NovelToon NovelToon

Nikah Dadakan

Bab 1

.

.

.

Seorang mahasiswi di salah satu Universitas Negeri di Indonesia sedang mondar-mandir mencari temannya. Pasalnya mereka berdua, Nesa dan Mila sedang jalan bareng mengitari sebuah pasar tradisional di sebuah kampung yang lumayan jauh dari universitasnya. Tiba-tiba saja Mila pamit ke toilet tapi tak kunjung juga kelihatan batang hidungnya, membuat Nesa geram. Dengan terpaksa Nesa harus mencari-cari keberadaan temannya di toilet-toilet yang ada di pasar itu. Dengan langkah tergesa-gesa Nesa mulai menjauh dari kerumunan orang-orang yang sedang menjajakan barang dagangannya atau para pembeli dan mungkin dari orang-orang yang sedang memanjakan indera penglihatannya.

Dengan sedikit kelelahan akhirnya Nesa menemukan toilet umum. Toiletnya hanya sebuah. Berbentuk persegi, satu pintu. Di depannya ada kotak seperti kotak amal tapi tidak ada yang menjaganya.

Nesa mendekat dan mencoba mengetuk pintu toilet tersebut. Tapi nihil tak ada sahutan.

"Mil.... Mila... Loe di dalam kan??"

Sunyi... masih tak ada sahutan dari dalam toilet itu.

Dengan terpaksa Nesa menarik gagang pintu. Ternyata tak ada orang. Karena Nesa merasa gerah, akhirnya Nesa melepas jaket almameternya dan berikut kemejanya. Karena setiap kemana-mana Nesa selalu membawa baju cadangan. Kemudian Nesa mengambil kaos santai di tas ranselnya.

Di waktu yang bersamaan. Seorang siswa kelas XII berlari di kejar satpam sekolahan. Siswa itu berniat bolos, tapi satpam di sekolahnya memergokinya. Hingga akhirnya terjadi aksi kejar-kejaran. Johan atau Jo murid ganteng tapi suka bolos itulah julukannya di sekolah. Dia segera melepas seragamnya dan memasukkan ke dalam tas agar satpamnya tak mengenalinya. Tapi karena satpam masih terus-terusan mengejarnya. Akhirnya Jo mengecoh dan dia menyelinap ke toilet pasar yang lumayan tidak ramai.

Dengan terburu Jo menarik gagang pintu dan masuk.

***

"Aaaaaaa...." Nesa yang belum sempat menggunakan kaos santainya terkejut dengan kedatangan seorang lelaki yang tidak dikenalnya.

Laki-laki itu panik langsung membekap mulut Nesa. "Mbak please... jangan teriak..."bisik Jo lirih pada Nesa. Jo takut kalau teriakan Nesa membuat dirinya tertangkap oleh satpam sekolahan.

Nesa yang mendapat bisikan itu jadi kalang kabut. Pikirannya tak menentu. Dia hanya pakai bra dan kaos yang masih mengalung dilehernya karena belum sempat ia masukakan ke tangan-tangannya. Pintu toilet dibuka membuatnya menjerit tak karuan.

Nesa jadi takut sendiri. Bagaimana kalau dia diperkosa. "Tolonggggg!!!!"teriak Nesa saat melihat tangan Jo melemah. Nesa kan cewek pintar. Jadi dia berusaha memanfaatkan kesempatan yang ada.

Jo yang panik akhirnya membekap dan tanpa sengaja memeluk Nesa.

Glekkk

Jo laki-laki normal. Kulit tangannya yang bersentuhan dengan kulit perut Nesa membuatnya panas dingin.

BRAKKKK!!!

Tiba-tiba pintu toilet terbuka dengan kasar. Di sana menampilkan beberapa orang dengan tatapan membunuh, sebagian marah dan banyak juga yang mencaci makinya. Reflek Jo menjauhkan tangan dan tubuhnya dari Nesa. Sedang Nesa dengan terburu-buru langsung menyelesaikan cara berpakaiannya.

"Ini pasangan mesum itu..."

"Ayo seret saja..."

"Bikin malu aja.."

"Desa ini akan tercemar gara-gara ulah mereka"

"Dasar anak jaman sekarang.. mesum gak tau tempat"

Suara-suara orang saling sahut menyahut memojokkan Nesa dan Jo.

Nesa gugup bukan kepalang. Keringat dingin mulai bermunculan di sekitar pelipisnya.

"Ini semua tidak seperti apa yang kalian fikirkan!!!"teriak Nesa dengan sekuat tenaga.

"Kami tidak melakukan apa-apa..."bela Jo yang berusaha dingin tapi tidak menutupi kegelisahannya. Jo bingung harus bagaimana?

"Alah... mana ada maling ngaku"

"Iyo.. maling ngaku penjara penuh"

Sahutan dari orang-orang yang makin membuat Nesa gemetar.

"Sudah bapak-bapak,,, ibuk-ibuk... lebih baik kita bawa mereka ke kantor kepala desa..."salah seorang warga yang ngakunya pak RT.

##

Setelah dikarak beramai-ramai. Kini mereka berdua duduk di kursi untuk disidang.

"Maaf bapak-bapak... ibuk-ibuk.. kalau boleh tahu,, ini kronologinya gimana ya??"tanya pak Tejo yang menjabat sebagai kepala desa.

"Tadi saya lihat ada cewek ini masuk ke toilet. Tak berapa lama disusul laki-laki ini..."ucap ibu-ibu tua yang kelihatan suka bergosip. "Terus saya ngajakin ibu-ibu dan bapak-bapak yang lain untuk menyelidiki..."lanjut ibu itu yang diangguki orang-orang di sana.

"Tapi semua itu bukan seperti apa yang kalian lihat..."ucap Nesa yang mulai meneteskan air matanya. Jo makin tak karuan. Dia males sebenarnya dengan hal-hal beginian.

"Kami tidak melakukan apa-apa... aku aja gak kenal sama mbak ini..."ucap Jo yang membuat orang-orang semakin tak percaya.

"Udah pak kades... kawinin aja mereka"

"Iyo... maling mana mau ngaku"

"Orang aku tadi lihat sendiri.. mbaknya dipeluk mase. Mana bajunya sudah sampe kepala lagi"celetuk orang yang melihat bagaimana posisi keduanya saat pertama kali pintu dibuka.

"Iyo... lawong bra ne kelihatan..."sahut yang lain yang semakin membuat Nesa makin malu. Air matanya tak bisa terbendung lagi.

Joe hanya pasrah dan membuang nafasnya kesal. Niat hati kabur dari satpam. Eh, malah ditangkap basah oleh warga. Mana kejadian yang memalukan lagi.

Dari ujung. Pak kades mulai kasak-kusuk dengan warganya. Tampang semuanya terlihat sangat serius. Sebagian mencibir kelihatn tak suka. Hingga akhirnya pak kades mulai mendekat lagi ke tempat keduanya duduk.

"Nama kamu siapa nak??"tanya pak kades kepada Nesa.

"Nesa pak..."jawab Nesa lirih.

"Kalau kamu nak??"tanya pak kades kepada Jo.

"Johan..."jawab Jo malas.

"Begini nak Johan dan nak Nesa... menurut rundingan dari warga desa sini. Kalian akan dinikahkan hari ini juga..."

"APA????"jawab Nesa dan Jo bersamaan. Mereka saling pandang dan jangan tanyakan wajah terkejutnya.

"Gak bisa pak... saya masih kuliah"tolak Nesa.

"Aku juga gak bisa.. masih SMA"balas Jo dingin tapi ketus.

"Kami tidak perduli kalian masih kuliah apa masih SMA?? karena kalian sudah mesum di kampung kami. Jadi kalian harus menerima resikonya"ucap salah seorang yang kini berdiri di samping pak kades.

"Sekarang kalian hubungi keluarga kalian masing-masing.. "perintah pak kades.

Dengan terpaksa Nesa menghubungi ayahnya. Ibu??? Dia anak piatu. Begitu pula dengan Jo. Dia anak piatu dan hanya punya sang papa.

###

Pak Bambang yang tak lain adalah ayah Nesa telah sampai di kantor kepala desa Bumi raya dengan raut wajah yang cemas. Kemudian disusul dengan kedatangan pak Wahyu yang tak kalah cemasnya.

Saat mereka hendak berjalan ke arah gerbang. Tanpa disengaja keduanya saling tatap.

"Loh Bambang.. apa kabar??"tanya Wahyu antusias.

"Ini Wahyu kan?? Aku baik Yu... lha kamu,??"sapa balik pak Bambang.

"Aku juga baik. Kenapa kamu di sini??"selidik pak Wahyu. Pak Bambang dan pak Wahyu mereka saling sahabatan sewaktu di SMA. Karena kehidupan dan kesibukan masing-masing mereka jarang berjumpa. Mungkin baru sekarang ini mereka bertemu setelah berpisah sekian lama.

"Ini anakku nelpon katanya ada masalah... lha kamu sendiri??"pak Bambang balik nanya.

"Sama... anakku juga telpon begitu..."

"Jangan-jangan...."duga kedua orang itu dan melangkah terburu-buru. Pikiran pak Bambang kalau anak pak Wahyu perempuan pasti mereka saling cakar mungkin.

Sedang fikiran pak Wahyu, mengira Jo tawuran dengan anaknya pak Bambang.

Dengan sigap kedua orang itu menghampiri keberadaan anak mereka masing-masing. Pak Bambang terkejut ternyata anak pak Wahyu seorang laki-laki. Begitupun pak Wahyu. Lantas apa urusan anak ini yang notabene beda lawan jenis.

Seperti mengerti dengan fikiran dua orang itu. Pak kades akhirnya buka suara.

"Maaf bapak-bapak... Karena warga kampung ini telah memergoki kelakuan anak bapak yang melakukan hal tidak senonoh. Jadi semua warga memutuskan agar mereka dinikahkan sekarang juga..."

"Astaghfirullah..."

"Ya Allah..."

Pak Bambang dan pak Wahyu terkejut bukan main.

Nesa meraih tangan ayahnya. "Ayah... bukan seperti itu kejadiannya..."

Pak Bambang masih diam seribu bahasa.

"Jo... apa yang kamu lakukan?? Papa kecewa sama kamu..."pak Wahyu dengan raut kecewa akhirnya memarahi anaknya. "Ini semua gak seperti apa yang mereka bayangkan pa??"bela Jo yang kemudian dipotong oleh pak kades.

"Bagaimana bapak-bapak... apa kalian setuju???"

Pak Bambang menatap pak Wahyu. Begitupun sebaliknya dengan pak Wahyu. Pak Wahyu yang mengerti akhirnya mendekati pak Bambang.

"Mbang... aku benar-benar gak habis pikir. Ternyata anak kita saling kenal. Bagaimana menurutmu?"tanya pak Wahyu dengan suara sepelan mungkin agar tak didengar orang lain.

"Aku juga gak nyangka Yu... ternyata mereka juga saling ngebet. Jadi ya gimana lagi. Kita tak usah susah payah harus menjodohkan mereka kan?" ucap pak Bambang dan di respon pak Wahyu.

"Bener kamu Mbang... akhirnya kita besanan..."

"hahaha..." kedua orang itu cekikikan. Bukannya sedih karena anaknya digrebek warga. kedua orang tua itu malah seneng dan bersyukur.

"Kami setuju..."jawab pak Bambang dan pak Wahyu serempak.

"Alhamdulillah... kita laksanakan ijab qabulnya sekarang"

#

#

#

Tak menyangka keduanya resmi menikah. Tepatnya Nikah Dadakan.

Nesa syok dengan keadaan ini. Ayahnya menyetujuinya menikah dengan brondong yang usianya 3 tahun lebih muda darinya. Nesa tak pernah membayangkan ini semuanya.

Sedang Jo terlihat fine-fine aja. Apa bedanya antara menikah dan tidak menikah? Toh mereka masih hidup dengan terpisah. Karena syarat yang diajukan oleh Nesa. Agar mereka tidak hidup satu atap beberapa waktu. Dan disetujui oleh kedua belah pihak keluarga. Akhirnya mereka akan hidup bersama jika Joe sudah mampu menafkahi Nesa.

Kesempatan ini jelas dimanfaatkan oleh pak Wahyu. Karena Jo adalah ahli waris tunggal di perusahaan kecilnya. Jadi suatu saat pak wahyu akan membujuknya.

Bab 2

Sesampainya di rumah. Jo langsung di interogasi oleh papanya.

"Jo, bagaimana bisa kamu nglakuin hal memalukan seperti itu? Di toilet umum lagi."

"Mana Jo tahu kalau di toilet ada orangnya."

"Kamu gak usah pura-pura. Kamu kenal kan dengan anaknya pak Bambang??" selidik pak Wahyu penasaran.

"Kenal dari mana sih Pa. Baru aja tadi kenal. Eh, malah dinikahin. Sudah maksa, mendadak lagi," jawab Jo kesal.

"Yang bener Jo? Terus kenapa kamu bisa berduaan di dalam toilet?" Pak Wahyu makin penasaran dengan ucapan Jo yang hanya setengah-setengah itu.

"Jo hanya ngehindari kejaran satpam Pa___ Terus Jo masuk ke toilet. Eh, gak tahunya ada mbaknya. Gak jelas lagi, mau pake baju apa mau lepas baju itu orangnya."

Mendengar jawaban Jo yang seperti itu membuat pak Wahyu menganga. "Jadi?" Pak Wahyu tak melanjutkan ucapannya.

"Jadi kenapa Pa??" sahut Jo jengah.

Pak Wahyu seperti sedang menimang-nimang jawaban Jo yang tadi. "Jadi kamu bolos lagi? Iya?" Pak Wahyu mulai sedikit emosi. Karena bukan hari ini saja Jo bolos sekolah. Tapi sudah berkali-kali tak bisa dihitung dengan jari. Pak Wahyu sudah bosan jika harus datang ke sekolah menghadap kepsek (kepala sekolah) dan minta maaf atas perlakuan anak semata wayangnya itu.

"Yah begitulah Pa," jawab Jo dengan enteng yang membuat pak Wahyu makin emosi.

"Ingat Johan Fahrurozi! Sekarang ini statusmu sudah menikah. Jaga sikap dan kelakuan kamu itu. Dan satu lagi, kamu harus segera belajar bekerja di kantor papa."

"Kenapa Pa?"

"Apa kamu gak ingat?? Kamu itu harus nafkahi istrimu. Mblonjo istrimu. Ngerti!" tekan pak Wahyu sedikit meninggikan volume suaranya.

Jo tak menanggapi. Dia sendiri juga masih bingung dengan kejadian yang di luar nalar ini. Mendadak. Tak terduga. Sekarang dia sudah menikah. Mana dengan wanita yang lebih tua lagi. Sebenarnya untuk umur si wanita lebih tua atau tidak. Jo tidak mempermasalahkannya. Yang penting wanita itu sudah mencuri perhatiannya saat ini. Karena mau tidak mau, Jo harus memikirkannya.

"Ingat itu Jo. Kerja. Karena papa sudah gak sabar bawa mantu papa kesini," lanjut pak Wahyu meninggalkan Jo sambil berangan-angan jikalau ada anak perempuan. Pasti urusan dapur akan lebih mudah.

Di tempat lain. Nesa juga mendapat banyak pertanyaan dari ayahnya.

"Nesa, apa yang sebenarnya terjadi??" tanya pak Bambang yang sudah penasaran dengan kejadian yang harus menikahkan anaknya secara mendadak tadi.

"Nesa tadinya mencari Mila Yah," jawab Nesa lirih.

'Huh, kemana lagi si Mila? Gara-gara nyari si Mila, gue jadi kena dampaknya. Bener-bener sial untuk hari ini,' gerutu Nesa dalam hati.

"Kenapa dengan Mila?"

"Mila tadi tu pamit ke Nesa, bilang pergi ke toilet. Eh ... pas Nesa cari-cari. Ternyata di toilet kagak ada siapa-siapa. Nesa gerah, jadi mau ganti baju. Eh pas mau ganti baju. Tiba-tiba tu bocah masuk. Bekap Nesa segala lagi. Nesa teriak minta tolong. Eh gak taunya para ibuk-ibuk dan bapak-bapak rempong buka pintu toilet dan nuduh kami mesum," jelasnya.

Pak Bambang mendengarkan penjelasan Nesa yang panjang lebar dengan seksama.

"Terus kenapa anaknya pak Wahyu bisa masuk? Gak kamu kunci apa toiletnya? Dasar Nesa ceroboh," cibir pak Bambang.

"Orang kunci toiletnya rusak Yah, lagian sepi juga. Jadi ya Nesa ganti baju sekalian," ucap Nesa seperti tanpa dosa.

"Untung si Jo yang masuk. Coba kalau laki-laki lain. Bisa habis beneran kamu."

"Ayah ih.... kenapa malah bela si Jo?" sewot Nesa gara-gara ucapan pak Bambang yang katanya untung si Jo yang masuk. Huft.

"Siapa yang bela? Itu berarti tandanya kamu memang berjodoh dengan si Jo," ujar pak Bambang sekenanya.

"Udah ah Yah, Nesa ke kamar dulu. Males bahas tu bocah," ucap Nesa sambil berjalan selangkah demi selangkah menjauhi ayahnya yang berada di ruang tamu.

"Nesa!!" panggil pak Bambang sedikit teriak.

"Apalagi sih Yah??"

"Ayah cuma mau ingetin kamu. Mulai hari ini kamu sudah jadi istri orang. Kamu bukan single lagi. Jadi kamu harus jaga sikap kamu bila ada cowok yang deketin kamu." Ucapan pak Bambang itu hanya dibalas anggukan malas oleh Nesa.

***

Nesa tengkurap di atas springbed. Dia tidak bisa mikir lagi tentang pernikahannya. Dan harus dibawa kemana hubungannya kelak.

"Hmmmm ini semua gara-gara tu bocah. Ngapain sih pake masuk ke toilet segala. Masalahnya kan jadi semakin runyamkan?"

"Terus si Mila... kemana tu anak? Pake ngilang segala lagi," ucap Nesa sedikit kesal.

Drrrttt Drrttt

Tiba-tiba HP nya bergetar. Nesa menatap nama yang tertera di layar Handphone nya. "Mila."

Tanpa menunggu lama, Nesa langsung mengangkat telpon dari si Mila.

"Assalamu'ailaikum."

"Wa'alaikumussalam. Sa loe di mana sekarang?? Maaf ya Sa, tadi gue ninggalin loe."

"Gila loe Mil, bisa-bisanya ninggalin gue. Tadi Gue nyari loe kemana-kemana tau gak?" Nesa mulai sedikit emosi kepada sahabatnya itu. Di antara keduanya tidak ada celah. Seperti kain dan benang.

"Maaf ya Sa, tadi pas gue keluar dari toilet. Gue gak sengaja ketemu sama si Daffa. Tiba-tiba saja si Daffa ngajakin gue jalan. Dan gue lupa kalau tadi gue jalan bareng loe. Sumpah Sa gue lupa," balas Mila dari seberang sana dengan suara menyesal.

Nesa mendengus sebal dan langsung mematikan sambungan telponnya.

Drrrtt Drrrttt

Lagi-lagi Mila menelponnya -lagi-.

"Ada apa sih Mil?"

"Jangan lupa Sa... besok PPL (Program Pengalaman Lapangan)."

"Hmmmm... gue inget kok. Di SMA Negri Bangsa kan?? Tunggu sampe ketemu besok bye... Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam."

****

Ke-esokan harinya Nesa dkk (dan kawan-kawan) telah berada di SMA Negri Bangsa. Nesa yang mengambil jurusan matematika ditugaskan untuk mengajar kelas X dan XI. Karena beberapa bulan lagi kurang lebih 3 bulanan kelas XII mau Ujian Nasional alias UN. Jadi untuk para mahasiswa PPL tidak dikenankan mengajar kelas XII. Kecuali terdesak.

Di hari pertamanya ini, tenaga Nesa sedikit terkuras gara-gara para siswa-siswi nya sedikit sulit diajak interaksi. Karena yang ditanyakan para murid di kelas XI tadi hanya seputaran tentang pribadinya. Bukan tentang pelajarannya.

Tak terasa bel istirahat berbunyi. Dengan gembira Nesa menyambut bel istirahat ini. Karena dia ingin bersantai di kantin.

"Sa, gimana untuk hari ini?" tanya seorang pemuda. Dia Aris. Orang yang disukai Nesa. Akhir-akhir ini, Nesa memang mulai PDKT dengan Aris. Bahkan dia janjian kencan di akhir pekan. Harapan Nesa sih tidak ingin gagal di acara nge date nya untuk yang pertama kalinya.

"Ya Alhamdulillah, lumayan lancar sih," jawab Nesa dengan sebuah senyuman. Dekat dengan Aris membuatnya agak sedikit gugup. Aris balas tersenyum.

"Ngantin yuk Sa," ajak Aris yang diangguki semangat oleh Nesa.

Nesa berjalan beriringan dengan Aris. Tak lama kemudian disusul Mila, Daffa dan Nita.

Mereka berlima sedang asyik bercanda dan menikmati hidangan yang mereka pesan masing-masing.

Saat Nesa tertawa terbahak-bahak gara-gara ulah jail si Daffa. Tiba-tiba sepasang mata menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Uhuk uhuk." Seketika Nesa tersedak dengan liurnya sendiri saat mendapati dirinya ditatap oleh bocah yang kini duduk di depannya.

'Tu bocah kenapa ada di sini? Jangan bilang dia sekolah di sini. Oh no!!' teriak Nesa dalam hati.

"Kamu kenapa Nes?" tanya Nita yang melihat Nesa terbatuk-batuk dan kemudian seperti menatap sesuatu.

"Gak papa, gue cabut dulu. Mau ke kantor lihat jadwal," pamit Nesa bohong kepada teman-temannya. Karena dia lagi malas berurusan dengan tu bocah yang tak lain adalah Jo suami brondongnya. Oh tidak. Apa-apaan dengan semua ini?

Di sisi lain.

'Jadi mbaknya ditugasin PPL di sini,' batin Jo yang melihat Nesa berada di kantin saat itu. Sebenarnya Jo merasa bahagia saat melihat Nesa ada di sekolahnya. Tapi dengan segera Jo menepis perasaan itu.

Setelah ke kantin. Bel tanda masuk pun berbunyi. Dengan malas Jo meninggalkan kantin. Dia baru ingat. Kalau jadwal setelah ini adalah MTK. Jo paling malas dengan pelajaran itu. Tak ayal, Jo akhirnya lari ke belakang toilet perempuan. Di sana ada pagar tembok yang biasa Jo gunakan untuk bolos.

Saat Jo telah sampai di belakang toilet perempuan. Jo langsung mengancang-ngancang ototnya untuk melompat naik ke atas.

satu...

dua...

ti...

"Hei bocah, ngapain loe?"

Suara seorang wanita menggagalkan atraksi yang sudah Jo ancang-ancang. Dengan malas Jo menoleh ke sumber suara.

"Menurut loe?" jawab Jo ketus.

"Jadi loe mau bolos? Gue laporin kepsek biar tahu rasa," ancam wanita itu yang tak lain adalah Nesa. Nesa yang baru saja keluar dari toilet dan tak sengaja melihat siswa yang mau keluar dari gedung sekolahan itu. Dan dengan sigap Nesa menatap dan ternyata Nesa mengenalinya.

"Ganteng-ganteng bolosan." Entah bisikan darimana. Ucapan itu spontanitas keluar dari mulut Nesa.

Jo terdiam. Jantungnya tiba-tiba berdetak kencang.

Mendengar ancaman Nesa tadi. Mau tidak mau, Jo harus mengikuti mapelnya sekarang juga.

Nesa yang melihat Jo tidak berkutik. Akhirnya Nesa membalikkan badannya berusaha menjauhi si mata dingin Jo.

"Mbak." Panggilan Jo reflek menghentikan langkah kakinya.

"Gue bukan mbak mu," teriak Nesa yang kini berbalik badan dan menatap Jo yang sudah berjalan mendekatinya.

"Siapa juga yang bilang kalo loe itu mbak ku," ejek Jo yang melewati Nesa begitu saja.

Nesa mendengus sebal saat Jo berlalu begitu saja di depannya.

"Loe bukan mbakku, tapi istriku," bisik Jo yang kini posisinya hanya selangkah dari Nesa. Badannya yang sengaja ia condongkan ke arah Nesa kini hanya berjarak beberapa senti yang membuat darah Nesa berdesir aneh.

Reflek Nesa mendorong Jo. "Dasar bocah!" maki Nesa sambil berlari menjauhi Jo.

Bersambung...

Bab 3

.

.

.

Jo tersenyum geli melihat sikap Nesa yang seperti itu. Dengan santai Jo masuk ke dalam kelasnya, meskipun Jo sudah tahu kalau guru mapelnya pasti sudah datang. Tanpa menatap siapa gurunya. Dengan tak sopannya Jo melewati guru itu dan langsung duduk di bangkunya.

Guru itu menatap Jo dengan tatapan membunuh.

"Dan yang baru masuk... serahkan tugas rumahmu. Sekarang!!!" bentakan Nesa membuat seluruh orang yang ada di ruangan itu menganga seketika. Padahal belum juga berkenalan. Tanpa angin tanpa hujan sudah teriak-teriak saja.

Jo yang merasa disuruh akhirnya mengambil buku tugasnya. Eits tunggu. 'bukankah itu... OMG?? kenapa dia ada di kelas gue??? jangan bilang dia guru dari mapel yang gue benci'ucap Jo kaget setengah mati mendapati siapa guru mata pelajarannya saat ini.

Dengan ragu Jo menyerahkan tugasnya. Mana belum sempat dikerjakan lagi. Jo juga lupa gak nyontek pada Amar tadi. Murid terpandai di semua mata pelajaran di kelasnya.

Dan dengan tatapan mata yang tajam Nesa meraih kasar buku yang ada di tangan Jo. Jo pasrah dan kembali duduk ke bangkunya.

"Miss... tadi kan belum dilanjut perkenalannya...???"pinta seorang murid. Ya tadi Nesa menyuruh para murid untuk memanggil dirinya dengan sebutan miss.

"Oh, baik adek-adek... tadi kan kalian sudah tahu kalau nama miss adalah Nesa Khairunnisa. Kalian bisa memanggil saya miss Nesa. Karena bu Indah sedang halangan. Jadi saya disuruh untuk menggantikan beliau..."

"Dan beliau juga menyuruh miss agar kalian mengumpulkan tugas rumah kalian pada miss... jadi mohon kerjasamanya ya adek-adek??"

"Iya miss..."jawab para murid serempak kecuali Jo yang hanya menatap wajah Nesa datar. Padahal gak tahunya hatinya gugup bukan main.

"Miss boleh nanya???"itu adalah suara Briyan. Anak playboy nomor 1 di SMA ini.

"Nanya apa?? silahkan..." Nesa yang tidak menaruh curiga pada Briyan hanya mengiyakan saja.

"Sudah punya pacar belum miss?? Boleh dong PDKT???"

"Huuuuuu...."sorak semua kelas dengan serempak kecuali Jo. Yang masih setia dengan wajah datarnya.

"DIAM!!!"teriak Nesa yang langsung menjadikan suasana kelas sunyi senyap seketika.

"Maaf ya adek-adek... miss tidak mau menjawab pertanyaan yang berbau masalah pribadi. Kalau tentang mata pelajaran. Dengan senang hati miss menjawabnya..."

Satu jam lamanya akhirnya Nesa selesai juga mengajar di kelas Jo. Nesa engap berada di ruangan itu dan secara tidak langsung saling berhadapan dengan Jo. Kepala Nesa sakit seketika saat melihat tugas Jo yang sama sekali belum dikerjakan. Sebodoh itukah suaminya.

'Ya Allah... benarkah dia suami yang Engkau kirimkan untuk hamba???'

Saat ini Nesa sedang berjalan menyusuri koridor sambil membawa beberapa buku yang ada di dekapannya. Beberapa menit lagi waktunya dia pulang. Tapi saat ini pikirannya sedang kalut tak menentu. Mendapati nilai matematika Jo yang hampir semuanya di bawah rata-rata.

Kini Jo juga sedang kalut dalam angannya sendiri. Posisi Jo saat ini sedang berdiri di dekat pembatas lantai 2. Karena dari situ dia bisa melihat aktifitas orang-orang yang ada di halaman sekolahnya.

Jo terdiam memikirkan tentang mata pelajaran matematikanya. Dia sama sekali tidak menyangka kalau Nesa menyukai matematika. Sedang dia sendiri sangat membencinya. Bukan benci, lebih tepatnya malas. Sebenarnya Jo mempunyai jiwa kepintaran yang cukup. Gara-gara sering bolos. Jadilah dia ketinggalan banyak mata pelajaran.

***

Nesa menuju ke parkiran khusus para guru. Dia berjalan beriringan dengan Mila. "Sa, sampai sini aja ya... gue mau cabut dulu.."ucap Mila pamitan saat sudah di garasi.

"Hemmm... pasti bareng Daffa kan??"tebak Nesa yang diangguki semangat oleh Mila.

"Gue dah jadian kemarin... sekarang giliran loe sama Aris...." bisik Mila yang membuat wajah Nesa marah dan sedikit malu saat mendengar nama Aris.

"Jadi kemarin loe ninggalin gue dan loe jadian sama si Daffa?? Gila loe Mil..." Nesa geram sendiri jika mengingat kejadian kemarin. Dia mungkin juga sudah jadian dengan si Aris kalau tidak gara-gara insiden kemarin. Padahal 3 hari lagi dia akan kencan. Huffft... ternyata sahabatnya lebih dulu jadian.

"Ya gimana lagi... double date kita gagal... maaf ya Sa.. karena Daffa sudah tidak sabar. Dan gue juga sudah tak bisa menahan perasaan ini..."ucap Mila yang pura-pura melas.

"Yaudah... husss!! jauh-jauh sana..."usir Nesa sebal yang salah diartikan oleh Mila. Mila menangkapnya kalau Nesa marah karena Aris belum menyatakan perasaannya pada si Nesa.

Tiba-tiba Aris sudah berada di sebelah Nesa.

"Sa...."panggilnya.

Nesa begitu gugup. Dia berusaha mengatur nafasnya biar jantungnya tidak copot, kan gak etis kalau tiba-tiba copot. Padahal belum juga ditembak Aris. Kenapa Nesa jadi Agresif gini sih...

"Iya..."jawab Nesa akhirnya.

"Malam minggu jadikan???"tanya Aris memastikan.

"Oh.. eh.. jadi. jadi Ris..."jawah Nesa gelagapan. Inilah waktu kencan yang ditunggu-tunggunya.

Aris tersenyum dan mengacak-ngacak rambut Nesa gemas kemudian bilang sampai jumpa dan meninggalkan Nesa yang masih terpaku diparkiran.

Nesa masih tersipu malu. Masa bodoh dengan pernikahannya. Masa bodoh juga dengan si Jo. Eh mengenai si Jo, tiba-tiba perasaan tak enak menggrogoti hatinya. Nesa merasa diawasi oleh seseorang dan...

Tap..

Kedua bola matanya menangkap seseorang yang berdiri di bangunan kelas tingkat 2. Ya Nesa melihat Jo yang berdiri di sana tengah menatap dirinya dengan tajam. Nesa makin gugup. Tiba-tiba perasaan bersalah bergelayut di hatinya. Tapi Nesa berusaha menepis perasaan-perasaan yang berhubungan dengan bocah itu. Tanpa basa-basi lagi Nesa mengambil sepeda motornya dan meninggalkan sekolah itu.

Karena Jo yang sudah kelas XII, dia hanya pasrah dengan adanya mapel tambahan untuk menambah wawasan agar sedikit mudah saat menghadapi UN. Padahal ada banyak kata yang ingin ia sampaikan pada Nesa istrinya.

#

#

#

Tak terasa hari ini adalah hari sabtu. Nesa masih ada tugas untuk mengajar di sekolah Jo.

Hari ini dia mengajar ke kelas X. Anak-anak murid di kelas X sangat mudah diajak kompromi. Mungkin karena masa tahap dari SMP ke SMA. Jadi kebanyakan muridnya jadi pendiam dan penurut.

Nesa menghela nafas panjangnya. Jam mengajarpun selesai. Dia harus balik ke kantor. Karena untuk hari sabtu, dia hanya mengajar sampai jam menuju istirahat saja. Itu tandanya setelah ini dia sudah boleh pulang.

Nesa berjalan sendirian melewati koridor sekolahan. Tak sengaja dari kejauhan dia melihat Jo yang berjalan dari arah berlawanan.

Jo melangkah makin dekat dengan Nesa. Begitupun sebaliknya. Tak berapa lama keduanya sudah saling bertatap. Nesa yang bersifat acuh terus saja berjalan tanpa perduli dengan Jo.

"Mbak..." tiba-tiba saja Jo memanggilnya.

Mau tidak mau Nesa menghentikan langkah kakinya. Membalikkan badan dan menatap Jo dengan datar.

"kenapa?"sinis Nesa.

"Gue gak suka lihat loe dekat dengan cowok itu..."ucap Jo yang membuat Nesa memutarkan bola matanya jengah.

"Apa urusannya.. gue deket dengan siapapun itu bukan urusan loe..."

"Itu jadi urusan gue sekarang..."

"Gue gak peduli..." balas Nesa mulai emosi.

"Gue peduli..." jawab Jo sambil menatap Nesa dengan tajam.

"Serah loe..." Nesa emosi dan mulai membalikkan tubuhnya. Tapi dengan sigap Jo meraih tangannya. "Loe istriku... milikku..."bisik Jo tepat di telinga Nesa. Nesa bergidik ngeri dan sesegara mungkin hilang dari pandangan Jo.

Jo terdiam. Kenapa Jo merasa sakit saat Nesa dekat-dekat dengan pria lain?? Apakah Jo sudah mulai tertarik dengan istrinya itu. Entahlah, biar waktu yang berbicara.

###

Di lain tempat. Kedua orang tua saling bercengkerama. Kadang tertawa seperti tak ada beban. Meraka adalah pak Wahyu dan pak Bambang. Keduanya janjian makan siang di luar.

"Yu... gimana menantuku???"tanya pak Bambang.

"Johan baik-baik aja sih... tapi aku belum membujuknya lagi..."balas pak Wahyu sambil mengunyah makanannya dan ditelan dengan kesusahan.

"Pelan-pelan Yu kalau makan.. kamu kebiasan dari dulu makan dengan tergesa-gesa..."cibir pak Bambang.

"Alah kayak kamu nggak aja Mbang-Mbang..."cibir balik pak Wahyu gak mau kalah. Lalu keduanya tertawa bersamaan.

"Gak nyangka ya Mbang... Janji kita waktu SMA dulu sudah terlaksana dengan sendirinya..."ucap pak Wahyu sambil bernostalgia di masa-masa SMA.

"Iyo Yu... aku juga gak nyangka. Mereka dinikahkan dengan cara seperti ini..."balas pak Bambang sedikit sedih.

"Gak papa Mbang... meskipun kita tahu mereka gak bersalah. Setidaknya dengan cara seperti ini mereka akan bersikap dewasa dengan seiringnya waktu.. ya gak..."

"Hahaha... benar tuh Yu... gak sabar pengen nimang cucu..."celetuk pak Bambang kemudian yang membuat pak Wahyu makin semangat.

"Bener Mbang... jadi pengen cucu cewek deh..."

"Cucu cowok Yu..."

"Cewek Mbang..."

"Cowok Yu..."

"Cewek ..."

"Gimana kalau dua-duanya.. cewek dan cowok..." ide gila pak Bambang membuat keduanya tertawa lepas.

"Kalau gitu bantuin bujuk si Jo biar segera bekerja di kantor... gimana???"tawar pak Wahyu.

"Ok... siap boskuh..."

"hahaha..."

Tak terasa keduanya berbincang hingga waktu istirahat makan siang telah habis.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!