SATYA POV
Satya Efrain Scott.. Aku tidak menyukai nama itu, bahkan aku benar-benar membenci nama itu.
Menurut pendapat orang, nama adalah perwujudan doa. Kedua orangtuaku memberiku nama Satya Efrain Scott. Satya nama yang khusus diberikan oleh Mama yang berasal dari keturunan bangsawan Sunda, Indonesia. Sedangkan Efrain disematkan oleh Daddy yang berasal dari Inggris, diakhiri nama Scott yang merupakan nama keluarga dari Daddy.
Tapi aku begitu membenci nama Satya dan Efrain. Alasan kenapa aku begitu membenci namaku sendiri adalah karena artinya. Satya dan Efrain mempunyai arti yang sama yaitu "setia dan dapat dipercaya". Mungkin kedua orangtuaku berharap aku akan tumbuh menjadi laki-laki yang setia dan dapat dipercaya saat mencintai seorang perempuan, sehingga mereka memilih nama itu untukku.
Harapan mereka memang menjadi kenyataan, aku memiliki hati yang terlalu setia dalam mencintai seorang perempuan. Bahkan aku tidak bisa berhenti mencintai apalagi melupakan seseorang yang sudah lebih dari 2 tahun ini mengisi hatiku.
Aku tahu dan aku sadar, dia tidak akan pernah menjadi milikku. Karena kini dia sudah benar-benar menjadi milik orang lain. Bukan.. Sejak awal dia memang bukan milikku, dan sampai kini pun tetap bukan milikku.
Aku belum pernah mencintai seseorang sedalam ini, bahkan di umurku yang sudah menginjak hampir 28 tahun, aku masih belum pernah terikat dalam suatu hubungan yang serius, meskipun banyak perempuan yang dengan sukarela menghabiskan malamnya bersamaku.
Dulu aku bertekad, untuk tidak akan pernah mencintai seseorang terlalu dalam, meskipun aku terbilang mudah mendekati perempuan. Sejak remaja pun aku sudah berkali-kali berpacaran dengan pergaulan yang dibilang bebas. Tapi tidak ada satu pun yang dapat menyentuh hatiku. Mungkin karena hatiku terlanjur membeku sejak perpisahan kedua orangtuaku.
*************************
FLASHBACK ON
Daddy-ku bernama Hans D. Scott, sedangkan Mama-ku bernama Citra Kusuma. Kedua orangtuaku bercerai saat umurku 10 tahun. Saat itu, aku tidak tahu alasan mereka berpisah. Mereka bahkan tidak pernah bertengkar, keluarga kami baik-baik saja. Aku dan kedua adikku yang bernama Arya dan Lana sama sekali tidak pernah melihat mereka beradu mulut sekalipun. Mereka begitu terlihat saling mencintai dan tidak segan-segan menunjukan kemesraan mereka dihadapanku dan adik-adikku.
Tapi sore itu seakan mimpi buruk yang berubah nyata, Daddy tiba-tiba mengajakku pergi dengan menenteng 1 buah tas besar dan menarik 1 buah koper. Aku lihat Mama menangis begitu keras seolah tidak rela Daddy dan aku pergi, tapi Daddy tetap menarikku dan melangkahkan kakinya tanpa menoleh sekalipun ke arah Mama yang tiba-tiba terduduk di lantai seakan tubuhnya terlalu lemah untuk tetap berdiri.
Aku memberontak hendak menghampiri Mama, tapi Daddy yang mempunyai tubuh dan tenaga yang jauh lebih besar, menyeretku keluar dari rumah dan mendorongku masuk ke dalam mobil. Daddy sekilas melihat ke arah pintu rumah dengan tatapan nanar, dihelanya nafas panjang dengan mata berkaca-kaca. Lalu sesaat kemudian Daddy mengemudikan mobilnya keluar dari gerbang rumah dan menjalankannya dengan kecepatan tinggi.
Selama 2 minggu, aku dan Daddy tinggal di Hotel. Dan selama itu pula, Daddy tidak pernah memberiku izin untuk berbicara dengan Mama, setiap kali Mama menghubungi ponsel Daddy. Namun Daddy memberiku izin berbicara dengan Arya dan Lana, meskipun setiap kali Mama ikut berbicara, maka Daddy akan langsung mematikan ponselnya.
Tidak pernah terbayangkan sama sekali, saat keesokan harinya Daddy mengatakan padaku bahwa Daddy akan membawaku ke Inggris untuk tinggal disana. Aku terkejut dan menangis keras ingin pulang dan bertemu Mama juga adik-adikku. Tapi perkataan Daddy saat itu membuatku berubah pikiran.
"Baiklah, kamu boleh kembali dan tinggallah bersama Mama dan kedua adikmu. Daddy akan kembali ke Inggris dan mati sendirian disana. Sudah tidak ada seorang pun yang peduli dan mencintai Daddy, jadi untuk apa Daddy hidup?"
Hatiku terguncang, tidak mungkin aku meninggalkan Daddy dan membiarkannya terpuruk sendirian. Aku tahu saat ini Daddy begitu sangat sedih. Sering aku melihat Daddy, diam-diam memandangi photo yang dia simpan di dalam dompetnya. Photo Daddy, Mama, aku, Arya dan Lana saat berlibur di pantai dengan senyum bahagia di wajah kami semua.
Aku tahu Daddy begitu merindukan Mama, tapi entah apa yang membuat Daddy enggan untuk kembali. Aku pun tidak berani bertanya. Akhirnya aku pun memutuskan untuk ikut dengan Daddy ke Inggris dan tinggal disana.
Sejak kepindahan kami ke Inggris, Daddy membangun perusahaan kecil. Waktunya dia habiskan untuk bekerja dan mengembangkan bisnisnya. Daddy berangkat bekerja di pagi hari dan pulang hampir dini hari. Sama sekali tidak ada waktu untukku. Tapi sering kali, aku melihat Daddy menangis di ruang kerjanya sambil menatap photo yang sama.
Aku sedih, aku merindukan kebersamaan kami dulu. Daddy, Mama, aku, Arya dan Lana. Tapi Daddy benar-benar memutus komunikasi antara aku dan Mama juga kedua adikku. Aku sangat kesepian. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan dan aku selalu merasa sendiri. Sehingga aku berubah menjadi anak yang sangat nakal dan sering membuat onar di sekolah.
Sejak di Junior High School aku sering bergaul anak-anak pembuat onar di sekolah, kami membuat genk dan menjadi penguasa di sekolah. Aku juga berlatih banyak ilmu beladiri untuk menambah kemampuanku. Hal itu berlangsung sampai aku lulus Senior High School. Aku dan teman-teman dekatku membentuk sebuah genk yang menjadi cikal bakal berdirinya Klan Mafia besar di Inggris.
Aku tumbuh dewasa dengan memiliki karakter yang kuat dan keras. Daddy mulai menyerahkan sebagian perusahaannya padaku saat aku masih berkuliah. Kerja keras Daddy memang membuahkan hasil yang menakjubkan. Hanya perlu waktu 10 tahun sampai akhirnya Daddy bisa memiliki banyak perusahaan besar di berbagai bidang, aku paham duka yang dirasakan Daddy adalah pemicu dari semangatnya untuk sukses sampai sejauh ini.
Aku pun tidak ingin menyia-nyiakan kerja keras dan air mata Daddy dalam membangun kerajaan bisnisnya. Aku begitu fokus dan serius dalam mengembangkan perusahaan, dan aku bisa berbangga hati, saat Daddy puas dengan usahaku selama ini.
Setelah 3 tahun memegang dan memajukan beberapa perusahaan Daddy di usiaku yang memasuki 23 tahun, aku mulai meminta orang-orang kepercayaanku untuk mencari keberadaan Mama, Arya dan Lana yang berada di Indonesia. Berkat uang dan kekuasaanku sebagai pengusaha besar dan juga Ketua dari salah satu Klan Mafia terkuat di Inggris, membuat usahaku untuk menemukan keberadaan Mama dan kedua adikku berjalan dengan lancar dan cepat. Mereka ternyata masih tinggal di kota yang sama meskipun sudah pindah rumah.
Betapa bahagianya aku, saat Larry sahabat sekaligus orang kepercayaanku menyerahkan data-data keluargaku yang juga berisi photo kegiatan dan nomor kontak mereka. Rasa rinduku yang aku tahan selama 13 tahun, akhirnya bisa aku luapkan.
Hal yang pertama yang aku lakukan adalah menghubungi Arya. Aku begitu merindukan Adik yang umurnya berbeda 5 tahun denganku itu, aku menahan diriku untuk menghubungi Mama dan Lana karena aku khawatir dengan reaksi mereka. Perasaan perempuan lebih rapuh dan lembut, aku tidak ingin memberikan guncangan hebat untuk mereka berdua. Karena itulah aku lebih dulu menghubungi Arya. Sebelum nanti, suatu saat aku akan menemui mereka secara langsung.
Aku memencet nomor ponsel Arya yang diberikan Larry, jantungku berdetak cepat saat menunggu panggilan teleponku diangkat oleh Arya.
"Hallo.. Siapa ini?"
Pertanyaan pertama yang aku dengar membuatku terkesima. Adik kecilku yang masih berusia 5 tahun dengan suara cempreng saat berpisah denganku, kini tampaknya sudah tumbuh menjadi seorang laki-laki berusia 18 tahun bersuara berat.
"Hallo Arya.. Bagaimana kabarmu?"
"Hmm, aku baik.. Ini siapa?"
Arya bertanya kembali dengan nada bicara yang sedikit menuntut, sedangkan Satya sedikit ragu untuk mengatakan siapa dirinya.
"Aku.. Aku Satya.."
"Apaaa?? Apa benar ini Kak Satya? Kakak kandungku?"
Arya yang sedikit berteriak namun dengan nada bicara yang jelas terdengar bahagia, tidak sadar menarik lengkung indah di sudut bibir Satya.
"Iya benar, aku Satya Efrain Scott kakak kandungmu."
"Kak Satya.. Aku sangat merindukanmu Kak.."
Arya tiba-tiba menangis, entah kenapa perasaannya begitu yakin kalau yang saat berbicara dengannya adalah benar-benar kakak kandungnya. Meskipun dia belum bisa memastikannya.
"Kakak, pulanglah.. Mama dan Lana pasti senang saat aku memberitahu mereka kalau Kakak menghubungiku."
"Arya.. Jangan katakan apapun pada Mama dan Lana. Cukup kita berdua yang berkomunikasi. Aku ingin kamu menjaga mereka untukku. Saat ini Daddy pun tidak tahu kalau aku mencari kalian dan juga menghubungimu. Biarlah hal ini menjadi rahasia kita untuk sementara ini."
"Tapi Kak.. Mama dan Lana begitu merindukanmu. Mereka pasti bahagia, jika Kakak bisa menghubungi mereka juga."
"Aku juga merindukan mereka, tapi sekarang belum saatnya. Nanti aku akan menemui mereka secara lamgsung, namun tidak saat ini."
"Baiklah.."
Sejak saat itulah, Arya dan Satya berkomunikasi dan saling bertukar kabar mengenai Mama, Lana dan juga Daddy sampai 2 tahun berjalan.
Satya dan Arya tidak pernah bosan saling bercerita hampir setiap hari meskipun jarak memisahkan. Media komunikasi yang semakin canggih, membuat mereka sama sekali tidak kesulitan untuk berbagi kabar. Tidak hanya itu saja, Satya selalu menceritakan tentang bisnisnya yang kini semakin berkembang, sedangkan Arya menceritakan kuliahnya yang semakin sibuk sekaligus perempuan yang saat ini sedang diincarnya untuk dijadikan kekasih. Mereka berdua tidak hanya berperan sebagai saudara kandung, tapi juga sahabat yang bisa diandalkan saat suka maupun duka.
Namun tiba-tiba dunia seakan runtuh dan memporak-porandakan semua harapannya untuk kembali bahagia bersama orangtua dan adik-adik yang sangat disayanginya, saat Larry mengabarkan satu berita yang tidak pernah ingin didengarnya.
"Boss.. Arya meninggal di sirkuit balapan liar."
FLASHBACK OFF
************************
2 tahun setelah kematian Arya..
Satya memegang nisan bertuliskan nama adiknya, dengan kepala tertunduk. Air matanya tidak bisa lagi dia bendung karena kesedihan itu kembali menguar dari dalam hatinya yang belum sembuh.
"Arya.. Tugasku sudah selesai, orangtua kita sudah kembali bersatu. Kesalahpahaman diantara mereka sudah berhasil diselesaikan. Vara juga sudah mengikhlaskan kamu, kamu tahu kan kekasihmu yang selalu kamu bangga-banggakan padaku setiap kali kita bercerita, kini sudah menikah lagi dan memiliki 2 orang anak kembar yang sangat lucu. Kamu juga tahu, aku begitu mencintai kekasihmu itu sejak kamu meninggal. Aku berusaha membuatnya jatuh cinta padaku, meskipun dia selalu menatapku dengan penuh kesedihan. Mungkin wajah kita yang terlalu mirip, membuatnya selalu merasa teringat padamu saat melihatku. Dari situ aku menyerah, aku tidak akan pernah bisa membuatnya jatuh cinta padaku, karena dia akan selalu merasa sedih setiap kali menatapku. Aku yakin dia akan lebih bahagia dengan kehidupannya sekarang, bersama suaminya yang berusaha keras membuatnya lepas dari bayang-bayang masa lalunya. Tapi ada satu hal yang ingin aku akui, Arya.. Aku jatuh cinta untuk pertama kalinya dalam hidupku, saat kamu mengirimkan photo perempuan yang sudah resmi menjadi kekasihmu itu. Aku jatuh cinta pada kekasihmu, Zivara Narendra Anarghya.. Sejak saat itu. Maafkan aku Brother.. Tapi kini aku akan berusaha sekuat tenaga untuk melupakannya, sesuai keinginanmu."
*************************
Hallo readers & semua author kece yang mampir kesini..
Terima kasih banyak atas dukungannya selama ini.
Karena berkat dukungan semuanya, saya yang masih belajar ini, akhirnya bisa kembali menulis lanjutan dari Star on A Dark Night.
Di novel ini, saya tidak akan membahas terlalu detail mengenai kisah Satya dan Vara di masa lalu.
Jadi yang penasaran, bisa baca di Star on A Dark Night ya.. 😄
Love u so much.. ❤❤❤
Semua silent readers yang mampir, mohon dukungannya juga ya. Like & vote boleh banget kok 😊
Sekali-kali comment juga ya, biar author abal-abal ini bisa ngucapin "Terima Kasih" secara langsung 😄
Semoga semuanya selalu sehat, bahagia, sukses dan banyak rezeki ya.. 😊
#staysafe #stayhealthy
Jangan lupa Like, Comment, Vote, rate bintang 5 & jadikan favorit ya.
Biar Author tambah semangat nulisnya 😊
Terima Kasih banyak atas dukungannya ya..
(IG : zasnovia #staronadarknight)
Hanya tersisa 3 hari lagi, sebelum Satya meninggalkan Bandung kota kelahirannya dan kembali ke Inggris untuk melanjutkan kehidupannya disana. Terlalu lama dia menelantarkan urusan bisnisnya di Inggris, terlebih kini Daddy Hans sudah kembali bersama dengan Mama Citra dan berniat pensiun dari dunia bisnis untuk menikmati waktunya bersama Mama Citra. Kesalahpahaman diantara mereka yang sudah lebih dari 17 tahun, akhirnya selesai berkat pesan dari Arya yang meminta Satya mempertemukan orangtua mereka. (Pesan Arya ada di Star on A Dark Night).
Suasana rumah yang begitu hangat membuat Satya berat meninggalkan rumah besar bergaya klasik ini, meskipun bukan rumah yang ditinggalinya semasa kecil. Terlebih saat Satya memasuki ruang makan dan melihat Mama-nya yang sedang sarapan dengan Daddy Hans, dan sesekali saling menyuapi. Satya menghentikan langkahnya, agar tidak mengganggu adegan romantis di pagi hari itu.
Satya tidak lagi bertanya-tanya, karena akhirnya dia mengetahui alasan kenapa dulu Daddy meninggalkan Mama juga adik-adiknya. Ternyata semua bukan karena kemauan Daddy ataupun Mamanya, tapi semua karena Ayah dari Mama Citra yang meminta Mama Citra untuk bercerai dari Daddy Hans, dan berniat menjodohkan Mama Citra dengan seorang duda kaya keturunan bangsawan. Mama Citra tegas menolak, tapi Ayahnya selalu mengancam dengan menggunakan kesehatannya yang semakin menurun untuk membuat Mama Citra luluh.
'Ternyata Kakek sejak awal memang tidak setuju dengan hubungan Mama dan Daddy yang berbeda kewarganegaraan dan bukan merupakan keturunan bangsawan yang kaya raya. Pantas saja Daddy begitu bekerja keras untuk mencapai kesuksesannya, pasti karena Daddy ingin membuktikan kalau Daddy bisa menjadi orang yang sukses. Sayang sekali Kakek sudah meninggal. Harusnya Kakek melihat seperti apa Daddy sekarang, pasti Kakek akan merasa sangat malu pernah memisahkan Mama dan Daddy.' Batin Satya.
Mama Citra yang menyadari kehadiran Satya yang hanya berdiri di pintu ruang makan, segera menyapa putranya itu.
"Aa.. Sini, sarapan dulu."
Satya menghampiri kedua orang tuanya, lalu duduk di hadapan Daddy Hans yang duduk bersebelahan dengan Mama Citra. Diambilnya sepotong roti bakar isi cokelat dan secangkir teh hangat di depannya.
"Mama, panggil Satya aja ya..Satya tidak mau dipanggil Aa. Cukup Lana saja yang memanggil Satya Kakak, Mama tidak usah."
"Tidak bisa A, Mama maunya panggil Aa saja."
"Tapi Ma.."
"Son, sudahlah.. Masalah panggilan saja kenapa kamu permasalahkan."
"Hmm, baiklah.. Tapi tolong jangan panggil Satya seperti itu di depan orang lain ya Ma.."
"Kamu malu, Mama panggil Aa? Kamu kan anak laki-laki Mama."
Ekspresi Mama Citra terlihat sangat sedih dan kecewa.
"Bukan begitu Ma.. Ya sudah terserah Mama saja."
'Aduh.. Kalau anak buah dan teman-temanku tahu aku dipanggil seperti itu, bisa-bisa aku menjadi bahan tertawaan mereka.' Batin Satya.
Satya menyuapkan sepotong roti bakar dengan sedikit emosi dan meneguk teh-nya sampai tandas tidak bersisa.
Sesaat kemudian, Lana memasuki ruang makan dengan wajah sumringahnya.
"Selamat Pagi Papa.. Mama.."
"Dek.. Bisakah kamu memanggil Daddy saja, kenapa harus panggil Papa?"
"Kak Satya, panggilan Mama itu cocoknya dengan panggilan Papa. Masa Mama dan Daddy."
"Son, lagi-lagi kamu mempermasalahkan soal panggilan. Daddy atau Papa sama saja, tidak masalah. Sudah, sekarang kalian sarapan."
Satya hanya menggeleng sebal melihat seringai penuh kemenangan di wajah adiknya. Mereka lalu melanjutkan sarapan mereka dengan sesekali bercanda.
"Papa..Mama..Kakak.. Aku berangkat dulu ya, ada kuliah pagi."
Lana lalu berdiri dari duduknya, lalu mengambil tas yang ada di atas meja kecil di sebelah pintu ruang makan. Namun mata Satya tiba-tiba terbelalak saat menyadari pakaian Lana yang menurutnya terlalu terbuka.
"Dek, kamu mau kemana dengan pakaian seperti itu?"
Pandangan Lana langsung menyapu penampilannya yang dirasa tidak ada yang aneh, dengan rok diatas lutut berwarna navy dengan kemeja lengan pendek berwarna biru muda.
"Apanya yang aneh Kak?"
"Kemeja kamu terlalu ketat dan rok kamu terlalu pendek, Dek."
"Tapi aku sudah kesiangan Kak..Bye.."
Lana langsung melesat keluar dari ruang makan, tidak mau lebih lama diomeli oleh Satya. Namun beberapa detik kemudian Lana kembali dengan nafas terengah-engah.
"Kak..Nanti siang aku ke resort ya, laporan keuangannya sudah selesai aku buat."
"Ke hotel saja Dek, hari ini Kakak tidak ke resort."
"Ok.."
Lana kembali berlari keluar dari ruang makan, membuat Satya, Mama Citra dan Daddy Hans menggeleng-gelengkan kepala mereka bersamaan.
"A.. Apa sekarang Aa sudah ada calon istri? Mama ingin sekali melihat Aa menikah."
"Ma.. Satya masih belum terpikirkan untuk menikah. Apalagi Satya masih belum menemukan calon istri yang pas untuk Satya nikahi. Saat ini, Satya hanya ingin fokus dengan bisnis Satya, Ma."
"Iya A, tapi Aa juga harus mulai mencari calon istri ya, karena Mama ingin Aa menikah lebih dulu sebelum Lana."
"Ma, apa Lana sudah mempunyai kekasih?"
"Sudah A, namanya Aksara. Anaknya teman Mama, dia baik dan sopan kok A."
"Hmm, begitu.."
'Akan aku selidiki dulu seperti apa kekasih Lana. Aku tidak mau Lana menikah dengan pria yang tidak baik.' Tekad Satya dalam hati.
"Aa, Mama tidak tau kabar ini benar atau tidak. Tapi banyak sekali artikel tentang Aa, yang mengatakan kalau Aa akrab sekali dengan kehidupan malam. A, berhentilah bermain-main dengan perempuan malam dan seriuslah hanya dengan satu perempuan saja, dan carilah perempuan baik-baik yang bisa menjadi istrimu dan ibu dari anak-anakmu."
Satya begitu terkejut dengan apa yang dikatakan oleh Mama Citra. Tidak diduganya sama sekali kalau Mama Citra akan membahas mengenai hal ini.
"Mama.. Sebenarnya Satya tidak akan peduli jika pertanyaan ini berasal dari orang lain, tapi karena Mama yang menanyakannya, Satya akan menjelaskan sejujur-jujurnya."
Satya menatap Mama Citra yang tidak bisa menyembunyikan rasa khawatir terhadap anak sulungnya itu. Berbeda dengan Daddy Hans yang terlihat tenang menatap wajah putranya dan sesekali mengelus bahu istrinya yang masih tidak bisa ditenangkan.
"Satya memang sangat akrab dengan dunia malam Ma.. Satya sering menghabiskan waktu di club malam dengan teman-teman Satya, minum-minuman keras dikelilingi perempuan-perempuan penghibur untuk menemani Satya minum.."
'Aku suka membawa satu perempuan masuk ke kamar hanya untuk membuat teman-temanku berpikir kalau aku menghabiskan malam bersama perempuan itu di atas ranjang. Tapi sebenarnya mereka hanya menemaniku minum. Setelah itu, aku akan menyuruh mereka pergi setelah memberi mereka uang yang banyak agar mereka tutup mulut. Memang merepotkan sekali, Posisi Ketua Mafia membuatku harus terlihat seperti bad boy.' Batin Satya.
Air mata Mama Citra mulai menetes di pipinya, Daddy Hans yang merangkulkan tangannya di bahu Mama Citra, mulai menarik Mama Citra agar menyandarkan kepalanya di dada Daddy Hans.
"Tapi Ma.. Satya tidak pernah sekalipun tidur dengan perempuan dan melakukan hal yang Mama pikirkan. Karena Satya selalu ingat, kalau Satya punya Mama dan Lana.. Perempuan yang harus Satya lindungi. Satya takut karma atas kelakuan buruk Satya menimpa Mama atau Lana, bukan pada Satya sendiri. Satya bersumpah Ma, Satya tidak pernah melakukan hubungan terlarang dengan perempuan manapun."
'Tapi pegang-pegang dan cium-cium sedikit sih, pernah Ma..' Batin Satya.
Satya mendekati Mama Citra kemudian bersimpuh di sebelah kanan Mama Citra, yang kemudia menghadapkan tubuhnya tepat di depan Satya.
"A, apa benar yang kamu katakan ini? Kamu tidak sedang berbohong kan Nak?
"Tidak Ma.. Satya tidak berani berbohong pada Mama. Satya mengatakan yang sebenarnya Ma."
Air mata Mama Citra mengalir semakin deras, diciumnya puncak kepala Satya dengan penuh rasa haru. Hatinya lega, karena putra yang disayanginya ternyata tidak melakukan hal buruk yang diduganya. Kini hati Mama Citra justru dipenuhi dengan rasa syukur, karena memiliki anak yang bertanggung jawab seperti Satya.
************************
HOTEL SES - SESCORP
Satya berkutat dengan banyak dokumen dan laptop yang menunjukan kurva keuntungan perusahaan yang bergerak naik setiap bulannya. Satya berusaha menyelesaikan pekerjaannya sebelum diambil alih oleh Lana yang akan dibantu oleh beberapa orang kepercayaan Satya. Lana memang masih berkuliah dan pengalamannya di dunia bisnis juga masih nol. Oleh karena itu, Satya menyiapkan orang-orang berkompeten untuk membimbing Lana. Lagipula Daddy Hans bisa membantu mengawasi kinerja Lana jika memang benar-benar mendesak.
Tok.. Tok.. Tok..
"Masuk.."
Ayu, Sekretaris Satya masuk dengan mengulas senyum manisnya.
"Mohon maaf Pak Satya, ada tamu yang ingin bertemu dengan Bapak."
"Siapa?"
"Mr. Bryllian dan Mr. Kendrick, Pak."
'Ada apa Adik Kakak itu datang kesini? Sebenarnya aku masih sering merasa canggung setiap kali bertemu Bryllian. Bagaimanapun juga aku masih sangat mencintai istrinya sampai saat ini.' Keluh Satya dalam hati.
"Persilahkan mereka masuk."
*************************
Hallo readers & semua author kece yang mampir kesini..
Terima kasih banyak atas dukungannya selama ini.
Karena berkat dukungan semuanya, saya yang masih belajar ini, akhirnya bisa kembali menulis lanjutan dari Star on A Dark Night.
Di novel ini, saya tidak akan membahas terlalu detail mengenai kisah Satya dan Vara di masa lalu.
Jadi yang penasaran, bisa baca di Star on A Dark Night ya.. 😄
Love u so much.. ❤❤❤
Semua silent readers yang mampir, mohon dukungannya juga ya. Like & vote boleh banget kok 😊
Sekali-kali comment juga ya, biar author abal-abal ini bisa ngucapin "Terima Kasih" secara langsung 😄
Semoga semuanya selalu sehat, bahagia, sukses dan banyak rezeki ya.. 😊
#staysafe #stayhealthy
Jangan lupa Like, Comment, Vote, rate bintang 5 & jadikan favorit ya.
Biar Author tambah semangat nulisnya 😊
Terima Kasih banyak atas dukungannya ya..
(IG : zasnovia #staronadarknight)
HOTEL SESCORP
Bryllian dan Kendrick, Kakak beradik yang memiliki wajah tampan perpaduan khas Korea dan Inggris itu, langsung disambut dengan baik oleh Satya. Rasa canggung memang masih dirasakan oleh Satya, terutama pada Bryllian. Tapi Satya berusaha menyembunyikannya dengan sebaik mungkin.
"Selamat datang..Duduklah."
"Terima kasih Bro.."
"Terima kasih Hyung.."
Bryllian dan Kendrick menjawab hampir bersamaan sambil tersenyum, lalu mendudukan diri di atas sofa, diikuti Satya yang juga duduk tepat di hadapan Bryllian.
"Bryllian.. Aku kira kamu akan lama di Inggris. Bagaimana perasaanmu setelah resmi dinobatkan sebagai Wakil Ketua Klan Mafia terbesar di Inggris?"
Satya bertanya sambil menunjukan seringai kecil ke arah Bryllian yang menatapnya begitu tenang dengan senyuman tipis yang nyaris tidak terlihat.
"Biasa saja, mungkin karena aku masih akan tinggal di Indonesia selama 2 tahun ke depan. Aku dan keluargaku hanya 2 hari di Inggris, setelah itu kami berlibur ke Swedia selama beberapa hari."
"Hmm, Begitu..Bryllian dan Kendrick, jika kalian sengaja datang menemuiku, pasti ada urusan yang sangat penting. Jadi apa yang bisa aku bantu?"
"Tentu kami tidak akan membuang-buang waktu berhargamu dengan hal yang yang tidak penting."
Satya memasang ekspresi penuh tanya, masih belum bisa menebak tujuan Bryllian. Namun Kendrick segera mengambil alih pembicaraan karena tidak mau Satya semakin bingung dengan maksud kedatangan mereka.
"Iya Hyung.. Aku memerlukan senjata api dalam jumlah banyak. Aku sudah melihat beberapa gambar senjata jenis baru yang Hyung produksi. Aku ingin memesan semua jenis senjata api terbaru yang Hyung punya. Aku benar-benar menyukai spesifikasinya, terlebih pistol yang bentuknya sedikit mirip Desert Eagle itu. Spesifikasinya benar-benar hebat Hyung. Aku tidak sabar untuk memilikinya. Apa Hyung bisa menyediakannya untukku?"
"Tentu saja, aku bisa menyediakan sebanyak yang kamu mau, asalkan bayarannya sesuai."
Satya mendekatkan posisi tubuhnya dengan mata menatap tepat ke mata Kendrick, yang langsung dibalas senyuman di wajah Kendrick.
"Of course Hyung. Aku akan bayar berapapun yang Hyung minta."
Senyum puas terpampang di wajah tampan Satya, kemudian Satya menarik mundur tubuhnya dan menyandarkannya sambil merentangkan kedua tangan di sandaran sofa.
"Deal.."
Kendrick memperlebar senyumnya, karena senang dengan keputusan Satya.
"Ok..Deal.."
Bryllian yang melihat urusan adiknya dan Satya sudah selesai, segera mengambil alih pembicaraan.
"Nah, urusan kalian sudah selesai, sekarang giliranku."
Satya kembali mengernyitkan keningnya saat mendengar perkataan Bryllian.
"Satya, karena kamu akan kembali ke Inggris, aku berniat membeli beberapa Resort-mu yang ada di Bandung, Bali, dan Lombok. Aku dengar dari Vara, kalau eksterior dan interiornya di-design oleh Vara, dan aku sangat menginginkannya. Hmm, satu lagi. Aku juga ingin membeli Jungle resort yang ada di daerah L. Apa kamu bersedia menjualnya padaku?"
"Hmm, memangnya kenapa kamu begitu menginginkannya?"
"Vara bilang, kalau dia sangat menyukai resort-resort itu. Aku harap kamu mau melepasnya, aku akan memberimu harga tinggi."
"Jika kamu memberiku harga tinggi, mungkin aku bisa melepas resort-ku yang ada di Bandung, Bali dan Lombok. Tapi untuk Jungle Resort aku tidak akan pernah menjualnya. Meskipun aku kembali ke Inggris, tapi semua perusahaan dan aset-asetku disini akan diurus oleh adikku, Lana."
"Hmm, kenapa kamu bersikeras mempertahankan Jungle Resort itu? Aku yakin bukan karena resort itu memberimu banyak keuntungan. Jadi apa alasannya kenapa kamu begitu mempertahankan Jungle Resort itu, padahal aku bersedia membayar dengan harga yang sangat tinggi?"
Bryllian menatap manik mata Satya dengan tatapan tajam dan dalam, seolah mencari kejujuran dari Satya yang masih enggan membuka mulutnya.
'Haruskah aku jawab kalau Jungle Resort itu menyimpan kenangan tentang aku dan istrimu? Di tempat itu, pertama kalinya aku telah jatuh cinta pada seorang Zivara Narendra Anarghya? Alasan aku membeli Jungle Resort itupun karena aku begitu menyukai kenangan itu. Apa sekarang aku harus melepas Jungle Resort itu?' Batin Satya.
'Aku tahu alasan kamu membeli Jungle Resort itu. Kamu ingin menyimpan kenangan bersama Vara kan? Kamu sangat tahu, kalau Vara begitu menyukai Jungle Resort itu dan seringkali menghabiskan waktu disana. Kamu berharap bisa bertemu Vara disana? Aku paham, kamu masih belum bisa mengikhlaskan. Jika memang kamu berniat melupakan Vara, maka kamu akan melepas Jungle Resort itu untukku.' Batin Bryllian.
"Hmm, baiklah.. Beri aku waktu untuk memikirkannya."
Bryllian mengembangkan senyumnya, setidaknya untuk saat ini dia merasa cukup puas dengan jawaban Satya, karena Satya mau memikirkannya dan tidak terlalu keras kepala mempertahankan Jungle Resort itu.
"Meskipun belum ada keputusan tentang Jungle Resort, tapi sepertinya kita harus merayakan kerjasama kita."
Kendrick mulai mengeluarkan ide yang diangguki oleh Satya.
"Malam ini kita bisa minum d Hotel-ku ini, aku akan menyediakan private room untuk kita."
Satya yang juga menawarkan idenya langsung dibalas gelengan kepala oleh Bryllian.
"Sorry Bro.. Kalian saja ya, aku sudah janji pada Vara untuk menemaninya berbelanja dan makan malam. Lagipula aku tidak bisa minum minuman beralkohol, jadi untuk apa aku ikut kalian, Hahaha.."
Satya tertegun mendengar apa yang dikatakan Bryllian. Rasanya seperti ada palu yang menghantam dadanya dengan sangat keras.
'Bryllian memang lebih pantas untuk Vara.. Laki-laki brengsek seperti aku tidak akan pernah bisa mendapatkan hatinya.' Ratap Satya dalam hati.
Braakk..
Tiba-tiba pintu ruang kerja Satya terbuka dengan keras, tanpa ada ketukan sebelumnya. Lana masuk dengan membawa tas tangan dan tas belanjaan di tangan kanan dan kirinya. Namun langkahnya terhenti saat menyadari tatapan aneh dari beberapa orang yang berada di ruang kerja kakaknya itu.
"Ups.. Maaf, aku kira tidak ada tamu."
Kendrick menatap Lana dengan bibir sedikit terbuka, seorang gadis bermata besar dan indah dengan rambut panjang terurai terasa menyita dunia Kendrick saat ini. Mata Satya berkilat tajam mengarah langsung ke arah Kendrick, tapi Kendrick yang sedang fokus menikmati pemandangan indah di hadapannya tentu saja tidak menyadari bahaya yang mengancam dirinya.
'Yeppeuda (Cantiknya).' Puji Kendrick dalam hati.
"Eheemmmm..."
Satya berdehem untuk menyadarkan Kendrick yang masih setia menatap Lana tanpa berkedip. Berhasil, Kendrick langsung menutup mulutnya dan memandang Satya tanpa bisa menyembunyikan kegugupannya.
"Eh Kak Bryllian ya? Suaminya Kak Vara kan?"
'Dek, kenapa harus dipertegas segala sih? Kamu membuat hati Kakak semakin sakit.' Protes Satya dalam hati.
Lana mendekati Bryllian lalu mengulurkan tangannya yang langsung dibalas uluran tangan Bryllian.
"Iya.. Apa kabar Lana?"
"Baik Kak Bryllian.. Bagaimana kabar Kak Vara dan si kembar?"
"Mereka baik-baik, Lana. Datanglah ke rumah, Vara pasti senang sekali jika kamu mengunjunginya."
"Baik Kak Bryllian, kapan-kapan Lana akan mengunjungi Kak Vara dan si kembar."
"Benar ya, kami tunggu."
"Siap Kak Bryllian.."
"Oh iya.. Kenalkan, ini Kendrick."
"Oh adiknya Kak Bryllian ya? Salam kenal Kak Kendrick."
Lana mengulurkan tangan sambil mengembangkan senyum manisnya yang semakin membuat hati Kendrick berdebar-debar.
'Kenapa hatiku berdebar kencang seperti ini? Senyumnya manis sekali. Cantiiiiikk..' Lagi-lagi Kendrick memuji dalam hati.
"Kak?"
Lana mengerutkan keningnya, saat tangannya tidak juga dibalas oleh Kendrick.
"Eh maaf Lana.. Salam kenal juga."
Kendrick segera menyambut uluran tangan Lana dengan sangat erat. Mata Kendrick yang terlihat berbinar-binar menatap Lana, cukup mengganggu Satya. Terlebih saat menyadari kalau Lana juga sedikit tertegun saat menatap wajah Kendrick.
Arti tatapan Kendrick yang jelas menunjukan kekaguman membuat Satya lebih protective menjaga adiknya dari pesona Kendrick. Satya tidak mau Kendrick yang sudah jelas seorang Ketua Mafia Dragon Salvaje di Spanyol & akrab dengan dunia malam, mendekati adik kesayangannya. Terlebih saat ini Lana sudah mempunya kekasih yang bernama Aksara.
"Dek, kamu tunggu di ruangan Ayu dulu ya. Kakak selesaikan dulu meetingnya."
Kendrick dan Lana seketika melepas genggaman tangan mereka karena terkejut dengan suara Satya yang terdengar sedikit keras.
"Ok Kak.."
Seketika, ekspresi kecewa tampak jelas di wajah Kendrick, mengikuti langkah Lana yang hendak berjalan menuju pintu. Namun nafas Kendrick serasa terhenti saat Lana tiba-tiba menghampirinya.
"Kak Kendrick.. Apa Kakak pernah kehilangan seseorang? Kenapa ada perempuan berwajah khas Korea disamping Kakak?"
Kendrick menatap Lana penuh tanda tanya, sama sekali tidak bisa mencerna apa yang dibicarakan Lana, bahkan sampai Lana meninggalkan ruangan Satya.
"Apa sih maksudnya?"
Tanya Kendrick begitu lirih namun masih terdengar oleh Satya.
"Lana seorang indigo, dia bisa melihat yang tidak bisa kita lihat."
Satya berkata dengan tenang namun malah membuat Kendrick membelalakan matanya.
"Jadi maksudnya disampingku ada.."
"Hantu.."
Jawab Satya dengan entengnya, yang langsung diikuti teriakan dari Kendrick.
"Aaaaaaaaa..."
*************************
(Btw, yang mau tahu liburan Bry & Vara di Swedia, mampir ke Novel When Kama Meet Sutra ya. Mereka muncul disana lho.. 😄)
Hallo readers & semua author kece yang mampir kesini.. 😄
Terima kasih banyak ya atas like, Vote, Rate bintang 5 & Favorit-nya.
Love u so much.. ❤❤❤
Semua silent readers yang mampir, mohon dukungannya juga ya. Like & vote boleh banget kok 😊
Sekali-kali comment juga ya, biar author abal-abal ini bisa ngucapin "Terima Kasih" secara langsung 😄
Semoga semuanya selalu sehat, bahagia, sukses dan banyak rezeki ya.. 😊
#staysafe #stayhealthy
Jangan lupa Like, Comment, Vote, rate bintang 5 & jadikan favorit ya.
Biar Author tambah semangat nulisnya 😊
Terima Kasih banyak atas dukungannya ya..
(IG : zasnovia #staronadarknight)
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!