Sejauh mata memandang hanya nampak sebuah tempat berwarna putih membentang luas layaknya sebuah awan, ditempat itu nampak empat orang sedang duduk sambil menikmati teh diatasi meja sambil membincangkan suatu hal.
'' Jadi aku sudah mati ya? Aku tidak menyangka kehidupanku di dunia begitu singkat" Ucap seorang anak kecil sambil menyeruput tehnya, wajahnya nampak sangat tenang meskipun mengetahui dirinya telah mati.
" Itu bukan salahku, kau bisa tanyakan kepada dewa kematian yang seenak jidatnya mencabut nyawa orang" Ucap seorang pria sepuh berpakaian serba putih, wajahnya menunjukkan kewibawaan.
" Aku sudah minta maaf dewa pencipta, sudah kubilang aku salah membaca nama pada buku kematian" Ucap sosok berpakaian serba hitam dengan sabit ditangan kirinya yang sebelumnya dipanggil dengan dewa kematian.
"Itulah sebabnya kau harus lebih berhati hati dalam membaca nama dibuku kematianmu" Ucap pria sepuh itu yang dipanggil dengan dewa pencipta.
" Ngomong-ngomong kau nampak sangat tenang meskipun kau baru saja mati Rangga?" Ucap seorang pemuda tampan dengan pakaian berwarna biru.
" Apa yang harus dikhawatirkan setiap yang bernyawa pasti akan mati, jadi apa bedanya mati sekarang dewa kehidupan, lagipula hidupku di dunia tidak ada yang menarik " Ucap seorang anak yang dipanggil Rangga.
######
Rangga merupakan seorang anak jalanan, saat masih bayi ia dibuang oleh orang tuanya yang tidak bertanggung jawab disebuah bak sampah, beruntung seorang pemulung menemukannya dan memutuskan untuk merawatnya.
Ketika pemulung itu membawanya pulang kerumah istri sang pemulung tidak setuju dengan keputusan sang pemulung yang berniat mengangkatnya menjadi anak mereka bahkan istri pemulung itu menyuruh membuang bayi tersebut.
Pemulung tersebut tidak menghiraukan istrinya dan memutuskan untuk merawat bayi tersebut seperti anaknya sendiri.
Lima tahun kemudian pemulung itu meninggal dunia karena kecelakaan yang menimpanya, meninggalkan Rangga kecil bersama istri pemulung tersebut.
Sepeninggalan pemulung itu Rangga kecil dipaksa untuk menjadi seorang pengemis oleh istri pemulung tersebut, ia sering mendapat siksaan ketika uang yang didapatkannya tidak memuaskan.
Saat usia Rangga menginjak delapan tahun istri pengemis tersebut meninggal dunia karena penyakit kronis yang dideritanya.
Jadilah Rangga hidup sebagai anak jalanan yang mencari uang dengan berjualan koran, meskipun uang yang dihasilkannya tidak sebanyak saat mengemis tetapi ia lebih memilih mencari uang dengan cara yang halal hingga saat ini.
#######
"Jadi apa yang membuatku mati?" Tanya Rangga yang penasaran dengan kematiannya.
" Kau mati karena tersandung di jalan" Ucap dewa kematian menjawab pertanyaan yang Rangga ajukan.
" Pfttt... Apa! aku mati karena tersandung?" Bentak Rangga menyemburkan teh yang ada dimulutnya, ia tidak percaya bahwa ia mati hanya karena hal konyol seperti itu.
" Itu benar, kau tersandung dan kepalamu membentur aspal dengan sangat keras sehingga kau mati" Ucap dewa kematian seakan akan itu hal yang wajar.
" Apakah tidak ada cara kematian yang lain kenapa kematianku sangat memalukan?" Protes Rangga pada dewa kematian.
" Terserah padaku mau kubuat kau mati dengan cara apa aku memiliki kebebasan akan hal itu!" Jawab dewa kematian sedikit menaikkan nada suaranya.
Nampak kilatan petir saat tatapan Rangga dan dewa kematian bertemu.
" Kita langsung ke intinya saja, kami ingin memberikanmu sebuah penawaran yang menarik" Ucap dewa kehidupan membuat Rangga dan dewa kematian menghentikan perdebatan tidak penting mereka.
" Kau bisa memilih pergi ke surga atau memilih dihidupkan kembali di dunia lain?" Tanya dewa kehidupan kepada Rangga.
" Dunia lain, apakah aku bisa hidup lebih bahagia di sana" Tanya Rangga Penasaran, ia ingin melanjutkan hidup tetapi jika itu menambah penderitaan padanya lebih baik ia langsung menuju surga.
" Tentu saja itu adalah hal mudah bagi kami, akan tetapi dunia yang akan kau tinggali merupakan dunia yang penuh kekacauan, Dunia dimana yang kuat berkuasa sedangkan yang lemah akan ditindas, apakah kau siap?" Jelas dewa kehidupan.
" Apakah itu dunia Fantasi, apakah aku bisa memiliki system seperti pada game" Ucap Rangga dengan semangat, sejak kecil ia ingin hidup di dunia fantasi yang dalam cerita merupakan dunia yang indah.
" Bisa dibilang demikian, dan untuk system seperti dalam game yang kau maksud aku bisa memberikannya tetapi itu akan aktif setelah usiamu sembilan tahun karena kau meninggal pada usia itu dikehidupan sebelumnya" Ucap dewa pencipta.
" Baiklah sudah kuputuskan aku akan memilih dihidupkan kembali di dunia Fantasi" Ucap Rangga dengan mantap.
" Baiklah kau akan memulai hidupmu dari bayi, aku sudah menyiapkan tubuhmu disana" Ucap dewa pencipta.
Perlahan tubuh Rangga berubah menjadi butiran cahaya dan akhirnya menghilang tanpa jejak.
Setelah kepergian Rangga dewa kehidupan dan dewa pencipta memandang kearah dewa kematian.
"Kenapa kalian menatapku seperti itu, Baiklah Baiklah aku tidak akan mengulangi kesalahan yang serupa" Ucap dewa kematian menyadari maksud tatapan keduanya.
######
Di sebuah Mension mewah seorang wanita tengah berjuang untuk melahirkan anaknya.
" Sedikit lagi nyonya dia akan keluar" Ucap bidan yang membantu proses persalinan.
" Ayo sayang sebentar lagi dia akan keluar" Ucap seorang pria yang tak lain adalah suami dari wanita yang sedang melahirkan tersebut.
Tak berselang lama suara bayi segera memenuhi ruangan tersebut.
" Selamat nyonya Rosa, tuan Ryan anak anda laki-laki dan sangat sehat" Ucap bidan tersebut setelah membersihkan bayi itu.
" Bisakah aku mengendong putraku" Ucap pria yang tak lain adalah Ryan, ayah dari bayi tersebut sambil mengulurkan kedua tangannya.
Sang bidan segera menyerahkan bayi itu kepada Ryan untuk digendong.
" Lihat sayang dia sangat tampan" Ucap Ryan sambil memainkan pipi putranya itu.
" Oek..oek...oek"
Ketika Ryan memainkan pipi putranya tiba tiba putranya menangis dengan keras.
" Kenapa dia menangis kau apakan dia sayang?" Tanya Rosa menatap tajam kearah suaminya.
" Aku tidak melakukan ap.." Belum selesai Ryan berbicara seluruh tubuhnya basah karena terkena ompol putranya.
"Jadi karena itu dia menangis" Ucap Rosa sambil tersenyum kecil.
" Jika demikian saya pamit dulu tuan, nyonya" Ucap bidan yang membantu proses persalinan tersebut.
" Terimakasih atas bantuannya" Ucap Ryan sambil memberikan satu kantong uang kepada bidan itu.
Setelah bidan itu pergi mereka segera membicarakan mengenai nama yang akan mereka berikan kepada anak tersebut.
" Bagaimana jika kita beri dia nama Rangga Alberto" Ucap Rosa meminta saran suaminya.
" Bukankah lebih baik kita gunakan margamu saja, kenapa harus margaku?" Tanya Ryan
Nama lengkap dari Ryan adalah Ryan Alberto seorang bangsawan bergelar marques, Sedangkan nama lengkap Rosa adalah Rosa wisdom yang merupakan bangsawan dengan gelar Duke.
Hal inilah yang membuat Ryan bertanya tanya mengenai keputusan istrinya.
" Aku ingin dia tumbuh menjadi seorang yang hebat sepertimu" Ucap Rosa pada suaminya.
" Aku tetap menyarankan menggunakan nama margamu untuk anak kita" Ucap Ryan menatap istrinya.
" Baiklah-Baiklah nama anak kita akan menggunakan margaku, jadi namanya adalah Rangga Wisdom" Ucap Rosa menatap wajah suaminya.
" Baiklah aku setuju" Ucap Ryan menganggukkan kepalanya.
#######
" Ah aku lupa memberitahunya, bahwa ia harus menjadi penyelamat dari dunia itu" Ucap dewa pencipta menyadari keteledorannya.
" Biarkan dia hidup menurut jalannya sendiri" Ucap orang yang nampak sepuh muncul diantara ketiga dewa itu.
" Baik kaisar dewa" Ucap ketiga dewa membungkukkan badannya dengan hormat.
Benua Ardian tempat dimana berbagai ras hidup dengan wilayahnya masing masing diantara ras tersebut antara lain ras elf, ras demi human, ras manusia dan masih banyak ras yang lain.
10.000 tahun sebelumnya terjadi perang besar yang melibatkan seluruh ras melawan ras demon yang ingin membuat kekacauan di seluruh benua pertempuran yang berlangsung selama 100 tahun tersebut membuat hampir semua popolasi makhluk hidup di benua Ardian hampir punah, beruntung sebelum kepunahan tersebut ras demon berhasil dikalahkan sehingga perdamaian berhasil tercipta.
Akibat dari pertempuran besar tersebut membuat benua Ardian menjadi tempat yang kaya akan mana sehingga bermunculan banyak tokoh tokoh kuat yang kemudian mengukir namanya dalam legenda.
Mana adalah sumber energi yang mampu diubah menjadi unsur sihir sehingga mampu digunakan untuk kepentingan makhluk hidup sesuai dengan kebutuhannya.
Akibat pertempuran itu pula benua Ardian terbagi kedalam empat wilayah yang setiap wilayahnya ditempati oleh ras-ras yang berbeda.
Diwilayah Utara ditempati oleh ras Elf, wilayah ras elf sebagian wilayahnya adalah hutan yang cukup lebat dan asri sehingga membuat sejuk siapapun yang memandangnya Ras elf memiliki ciri khusus yaitu telingga yang panjang dan mahir dalam sihir alam, ras elf saat ini merupakan ras terkuat setelah berhasil dikalahkannya ras demon 10.000 tahun yang lalu.
Diwilayah Timur ditempati dan menjadi rumah untuk ras demi human, wilayah ras demi human memiliki wilayah sekitar pegunungan dengan pemandangan pemandangan yang menyuguhkan mata, ciri Ras demi human adalah fisik yang kuat tetapi kekuatan sihirnya lemah Ras demi human saat ini merupakan ras terkuat setelah ras Elf.
Selanjutnya adalah wilayah Selatan yang ditempati oleh ras manusia, bangunan bangunan yang bertingkat tingkat dan kemajuan teknologi yang mereka kembangkan membuat ras manusia menduduki ras terkuat ketiga di benua Ardian, ras manusia memiliki suatu hal yang membedakannya dengan ras lain, mereka memiliki kemampuan untuk menguasai semua jenis sihir dan melatih kekuatan fisik hingga ketahap yang lebih tinggi.
Wilayah Barat adalah wilayah yang paling luas diantara ketiga wilayah yang lainnya, hal ini dikarenakan wilayah barat menjadi tempat yang netral untuk semua ras sehingga wilayah ini menjadi wilayah paling padat dan memiliki banyak ras yang tinggal disana.
*********
" Rangga cepat sayang kita harus bergegas menuju kekerajaan Pilvan sekarang" Ucap seorang wanita memanggil Rangga sambil menikmati makanan di meja makan.
" Sebentar ibu aku akan turun" Sahut Rangga dari dalam kamarnya yang berada dilantai dua.
Saat ini usia Ranga sudah menginjak sembilan tahun, dia merasakan kesempatan kehidupan keduanya di dunia baru ini berbalik 180° dari kehidupan sebelumnya.
Yang ia rasakan pada kehidupan kali ini adalah kasih sayang dan perhatian dari kedua orang tuanya yang bertolak belakang dengan kehidupan sebelumnya penuh dengan penderitaan dan kebencian.
Saat ini Rangga tinggal di kerajan Arcid bersama kedua orang tuanya dan berniat pergi menuju kerajaan Pilvan yang terletak diebelah utara kerajaan Arcid yang dipisahkan oleh hutan yang cukup luas membentang antara kedua kerajaan.
Mereka berencana untuk pergi ke kediaman Duke Andrea Wisdom ayah dari Rosa Wisdom untuk berkunjung karena sudah cukup lama mereka tidak berkunjung menemuinya, Rosa Wisdom merupakan anak bungsu dari kedua anak Duke Andrea Wisdom
"Dimana Rangga, apakah dia belum turun? " Tanya seorang pria yang baru saja memasuki ruang makan tersebut dan mengambil kursi untuk duduk.
Pria tersebut tak lain adalah Ryan Alberto seorang ahli sihir kerajaan yang mengabdikan diri di kerajaan Arcid, Ryan memiliki bakat sihir yang luar biasa diusianya yang sangat muda sehingga ia direkrut menjadi kesatria sihir kerajaan.
Ryan sendiri merupakan seorang suami yang perhatian terhadap istrinya dan juga sosok ayah yang menjadi panutan bagi anaknya, bisa dibilang Ryan adalah seorang suami yang sempurna meskipun wajahnya tidak terlalu tampan sih.
"Ayah, ibu bagaimana penampilanku?" Ucap Rangga yang baru turun dari kamarnya.
*Ilu**strasi MC : Rangga Wisdom*
Rangga sering berfikir mungkin ia mengikuti ibunya yang memiliki wajah cantik dibandingkan ayahnya yang memiliki wajah biasa biasa saja.
"Sangat tampan, bahkan lebih tampan daripada ayahmu" Ucap Rosa menatap kearah Rangga tanpa mengedipkan matanya.
"Apa kau bilang sayang, ketampanannya bahkan itu menurun dariku" Ucap Ryan diikuti tawanya.
"Aku merasa bahwa aku menurun dari ibu " Ucap Rangga menatap kearah ayahnya itu.
"Uhuk uhuk" Ryan tersedak ludahnya mendengar perkataan putra semata wayangnya itu "Teganya kau mengatakan hal itu pada ayah! " Ucap Ryan.
"Hehe akhirnya Rangga mengatakannya sendiri jadi aku tidak perlu membujuknya" Ucap Rosa monyombongkan dirinya.
Mereka bertiga saling bertatapan kemudian dilanjutkan dengan gelak tawa mereka mengisi ruang makan tersebut.
********
"Apakah semua sudah siap sayang?" Ucap Rosa sambil mengangkat beberapa barangnya keatas kereta kuda.
"Hanya kurang sedikit barang milik Rangga, dan ngomong ngomong dimana dia saat ini? " Tanya Ryan yang baru saja keluar dari dalam mension untuk meletakkan barannya.
"Dia bilang dia ingin membawakan hadiah untuk ayah, tetapi aku tidak tahu apa yang akan dia bawa! " Ucap Rosa mengangkat bahunya.
"Hais dia menyerahkan semuanya kepada ayahnya seakan akan aku ini adalah kuli angkut! " Ucap Ryan menghela nafas panjang.
"Sudahlah, dia masih terlalu muda jadi mungkin dia belum mengerti, dan lagi ayah selalu memanjakannya sehingga ia mencari hadiah untuknya karena rasa sayangnya pada ayah" Ucap Rosa.
"Iya-iya" Ucap Ryan kemudian masuk kedalam mension untuk mengambil barang barang milik Rangga untuk diletakkan di kereta kuda.
Setelah selesai mengangkut barang yang akan mereka bawa menuju kerajaan Pilvan, mereka menunggu satu orang lagi yang kurang yang tak lain adalah Rangga.
"Hais dimana anak itu" Ucap Ryan dengan geram karena menunggu Rangga selama hampir satu jam lebih.
"Bersabarlah" Ucap Rosa mencoba menenangkan suaminya yang sudah kesal karena menunggu terlalu lama.
Dua menit kemudian Rangga berjalan menghampiri mereka dengan membawa kotak hadiah yang cukup besar pada kedua tangannya.
"Ayah, ibu maaf tadi agak sedikit macet" Ucap Rangga dengan santainya.
"Macet darimana? kau hanya berjalan kaki!" Ucap Ryan menyentak Rangga.
"Berjalan kaki memang bisa macet ayah! buktinya aku tadi harus menunggu giliran untuk memasuki toko" Ucap Rangga.
Mendengar hal itu Ryan menjadi mengedutkan dahinya, ia ingin mengatakan sesuatu tetapi tertahan di tenggorokannya, akhirnya ia memutuskan untuk mengajak mereka masuk kedalam kereta kuda karena kusir sudah menunggu disana.
"Baiklah jika begitu, mari kita berangkat menuju kerajaan Pilvan" Ucap Ryan dengan nada lemas kemudian segera memasuki kereta kudanya.
Rosa hanya tertawa kecil melihat tingkah laku suaminya itu, kemudian ia mendekatkan mulutnya ketelingga Rangga sambil membisikkan sesuatu "Lain kali ajari ibu bagaimana caranya membuat ayahmu menjadi seperti itu ya!" Bisik Rosa.
Rangga hanya tertawa kecil kemudian mengganggukkan kepalanya.
Mereka berdua kemudian masuk kedalam kereta kuda dan segera manancap gas menuju kerajaan Pilvan, ehh maksudnya segera berangkat.
Perjalanan mereka menuju ke kerajaan Pilvan akhirnya sudah dimulai.
Dalam perjalanannya Rangga selalu melihat keluar jendela kereta kuda tersebut, semenjak keberangkatan mereka Rangga memiliki perasaan yang kurang enak, ia menerka-nerka apa yang mungkin akan terjadi tetapi setelah berjam jam duduk memperhatikan keluar jendela ia menduga itu mungkin hanya perasaannya saja karena tidak terjadi apapun.
"Rangga kenapa kau terus melihat keluar jendela? Apakah kau tidak nyaman dengan perjalanan ini?" Tanya Rosa menatap kearah putranya.
Mendapat pertanyaan seperti itu Rangga hanya bisa menggeleng-ngelengkan kepalanya "Tidak ibu aku hanya merasa bosan karena sudah 3 jam kita belum sampai juga" Ucap Rangga memegang dagunya.
"Owh jadi begitu, sabar ya mungkin kita akan segera sampai beberapa hari lagi" Ucap Rosa menjelaskan kepada putranya Sambil tersenyum.
Memang jarak dari kerajaan Arcid menuju kerajaan Pilvan dapat ditempuh dalam waktu tiga hari perjalanan.
Setelah berjam jam dalam perjalanan mereka kemudian memutuskan untuk istirahat sejenak karena melihat hari sudah mulai gelap.
Mereka kemudian turun dari kuda dan mendirikan kemah disana "Pak kusir kudanya jangan lupa diberi makan ya! nanti dia sakit" Ucap Rangga menasehati sang kusir yang sebenarnya lebih paham akan hal itu dibandingkan dengan Rangga.
Tawa renyah segera menghiasi hutan tersebut saat Rangga selesai menasehati sang kusir.
"Tuan muda tenang saja kuda kuda ini sudah makan" Ucap pak kusir sambil mengelus kepala Rangga dengan lembut.
"Roarrrrrr" Suara binatang buas mengema diseluruh hutan membuat burung burung berterbangan karena panik, Ryan kemudian berlari kearah kereta kuda dan segera mengambil tongkat sihirnya.
"Apa yang terjadi? " Ucap Rosa memandang burung burung yang berterbangan.
"Kalian cepat lari dari sini dan pergi menuju kerajaan Pilvan secepatnya, aku akan menahannya disini" Ucap Ryan memerintahkan mereka untuk menjauh.
"Apa yang sebenarnya terjadi suamiku? " Tanya Rosa yang masih binggung.
"Aku merasakan ada binatang buas yang sangat kuat tengah mengarah kemari, kalian pergilah dan bawa Rangga bersamamu" Ucap Ryan agak berbisik.
"Tidak, aku akan bersamamu" Ucap Rosa "Pak kusir tolong bawa Rangga menuju kerajaan Pilvan dengan mengendarai kuda! tinggalkan kereta kudanya disini" Ucap Rosa memerintahkan.
Tanpa bisa menolak Kusir tersebut segera mengengong Rangga dan menaiki salah satu kuda yang kebetulan saat itu tengah istirahat.
Ia kemudian memacu kudanya didalam gelapnya malam meninggalkan mereka berdua.
"Ayah....! Ibu.....!" Ucap Rangga berteriak histeris saat kuda itu dipacu dengan cepat meninggalkan kedua orang tuanya, ia berusaha mengulurkan tangan kanannya untuk meraih kedua orang tuanya tetapi tak sampai.
"Tuan muda duduklah yang tenang, kita harus segera pergi dari sini" Ucap kusir tersebut mencoba menenangkan Rangga.
"Tidak hentikan, biarkan aku menyusul ibu dan ayahku" Ucap Rangga dengan histeris sambil mencoba memberontak.
Sang kusir merasa kasihan terhadap Rangga tetapi tidak ada pilihan lain, kemudian ia memukul tengkuk Rangga hingga membuatnya tak sadarkan diri dan membawanya menuju ke kerajaan Pilvan.
Setelah berada pada jarak yang jukup jauh ledakan ledakan besar pun tedengar ditempat mereka sebelumnya, tanah mulai bergetar tanpa sebab dan setelah beberapa menit akhirnya guncangan itu berhenti.
Kusir tersebut kemudian menghentikan kudanya dan menengok kebelekang, tepatnya tempat yang mereka gunakan untuk beristirahat sebelumnya.
Nampak kepulan asap membumbung tinggi diudara dari tempat mereka sebelumnya "Tuan, Nyonya maafkan aku karena tidak bisa menolong kalian" Ucap sang kusir kemudian menitihkan air matanya.
Ia kemudian melirik kearah Rangga yang tidak sadarkan diri dengan perasaan campur aduk dan penuh dengan perasaan bersalah "Setidaknya aku bisa menyelamatkan Tuan Muda" Ucapnya kemudian segera memacu kudanya menuju kerajaan Pilvan.
*******
Rangga membuka matanya perlahan lahan, saat ini ia berada disebuah tempat yang nampak seperti sebuah awan, ia mengedarkan pandangannya keseluruh area tempat tersebut hingga ia melihat tiga sosok yang ia kenali.
Rangga segera berlari kearah mereka dan menarik kerah baju salah satu dari mereka yang kemakai jubah berwarna hitam.
"Apa apaan ini dewa kematian, kau merenggut kebahagianku didunia ini dengan mudahnya" Ucap Rangga menatap tajam kearah dewa kematian dan berniat melancarkan bogemnya kewajah dewa kematian itu.
Dengan segera dua orang dengan jubah biru dan jubah putih bergerak untuk menghentikan serangan Rangga.
"Sabar Rangga, dengarkan penjelasan kami dulu" Ucap seseorang dengan jubah biru muda yang tak lain adalah dewa kehidupan.
"Apanya yang perlu dujelaskan? dia memang harus diberikan pelajaran" Ucap Rangga.
Butuh waktu 15 menit sebelum akhirnya Rangga bisa tenang dan mengontrol emosinya.
"Hais aku tidak menyangka akan ada manusia yang berani mengancamku seperti itu" Ucap dewa kematian "Seumur umur aku baru kali ini mendapatkan ancaman dari makhluk dunia Fana" Ucap dewa kematian.
"Lalu kenapa kalian memanggilku kemari? apakah aku mati lagi?" Tanya Rangga dengan nada ketus, padahal saat ini didepannya tengah duduk tiga orang dewa.
"Kau belum mati tenang saja! " Ucap dewa kematian dengan santainya sambil membuang mukanya, ia sangat kesal dengan sikap Rangga kepadanya.
"Cih... dasar dewa bodoh" Ucap Rangga mencibir dewa kematian.
"Apa kau bilang!!! " Ucap dewa kematian menaikkan nada suaranya.
"Ah.... ada angin lewat barusan" Ucap Rangga tidak mempedulikan ucapan dewa kematian dan mengalihkan topik pembicaraannya.
"Sialan kau, aku akan benar benar membunuhmu kali ini!" Ucap dewa kematian kemudian berusaha meraih leher Rangga tetapi tindakannya itu dihentikan oleh dua dewa yang lain.
"Apakah aku perlu memanggil dewi cinta agar mereka tidak ribut" Ucap seseorang dengan jubah putih yang tak lain adalah dewa pencipta.
Mendengar nama Dewi cinta dewa kematian segera menelan ludahnya, ia menggingat suatu kejadian dengan dewi cinta yang membuatnya trauma sampai saat ini.
"Ahahaha apa yang kau katakan dewa pencipta, aku dan rangga sangat akur lho" Ucapnya kemudian berjalan kearah rangga dan memeluknya sambil memainkan pipinya.
"Lepaskan aku dewa sialan" Ucap Rangga meronta ronta mencoba melepaskan diri dari dekapan dewa kematian.
Setelah terbebas dari pelukan itu rangga kemudian membersihkan bekas pelukan dari dewa kematian.
"Aku ini laki-laki normal tahu" Ucap Rangga sambil membersihkan bajunya.
"Jika aku tidak mati kenapa aku berada disini?" Tanya Rangga kepada ketiga dewa tersebut.
"Sebenarnya ada seseorang yang ingin menemuimu!" Ucap dewa pencipta kemudian menoleh pada satu arah.
Seketika awan disana terbuka layaknya sebuah pintu dan menampilkan sosok aeorang dewa dengan pakaian serba emas dan memancarkan aura keagungannya.
Para dewa yang ada disana segera berlutut dan memberikan hormatnya kepada dewa yang baru datang tersebut.
Rangga dibuat semakin bingung dengan tingkah para dewa dan berniat menanyakan sesuatu tetapi sebelum sempat bertanya kepakanya ditarik untuk menunduk oleh dewa kematian.
"Apa yang kau lakukan? " Tanya Rangga melirik dewa kematian.
"Dia adalah dewa tertinggi dialam dewa ini, kaisar dewa" Ucap Dewa kematian.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!