak Raja Sugriwo kepada Pangeran Kaliatu dengan tatapan yang tajam.

“Ayahanda. Apapun yang terjadi aku akan tetap menikah dengan Putri Sekar!” sahut Pangeran Kaliatu dengan tegas. Raja Sugriwo menjadi sangat geram mendengar ucapan sang Pangeran yang akan menjadi pewaris tunggal kerajaannya tersebut.

“Jika kau masih seperti ini. Lihat saja apa yang akan ku lakukan pada kalian berdua!” ancam sang Raja. Pangeran Kaliatu nampak tidak peduli, ia sangat kesal dan segera berjalan menjauh keluar istana.

“Sekar, apapun yang terjadi aku akan menikahimu,” batinnya. Ia terus berjalan keluar hingga langkah kakinya terhenti di depan sebuah kandang kuda milik kerajaan. Ia lalu berjalan mendekati seekor kuda gagah berwarna hitam legam dan kemudian melepaskan ikatan kuda tersebut. Tubuh tinggi tegapnya itu dengan mudah langsung menaiki kuda berukuran besar itu.

“Hai Jarwo, ayo kita pergi menemui Sekar,” ucap Pangeran Kaliatu sambil mengelus bagian atas kepala kudanya tersebut. Pangeran Kaliatu pun kemudian dengan sigap menjalankan kudanya dan pergi keluar istana, menerobos pintu gerbang kerajaan.

Melihat sang Pangeran yang keluar terburu-buru menaiki kudanya, seorang pengawal istana kemudian melaporkan hal tersebut kepada Raja Sugriwo. Mengetahui hal tersebut sang Raja pun kaget dan langsung terperanjat dari singgasananya yang besar itu.

“Apa!!! kurang ajar sekali Kaliatu! dia benar-benar melanggar titahku!” ucap sang Raja yang terlihat sangat marah itu.

“Cetho, Walang, Atmo, Bara, Suto. Malam ini setelah kunang-kunang emas terlihat, datanglah ke ruang bawah tanah. Ada tugas untuk kalian,” titah sang Raja kepada para abdi dalamnya.

“Baik Raja,” sahut kelima abdi dalam tersebut.

********

Di pinggir air terjun yang berada di tengah hutan, Putri Sekar Wangi duduk dengan anggun pada sebuah batu besar. Ia menggunakan gaun indah berwarna putih dan mahkota berkilauan yang membuatnya semakin cantik.

“Sekar,” panggil Pangeran Kaliatu dari arah belakangnya. Sekar pun menolehkan kepalanya, ia tersenyum bahagia melihat kedatangan pemuda yang sangat ia cintai tersebut.

“Sekar, apa kau merindukanku?” tanya sang Pangeran menatap penuh cinta perempuan cantik berambut hitam panjang itu. Sekar menggangguk, “tentu aku merindukanmu, ingin rasanya setiap hari aku melihat rupamu, Pangeran…” sahutnya dengan lembut.

Pangeran Kaliatu menatapnya dengan serius sambil memegang kedua tangan lembut sang Putri.“Sekar aku berjanji padamu, bagaimanapun juga cinta kita akan bersatu, aku pasti akan menikahimu.”

Mendengar hal tersebut Putri Sekar Wangi tersenyum lega. Di depan air terjun yang mengalir deras, diiringi riangnya tanaman bunga dan pepohonan, cinta mereka tumbuh semakin kuat.

*********

Malam semakin larut, rembulan terlihat cerah sepenuhnya. Suara jangkrik dan binatang malam lainya terdengar saling bersahut-sahutan. Terlihat Raja Sugriwo dan kelima abdi dalamnya berjalan pelan melewati setiap lorong istana untuk menuju ke ruang bawah tanah.

Joyo yang merupakan pengawal setia Pangeran Kaliatu, tidak sengaja melihat sang Raja dan para abdi dalamnya tersebut berjalan. Ia merasa ada yang tidak beres dengan mereka, bermodal sebuah firasat yang tidak tenang, Ia pun mengendap-endap membuntuti mereka berlima.

“Segera culik Putri Sekar Wangi dan kemudian bakar dia hidup-hidup!” titah Raja Sugriwo kepada para abdi dalamnya yang telah berada di dalam ruang bawah tanah.

“Apa! Tuan Putri akan dibunuh!” batin Joyo. Ia pun kemudian langsung berlari secara perlahan menuju kamar sang Pangeran Kaliatu.

Di depan kamar sang Pangeran sudah ada dua pengawal lain yang berdiri menjaga pintu masuk dengan tombak yang mereka pegang di kanan dan kirinya.

“Tok. Tok. Tok.”

Joyo mengetuk pintu kamar sang pangeran yang memiliki ornamen-ornamen unik itu dengan terburu-buru. Pangeran Kaliatu yang mendengar ketukan tersebut pun lalu segera membuka pintu kamarnya.

“Ada apa Joyo?” tanya Pangeran kaliatu yang nampak terheran-heran, karena tidak biasanya pengawal setianya ini mengunjungi dirinya begitu larut.

“Tu…tuan, ada hal penting…” ucap Joyo terbata-bata. Dari wajahnya nampak mengeluarkan keringat yang cukup banyak.

Pangeran Kaliatu merasa ada sesuatu yang tidak beres pada pengawalnya tersebut, ia pun lalu meminta Joyo untuk masuk dan memerintahkan kedua pengawal yang berjaga di depan pintunya itu untuk pergi sebentar.

“Ada apa Joyo? kenapa kau terlihat gugup seperti itu?” tanya Pangeran Kaliatu kepada Joyo yang sudah berada di dalam kamarnya yang luas tersebut.

“Pangeran harus segera pergi menemui Tuan Putri Sekar, Ayahanda Pangeran memerintahkan lima abdi dalamnya untuk menculik Tuan Putri dan membunuhnya malam ini juga!” ucap pria yang sudah memiliki sedikit uban di rambutnya itu dengan ekspresi tegang.

“Apa!!!!! biadab!!!” Pangeran Kaliatu sangat kaget mendengar hal tersebut. Kulit putih bersih di raut wajahnya kini berubah menjadi merah padam, matanya melotot dengan kedua tangan yang ia kepal dengan sangat erat.

Ia pun tanpa pikir panjang segera mengambil kain hitam untuk menutupi kepala dan wajahnya dan berlari keluar menuju kandang kuda. Meninggalkan Joyo yang masih berdiri kebingungan di dalam kamarnya, saat sudah di luar dengan sigap Pangeran Kaliatu segera menaiki kuda kesayangannya dan kemudian bergegas pergi.

Selama perjalanan melewati desa dan hutan. Pangeran Kaliatu tidak bisa berhenti memikirkan perempuan yang ia cintai tersebut, ini adalah pertama kali di dalam hidupnya merasakan ketakutan yang amat parah.

“Tidak akan kubiarkan siapapun melukaimu Sekar,” batinnya.

Sesampainya di desa condo asih tempat wilayah kerajaan Moropati berkuasa. Pangeran Kaliatu melihat kegaduhan. Banyak prajurit kerajaan yang menaiki kuda terlihat pergi keluar desa dengan terburu-buru, seluruh warga yang seharusnya telah tertidur malam itu pun nampak keluar dari rumah mereka masing-masing dan saling berbicara satu sama lain.

Pangeran Kaliatu kemudian mencoba menguping pembicaraan mereka.

“Kasian sekali Tuan Putri. Aku harap penculik itu segera ditangkap,” ucap salah seorang warga yang berdiri tidak jauh dari posisinya.

Ternyata kelima abdi dalam sang Ayahanda telah lebih dahulu mendahulinya, mendengar hal itu Pangeran Kaliatu langsung bergerak cepat menaiki kudanya kembali. Ia kemudian mengikuti prajurit kerajaan lewat jalur bawah hutan agar tidak diketahui.

Cukup lama mereka pergi, akhirnya para pengawal kerajaan beserta Raja Wijaya berhasil mengepung kelima abdi dalam kerajaan Wirosari. Di atas kuda salah satu abdi dalam tersebut, terlihat tubuh Putri Sekar Wangi terikat dari mulut, tangan, hingga kedua kakinya.

“Hey kau! lepaskan putriku!” teriak Raja Wijaya yang masih berada di atas kudanya. Kelima abdi dalam yang menutup mulut mereka menggunakan kain hitam itu pun lalu membuka penutupnya.

”Hah!! Cetho, Walang, Atmo, Bara, Suto. Tega sekali mereka melakukan ini,” batin Pangeran Kaliatu yang mengintip dari balik pohon besar yang sedikit jauh dari para prajurit.

“Hahahah! tidak akan! Putrimu telah menggoda Pangeran kami, oleh karena itu dia pantas mati!!”

“Biadab!!! bunuh mereka prajurit!!!” ucap Raja Wijaya yang kemudian maju di paling depan untuk menyerang para abdi dalam Kerajaan Wirosari tersebut, saat Raja Wijaya dan para prajuritnya telah bersiap menyerang dengan tombak tajam di tangan mereka masing-masing.

Tiba-tiba saja dari arah berlawanan datanglah segerombolan prajurit lain yang nampak asing, di depan mereka terlihat ada Raja Sugriwo yang menenteng tombak emas kebanggannya.

“Sekali kalian semua maju, tubuh kalian semua akan langsung melebur menjadi debu!!” ucap Raja Sugriwo dengan nada tinggi di atas kuda besar hitam miliknya.

“Jangan dengarkan dia prajurit!!! bunuh mereka semua!!!” ucap Raja Wijaya meneriaki para prajurit yang ada di belakangnya. Mereka pun dengan gagahnya melajukan kuda mereka kembali untuk menyerang seluruh orang kerajaan Wirosari yang ada di hadapan mereka.

Raja Sugriwo yang melihat seluruh orang kerajaan Moropati mendekatinya itu pun lalu mengangkat tombak emasnya ke atas dan kemudian menjulurkan tombak emas tersebut kedepan tubuhnya, seolah ingin membidik.

Benar saja apa yang diucapkannya, sekali bilasan angin. Seluruh orang dari kerajaan Moropati itu langsung melebur tak bersisa termasuk Raja Wijaya.

“Hahahah!!!!!” tawa Raja Sugriwo dengan lantangnya. Ia kemudian membalikkan kudanya ke arah Putri Sekar Wangi.

“Ayahanda!! hentikan kejahatan ini!!!” teriak Pangeran Kaliatu sambil menunggangi kudanya. Mendengar teriakan itu, Raja Sugriwo lalu membalikkan kudanya kembali.

“Kau!!” ucap sang Raja yang nampak kaget melihat sang putra ada di hadapannya.

“Apa yang telah kau lakukan Ayahanda! Kau bunuh semua orang!” teriak Pangeran Kaliatu dengan sangat marah.

“Aku membunuh mereka karena telah menghalangiku!! Jika kau juga menghalangiku, aku tidak segan-segan untuk menghabisimu seperti mereka!! dengar kau Kaliatu aku sudah tidak peduli lagi dengan hubungan darah ini!!!” bentak Sang Raja.

Pangeran Kaliatu yang mendengar ucapan pria yang sangat ia segani itu begitu terkejut. Ia tidak menyangka sang Ayahanda tega mengatakan hal tersebut.

“Hey para prajurit! turunkan perempuan sialan itu dan bakar dia!!!” teriak Raja Sugriwo dengan nada tinggi.

“Tidak!!!!” pekik Pangeran Kaliatu. Ia pun lalu melarikan kudanya dengan cepat, untuk mencoba menyelamatkan perempuan yang ia kasihi itu. Melihat sang putra yang mendekat sang Raja pun menjadi naik darah.

“Prajurit! tangkap dia!!!" teriak Raja Sugriwo menunjuk ke arah sang Pangeran. Para prajurit itu pun kemudian menumbangkan kuda Pangeran Kaliatu dan menangkapnya.

“Bakar mereka berdua!!! Aku ingin melihat mereka menderita di akhir hidupnya!!!” ucap Raja yang bengis itu.

Pangeran Kaliatu dan Putri Sekar Wangi pun di ikat pada sebuah pohon besar, dan tiba tiba saja api besar berwarna merah menyala muncul di hadapan mereka dan perlahan-lahan menjalar ke tubuh mereka berdua.

Sebelum api mengerikan tersebut menghabisi mereka. Pangeran Kaliatu dan Putri Sekar Wangi sempat mengucap janji suci cinta mereka berdua sambil berpegangan tangan.

“Aku mencintamu Putri Sekar, suatu hari nanti kita akan bersama lagi,” ucap Pangeran Kaliatu dengan nada yang sudah payah.

Putri Sekar Wangi yang sedari tadi menangis itu pun membalas ucapan sang Pangeran, “Aku pun mencintaimu Pangeran, kita akan bertemu lagi. Aku berjanji akan menemuimu.”

Mendengar hal tersebut Pangeran Kaliatu tersenyum segaris, perlahan-lahan api yang berkobar di tubuhnya itu pun melalap hingga wajahnya dan membuatnya tak terlihat lagi. Bahkan sudah tidak ada suara teriakan apapun lagi darinya, ia wafat.

Tidak lama setelah dirinya wafat, Putri Sekar Wangi pun menyusulnya. Seluruh alam menjadi saksi atas cinta mereka berdua bersama genggaman tangan yang tak pernah terlepas hingga hembusan nafas terakhir.

Clara Ayunda

“Sudahlah Tuan Putri.. jangan menangis lagi…seperti itulah masa lalu Tuan Putri,” bujuk Roro sambil mengusap-usap bagian belakang Clara. Ia mencoba menenangkan gadis yang menginjak kelas dua sekolah menengah atas tersebut.

Clara yang telah masuk ke dalam ruang antar dimensi itu sedari tadi tidak bisa menutupi kesedihannya, ia menangis sesenggukan melihat secara nyata masa lalunya yang begitu menyakitkan tersebut.

“Roro…bawa aku pulang, aku tidak sanggup melihat ini semua..” sahut gadis berambut panjang itu. “Baik Tuan Putri, mari ikut saya menemui Eyang Jalu.” Perempuan cantik berkebaya hijau tersebut kemudian memegang kedua tangan Clara dan memejamkan matanya. Perlahan cahaya putih mengitari dan menutupi tubuh mereka, tidak lama kemudian kedua perempuan itu pun menghilang.

“Clara, duduklah di sini.” Suara lembut seorang pria terdengar begitu halus menyapa telingannya. Perlahan kelopak matanya pun mulai membuka. Ia melihat dirinya sudah berada di sebuah ruang kosong yang semuanya serba putih.

Di depannya tampak berdiri sesosok pria tua berjanggut, berpakaian serba putih dengan tongkat bercahaya tersenyum lembut padanya, “Eyang..” ucap Clara.

Ya, dialah Eyang Jalu. Salah satu jin penjangga yang Clara kenal sejak dirinya masih sangat kecil.

“Ada apa Eyang?” tanya Clara dengan tenang.

“Clara cucuku, dirimu sudah melihat semua yang terjadi pada masa lalumu dan aku tau bahwa kehidupanmu nantinya akan lebih sulit dibanding itu. Aku harap kamu mau mendengar nasehatku ini. Pangeran Kaliatu telah reinkarnasi sebelum kau dilahirkan dan kini ia sudah tumbuh melebihi usiamu. Di dalam jiwanya selalu mencari sosok dirimu cucuku, namun dia terlahir dengan tidak memiliki kemampuan khusus sepertimu. Sehingga dia tidak akan bisa mengenalimu jika bukan kau yang terlebih dahulu mengingatkannya tentang semua masa lalu kalian,” ungkap Kakek yang mengenakan sorban tersebut.

“Benarkah Kek?! aku sudah sejak lama juga mencari dirinya. Apa dia berasal dari Amerika?” tanya Clara dengan antusias.

“Tidak. Dia berasal dari negeri kelahiranmu Indonesia,” sahut sang Kakek dengan serius.

“Begitu ya Kek.. sayang sekali, aku masih tersisa dua tahun lagi disini..” ucap Clara yang seketika menjadi tidak bersemangat.

“Jangan khawatir kau tidak akan lama disini cucuku, sebentar lagi dirimu akan kembali ke tanah kelahiranmu,” lanjut sang Kakek dengan ekspresi yang masih serius.

Clara memang sangat lihai melihat kehidupan masa lalu seseorang, namun itu semua berbanding terbalik dengan kemampuannya untuk melihat masa yang akan datang.

“Syukurlah kalau begitu Kek, oh ya. Roro bilang Kakek ada misi untukku?” tanya Clara.

“Itulah misi pertamamu. Jika kau sudah menemukan reinkarnasi dari Pangeran Kaliatu dan berhasil membuatnya mengenal siapa sebenarnya dirimu, barulah akan ada misi selanjutnya,” terang sang Kakek dengan tenang. Clara pun mengangguk paham.

Kakek berjubah putih tersebut lalu tersenyum lembut kepadanya dan tidak lama kemudian dengan sekejap ia langsung menghilang.

“Tuan Putri mari kita pulang,” ajak Roro.

“Kamu pulang saja Roro. Aku akan pulang sendiri,”sahut Clara. Roro pun mengiyakan perintahnya. Mereka berdua kemudian menyatukan kedua telapak tangan mereka masing-masing dan menghilang secara bersamaan.

**********

Kring!!!!

Bunyi alarm terdengar begitu keras. Tak terasa langit yang kemarin masih terlihat menghitam kini telah berganti menjadi benderang. Gadis cantik berambut panjang bernama Clara Ayunda itu pun seketika menggeliat dan membuka netranya yang masih sedikit mengabur itu.

“Oh, udah pagi,” gumamnya dengan pandangan yang masih belum fokus sambil menyibakkan selimut yang menempel di tubuhnya.

“Good morning, Clara!” sebuah suara penuh semangat terdengar dari arah samping tempat tidurnya. Clara pun menengokan kepalanya ke arah suara tersebut.

“Morning Caroline..” sahut Clara dengan nada lembut.

Caroline Stephanie Richard adalah arwah gentayangan yang sudah berteman dengan Clara selama dua tahun ini, berawal dari seringnya Clara melihat hantu perempuan berambut pirang ini menangis sendirian di taman dekat sekolahnya setiap sore, hal itu membuatnya menjadi sering mengobrol dengan Caroline dan akhirnya mengajak hantu perempuan berdarah eropa tersebut untuk tinggal bersamanya di rumah mewah miliknya.

“Let’s go to the school !” seru Caroline dengan sangat semangat.

“Udah ah, ngomong bahasa Indonesia aja Caroline,” pinta gadis berambut panjang hitam lurus tersebut. Caroline pun terdiam, ia memejamkan matanya dan setelah itu beribacara dengan bahasa yang diminta Clara.

“Ayo ke sekolah Clara!” seru Caroline sambil mencoba menarik tangan Clara. Meskipun sebenarnya ia tetap tidak bisa melakukan itu.

“Iya iya..”Clara pun bangun dari tempat tidurnya dan berjalan dengan lambat menuju kamar mandi.

“Hey jangan malas-malasan!! sekolah itu penting! seandainya aku masih hidup, aku pasti akan sangat bersemangat setiap kali ke sekolah,” ucap Caroline yang meninggal karena dibunuh sang kekasih saat seusia Clara.

“Ya udah. Aku mau mandi, makan, trus berangkat. Kalau kamu mau ikut ke sekolah, masuk aja langsung ke dalam mobil.” Caroline pun menghentikan jalannya yang tidak menapak itu. Ia lalu terbang ke arah parkiran mobil.

Dua puluh menit kemudian…

Clara telah selesai membersihkan seluruh tubuhnya. Tiba di ruang makan, ia melihat beberapa pelayan perempuan telah berjejer rapi di dekat meja makannya dengan senyuman ramah. Mereka menggunakan seragam sampai ke bawah lutut dengan dresscode hitam, putih.

“Selamat pagi Nona, hari ini sarapan paginya kami membuatkan steak dan segelas susu panas untuk Nona,” ucap salah seorang pelayan perempuan sambil mempersilahkan Clara untuk duduk.

“Iya makasih, kalian sudah makan?” tanya Clara penuh perhatian. Meski ia putri seorang konglomerat, dirinya tetap bisa berbaur dengan siapapun.

“Belum Nona,” jawab pelayan tersebut kembali.

“Ya sudah makan dulu ya, nggak usah nungguin aku,” perintah Nona muda tersebut yang sudah duduk di depan meja makannya.

Para pelayan muda yang berjumlah tujuh orang itu pun lalu menganggukkan kepala mereka dan pergi beriringan menuju dapur rumah yang mewah itu.

Selesai menyantap sarapan yang dihidangkan untuknya. Clara langsung berjalan menuju mobil mewah miliknya. Di depan mobilnya sudah ada dua orang bodyguard berjas hitam dan berkaca mata hitam yang siap mengawalnya. Melihat Clara berjalan semakin dekat, salah satu bodyguard itu pun dengan sigap membuka pintu mobil mewah tersebut.

“Selamat pagi Nona,” ucap bodyguard tersebut. Clara pun tersenyum dan membalas ucapan bodyguard-nya yang bertubuh sangat tinggi itu, “selamat pagi Pak Dimas,” sahut Clara sambil tersenyum ramah. Ia lalu masuk ke dalam mobilnya dan duduk di kursi belakang. Di samping tempat duduknya sudah ada Caroline yang sedari tadi menunggu kedatangannya.

“Hey lama sekali,” ucap hantu perempuan bergaun putih itu. Clara hanya menjawabnya dengan senyuman segaris.

“Jalan Pak,” ucap Clara kepada sopirnya.

Mobil pun dikemudikan dengan kecepatan sedang. Di belakang mobilnya sudah ada mobil para bodyguard-nya yang berwarna hitam mengikuti secara pelan.

Hampir 20 menit dalam perjalanan, tibalah ia di sekolahnya. Sebuah sekolah menengah atas yang sangat mewah, berwarna dasar putih perak dengan halaman yang begitu luas dan gedung bertingkat-tingkat.

Nampak mobil-mobil mewah kelas atas, keluar masuk dari dalam sekolah tersebut. sekolah itu bernama American International High School, sekolah untuk kaum elite di negeri adidaya, sekaligus sekolah untuk para siswa-siswi seluruh dunia yang menerima beasiswa berprestasi.

Mobil Clara yang berwarna putih mengkilap itu berhenti di depan gerbang sekolah, ia pun lalu segera turun dari mobilnya. Sementara Caroline, ia langsung menembus pintu mobil tersebut.

Melihat Clara telah keluar dari mobil, sang sopir pun segera pergi menjauh dari posisi gadis cantik bertubuh sedang itu. Sedangkan para bodyguard-nya yang kini bertambah menjadi empat orang tersebut berdiri menjaganya dari kejauhan.

Clara pun mulai berjalan masuk, dengan rambut terurai panjang, lipstick tipis yang menempel pada bibir kecilnya, serta seragam berwarna biru dan rok hitam diatas lutut. Membuat aura kecantikannya semakin terpancar. Seperti biasa, setiap kali ia berjalan. Sangat banyak pemuda lintas benua di sekolahnya yang terpaku memandang parasnya.

“Look {lihat}!”

“Hey Cuty {hey imut}!"

“My Angel.. {bidadariku} Come to me..{datanglah kepadaku}..."

“Hay Clara. Apa kabar?” ucap para pemuda-pemuda yang berasal dari bermacam-macam ras tersebut, dan seperti biasa pula Clara hanya membalas mereka dengan senyuman manisnya.

“Oh, God..{Oh, Tuhan} I’m dying..{mati aku}!" ucap salah seorang pemuda berambut pirang yang melihat senyumannya.

Selama ini ia memang tidak bisa tertarik dengan pria manapun, bukan karena dirinya tidak normal, akan tetapi semenjak usianya yang menginjak 12 tahun, ia sudah mengetahui bahwa cinta sejatinya adalah Pangeran Kaliatu. Cukup aneh memang, tapi itulah Clara Ayunda. Gadis cantik dan ramah yang sangat tidak peduli dengan cinta selain cinta dari masa lalunya.

Sebuah Kabar

Clara duduk di bangkunya yang berada di paling depan. Ia menaruh tas slempang berwarna hitamnya di sisi bangku. Tiba-tiba suara keras seorang perempuan mengagetkannya dari belakang.

“Clara!” seru Reva sambil menepuk bagian pundaknya. Gadis berkulit sawo matang dengan rambut ikal sebahu ini merupakan salah satu teman setanah airnya yang juga berasal dari kalangan keluarga berada. Ayahnya Reva adalah salah satu pemilik perusahaan kelapa sawit terbesar di Indonesia.

“Eh! ngagetin banget deh kamu Rev…” sahut Clara yang sedikit terganggu dengan sikap temannya itu.

“Heheh, maaf ya. Sore ini kamu mau kan gabung di ekskul musik gitar? udah aku daftarin lo Clara..” tukas Reva.

“Haduh, kenapa di daftarin sih. Kan aku paling nggak bisa main musik. Kebiasaan deh kamu ini, dulu daftarin aku jadi pemain opera, sekarang gitar.” Clara nampak sebal, terlihat kedua alisnya saling bertautan.

“Cobain dulu ih! nggak ada salahnya juga. Lagipula Kevin juga ikut lo..” rayu temannya yang memang sangat bawel itu.

“Emang kenapa kalau Kevin ikut? aku nggak ada urusannya,” sambung Clara.

“Dia itu cowok Indonesia yang paling tampan disini lo. Bayangin aja Song Hye Nam, sama Jih Yoon aja suka sama dia. Padahal kan mereka termasuk yang paling cantik di sekolah ini selain kamu..” ungkap Reva dengan menggebu-gebu.

Belum selesai pembicaraan mereka berdua. Miss Miranda, pengajar Matematika mereka masuk dengan gayanya yang rapi. Ia berjalan menuju mejanya.

“Hello..Good Morning Everybody..”ucap perempuan muda bertubuh semampai dengan kulit khas orang barat itu.

“Good Morning Miss..” sahut seluruh siswa-siswi di dalam kelas yang berukuran besar dan penuh dengan peralatan mahal tersebut.

“Pardon me Miss. May I come in {maafkan aku Nona, boleh aku masuk}?” ucap Kevin Anggoro, pemuda sekelas Clara yang diceritakan Reva barusan.

“Sure. Don’t be late again next time.Ok {tentu. Jangan terlambat lagi nanti}?”

"Ok miss," Kevin pun berjalan masuk dengan menenteng tas ranselnya. Sekilas ia memandang Clara dengan tatapan terkesima.

Kevin duduk di dekat gadis berambut panjang itu dan hanya satu buah kursi saja yang memisahkan mereka.

**********

*istirahat*

"Clara! tunggu!" seru Reva yang mengejar Clara menuju kantin. Clara pun lalu membalikkan badannya. Menengok ke arah temannya itu.

"Lama banget sih, aku kan udah lapar. Rev," gerutu gadis berambut panjang itu.

"Hehe.. maaf, tadi ngobrol sama Kevin. Dia nyariin kamu tadi." Clara memandang aneh.

"Ngapain?" sahutnya sambil menaikkan sebelah alisnya.

"Tau. Kangen kali. Hahaahah!" kelakar Reva si gadis periang. Ia pun berlari mendahului Clara.

"Heyyy tunggu!" seru Clara yang kemudian mengejar temannya tersebut.

Setelah mengambil makan siang dari kantin. Mereka berdua pun mengambil tempat untuk menyantap hidangan sehat yang terdiri dari ikan salmon, ayam goreng, dan salad buah serta sayur tersebut. Mereka duduk di luar kantin, dekat dengan taman.

"Hey boleh gabung?" seorang pemuda tampan dengan senyuman menawan tiba-tiba saja duduk di hadapan mereka.

"Kevin.." ucap Clara yang sedikit kaget melihat teman sekelasnya itu menyapanya, memang Kevin adalah laki-laki yang sedikit cuek. Sehingga Clara sangat jarang bertegur sapa dengannya.

"Boleh kan?" tanya Kevin menatap dalam dirinya.

"Boleh banget!" sahut Reva secara tiba-tiba. Kevin pun tersenyum.

"Syukurlah.. aku nggak dapat tempat di dalam. Jadi aku disini aja," tukas Kevin.

"Clara. Dia naksir kamu tu, liat nggak aura dia warnanya pink," bisik Caroline di samping Clara.

Gadis manusia itu lalu menjawab teman hantunya tersebut dengan ucapan batin.

"Iya tau kok.. udah lama dia suka," sahutnya dengan mulut yang tetap tertutup.

"Aura Pink-nya besar banget Clara. Naksir berat sama kamu kayanya," celetuk Caroline lagi.

"Iya iya tau kok."

Saat mereka sedang asik menyantap hidangan yang tersaji..ponsel Clara tiba-tiba berdering.

...Never mind i find someone like you......

..._Ringtone_...

"Hallo Ayah."

"Hallo sayang. Ayah mau ngasih tau. Dua hari lagi kamu akan pulang dan bakalan pindah sekolah disini. Nanti orang suruhan Ayah yang akan mengurus segala kepindahan kamu."

"Beneran Yah!!"

"Iya. Kok kamu senang? Ayah pikir bakal sedih."

"Nggak lah Yah. Mau pulang ke negeri sendiri masa sedih sih."

" Oh ya, baguslah kalau begitu..Ayah tunggu kamu. Ada hal penting yang mau Ayah bicarakan saat kita ketemu nanti."

"Ok Yah. See ya.."

Clara lalu menutup telponnya dengan wajah sumringah. Ia langsung memeluk Reva yang sedang serius menyantap makanannya.

"Aku bakalan pindah sekolahh!!" riangnya. Reva pun tersentak kaget dan berhenti menyuap makanan yang sudah ia pegang di sendoknya tersebut.

"Kok kamu senang sih pindah sekolah? persahabatan kita gimana Clara?" sahut Reva yang ekspresinya berubah menjadi sendu.

"Tentu saja kita masih bersahabat Reva, kamu gimana sih," santai Clara.

"Kapan kamu pindah Clara?" tanya Kevin yang terlihat serius.

"Dua hari lagi.." singkat Clara.

"Oh...." ucap Kevin dengan cueknya.

Ia kemudian menyantap makanannya kembali. Clara dan Reva merasa bingung dengan sikap pemuda aneh yang ada di hadapan mereka tersebut. Akan tetapi mereka tetap mengabaikannya.

"Jangan lupa nanti langsung Vc-an ya, kalo udah sampai!"

"Siap deh," sahut Clara yang terlihat benar-benar tersenyum bahagia itu. Ia merasa sebentar lagi akan bertemu dengan Pangeran impiananya tersebut.

*********

Malam harinya, Clara mempersiapkan beberapa pakaian yang akan dibawanya pulang. Tiba-tiba sebuah suara lembut memanggilnya diiringi ketukan dari arah pintu kamar.

"Nona...permisi..."

"Iya...." sahut Clara yang kemudian berjalan menuju pintu dan kemudian membukannya.

"Eh, Maya.." sapa Clara.

"Nona.. saya dengar dari Pak Dimas dan Pak Rudi. Nona mau pindah ke Indonesia lagi?" tanya pelayan muda yang berusia sekitar 25 tahun tersebut.

"Iya.. hari minggu ini aku bakal pulang," sahut Clara dengan tenang.

"Boleh saya membantu Nona?"

"Boleh aja.. masuk sini.."

Mereka kemudiaan memasuki kamar Clara yang super mewah, ala hotel berbintang lima tersebut.

"Nona... ini tadi ada kiriman dari teman laki-laki Nona," ucap pelayan tersebut sambil menyodorkan kado berukuran kecil.

"Siapa Maya?" tanya Clara heran.

"Nggak tau Nona. Dia bilang kasih aja ke Nona."

Pelayan muda bernama Maya itu kemudian kembali mengemasi barang-barang keperluan Clara.

Clara lalu membuka kado berukuran kecil tersebut. Bungkusan kado berwarna merah hati tersebut ternyata berisi kalung berlian yang amat indah dengan taburan emas putih mewah yang berkilau di sekelilingnya.

Di dalam kado tersebut terdapat sepucuk surat kecil dengan tulisan tangan.

"Hay Clara. Semoga kamu senang dengan hadiah ini. Aku harap kamu selalu menggunakan kalung ini nantinya. Setidaknya kamu bisa mengingat kalau dulu kamu punya teman sepertiku.

by Kevin Anggoro."

Membaca isi surat tersebut membuat Clara tersenyum. Ia kemudian memoto kalung tersebut dan mengirimkannya lewat applikasi chat.

"Terimakasih ya untuk hadiahnya, aku suka sekali.." ucapnya dalam text.

Kevin memang tergolong cuek dengan lingkungan sekitar, tapi tidak kepada Clara. Ia selalu memperhatikan gadis cantik yang memiliki senyuman indah itu setiap saat, bahkan di saat sebelum tidurnya. Foto Clara yang tersimpan di ponselnya selalu menjadi objek terindah baginya.

*******

Dua hari kemudian...

"Hati-hati di jalan Nona, kami pasti akan merindukan Nona. Jangan lupakan kami ya Nona..."

Terlihat seluruh pelayan perempuan muda yang selalu setia menemani Clara di rumah mewah itu sangat sedih. Mereka merasa Clara sangat baik, ia tidak pernah meminta mereka untuk melakukan hal-hal yang aneh atau pun bekerja lembur, malahan sebaliknya jikalau ia sedang tidak sibuk. Ia akan membantu pelayan-pelayannya tersebut.

"Tenang saja. Setiap enam bulan sekali aku pasti kesini untuk menengok kalian.." sahut Clara sambil tersenyum.

"Terimakasih Nona.." jawab para pelayan tersebut yang kemudian memeluk Clara secara bersama-sama.

Tidak lama, Clara pun melepaskan pelukannya. Ia lalu berpamitan.

"Ya sudah aku pamit ya..Bye..." ucapnya sambil melambaikan tangan ke kiri dan kanan.

Ia kemudian masuk ke dalam mobil mewahnya. Di luar kaca jendela mobil sudah ada Reva yang sedari tadi menemaninya.

"Hati-hati ya Clara. Aku pasti bakal kangen. Sekarang aku nggak punya teman buat diajak nongkrong ke rumah makan Nusantara lagi," ucap teman terbaiknya tersebut.

"Iya, aku juga bakal kangen kamu.." sahut Clara sambil memegang erat tangan temannya tersebut.

"Waktunya kita berangkat Nona," ucap salah satu bodyguard yang menghampiri Clara.

"Baiklah kalau begitu, aku berangkat dulu...sampai jumpa..."

Mobil mewah besar berwarna merah yang ditumpangi Clara pun bergerak. Diiringi dua buah mobil bodyguard dibelakangnya.

Di dalam mobilnya. Clara terus melambaikan tangannya kepada Reva, para pelayan, dan beberapa bodyguard yang tertinggal di rumahnya.

Tidak jauh di dekat rumah Clara. Terlihat mobil Kevin terparkir. Sedari tadi ia memperhatikan rumah besar tersebut dari kejauhan ditemani sopir pribadinya.

Ia duduk di kursi belakang penumpang dengan memakai topi, jaket, dan masker penutup dengan harapan perempuan itu tidak mengenalinya.

"Jalan Pak... kita pulang," ucap Kevin setelah melihat mobil Clara pergi.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!