Malam hari di sebuah taman nampak seorang gadis duduk seorang diri. Sesekali ia menoleh ke kiri dan ke kanan, celingukan seolah mencari sesuatu yang sedang ia tunggu.
Azahra Radya Almira, biasa di sapa Ara. Gadis manis bermata teduh indah menenangkan bagi yang melihatnya. Baik hati, pendiam, murah senyum, lembut, penyayang, punya jiwa sosial yang tinggi suka menolong tanpa pandang bulu.
Ara adalah gadis sederhana, dari kalangan rendah tetapi di anugerahi paras yang cantik, serta otak yang cerdas.
Ara...
Mahasiswi semester 4 yang sedang kuliah di sala satu universitas ternama dan cukup besar di kota ini dengan mengandalkan beasiswa penghargaan dari yayasan karena kecerdasannya.
Karena kecerdasannya di atas rata-rata membuat dia cepat menyelesaikan pendidikannya di bangku SMA.
Dia hanya mengenyam pendidikan selama 2 tahun, yaitu kelas 1 dan 3. Usianya tidak lama lagi akan memasuki 19 tahun.
Ara adalah gadis yatim piatu. Dia menyandang status sebagai anak yatim piatu sejak ibunya meninggal sewaktu duduk di kelas 3 SMA setelah terlebih dahulu ayahnya meninggalkan ia dan ibunya 5 tahun lalu karena kecelakaan.
Kehilangan ke dua orang tuanya membuat Ara menjadi sosok yang dewasa dan pekerja keras agar dapat berjuang hidup dan menempuh pendidikan. Untuk memenuhi hidupnya ia bekerja di sala satu kafe yang di rekomendasikan teman kampusnya.
Di kampus Ara mempunyai dua orang sahabat dekat, yaitu Ines dan Cindy. Mereka berteman sejak pertama masuk kuliah saat menjadi mahasiswa baru.
Kebaikan hati yang di miliki Ara membuat seorang pria jatuh cinta padanya tanpa memandang latar belakangnya.
Raka Rahardian Artawijaya. Pria berumur 23 tahun yang telah menyelesaikan pendidikan pascasarjana dan kini telah bekerja sebagai manager gudang dan logistik di salah satu perusahaan ternama di kota itu.
Awal pertemuan Ara dan Raka.
Waktu itu Raka mampir di cafe dimana menjadi tempat Ara bekerja karena ada janji bertemu dengan temannya. Sementara menunggu temannya yang belum datang, Raka ingin memesan minuman.
Ia memanggil sala satu pelayan, berulang kali Raka memanggilnya tapi pelayan itu seolah tidak perduli. Pandanganya hanya fokus melihat ke arah luar dengan gelisah.
Karena merasa panggilannya diabaikan, Raka bangkit dari tempat duduknya dengan maksud mendekati. Tapi belum sempat dia melangkah, pelayan itu malah beranjak dari tempatnya dan berlari keluar dengan cepat.
Raka agak kesal, matanya mengikuti ke arah perginya pelayan itu yang sedang berlari ke jalan raya yang banyak di lalui kendaraan dari dua arah.
Pelayan yang tak lain adalah Ara itu menerobos ke jalan raya dan segera berdiri di tengah jalan sambil membentangkan kedua tangannya sebagai isyarat agar kendaraan dari dua arah itu berhenti.
Nyaris saja sebuah mobil dari arah timur menabraknya jika sang sopir tidak segera menginjak rem dan membanting kemudinya.
"Cari mati ya?" pemilik kendaraan itu meneriakinya dengan tatapan marah.
"Maaf.....maaf!" hanya itu kata yang keluar dari mulut Ara.
Aksinya itu membuat jalanan macet dan menghebohkan para pemakai jalan.
Ara mengalihkan pandangannya ke bawah, di mana di depannya nampak seorang gadis kecil dengan posisi jongkok menangis ketakutan sambil memeluk seekor anak kucing.
Ara segera meraih anak itu ke dalam gendongannya, lalu membawanya ke tepi jalan dengan kakinya yang gemetaran.
Ya.... Ara juga sangat ketakutan, tangan dan kakinya gemetar, tulang kakinya terasa lemas seperti sudah tidak tersambung.
Arus lalu lintas kembali normal.
"Sayang, kamu gak apa apa?" ucap Ara lembut seraya memeriksa tubuh anak itu, syukurlah tidak ada tanda terluka atau cidera.
"Kamu sudah aman nak, jangan nangis lagi ya?" Ara menenangkannya dalam pelukannya, anak kecil ikut memeluknya sambil menangis. Gadis kecil itu juga tampak gemetaran karena hampir menjadi korban tabrak.
Dari belakang Ara nampak terdengar suara seorang wanita memanggil dengan suara cemas.
"Tasya, Tasya sayang..."
Anak kecil itu menoleh ke arah suara dan segera turun dari gendongan Ara ketika melihat siapa yang memanggilnya.
"Mama..." dia menghambur ke pelukan mamanya.
"Tasya takut ma, Tasya takut..."
"Tasya pergi kemana? Mama cari Tasya ke sana kemari. Jangan takut nak, mama ada disini." wanita itu menenangkan putrinya.
Ara menceritakan kejadian tadi, wanita itu terlihat syok. Dia juga menceritakan alasan sampai kehilangan putrinya itu.
Dia sangat berterima kasih pada Ara dan berniat memberikan sedikit uang sebagai rasa syukurnya, tapi Ara menolak dengan halus.
Ara hanya meminta kepada wanita itu agar lebih waspada lagi menjaga putri kecilnya.
*****
Karya author yang pertama 🙏
Mohon dukungannya ya 🙏😘
Dengan like rate, hadiah, dan votenya 😊
Terimakasih 🙏
Ara segera kembali ke dalam cafe.
Beberapa pengunjung nampak memuji aksi konyolnya tadi, termasuk rekan kerja dan manajernya.
Beberapa saat kemudian.....
"Ini pesanan anda Tuan, maaf kelakuan saya tadi. Saya tidak bermaksud mengabaikan panggilan anda. Saya berharap anda tidak kecewa dengan pelayanan kami." Ara memegang nampan yang berisi pesanan Raka dengan tangan yang masih sedikit gemetaran. Dan itu terlihat oleh mata Raka.
Raka tersenyum dan berkata
"Tidak apa Nona.....!"
Ara segera meletakan satu persatu pesanan Raka ke meja.
Kesempatan itu di gunakan Raka mencuri pandang wajahnya sekilas.
"Cantik, manis." gumamnya dalam hati dengan kagum.
"Silahkan nikmati pesanan anda tuan,
permisi." kata Ara tersenyum dan segera beranjak pergi setelah membungkukkan badannya sedikit.
"Gadis yang baik." ucap Raka pelan setelah langkah Ara menjauh.
Raka sendiri sebenarnya keluar dari cafe tadi untuk membantu, tapi dia terlambat. Ara sudah membawa gadis kecil tadi ke tepi jalan.
Jadi dia tinggal membantu menormalkan kembali jalan raya dan meminta maaf kepada pengguna jalan.
****
Sejak saat itu Raka mulai melamunkan Ara
dan mengkhayal kan gadis itu. Dalam pikirannya hanya ada Ara.
Wajah Ara selalu muncul saat dia bekerja, makan, mau tidur, atau sedang kumpul bersama teman kantornya. Raka selalu senyum senyum sendiri. Dia jatuh cinta pada gadis itu.
Perlahan-lahan dia mulai mencari tau tentang Ara, kehidupannya, kegiatannya, aktivitasnya, kampusnya dan tempat tinggalnya dengan cara mengintai dan mengikuti Ara dari jauh.
Di akui Raka, gadis polos itu memang baik,
punya jiwa sosial tinggi, perduli dan suka berbagi. Setiap bertemu dengan para pengemis, para gelandangan, para pemulung, Ara selalu menyisihkan sedikit uang kepada mereka, kadang juga memberi makanan. Bahkan berkumpul bersama mereka tanpa jijik.
Ara sangat perduli pada orang yang lemah. Serta menghormati orang yang tua dan menghargai yang lebih muda. Kadang kala saat gadis itu libur dan tidak sibuk, dia meluangkan waktu mengajari baca tulis pada anak anak jalanan yang tinggal di kolong jembatan dan rel kereta api.
Setelah hampir sebulan mengikuti Ara dan mencari tahu tentang kehidupannya secara diam diam, Raka mulai mendekati Ara secara langsung karena rasa ingin memiliki gadis itu sudah tidak bisa di bendung lagi. Cinta di hatinya sudah menggebu.
Tidak gampang mendekati Ara, tapi dengan segala perjuangannya juga bantuan dan dukungan dari ke dua teman Ara, Ines dan Cindy, akhirnya Ara menerima cintanya meski belum seutuhnya yakin. Karena takut dan khawatir Raka hanya main-main saja.
Tapi berkat kesabaran, kesungguhan cinta, kasih sayang, perhatian dan perlindungan yang Raka berikan, membuat hati Ara luluh dan mulai menerima dirinya. Dan perlahan Ara mulai mencintainya. Ara bukan hanya melihat ketulusan hati Raka yang begitu mencintainya, tapi juga melihat Raka adalah pemuda yang baik, rajin beribadah dan sedekah. Ara benar benar merasakan keseriusan serta cinta yang tulus darinya.
Begitulah awal pertemuan mereka hingga menjalin hubungan pacaran. Dan kini sudah terjalin selama 6 bulan.
Dan saat ini Ara berada di taman ini karena sedang menunggu kekasihnya itu. Raka menghubunginya tadi sore di telpon meminta bertemu di taman ini setelah isya. Karena ada sesuatu yang penting ingin di katakan.
Ara sendiri sebenarnya tidak datang sendiri ke taman, dia datang di temani sahabatnya Ines. Tapi Ines masih pergi sebentar untuk membeli minuman.
Suasana taman agak sepi dengan cahaya lampu yang remang remang, terlihat ada beberapa pasangan yang lagi asyik berkencan, pacaran berduaan agak jauh dari tempat Ara.
Sementara menunggu Raka dan Ines, Ara mondar mandir di sekitar tempat duduknya sambil mendekap sebuah jaket warna coklat.
Jaket itu milik Raka yang di pakaikan Raka kepadanya saat mereka kehujanan beberapa hari yang lalu. Dan malam ini dia berniat mengembalikannya.
Sesekali Ara mencium aroma wangi dari barang milik kekasihnya itu.
Sedang asik dengan lamunannya, tanpa di sadari sebuah tangan kekar menarik kuat jaket itu dari tangannya.
Ara terkejut, matanya seketika mencari tau siapa yang mengambilnya.
Di depannya nampak berdiri seorang pria misterius dengan postur tinggi tegap memakai kaus hitam, celana jeansnya juga hitam.
Wajahnya tidak begitu jelas karena memakai kaca mata hitam besar dengan brewok yang tumbuh lebat menutupi wajahnya, dan tambah lagi suasana sedikit gelap. Tapi Ara dapat melihat kalau pria ini memiliki kulit yang putih.
Timbul rasa takut di hati Ara, ketika menyadari kesendiriannya di taman ini.
"Tuan, kenapa anda mengambil jaket ku? tolong kembalikan." tanya Ara dengan tenang meski saat ini dia merasa takut.
Bukannya di kembalikan, pria itu malah menyeret tubuh Ara kebelakang dengan paksa dan menyandarkannya ke sebuah pohon yang berjarak 10 meter dari tempat duduknya tadi.
Lalu dengan gerakan cepat pria itu memakai jaket Raka, memakai topi miliknya yang terselip di saku celananya. Dan tanpa ragu ia merapatkan tubuhnya pada Ara, kedua tangannya di angkat ke atas tepat di atas kepala Ara, seolah mengurung tubuh Ara dengan tubuhnya.
****
Mohon dukungannya ya 🙏
"A-apa yang anda lakukan tuan." tanya Ara kaget. Dia berusaha mendorong tubuh pria itu sekuat tenaga tapi gagal, tenaga lelaki itu lebih kuat darinya.
"Lepas, lepaskan saya."
Tapi pria ini tak bergeming dari tempatnya.
Ara panik dan mulai takut, dia berpikir pria ini adalah orang jahat yang akan berbuat kurang ajar padanya.
Seumur hidup dia tidak pernah sedekat ini dengan pria manapun selain kekasihnya Raka. Jarak mereka sangat dekat hingga ia bisa merasakan hembusan nafas pria itu ke wajahnya .
"Tuan, menyingkir lah dari tubuhku." tangannya yang berada di dada pria itu, terus berusaha mendorong. Tapi pria itu tak perduli dengan ucapannya dan tak bergeming dari tempatnya.
Ara mendesah takut.
Pria itu, dapat melihat ketakutan di wajah Ara dari balik kacamata hitamnya. Matanya menatap wajah mungil di depannya ini dalam dalam.
"Mundur dan menjauhlah dariku tuan." ucap Ara kembali.
"Diamlah." katanya pelan tapi penuh tekanan.
"Mundur dan lepaskan saya, kalau tidak saya akan berteriak." ancam Ara dengan keras sambil memukul mukul dada pria itu.
"Menajuhlah dariku." teriak Ara kembali.
Suaranya yang keras mengundang perhatian
beberapa orang yang berada di tempat itu, mereka mengalihkan pandangan kepada mereka. Tapi hal seperti ini, sudah biasa mereka lihat di tempat ini, pertengkaran yang terjadi di antara para pasangan kekasih.
Jadi mereka hanya cuek saja dan tidak perduli dengan teriakan Ara.
Ara kesal, kembali mengangkat kepalanya hingga mata mereka bertemu karena pria itu juga masih menatap nya dari balik kacamatanya. Menatap sepasang mata indah teduh milik gadis itu, tapi Ara tidak dapat melihat itu.
"Kenapa anda melakukan ini padaku, apa salahku? menajuhlah dan lepaskan aku tuan, aku mohon." pinta Ara memohon sendu dengan bibirnya yang gemetaran. Nafasnya keluar masuk lewat mulut tak beraturan menyapu wajah pria brewokan ini.
"Diamlah, jangan bicara lagi." kata itu kembali menekan di telinga Ara.
"Kenapa anda melakukan padaku? apa salahku pada anda?" tanya Ara kembali dengan suara agak keras.
Ara hendak berbicara lagi.
Tapi belum sempat keluar kata dari bibirnya,
pria itu langsung membungkam mulutnya dengan mulutnya, sebelum suaranya menarik perhatian orang lagi.
Ara tersentak matanya membulat, tanpa sadar tangannya mencekal kuat baju pria itu, segera di tarik wajahnya kebelakang.
"Ciuman pertamaku." desisnya lirih, seraya memegang bibirnya seakan tidak percaya dengan apa yang terjadi barusan.
Lelaki itu terkejut mendengar ucapannya.
Ara memukul mukul dada pria itu dan berusaha sekuat tenaga mendorongnya.
Tapi percuma, pria itu malah menangkap kedua tangannya dan memegangnya kuat.
"Diamlah, jangan berisik. Kalau tidak aku akan membungkam mulutmu lagi." ancam pria itu kembali .
Ara langsung terdiam dan segera menutup mulutnya dengan kedua tangan mendengar ucapannya. Jantungnya berdetak kencang dua kali lebih cepat, dia mulai terisak kecil karena takut kembali memukul mukul dada pria itu.
Sesaat telinganya menangkap ada suara tapak sepatu yang mendekat.
Ia merasa senang, mengira itu adalah Raka,
kekasihnya.
Tapi begitu semakin mendekat, bunyi suara tapak itu semakin jelas, bukan hanya milik satu orang, tetapi banyak.
Ara menolehkan pandangannya ke arah suara itu, tidak jauh dari mereka berdiri nampak segerombolan pria berpakaian preman melihat ke sana kemari mengamati tempat itu seolah mencari sesuatu.
Ketakutan Ara semakin menjadi, dia berpikir mereka adalah teman dari pria ini yang akan berbuat jahat padanya .
"Tu-tuan, apa mereka teman anda ?
tolong jangan sakiti saya tuan, aku tidak mengenal anda, aku tidak punya masalah dengan anda, tolong jangan sakiti aku." pinta Ara menghiba.
Pria itu menekan jari telunjuknya ke bibir Ara sebagai isyarat untuk diam.
"Mereka bukan temanku, mereka adalah orng jahat, jadi diamlah, jangan bergerak dan berisik, tetaplah seperti ini sampai mereka pergi." bisiknya pelan .
Ara tersentak dengan mata membulat.
"O- orang jahat ?"
Pria itu mengangguk.
"Tapi apa hubungannya mereka denganku? aku tidak mengenal mereka."
"Mereka mengejar ku." bisiknya kembali di telinga Ara.
"Hah ??"
"Tapi kenapa anda melibatkan ku?"
"Sssst.. diamlah, atau kita berdua akan mati di sini." bisik pria itu kembali.
Ara kembali terkejut dan semakin takut. Dia segera menyembunyikan wajahnya di dada pria itu, dan memegang kous si pria kuat.
"Brengsek, lari kemana dia. Cepat skali menghilang." terdengar suara keras dari sala seorang gerombolan preman itu dengan nada marah .
"Cepat periksa tempat ini, aku melihat dia lari ke arah sini, aku yakin dia berada di tempat ini." sambungnya memberi perintah, sepertinya dia ketua dari gerombolan itu.
"Baik bos." jawab anak buahnya serentak, dan segera berpencar.
Ara mengintip ke belakang pria ini, karena para preman itu berada di belakangnya, dia melihat dua orang dari para gerombolan itu sedang mengamati mereka. Berjalan mendekat ke arah mereka dengan memegang benda tajam dan pistol.
Deru nafas Ara semakin tidak beraturan, keringat dingin mulai membasahi tubuhnya.
"Mereka mendekat ke arah kita tuan. Di tangan mereka ada pistol dan benda tajam." bisiknya dengan bibir gemetaran.
Dia kembali menyembunyikan wajahnya di dada pria itu seolah mencari perlindungan.
Beberapa menit lalu dia begitu takut dengan pria di depannya ini, sekarang dia malah ingin mencari perlindungan darinya.
Entah siapa mereka dan ada hubungan apa dengan pria ini, Ara tidak mau mencari tau.
Dia hanya ingin cepat keluar dari situasi buruk ini. Dia sangat berharap Raka kekasihnya segera datang dan menyelamatkannya.
Tapi di mana Raka? sudah selama ini dia juga belum datang.
Ara mulai terisak, membayangkan hal buruk yang akan terjadi pada dirinya.
Apakah para preman itu akan membunuh mereka?
Jika malam ini adalah takdir dari akhir hidupnya, maka ia merasa sangat bahagia karena akan segera bertemu ayah ibunya di surga.
Pria misterius itu membuang nafas berat, melihat Ara yang mulai terisak menangis ketakutan dan semakin menekan wajahnya di dadanya.
Otaknya berpikir keras, dia juga tidak ingin membahayakan gadis ini. Bahkan dia merasa menyesal telah menyeret gadis ini ke dalam bahaya dan masalahnya.
Perlahan dia melepaskan ikat rambut Ara, dan mengacak nya asal membuat rambut indah panjang gadis itu terurai berantakan, sebagian menutupi wajah Ara.
Bau harum dari rambut gadis itu menyesap masuk ke dalam hidungnya.
Ara sendiri tidak mengerti dengan apa yang di lakukan pria misterius ini, dia terdiam dan menurut saja dengan apa yang di lakukan oleh pria yang misterius ini.
Bahkan meski begitu dekat dengannya,
ia tetap tidak bisa melihat jelas wajah pria ini karena pengaruh tebalnya brewok dan jenggot yang menutupi wajahnya, di tambah kacamata hitam besar menutupi matanya.
Ara tersentak ketika pria itu menangkup lembut wajahnya dengan kedua tanganya yang kekar, dan di hadapkan ke wajahnya.
" A-apa yang ingin anda lakukan?" berusaha menarik wajahnya, tapi pria itu menahan tengkuknya kuat.
"Diamlah." katanya dengan berbisik.
Ara terdiam dan mengikuti instruksi dari pria itu karena tidak punya pilihan.
"Maaf." bisik kembali pria itu.
Setelah membisikkan kata itu, ia mendekatkan wajahnya ke wajah Ara, hingga hidung mereka bersentuhan.
Dan lagi...tanpa permisi, pria itu mencium bibir Ara kembali.
Ara tersentak, dengan mata membulat dan mulut sedikit menganga. Dia berusaha menarik wajahnya tapi tengkuknya semakin di tahan kuat oleh pria ini.
Dia tidak bisa mengelak, dan akhirnya hanya pasrah mengikuti permainan sandiwara pria ini dengan kekesalan yang mendalam.
Seandainya jika tidak di hadapkan dengan situasi buruk seperti ini, dia pasti sudah berteriak. Dia benci keadaan ini, bertemu dengan pria misterius yang seenaknya mengambil ciuman pertamanya yang selama ini ia jaga, dan sekarang malah kembali menciumnya untuk mengelabui orang jahat.
Seumur hidupnya dia tidak pernah berciuman di bibir seperti ini, kekasihnya Raka pun tidak pernah melakukan ciuman di bibirnya, karena Raka sangat menghargai dirinya.
Raka menciumnya hanya sebatas cium kening, tangan dan puncak kepala.
Tubuh Ara menegang ketika menyadari dan merasakan ciuman di bibir itu berubah menjadi sebuah ******* lembut, lidah pria itu sudah masuk menyapu rongga mulutnya, mengisap, membelit lidahnya lembut, menari nari di dalam mulutnya akibat dia sempat membuka mulutnya tadi.
Ara menarik keras wajahnya, memukul dada pria itu, tapi pria itu menahan tengkuknya sangat kuat dan semakin erat mendekap tubuh Ara dalam pelukannya. Terus mencium, ******* bibir gadis itu, terus memainkan lidahnya di dalam mulut Ara, yang di rasakan begitu manis dan sangat indah untuk di nikmati. Ini bukan sebuah ciuman akting lagi, tapi terasa seperti ciuman seorang pria pada kekasihnya.
Ara mulai kehabisan nafas, dia memukul mukul kembali dada pria itu keras. Mendorong kuat, tapi apalah daya tenaganya tidak sekuat pria itu. Dia melemah tak berdaya karena kesusahan bernafas.
Perlahan laki laki itu melepaskan ciumannya, melihat Ara melemah karena kesulitan bernafas. Dia menahan kuat tubuh Ara agar tidak jatuh ke bawah.
Ara tersengal-sengal, mengatur nafasnya yang memburu cepat, mengeluarkan nafas tinggal melalui mulutnya karena terasa sulit menarik dan mengeluarkan nafas lewat hidung.
Semetara kedua tangannya masih mencengkram kuat kaus bagian dada pria ini.
Bahkan tubuh mereka berdua yang sudah menempel kuat tanpa ada cela sudah tidak di sadari Ara, dia sibuk mengatur nafasnya.
Begitu juga dengan pria itu, mengatur nafasnya yang memburu cepat sambil menyantap wajah Ara lekat. Dia memegang wajah Ara.
"Cukup tuan, jangan lagi menciumku." pinta Ara lirih dengan suara sendu, dia menggeleng gelengkan kepalanya.
"Aku mohon, jangan lagi." pintanya lagi mulai terisak. Dia segera menyembunyikan wajahnya di dada pria itu agar pria itu tak lagi menyerang bibirnya.
Seperti merasa saling mengenal, keduanya saling memeluk. Pria misterius itu memeluk hangat sambil mengelus ngelus lembut punggung dan rambut Ara. Sesekali dia mengecup puncak kepala gadis itu.
Ara pun tanpa sadar semakin kuat memeluk tanpa menyadari keadaan tubuh mereka yang menempel seperti perangko. Dia terisak-isak kecil.
"Jangan menangis, aku minta maaf karena telah menyeret mu ke dalam bahaya." ucap pria itu merasa bersalah.
Ara hanya diam tak menjawab. Dia semakin terisak.
"Diamlah, mereka belum pergi dan masih memperhatikan ke arah kita." bisik pria itu di telinganya.
Ara terkejut dan semakin ketakutan.
Dia langsung mengangkat wajahnya menatap pria ini keduanya saling menatap.
Air matanya kembali mengalir.
Pria itu menyapu lembut kedua pipinya dan mengamati setiap bagian wajahnya dan berhenti pada bibir Ara.
"Apa ini pertama kali kamu berciuman di bibir?" bisiknya menatap lembut. Karena merasakan kekakuan pada bibir Ara saat di ciumnya tadi.
Ara mengangguk anggukan kepalanya dengan air mata yang kembali jatuh.
Pria itu mendesah panjang. Dia dapat melihat kejujuran di mata gadis ini.
"Maafkan aku ! sungguh maafkan aku karena merenggut ciuman pertama mu." dia mengecup kening Ara lembut, membuat Ara kaget dengan mata membulat .
Pria itu kembali memeluk Ara hangat.
"Sepertinya aku akan melakukannya lagi, mereka mendekat ke arah kita."bisiknya pelan.
Ara semakin terisak isak tertahan mendengarnya seraya menggeleng gelengkan kepalanya. Segera dia melirik ke belakang pria itu. Memang benar kedua preman itu tampak melangkah ke arah mereka.
Ara kembali semakin ketakutan, dia kembali menekan wajahnya di dada pria itu mencari perlindungan.
"Aku akan menggendong mu, lingkarkan kedua kakimu di pinggangku." kata pria itu seraya mengangkat wajah Ara, lalu menyapu air matanya.
Dahi Ara mengerut
"Untuk apa?" Ara tidak mengerti.
Pria itu tidak menjawab. Dia kembali menyapu sisa air mata Ara.
"Maafkan aku karena telah menyeret mu ke dalam masalahku." bisiknya lagi dengan tatapan bersalah. Lalu mengangkat tubuh Ara dan menggendongnya.
Ara terkejut dan segera menautkan kedua kakinya karena takut jatuh. Dia yang hanya memakai dress pendek membuat tubuh bagian bawahnya menempel di perut pria itu. Ara mendesah sedih. Tapi untungnya dia memakai celana pendek .
Pria itu juga merasakan bagian tubuh Ara di perutnya, dia menelan salivanya.
Air mata Ara semakin banyak mengalir.
Keduanya saling bertatapan dengan sangat dekat, sampai hidung mereka bersentuhan.
Pria itu menekan tubuh Ara di pohon, menatap wajah Ara sesaat, lalu mendaratkan kembali bibirnya di bibir Ara.
Ara mendesah sedih memejamkan matanya dengan air mata kembali mengalir, dia menutup bibirnya, hingga pria itu hanya bisa menciumi bibir luarnya saja, mengecup dan mengecup.
Sungguh dia sangat benci dengan situasi ini, maksud hati ingin berjumpa dengan kekasih yang sangat di cintainya, malah bertemu dengan pria misterius yang sama sekali tidak di kenalnya. Dan lebih buruk lagi merenggut ciuman pertamanya dan menciumnya berulangkali. Ara mendesah sedih
Lidah pria itu lolos masuk ke mulutnya saat dia tanpa sadar mendesah sedih dan menelan ludah pahitnya. Lidah itu kembali bermain main lembut seperti ciuman pertama tadi.
Ara mendesah dan terdiam pasrah tanpa membalas. Hanya airmatanya yang semakin banyak jatuh bahkan sampai masuk ke dalam mulut pria itu, kedua tangannya meremas agak kuat rambut pria ini. Nafasnya memburu cepat tak beraturan
Adegan mereka yang kembali berciuman sukses membuat langkah gerombolan preman itu berhenti mendekat.
Melihat pria dan wanita yang sedang asik berciuman, berpelukan, bermesraan tanpa rasa malu dan tidak perduli dengan situasi.
"Bos, sepertinya si brengsek itu tak ada disini. Kami juga sudah memeriksa tempat ini. Tidak ada yang memakai pakaian seperti yang di kenakan si brengsek itu." kata seorang anak buahnya.
"Lebih baik kita cari ke tempat lain saja bos sebelum dia pergi jauh." timpal yang lainnya.
"Sebaiknya kita pergi saja, jangan mengganggu keasikan mereka." melihat ke arah Ara dan pria itu, lalu mereka tertawa bersama sama.
Sang bos mendengus geram.
Sebenarnya dia sedikit curiga dengan pria yang sedang bercumbu dengan Ara ini. Karena postur tubuhnya yang dia yakini sama dengan orang yang mereka kejar, hanya pakaian mereka berbeda.
"Cepat kalian berpencar, cari laki laki itu sampai dapat, bila perlu kita harus menggeledah seluruh isi kota ini untuk menemukan nya ! perhatikan pakaiannya, dia memakai kous hitam dan celana jeans hitam. Cepat temukan sebelum dia semakin jauh dan berganti pakaian." perintah sang bos dengan suara keras.
"Baik bos." ucap mereka serentak dengan suara tak kalah keras dari pimpinan mereka .
"Hey bung, kalau ingin berbuat mesum jangan disini, ajaklah teman wanitamu itu ke hotel, sepertinya kalian sudah tidak tahan menahan hasrat kalian ! permainan mulut kalian semakin panas." teriak sang bos kembali pada mereka di selingi tawa keras.
"Ada hotel terdekat di area sini, harganya juga cukup murah ! pergilah kesana, kalian bebas melakukan apa saja ! gerayangi tubuh wanita mu itu di sana ! pergilah cepat ! hahahaha." lanjutnya lagi.
Mereka kembali tertawa terbahak bahak. Lalu segera bergerak melangkah pergi dengan berlari cepat.
Apa? mesum? hotel ?
Ya Allah, batin Ara Semakin sedih mendengar cibiran dan olokan mereka. Seolah-olah dirinya adalah perempuan murahan.
******
Dukung author ya dengan memberi like, rate, hadiah dan vote biar author tambah semangat untuk up🙏
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!