NovelToon NovelToon

Menikah Karena Janji

PROLOG

Pertama tama sebelum membaca novel saya ini, saya cuma mau bilang, Maaf sebesar-besarnya kalau bayak typo yang bertebaran. Maklum saya manusia punya kekurangan dan kelebihan, kekurangan saya ya itu, selalu saja banyak typo padahal selalu di cek sebelum up 😁😊. Ini karangan aku yang kedua yang di kontrak. kalau kalian suka silakan like, komen, kalau memang senang silahkan vote. saya enggak maksa bagi yang ikhlas saja. Semoga kalian suka dengan karya saya 🥰👇👇👇👇

🌺🌺🌺🌺🌺

Tepat pukul lima sore seorang pria paruh baya baru saja tiba di rumahnya, setelah sesaat ia memarkirkan mobilnya di garansi. Pria itu adalah pak Revan. Ayah kandung Olif selaku toko utama dalam novel ini.

Di sisi lain seorang wanita yang umurnya melewati empat puluh tahun, berdiri tepat di ambang pintu.

Wanita tua itu mengembangkan penuh senyumannya tak kala melihat seseorang yang sudah dari tadi dia tunggu-tunggu sedang melangkah ke arahnya, siapa lagi kalau bukan Pak Revan.

Dan yang menunggunya sudah pasti istrinya, Ibu Susi.

🌺

"Ehhh.... Papa mau kemana?? katanya janji mau menjemputmu putri kita di bandara, ini sudah terlambat Lo." berucap Ibu Susi tak kala melihat suaminya malah menerobos masuk sesaat setelah ia menyalami sang istri terlebih dahulu.

"Iya, Mah, sebentar. Papa mau ganti baju dulu." Sahut pak Revan.

"Tidak perlu, tidak usah gonta-ganti baju segalak. Begini aja udah bagus, emang kita mau pergi kondangan. Kita ini mau menjemputmu putri kita di bandara." seru Ibu Susi dengan gerak cepat menghadang langka suaminya itu.

"Tapi, Mah, badan Papa itu bau. Nanti kalau orang-orang di bandara pada muntah-muntah bagaimana. Kan bisa malu." ucap pak Revan memberikan alasan, padahal ia sudah tidak tahan ingin segera mandi.

"No... Pokoknya Papa tetap enggak boleh ganti baju dulu apalagi mandi. Sebelum Olif pulang Papa tidak boleh mandi sama sekali titik."

"Hahhh... Baiklah." kalau sudah titik berarti tidak ada koma. Dengan nafas panjang pak Revan melayangkan kakinya lagi.

Ibu Susi pun langsung tersenyum penuh kemenangan, pasalnya ia sudah tidak sabar ingin bertemu anak bungsunya itu.

Sudah tiga tahun terakhir ini Ibu Susi sangat merindukan Olivia. bahkan Ibu Susi tak ada hari tak pernah melakukan panggilan video call dengan Olivia.

Walau terkadang Olivia sangat sibuk tapi dia tetap menyisikan sedikit waktu untuk berbicara pada Ibunya itu. Pekerjaan kuliah di semester terakhir sungguh benar-benar membuat dirinya super sibuk.

"Halo sayang kamu di mana?? apa kamu sudah sampai di bandara.??" tanya Ibu Susi ketika mendapat panggilan masuk, dan melihat nama Olivia tertera di layar ponsel.

"Iya Mah, Olivia sudah tiba di bandara. Mama di mana Olif tidak melihat Mama??" tanya Olivia dari sebrang sana. Ia barusa keluar dari pesawat, berharap bisa segera bertemu orang tuanya.

"Tu kan Pah, Olivia sudah sampai. Papa sih kelamaan sudah di bilang pergi dari tadi juga." omel Ibu Susi seraya memukul pelan paha Pak Revan.

"Sayang kamu tunggu di sana dulu ya, Mama dan Papa lagi dalam perjalanan sebentar lagi kami pasti akan sampai." ucap Ibu Susi.

"Iya Mah, kalau begitu Olivia tunggu di depan saja." Sahut Olif setelah itu langsung mematikan ponselnya dan memasukkan ponsel itu ke dalam tas jinjit yang sudah bergantung di bahunya.

Wanita itu dengan elegan berjalan seraya menenteng koper Xiaomi berwarna putih kelabu.

Di lengkapi dengan kacamata hitam, rambutnya panjang terurai begitu saja dan apalagi Olivia sekarang menggunakan dress berwarna hitam pekat membuat dirinya bak model papan atas dunia.

Semua mata menatap penuh kagum ke arah Olivia, kecantikan Olivia sangatlah terpancar hingga membuat laki-laki mata keranjang langsung melotot tanpa berkedip sama sekali.

Dengan langkah kaki yang panjang dan elegan Olivia terus berjalan tanpa menoleh ke kanan maupun ke kiri ia hanya fokus menatap lurus ke depan.

hingga tampa ia sadari seorang pria menabraknya dari arah samping.

Brukkk...

Kacamata Olivia sontak terjatuh ke lantai akibat benturan tabrakan itu. Olivia langsung menatap ke arah orang yang menabraknya dengan perasaan kesal.

"Hey, apa kau tidak punya mata." gerutu Olivia kesal dengan sorot mata menajam.

Sebuah senyuman tersungging di bibir pria itu, entah apa yang ia pikirkan namun sesaat kemudian pria itu malah pergi meninggalkan Olivia yang masih menatap dirinya tajam

"Hey... dasar laki-laki brensek." teriak Olivia kesal karena pembicaraannya tidak di respon sama sekali.

Sontak Laki-laki itu pun menghentikan langkahnya tak kala mendengar teriakkan Olivia yang begitu keras. "Mah, nanti kita bicara lagi." laki-laki itu mematikan panggilan telepon sebelum sesaat membalikkan badan menghampiri Olivia.

"Apa kau bilang tadi." seraya mengambil kacamata hitam yang menutupi matanya hingga dengan sangat jelas Olivia bisa melihat bagaimana bentuk wajah orang itu.

"Ya Tuhan dia sangat tampan." Olivia tidak mengedipkan matanya sama sekali.

"Halo, kenapa kamu melihatku seperti itu." gerutu laki-laki itu.

"L-Laki-laki brensek." guma Olivia lagi sedikit terbata-bata.

"Varrel..." teriak seseorang tak jauh dari mereka.

"Mama..." laki-laki itu mengembangkan penuh senyumnya. kemudian ia kembali melirik ke arah Olivia.

"Dengar ya, urusan kita belum selesai, aku pasti akan membuat kamu bertanggung jawab atas apa yang kamu katakan tadi." ucap Varrel seraya melototi Olivia lalu ia langsung berlari menghampiri Mamanya.

"Iiiiiii... dia pikir aku takut apa." gerutu Olivia kesal mengambil kembali kacamata lalu bergegas pergi.

*******

"Papa Mama." ucap Olivia langsung menyalami kedua tangan orang tuanya setelah sesaat pak Revan dan Ibu Susi turun dari mobil Alphard Vellfire berwarna putih berhenti tepat di depannya.

"Sayang..." Ibu Susi langsung memeluk putri bungsunya itu "Mama sangat merindukanmu sayang." Ibu Susi semakin mempererat pelukannya.

"Olif juga Mah, Olif sangat kangen sama Mama."

"Papa enggak di peluk ni, hem. berati Olif cuma kangen sama Mama doang sedangkan Papa enggak." ketus pak Revan.

"Aaaaa Papa, Olif juga kangen tau sama Papa." ucap Olif juga memeluk pak Revan.

"Ayo sayang kita pulang Mama tadi sudah memasak makanan kesukaan kamu." Ajak Ibu Susi setelah merenggangkan pelukannya.

"Beneran Mama masak masakan kesukaan Olif...??"

"Iya sayang. Mama sudah memasak ayam goreng, sate Padang dan cumi-cumi panggang itu masakan yang paling kamu suka kan...??"

"Aaaaaa... itu masakan kesukaan Olif semua." ucap Olivia penuh semangat.

"Ya sudah ayo kita pulang." ajak pak Revan.

Sementara di tempat lain Varrel sama juga halnya dengan Olivia, ia juga sangat merindukan kedua orangtuanya.

"Mah Papah Mana...??" tanya Varrel karena sadari tadi ia tidak melihat pak Edy papa Varrel.

"Papa tadi pergi keluar kota sayang ada pekerjaan yang sangat penting jadi papa tidak bisa menjemput kamu." jawab Ibu Ratna yang merupakan Ibu kandung Varrel.

"Hem,." seketika wajah Varrel langsung lesu. ia begitu sangat merindukan Papanya. karena semenjak dia pergi ke Amerika melanjutkan pendidikan perguruan tinggi di sana Varrel sama sekali belum melihat wajah pak Edy.

Kalau Ibu Ratna, Varrel sering melakukan panggilan video call tapi dengan pak Edy, Varrel tidak pernah melakukan panggilan video call karena pak Edy sangat sibuk dengan pekerjaannya.

Apalagi sekarang pak Edy sudah menjadi pengusaha terkenal yang di kagumi masyarakat kota.

"Ayo sayang kita pulang Mama sudah siapkan makanan kesukaan kamu." tutur Ibu Ratna memecahkan keheningan mengajak putra semata wayangnya pulang.

**Bersambung.....

Kedatangan Cinta

Di Rumah Kebesaran Pak Revan.

Seusai makan malam Ibu Susi dan pak Revan duduk di ruang keluarga sementara Olivia kembali ke kamarnya.

Olivia merebahkan tubuhnya di atas ranjang dengan bola matanya menatap langit kamar.

Ia sangat teringat dengan kamar ini, kamar yang sudah ia tinggalkan selama tiga tahun belakangan ini.

Olif benar-benar sangat merindukan dirinya yang dulu yang selalu berebutan barang dengan kakaknya Yuna. walaupun Yuna terpaut lebih tua dari pada Olivia tapi Yuna tetap tidak mau mengalah dengan adik semata wayangnya.

Olivia tersenyum sendiri membayangkan kejadian waktu masa kecilnya, kejadian benar-benar tidak terlupakan dalam pikirannya.

Ting.... suara notifikasi ponsel berbunyi. Suara itupun menyadarkan Olivia dari lamunannya seketika.

Ia bergegas mengambil ponsel yang tadi ia letakkan di atas nakas.

"Cinta..." Olivia menaikkan alisnya sebelah ketikan ia melihat nama Cinta tertera sangat jelas di layar ponselnya.

Cinta merupakan temannya sekaligus sahabat terbaik yang pernah ia kenal. Walau kadang mereka selalu berantem tapi pada akhirnya mereka selalu saling memaafkan.

"Olif apa kamu sudah kembali ke Jakarta?? kenapa kamu tidak memberitahukan ku?? Apa kamu tidak menganggap aku lagi sebagai temanmu?? Apa kamu tau aku sangat merindukanmu?? Kau ini benar-benar menyebalkan!!" Sebuah pesan yang begitu banyak pertanyaan yang di kirimkan Cinta

"Hufff... Bagaimana Cinta bisa tau kalau aku sudah kembali ke Jakarta...??"

Ting... notifikasi kembali masuk.

"Aku ke rumahmu sekarang! Jangan bilang kalau kamu tidak di rumah. Pokoknya kamu harus menemui ku saat aku tiba di rumahmu"

Olivia mematikan ponselnya sesaat ia akan kembali merebahkan tubuhnya kembali di atas ranjang.

Memejamkan mata sungguh membuat tubuhnya terasa sangat rileks, namun tidak untuk saat ini karena suara bel berbunyi segera menyandarkan dirinya.

Ting tong...

"Hahhh.... Cinta." sontak langsung bangkit dari ranjang.

"Secepat itu kah dia datang." Olivia menggelengkan kepalanya merasa tak habis pikir dengan sahabatnya itu.

*

"Eeeehhhh... Nak Cinta." tutur Ibu Susi setelah sesaat ia membukakan pintu dan melihat Cinta berdiri menampakkan gigi putihnya berjejer rapi

"Malam Tante." sapa Cinta seraya menyalami tangan Ibu Susi. "Olivia ada Tante...?? tanyanya to the point.

"Ada, dia baru saja naik ke kamarnya."

"Benarkah, berarti benar dong kalau Olif sudah pulang dari luar negeri."

"Cinta..."

"Haaaa.... Olif..." Cinta menerobos masuk kedalam saat melihat sahabatnya itu memanggilnya. Pelukan erat pun terjadi di antara mereka.

"Aku sangat merindukanmu." guma Cinta semakin mempererat pelukannya.

"Aku juga."

Sebuah senyuman pun ikut tersungging di bibir Ibu Susi. Ia juga merindukan moments ini di mana Cinta selalu berkunjung ke rumahnya hanya untuk bermain walau mereka sering bertemu di sekolah.

Tak berlangsung lama Ibu Susi pun pergi meninggalkan mereka.

"Kamu tau aku sangat senang saat mengetahui kalau kamu akan pulang ke Indonesia. Aku bahkan tidak bisa tidur dengan nyenyak sebelum melihat dirimu." Cinta mencibir pipi Olivia gemas.

"Aaauuu... sakit Cin." Olivia memanyunkan bibirnya.

"Aku punya gosip terbaru ni buat kamu." Cinta sontak antusias kegirangan.

"Jangan bilang kalau ini gosip tentang cowok." terka Olivia.

Karena memang biasanya, sahabatnya yang satu ini selalu membahas tentang perihal cogan. Di mana ada cogan di situ pasti ada dia, bukan hanya satu tapi Cinta hampir mengidamkan semua cogan yang pernah ia liha.

Baik K-Pop, drama Cina sampai film transgender Thailand pun ia sangat menyukainya. Bahkan hampir semua film cogan Thailand ia tau.

"Iya kamu benar banget, tapi kita jangan bahas di sini kita bahas di kamarmu saja." pinta Cinta sudah sangat kegirangan.

"Hem, tapi kamu jangan berteriak ya nanti di kira aku apa-apain kamu lagi."

"Siap Bu bos" Mengangkat tangannya layaknya anak buah sedang berbicara dengan komandan.

*****

Di Kediaman kebesaran keluarga Pak Edy

Kegelisahan pun melanda hati Ibu Ratna, ia sudah dari tadi menunggu pak Edy tak kunjung pulang.

Tidak seperti biasanya pak Edy pulang terlambat walau pergi keluar kota sekalipun. Biasanya Pak Edy selalu mengabari Ibu Ratna kalau ingin pulang terlambat.

Namun kali ini benar-benar menghawatirkan, Ibu Ratna pun sudah berkali-kali mengirim pesan tapi sampai saat ini tidak ada balasan satupun.

Suara nafas beratnya terdengar memburu hingga membuat Ibu Ratna mondar-mandir di tempat.

"Mah, Papa masih belum pulang...??" Varrel baru turun dari anak tangga mendekati Mamanya.

"Belum, Mama sangat khawatir."

"Varrel akan coba tanya sama pak Revan mungkin saja pak Revan tau di mana Papa." Varrel mengambil ponsel di saku celananya.

Pak Revan adalah salah satu teman baik pak Edy, mereka sering menghabiskan waktu bersama dalam menjalankan bisnis.

Walaupun pak Edy jauh lebih berkuasa dari pada pak Revan namun pak Edy tidak pernah membeda-bedakan, pak Edy menganggap itu semua sama.

Terdengar suara langkah kaki yang tak jauh dari mereka berdua. Dengan langkah kaki gontai pak Edy memasuki mansion, baju kusut, dasi longgar dan rambut acak-acakan membuat penampilan pak Edy bagaikan orang habis lari maraton kehausan mencari air.

"Papa." guma Ibu Susi terkejut saat manik-manik matanya berhasil menangkap soso laki-laki yang mengisi hatinya.

Wanita itu segera berlari menghampiri suaminya.

Varrel seketika langsung mematikan ponselnya, menyimpan benda itu kepada tempatnya kembali. "Pah, Papa kenapa...??"

"Nak kau sudah pulang." pak Edy tersenyum manis. "Maaf Papa tidak bisa menjemputmu di bandara." pelukan hangat pun terjadi.

"Tidak apa-apa Pah, Varrel tau kok kalau Papa sibuk lagian tadi ada Mama yang jemput Varrel."

"Pah duduk dulu Mama akan membuatkan kopi untuk Papa." tinta Ibu Ratna.

"Papa sudah lama menunggu mu nak. Papa sudah sangatngat lelah Papa ingin beristirahat sebentar. Dunia bisnis benar-benar membuat Papa capek." keluh pak Edy.

"Papa jangan khawatir Varrel akan berusaha sebaik mungkin, Varrel janji kalau Varrel akan membuat Papa bangga."

Sudah beberapa bulan akhir ini pak Edy sangat sibuk, dia tidak punya waktu untuk beristirahat sedikit pun.

Pekerjaan mengurus proyek barunya di Belanda sungguh benar melelahkan sampai harus membuat ia bolak balik keluar negeri.

Kepulangan Varrel putra semata wayangnya membuat pak Edy sangat bahagia, pak Edy sekarang sangat membutuhkan Varrel untuk mengembangkan bisnisnya.

Apalagi bisnis pak Edy sekarang bertumbuh sangat pesat dan pastinya membutuhkan tenaga tambahan.

"Pah, ini kopinya di minum dulu, mumpung masih hangat." tutur Ibu Ratna seraya meletakkan kopi di atas meja.

"Makasih Mah."

"Oh ya nak, ada sesuatu yang ingin Papa bicarakan sama kamu. Tapi sebelum itu Papa ingin tau apa kamu menyetujui permintaan Papa ini atau tidak." tutu pak Edy setelah sesaat dia meneguk sedikit kopi yang diberikan kepadanya lalu setelah itu menaruh kopi tersebut di atas meja.

"Pah, kenapa Papa berbicara seperti itu. Apapun yang Papa inginkan pasti Verrel penuhin." sahut Varrel cepat.

Seperkian detil pak Edy terdiam, matanya yang abu-abu sekilas menatap kearah istrinya lalu kembali teralih kearah Varrel.

"Papa ingin kamu segera menikah." pak Edy terdiam sejenak.

"Papa ingin kamu menikah dengan putri kedua dari keluarga pak Revan, namanya Olivia."

"Sebenarnya dulu, sebelum Papa menikah dengan Ibumu Papa melakukan kesalahan yang sangat fatal, papa membunuh orang hingga dia mati, Papa saat itu sangat emosional. Papa tidak bisa berpikir panjang lagi hingga Papa bertekad membunuh orang itu."

"Dua hari setelah kejadian itu Papa di kejar-kejar polisi, Papa tidak tau harus kemana lagi, Papa frustasi hingga Papa berencana ingin bunuh diri."

"Papa ingin terjun dari atas gedung tinggi Papa ingin segera mati. Tapi pak Revan tiba-tiba datang melarang Papa melakukan hal keji itu."

"Dia membawa Papa kerumahnya, dia merawat Papa sangat baik. Dia bahkan menyewa pengacara sangat mahal untuk menolong Papa dari kasus kriminal itu."

"Selama masa kasus itu Papa berjanji pada diri Papa sendiri kalau suatu hari nanti kalau Papa memiliki seorang anak maka Papa akan menikahi anak Papa dengan anak pak Revan."

pak Edy memegang bahu Varrel. "Kamu mau kan nak menebus janji Papa...??" suara pak Edy penuh mohon. Ia sangat berharap kalau Varrel mau menyetujui permintaannya ini.

"Tentu, apapun akan Verrel lakukan demi Papa." jawab Varrel dengan cepat tanpa pikir panjang. Dirinya seakan pasrah kalau memang itu jalan hidupnya.

Pak Edy dan Ibu Ratna pun tersenyum senang, mereka tidak menyangka kalau Varrel akan menyetujui permintaannya secepat ini. Padahal mereka sudah sangat khawatir kalau Varrel akan menolak.

Bersambung......

Maaf ya cerita masa lalu pak Edy aku singkat sesingkat-singkatnya 😁😁😁 soalnya panjang banget 😔 jadi pendekin aja😁💪

Maukah kau menikah

Di kediaman pak Revan

Semua lampu sudah di matikan baik ruangan tengah, dapur dan ruang utama semua sudah nampak gelap gulita tak tersisa cahaya sedikitpun. terkecuali lantai dua di sana nampak sangat terang seakan-akan ini masih jam delapan malam padahal jam sudah menunjukkan pukul tepat 11 malam. entah apa yang di lakukan dua wanita itu mereka seperti tidak sadar kalau sekarang sudah tengah malam.

"Aaaaaa.... aaaaaa... aaaaaa..." suara teriakan Olivia dan Cinta bersama mereka berteriak sekeras mungkin seraya memukul kasar bantal sedangkan yang satunya lagi menjambak bantal dengan sekuat tenaganya. melakukan dengan gaya berbeda, Olivia nampak tenang memukul bantal ia berusaha setenang mungkin walau hatinya tak karuan merasa tidak tenang. berbeda dengan Cinta, wanita itu sudah dari tadi jungkir balik dengan bantal.

"Aaaaaa... sedikit lagi sedikit lagi sedikit lagi, aaaaaaa..." Cinta sudah tak karuan ia bahkan meloncat-loncat di atas kasur.

"Aaaaaaa Olif. Salawat, salawat cium Tine." teriak Cinta kegirangan seraya meloncat di atas kasur.

"Aaaaaa... dia sangat tampan. aaaa... aku nyesel banget enggak nonton kemaren. aaaa..." Olivia kini sama halnya juga dengan Cinta, ia sudah merasa tak karuan dengan film yang romantis yang mereka tonton.

"Aku enggak tahan Lif aku enggak tahan." teriak Cinta memeluk erat Olivia.

"Maukah kamu menikah dengan ku...??" (Suara drama dalam tv)

Olivia dan Cinta sontak berteriak sekeras keras mungkin, mereka merasa sangat senang dan sangat bahagia.

"Terima, terima, terima."

"Yes."

"Aaaaa.... aaaaaa...." mereka berdua loncat kegirangan.

Brukkk....

"Ada apa kenapa kalian berteriak...??" ucap pak Revan sudah setengah mati panik seraya menghampiri Olivia dan Cinta.

Olivia dan Cinta sontak langsung diam mereka juga sangat terkejut dengan suara pintu yang begitu keras. "Egrrrr... kami tidak apa-apa Pah." Olivia turun dari ranjang menghampiri pak Revan.

"Om..." Cinta cengar-cengir tidak tau harus jawab apa.

"Jangan buat jantung Papa copot. cepat katakan kenapa kalian berteriak...??"

"Kami... hehehehe... kami tadi nonton film Pah." Olivia mengigit bibir bawahnya.

"Nonton film?? kalia berteriak seperti itu tengah malam begini karena nonton film...??"

"Hehehehe... iya Om." Cinta menampakkan gigi putihnya.

"Hahhhh... Olif, matikan TV dan langsung tidur ini sudah malam jangan berteriak lagi. kalau tidak satu RW akan datang ke sini mereka pikir ada kebakaran." tutur pak Revan sebelum sesaat melangkah pergi.

"Kalian ya, tidak berubah-ubah ini sudah malam jangan nonton lagi sambung besok saja. Cinta jangan teriak lagi ya, kalau enggak nanti Tante tidak bisa mengendalikan Om lagi." tutur Ibu Susi menasehati.

"Iya Tante, maaf Cinta telah membuat keributan."

"Tidak apa-apa sayang, kalian boleh berteriak tapi jaga waktu jangan tengah malam seperti ini ya." ucap Ibu Susi setelah itu langsung pergi.

"Tuh kan kita kenak marah, kamu sih di bilangin jangan berteriak." ucap Olivia seraya menutup pintu kembali.

"Lah kok aku, kamu kan juga sama berteriak." jelas Cinta tak terima.

"Ya Allah Cin..." Olivia menutup mulutnya rapat-rapat. "Dari tadi TV nyala terus...??"

Brukkk... Olivia memukul pelan bahu Cinta. "Kenapa kamu tidak mematikan TV kalau Papa lihat bagaimana, nanti Papa pikir macam-macam lagi." gerutu Olivia. dia tidak tau harus menaruh wajahnya di mana kalau sampai pak Revan meliha apa yang mereka tonton dari tadi. tidak kebayang pasti pak Revan akan berpikir kalau putrinya yang satu ini berkeinginan lain 😁.

"Aaauuu... memangnya kenapa sih Lif...??" tanya Cinta tidak tau apa maksud dari perkataan Olivia.

"Ya Tuhan Cinta, kalau masalah cogan aja nyambungnya cepat kayek listrik tapi kalau yang lain lambat kayek keong." kesal Olivia ia langsung mematikan TV. "Tidur sana jangan di pikirkan lagi, mau kamu pikir sampek kucing bertanduk pun otak kamu enggak akan nyampek."

"Aaaahhh..." ---

*****

Pagi itu masih di keluarga pak Revan seusai sarapan pagi mereka semua pergi bersantai di taman belakang rumah menikmati hembusan angin yang sejuk. secangkir teh hangat dan roti Roma kelapa membuat santai mereka lebih sempurna.

Sedangkan Cinta, gadis itu sesuai sarapan pagi dia langsung pamit pulang setelah mendapat panggilan telepon dari ibunya. padahal ia sangat ingin menghabiskan waktu weekend bersama keluarga Olivia, berlibur bersama keluarga pak Revan memanglah epic pikir Cinta karena semuanya gratis tanpa mengeluarkan uang sepeserpun. Cinta sukanya gratisan wkwkwkw.

keluarga pak Revan termasuk salah satu pengusaha sukses di Indonesia tapi tidak sesukses pak Edy yang bisnisnya sudah berkembang pesat ke negara orang. pak Revan hanya memiliki beberapa saham saja dengan antar pembisnis. pikir pak Revan itu udah lebih dari cukup untuk menghidupkan keluarga kecilnya itu. apalagi anak pak Revan perempuan semua setelah menikah mereka pasti akan di pergi ikut suami. Hem, tidak ada yang bisa di suruh mengurus bisnisnya.

"Pah Mah, Olif mau sambung S2 boleh?? Olif pengen sambung S2 di Inggris." ucap Olivia mengutarakan niatnya.

"Tidak." sahut pak Revan cepat.

"Maksud Papa khukhukhku... Papa sudah tua nak Papa tidak ingin kamu pergi jauh lagi." sambung pak Revan lagi berpura-pura batu mungkin ini saatnya mengeluarkan jurus jitu pikir pak Revan.

"Tapi Pah."---

"Khukhukhku..." pek Revan semakin memperkeras batuknya.

"Pah minum dulu." ibu Susi menyodorkan gelas berisi kopi hitam hangat.

"Papa tidak apa-apa...??" tanya Olivia bangkit dari kursi mendekati pak Revan.

"Khuk... Papa sudah tua nak Papa ingin melihat kamu bahagia sebelum Papa mati."

"Aaaa... Papa jangan bicara seperti itu, Papa akan baik-baik saja Olif enggak akan pergi ke mana-mana Olif janji." tutur Olivia sedih memeluk pak Revan.

"Suuttttt..." pak Revan mengedipkan matanya pada Ibu Susi. " Ok." Mengajukan jempol.

"Apa kamu mau memenuhi permintaan Papa sebelum Papa meninggal. ukhukukkk...."

"Aaaa... hik... jangan bicara seperti itu." Olivia semakin mempererat pelukannya.

"Kamu mau kan nak...??" dengan nada serak.

"Hik... hik... iya Olif mau, Papa mau apapun akan Olif penuhi." Olivia tidak bisa menahan air matanya lagi ia merasa sangat sedih mendengar pak Revan berbicara seperti itu.

"Papa ingin kamu menikah dengan teman anak Papa. kamu maukah menikah dengannya khukhukhku...."

"Ya Allah suamiku seharusnya kamu jadi aktor saja tidak udah jadi pengusaha, bakat mu sungguh luar binasa." Ibu Susi menggeleng kepalanya.

"Huppp... hik... iya Olif mau." mungkin kini saatnya ia membalas semua kebaikan Papanya pikir Olivia. penderitaan tidaklah penting selain kebahagiaan orang tua. tidak apa-apa menikah sama orang yang tidak pernah aku kenal sama sekali dari pada aku harus melihat Papa menangis karena diriku.

**Bersambung.....

Sebentar lagi aku aka masuk di Indosiar. "Suamiku ternyata tidak aku kenal sama sekali." kumenagis... membayangkan betapa kejamnya dirimu atas diriku kau duakan cinta ini kau pergi bersamanya....😭😭😭😭 terusin aja sendiri ya 😁😁😁**

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!