HAPPY READING MAN-TEMAN 🤗.
"Pagi ibu," sapa Annisa sambil duduk di kursi meja makan.
"Pagi sayang," sapa balik ibu Annisa.
"Pagi Bunda, pagi Nenek," sapa anak perempuan yang sudah siap dengan seragam sekolah dan tasnya.
"Pagi sayang," jawab serempak mereka.
"Bunda, hari ini ada pentas seni di sekolah, datang, kan?" tanya ASYIFA PUTRI ANNISA.
Anak dari Annisa, sekarang umurnya sembilan tahun, dia sekarang sudah duduk di kelas tiga sekolah dasar.
"Insya Allah dateng Sayang, nanti Bunda ke restoran hanya setengah hari jadi nanti Bunda sama Nenek bisa nemenin Syifa. Nah ... sekarang habiskan sarapannya terus kita berangkat, oke?" jawab sang bunda lembut.
Mereka pun sarapan dengan tenang, tidak sedikit pula Syifa menceritakan kesehariannya di sekolah kemarin.
*****
Setelah sarapan, ibu dan anak itu pun berangkat ke sekolah.
"Bun tau nggak, kemarin waktu di sekolah ada yang nyamperin aku terus peluk aku gitu Bun," cerita Asyifa saat sudah di dalam mobil.
"Benarkah, terus?" tanya Annisa penasaran.
"Orang itu habis meluk aku terus dia langsung pergi," lanjut Syifa.
Annisa panik mendengar cerita sang buah hati, siapa gerangan yang memeluknya di sekolah? Rasa cemas mulai menghantui relung hatinya.
Annisa tidak mau terjadi apapun kepada sang buah hati, ia bertekad untuk segera membicarakan pada pihak sekolah, kenapa bisa ada orang asing yang memeluk anaknya? Ia semakin cemas karena banyak pikiran buruk yang menghantuinya.
Jangan sampai 'dia' mengetahui di mana dirinya berada dan Asyifa adalah anaknya. Ia tidak akan pernah rela jika harus kehilangan untuk 'kedua kalinya'.
"Syifa sayang ... kalau ada orang asing yang mendekati Syifa, Syifa jangan mau yah, terus Syifa kasih tau ke ibu guru, kalau di ajak pergi juga jangan mau yah," nasihat sang bunda memperingati.
"Iya Bunda, Syifa nggak akan mau lagi. Syifa akan menuruti kata Bunda!" jawab Syifa dengan senyum.
"Anak pintar," Annisa tersenyum dan mengelus sayang kepala anaknya.
Ia beruntung bisa memiliki anak secerdas Syifa, dirinya merasa hidupnya penuh dengan kebahagiaan setelah badai yang dulu menyerangnya.
*****
Setelah sampai di sekolah sang anak, Annisa memarkirkan mobilnya dan ikut masuk ke dalam untuk mengantar anaknya serta memberi tahukan kepada pihak sekolah. Setelah Syifa masuk kedalam kelas, wanita itu melangkahkan kakinya ke ruang guru.
*Tok... tok.... tok....
"Masuk!" seru jawaban seseorang dari dalam.
"Assalamualaikum Bu, boleh meminta waktunya sebentar?" izin Annisa bertanya setelah masuk ke dalam dan di persilahkan duduk.
"Wa'alaikumusalam, iya Ibu Annisa, ada apa?" tanya kepala sekolah ramah.
"Begini Bu, tadi pas jalan kesini putri saya mengatakan bahwa ada seseorang yang menemuinya sesaat pulang sekolah Bu, apakah Ibu tau siapa dia?" tanya Annisa.
"Loh, saya kira sudah mendapat izin dari Ibu, karena dia mengatakan saudara dari Ibu. Beliau juga menunjukkan foto beliau bersama Ibu, maka dari itu saya mengizinkannya Bu. Tapi masih dalam pengawasan kami kok Bu," terang kepala sekolah.
Penjelasan Kepala Sekolah membuat Annisa bertambah panik. Namun, dia tidak menampakkan kepanikannya, Annisa memang orang yang pandai dalam menyembunyikan perasaannya.
"Kalau begitu saya mohon dengan sangat setelah ini jangan biarkan siapapun boleh menemui putri saya ya Bu, kecuali saya dan neneknya, saya tidak mau putri saya kenapa-napa!" jelas Annisa dengan penekanan.
"Baik Bu, saya akan jalankan amanat Ibu, dan atas kejadian kemarin saya meminta maaf karena membuat Ibu tidak nyaman," ujar kepala sekolah dengan sedikit menundukkan kepalanya.
"Baiklah Bu, saya permisi dulu, mohon kerjasamanya ya, Bu," ucap Annisa sebelum berdiri.
"Baik Bu, sekali lagi saya minta maaf," ucap kepala sekolah dengan menjabat tangan Annisa.
Setelah pertemuannya dengan Kepala Sekolah, ia melangkah ke parkiran untuk melanjutkan ke restoran miliknya yang tidak terlalu jauh dari sekolah putrinya, ia mendirikan restoran yang dekat dengan sekolah putrinya supaya tidak terlalu jauh bila akan mengantar ataupun menjemputnya.
💢💢💢💢
Setelah sampai di restoran miliknya, Annisa masuk dan di sambut ramah oleh para karyawannya.
"Bagaimana Vita, apa semua sudah siap?" tanya Annisa kepada karyawannya dengan terus berjalan ke dapur.
Vita adalah orang kepercayaan Annisa yang di tugaskan untuk meng- handle restoran selagi tidak ada dirinya. Dia sudah bekerja saat restorannya baru mulai berkembang.
Dulunya restorannya tidak sebesar ini, setelah tiga tahun berjalan, restorannya berkembang pesat sehingga dia menjadikan restoran menjadi dua lantai bahkan sudah membuka dua cabang di kota Bandung dan Bali.
"Semua sudah siap Bu, hanya tinggal Ibu mengeceknya saja," jelas karyawannya.
"Oke! Nanti setelah saya cek langsung di kirimkan pada alamat ini yah!" perintah Annisa dengan menyerahkan selembar kertas berisi alamat sang pemesan.
"Baik Bu, segera saya laksanakan!" ucap Vita sebelum meninggalkan bosnya.
Annisa masuk kedalam ruangannya untuk membaca laporan keuangan dan mengecek semua apa yang di perlukan oleh restorannya, restoran di sini dirinyalah yang meng- handle semuanya, dari urusan dapur sampai hal catering, sedang restoran cabangnya di handle oleh sahabat dan orang-orang kepercayaannya.
*****
Hari mulai siang dan ia melihat jam tangannya.
"Sudah jam sebelas sebentar lagi acara pentas seninya Syifa, lebih baik aku beberes dulu," gumam Annisa.
Setelah membereskan berkas-berkasnya, ia melangkah keluar ruangan, tapi perhatiannya tercuri oleh kejadian didepannya, ia melihat adegan di depan matanya itu dengan mengerutkan keningnya.
"Ada-ada saja kelakuan orang pacaran," gumamnya sambil melangkah ke pegawai yang hanya menonton dari kejauhan tanpa berniat untuk membereskan kejadian itu.
Annisa melangkah ke pegawai itu dan menepuk bahunya. "Ada masalah apa?" tanya Annisa pada Vita setelah ia menengok ke arah kejadian itu.
"Eehh ... Ibu, maaf Bu. Itu pak Zidan yang sedang berkencan dengan wanita yang sedang dijodohkan dengannya, ia memohon untuk tidak ikut campur dengan urusannya, Bu," jelas Vita.
"Tapi ... tapi, dia bertanggung jawab kok Bu, dia selalu mengganti rugi segala sesuatunya, dia di paksa untuk berkencan oleh ibunya, Bu. Tapi dianya nggak mau, akhirnya ya kayak begini," lanjut Vita tidak enak.
"Tapi kan ini hampir masuk jam makan siang, bisa mengganggu pelanggan yang lain," ucap Annisa dengan mengernyitkan dahinya.
"Maaf Bu ini salah saya," sesal Vita.
"Tapi biasanya kan malam, kenapa hari ini siang yah?" gumam Vita lirih namun masih terdengar oleh Annisa.
"Biasanya? Jadi sudah sering dong!" ucap Annisa semakin gemas.
"Eh ... itu ... itu ... sudah hampir sebulan ini Bu," jawab Vita takut-takut.
"Nggak bisa di biarkan ini, saya harus menegurnya!" ucap Annisa dengan melangkah ke tempat kejadian.
"Bu! Bu!" Vita menjadi kalang kabut. "Aduh gimana ini, bisa kena pecat ini ...." Vita bergumam sambil menggigit kuku jarinya.
JANGAN LUPA LIKE COMMENT VOTE NYA YAH MAN-TEMAN 😊😊😊.
Annisa mendekati meja yang terdapat dua si joli itu sedang melangsungkan perdebatan.
"Permisi Tuan,Nona ada yang bisa saya bantu?"tanya Annisa sopan.
"Siapa kamu, kamu pelayan di sini kan, lebih baik nggak usah ikut campur Kamu pada urusan kami" ucap si perempuan nyolot.
Tapi tidak dengan sang pria. Yang memandang Annisa tanpa mengalihkan pandangan nya, seakan dunia berhenti berputar dan terfokus pada wanita yang berada di depan matanya.
"Maaf Nona, anda telah mengganggu kenyamanan Restoran saya, bila anda ingin berkelahi mohon jangan disini, di sini tempatnya orang makan bukan untuk menonton pertengkaran anda dan pasangan anda" ucap Annisa memperingati.
"Oh jadi ini Restoran mu, jadi begini sikap kamu pada pelanggan" seru perempuan tak mau kalah.
"Sikap saya sebagai mana anda bersikap Nona, bila anda sopan saya pun segan, maaf bukan nya saya mengusir tapi tolong tinggalkan Restoran ini bila anda masih saja membuat keributan" ucap Annisa sarkasme.
"Baik saya akan pergi dari sini, aku juga sudah muak sama ini orang, dan minta dia bayar semua kerugian yang ada di sini" ucap perempuan itu dan beranjak berdiri menunjuk kearah pria di depannya , setelah itu dia pergi.
Setelah si perempuan pergi Annisa menghela nafas kasar dan melirik orang yang sedari tadi tak bergeming memandang kepada dirinya.
"Kenapa anda masih di sini?" tanya Annisa heran.
"Eh iya,maaf telah merepotkan mu untuk mengusir orang itu" ucap pria itu dengan tersenyum setelah sadar dari lamunan nya.
"Nama aku Zidan, Zidan Ridwan " ucap Zidan dengan menyodorkan tangan nya dan berdiri ke samping Annisa.
"Annisa" jawab Annisa dengan mengatupkan kedua tangannya.
Setelah memperkenalkan diri Annisa berlalu pergi karena dirinya sudah sangat terlambat.
Zidan masih saja memandang pergi nya Annisa, Vita menghampiri Zidan dan memukul bahu Zidan.
plak...
"Au,.. sakit Vit," ringis Zidan dengan mengusap bahu nya.
"Lagian kamu cari perkara, kamu tau nggak aku sekarang lagi di ambang pemecatan tau nggak!, awas yah kalau sampai aku di pecat, kamu harus tanggung jawab" ancam Vita.
Vita adalah sahabat Zidan sewaktu kecil, dia dulu bertetangga dengan Nenek Zidan dan dia sering bermain dengan nya sewaktu Zidan menginap di rumah Nenek nya, persahabatan mereka berlanjut sampai SMA.
Tapi Zidan melanjutkan pendidikan nya di luar negeri setelah lulus dari SMA, namun hubungan mereka tidak pernah putus, bahkan Vita sering main ke rumah Mama nya Zidan sekedar untuk menyapa.
"Tanggung jawab, emang aku menghamili kamu apa suruh tanggung jawab" ucap Zidan masih mengusap bahu nya.
"Iihh...aku serius ini Zidan, awas ajah yah kalau aku sampai di pecat aku akan laporkan semua nya ke Tante, biar kamu di kirim ke luar negeri sekalian nggak usah balik lagi" ancam Vita.
"Eittss... jangan, jangan ...oke, oke nanti aku minta maaf secara langsung sama dia biar kamu nggak di pecat yah plis" ucap Zidan dengan mengatupkan tangannya.
"Oke, awas kalau gagal, lagian kamu kenapa sih milih waktu siang biasa nya juga malem, untung pelanggan nggak terlalu banyak" sewot Vita.
Memang Restoran milik Annisa akan ramai pada jam istirahat,btapi pada jam ini Restoran hanya di kunjungi beberapa saja, tapi silih berganti tak pernah sepi dari awal buka sampai mau tutup.
"Iya sorry, ini semua gara-gara Mama, kalau dia nggak ngancem buat buang aku ke luar negeri juga aku nggak bakal mau" adu Zidan.
"Huh,.. lagian kenapa sih kamu nggak mau itu sama perempuan-perempuan itu, mereka tuh udah cantik, tajir, rata-rata pada lulusan sarjana" ucap Vita.
"Halah aku tuh udah tau mereka, luar nya ajah sok polos tapi,suka bolak balik ke club malam" ucap Zidan.
"Heleh,kaya kamu nggak ajah, nih dengerin yah kalo mau dapet istri yang baik kamu nya juga harus baik" nasihat Vita.
"Aku kurang baik apa coba, aku tuh paket sempurna buktinya perempuan-perempuan pengen ajah gitu deket sama aku" sombong Zidan.
"Nah gini nih, jangan sombong-sombong lah,
kalo kamu sombong yang ada malaikat males nyampein doa' kamu, yang ada nggak ke kabul-kabul" cibir Vita.
"Hehe..cuma bercanda, ya Allah cuma bercanda ya Allah" ucap Zidan dengan menengadahkan tangan dan kepalanya, yang membuat Vita terkekeh kok bisa yah dia bersahabat dengan orang se gesrek dia.
"Eh ya, ngomong-ngmong bos kamu yang tadi cantik juga yah" ucap Zidan sambil nyengir.
"Halah, nggak kelar-kelar ngomong sama kamu" ucap Vita meraup muka Zidan dan berlalu pergi.
"Vit,. Vita!..elah aku di tinggalin" seru Zidan berdecak kesal.
"Udah balik sana" teriak Vita.
💢💢💢💢
Annisa telah sampai di sekolah Asyifa, dia memarkirkan mobilnya dan keluar bersama sang Ibu.
"Ibu masuk nemuin Syifa dulu yah,aku mau ke toilet dulu" ucap Annisa pada Ibu nya.
Setelah dari Restoran nya, dia pulang kerumah nya untuk menjemput sang ibu agar ikut serta menemani sang putri.
"Iya nak, kamu cepat menyusul yah" ucap sang Ibu.
Setelah Annisa keluar dari toilet dia melewati koridor sekolah dan dia seperti melihat seseorang yang tak asing untuk nya, semakin dia lihat dia semakin membulat kan mata nya dan bersembunyi di balik tembok ruang kelas yang terbuka, seperti nya orang itu sedang berdebat dengan security. Dia bernafas lega setelah melihat orang itu pergi, dia melangkah kan kaki nya menuju ruangan dimana anak dan Ibu nya berada.
"Bunda dari mana ajah, kok nggak bareng sama Nenek?"tanya Syifa setelah memeluk Bunda nya.
"Bunda dari toilet sayang"jawab Annisa.
"Oh yah, kamu gerogi gak mau tampil di atas panggung?" tanya Annisa.
"Sedikit sih Bunda,tapi kalau ada bunda pasti nggak grogi lagi" ucap Syifa dengan tersenyum.
"Aamiin, semoga lancar jangan lupa berdoa yah" ucap Annisa mengelus kepala putrinya sayang.
Ibu Annisa tersenyum melihat interaksi antara anak dan cucu nya.
"Nanti setelah pentas,beli eskrim mau,?" tawar Annisa.
"Mau Bun,mau banget" seru Syifa dengan melebarkan senyumnya.
Tak di sadari nya ada sepasang mata memerhatikan interaksi mereka, dia tersenyum dan menghampiri ketiga nya.
"Anak nya yah ?"tanya wanita itu.
"Iya Bu, dia anak saya"jawab Annisa tersenyum.
"Oohh, ayah nya kemana nggak ikut kah?" tanya nya lagi.
Seketika wajah Annisa menegang dan tak bisa menjawab pertanyaan itu, namun Ibu Annisa yang mengerti situasi ikut menengahi.
"Ayah nya sedang ada keperluan Bu jadi tidak ikut" jawab sang nenek.
"Oohh gitu, baik lah saya kesana dulu yah, permisi" pamit ibu itu sopan.
Dan ditanggapi dengan senyuman pelik Annisa, Ibu nya yang mengerti langsung mengusap bahu anaknya memberikan kekuatan dan berkata,
"Sabar sayang, semua sudah berlalu" ucap Ibu Annisa.
Annisa tersenyum tenang.
Jangan lupa vote,klik like dan comment terima kasih 😊😊😊😊.
Sebelum giliran kelas Asyifa untuk naik ke panggung, ada seorang anak laki-laki mendekati Asyifa, dia sedari tadi memperhatikan gadis kecil itu dan memberanikan diri untuk bertanya.
"Hai nama kamu siapa?" sapa anak laki laki tersebut dengan menyodorkan tangan nya.
"Nama aku Asyifa, nama kamu siapa?" tanya balik Syifa.
"Nama aku Reyyan, Aku baru pindah ke sini salam kenal yah," jawab Reyyan tersenyum, dia mengulurkan tangan nya dan di sambut oleh Asyifa.
Annisa yang melihat itu tersenyum dan ikut bergabung dengan obrolan kedua anak kecil itu.
"Hai ganteng, dimana orang tua kamu?" tanya Annisa.
"Itu Tante, mereka," tunjuk Reyyan.
Annisa mengarahkan pandangan nya ke-kedua orang dewasa yang sedang duduk di kursi penonton, lalu dia tersenyum.
"Reyyan pergi ke sana ajah yah, Asyifa sebentar lagi mau naik panggung." Ucap Annisa. Karena memang sebentar lagi adalah giliran kelas nya Asyifa.
"Iya Tante Aku kembali ke mommy dan Oma Aku yah," ucap Reyyan.
💢💢💢💢
Saat Asyifa tampil, tibalah seorang pria duduk di samping orang tua Reyyan, dia sedikit kaget tapi senang karena bisa bertemu lagi untuk kedua kalinya di hari yang sama dengan perempuan yang dia suka.
Dia memperhatikan setiap ekspresi dari Annisa, dari ikut bernyanyi, tersenyum, dan tepukan tangan Annisa tak lepas dari pengamatan Zidan. Iya betul, dia adalah Zidan, om Reyyan.
Dia datang ke sekolah anak itu karena sudah terlanjur janji dengan keponakan nya untuk melihat tampilan nya.
Ayah Reyyan adalah seorang pilot, jadi beliau tidak menghadiri acara pentas anak nya, dan sebagai gantinya om nya lah yang di minta untuk menghadiri.
Zidan sangat senang karena sekali dayung dua tiga pulau terlampaui, di satu sisi bisa menghadiri acara keponakan tersayang nya dan juga bisa bertemu dengan sang pujaan hati.
💢💢💢💢
Setelah acara pentas seni di sekolah sang buah hati, mereka melanjutkan jalan-jalan ke mall sekaligus menepati janji yang tadi. Kali ini tidak dengan nenek nya karena nenek Syifa sudah di antar pulang di karena kan ada keperluan mendesak, jadi lah mereka hanya berdua saja.
"Bunda, Aku mau yang strawberry sama coklat!" ucap Syifa semangat.
"Boleh saja, asal kan makan nasi dulu yah, ini sudah lewat makan siang soalnya, habis itu kita beli eskrim, oke?" jawab Annisa.
"Oke Bunda!" ucap Syifa lagi.
Setelah mengatakan itu, mereka menuju ke tempat makan cepat saji untuk makan siang, makan siang mereka di warnai candaan dan celoteh dari Asyifa.
Dari arah pintu, datang lah seorang anak kecil yang menghampiri meja mereka.
"Asyifa, Kamu disini juga!" tanya Reyyan senang.
Asyifa hanya mengangguk karena dia sedang mengunyah makanan nya.
"Kamu sama siapa kesini Sayang, orang tua kamu kemana?" tanya Annisa.
"Itu Tante, Aku sama om Aku, mommy sama oma lagi belanja," jelas Reyyan.
"Oh... terus om Kamu kemana, kok Kamu sendiri? Mau gabung di sini kah?" tawar Annisa.
"Itu, sedang mengangkat telepon." Ucap Reyyan dengan menunjukkan om nya yang sedang menerima telepon.
"Memang nya boleh Tante, Aku gabung di sini?" tanya Reyyan.
"Boleh dong, ayo duduk." Annisa mempersilahkan.
Dari arah pintu, masuk lah si om Reyyan. Dia mengedarkan pandangan nya dan menghampiri keponakan nya.
"Eh, hai Kita ketemu lagi,"ucap Zidan pada Annisa.
Annisa yang sedari tadi sibuk membalas pesan dari karyawan nya mendongak dan terkejut yang ternyata dia.
"Eh, hai," jawab Annisa canggung.
"Keponakan nya yah?" tanya Zidan menunjuk ke arah Asyifa.
"Bukan, dia anak ku," jawab Annisa santai.
"An ,,, anak!" kaget Zidan tak percaya.
Karena memang Annisa tidak terlihat seperti ibu-ibu pada umumnya, dia terlihat seperti seorang mahasiswi atau orang kantoran di karenakan tubuh yang proposional, sederhana tapi anggun, banyak yang tidak mengira kalau Annisa adalah ibu dengan satu anak.
"Kenapa kaget gitu?" tanya Annisa.
"Eng ,,, gak ,,, enggak apa-apa!" jawab Zidan gugup.
Dia tidak menyangka jika wanita yang dia incar ternyata sudah menikah dan mempunyai anak bahkan seusia dengan keponakan nya.
Tak lama kemudian ponsel Zidan berdering membuyarkan lamunan Zidan.
"Halo kak, iya ini udah di KFC, kakak kesini ajah," jawab Zidan.
Setelah menutup telepon nya, dia kembali memandangi Annisa, membuat siempu nya risih karena terus di pandang seperti itu.
Tidak lama kemudian, kakak Zidan datang dengan Mama nya, Reyyan yang melihat mommy- nya berseru memanggil.
"Mommy!" panggil Reyyan sambil berlari menghampiri mereka.
"Eits! Jangan lari-lari Sayang, nanti jatuh," tegur sang oma.
Reyyan adalah cucu satu-satunya, makanya dia ingin anak ke tiga nya menikah dan memberikan dia cucu supaya membuat rumah ramai, dan juga usia Zidan yang sudah matang untuk menikah tentu nya.
Namun Zidan tak kunjung memenuhi permintaan mama nya itu.
"Ayo Mommy, Oma?" Reyyan menarik tangan mommy dan oma nya untuk mendekati meja Annisa.
Setelah sampai, mereka saling berkenalan dan duduk di satu tempat dengan dua meja yang di tempelkan. Suasana yang tadi hanya diisi oleh suara kedua bocah itu sekarang penuh dengan candaan mereka.
Tapi tidak dengan Zid, dia hanya sesekali ikut tersenyum dengan melihat senyuman dan tawa Annisa, harapan nya lebur untuk bisa mendapatkan hati wanita itu.
Sekian lama bergurau dan makan dengan kenyang, Annisa hendak meninggalkan tempat itu karena dia akan ke restoran nya sebelum pulang ke rumah.
"Maaf sebelum nya semua, Saya izin pamit terlebih dahulu soal nya Saya mau ke restoran saya dulu sebelum pulang, takut keburu Maghrib. Anak Saya juga belum mandi jadi Saya duluan dulu, mari semua?" pamit Annisa kepada semua nya.
Risma, oma Reyyan, melihat anak bujang nya terlihat sedikit aneh. Tak biasa nya dia hanya diam tak ikut bicara, biasanya dia paling membuat suasana jadi seru.
"Kenapa Zid?" tanya mama yang melihat anaknya terus menatap punggung Annisa yang semakin menghilang.
"Zidan nggak apa-apa kok Mah," jawab Zidan menggelengkan kepala sambil tersenyum.
"Om Zidan suka sama bunda nya Syifa yah?" ucap Reyyan meledek.
"Anak kecil jangan ikut campur!" jawab Zidan, membuat keponakan nya cemberut memajukan bibir nya lucu.
"Benar Zid Kamu suka sama Annisa?" tanya salsa mommy- nya Reyyan.
"Iya sih, tapi harus mendem perasaan soalnya dia udah punya anak pasti kan punya suami." Jawab Zidan sedih.
"Enggak biasa nya dia begini, dia kan tidak suka sembarangan punya perasaan sama orang, tapi harus nelen pil pahit gegara kenyataan," batin Salsa.
"Ya sudah nyari yang lain ajah masih banyak kok di luar sana, nanti Mama kasih tau temen Mama buat ngenalin anak nya ke kamu yah?" ucap mama Risma.
Seketika mata Zidan membulat.
"Ogah!" jawab Zidan cepat.
Seketika suasana yang sedih jadi ceria lagi karena tolakan Zidan.
Jangan lupa untuk vote, klik like dan comment yah man teman terimakasih atas dukungan kalian 😊😊😊😊
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!