"Dedi... " teriak seseorang dengan suara lantang
"Dedi... "
"Dedi... "
"Dedi... " teriaknya lagi dengan tidak patah semangat memanggil dia yang tak kunjung terlihat.
"Hei keluar dari persembunyianmu *******" teriak wanita itu sekuat-kuatnya namun tak ada jawaban yang ia dapatkan.
"Dedi jangan membuatku takut " jeritnya tidak kalah keras dan menggunakan nada suara lebih nyaring dari sebelumnya namun suara itu terdengar memilukan kala hinggap ditelingga orang yang mendengarnya namun tak seorang pun dari mereka yang ingin menyahut.
“Dedi.. "
"Dedi... keluar sumpah ini tidak lucu, jangan mempermainkanku"
"Dedi, aku akan membencimu seumur hidupku jika kau tidak keluar juga, keluar kau dedi"
"Ok, kau menang dalam bersembunyi tapi aku sedang tidak ingin bermain-main kumohon keluarlah sekarang "
"Dedi kau ingin aku menggemis seperti apa lagi, tolonglah semua orang menunggumu"
"Dedi aku membencimu "
"Dedi... "
"Dedi... "
"Dedi... kau jahat dedi, apa yang kau inginkan sebenarnya. Sekarang keluarlah dari persembunyianmu"
"Dedi... jangan kekanak-kanakan, sumpah bercandaanmu itu tidak semenarik apa yang kau pikirkan ******* jadi keluarlah kumohon keluarlah "
"Dedi... "
"Dedi... " wanita itu telah meneriakkan nama seseorang lelaki secara berulang-ulang akan tetapi walaupun suaranya sudah parau karena sudah sedari tadi berteriak, lelaki itu tak kunjung muncul dan menyahuti panggilan dari penggantin perempuannya.
Ruangan seketika hening, Semua mata menuju pada wanita itu seakan siap untuk menelanjangi yang kini berlari dengan pakaian lengkap bersama riasan-riasan pengantin yangmelengkapi penampilannya.
Jika diperhatikan wanita itu sudah dihias sedemikian rupa hingga terlihat sosok wanita khas jawa yang cantik nan rupawan tapi sangat disayang semua hiasan juga kecantikan yang terpancar pada sosok wanita dihadapan banyak orang tidak berguna.
Seharusnya setelah selesai seorang lelaki menggucapkan ijab Kabul dan sumpah pernikahan, lelaki akan didatanggi pengantin wanitanya lalu duduk manis diatas pelaminan bersama dengan perasaan suka cita, setelah itu mendapatkan ucapan selamat dari kerabat dan tamu undangan lainnya.
Kebahagian untuk menempu hidup baru buyarlah sudah karena lelaki itu lenyap dengan sekejap mata, tanpa pamit dan pesan apa-pun kepada wanita maupun keluarganya, haru biru itu lenyaplah sudah lalu digantikan derita juga penyesalan yang panjang.
Setelah selesai resepsi biasanya ada malam pertama dan hari-hari bahagia untuk melewati Honeymoon bersama, menyatukan tubuh untuk mendapatkan keturunan yang cantik atau tampan tapi lihatlah kini, yang terjadi malah wanita itu terduduk lemas dengan derai air mata yang tiada henti berderai hingga merusak hiasan yang sedari fajar belum nampak pun mulai diukir pada wajahnya.
Mereka memperhatikan wanita itu sedemikian intens begitupun dengan sang wanita yang menatap satu-persatu rawut wajah tamu undangan yang kini menampakkan ekspresi yang hampir sama.
Entah kini mereka merasa iba pada wanita itu atau mereka sedang mencelah karena bisikan mereka seolah merendahkan keluarga si wanita itu.
Ruangan yang tadinya riuh dengan musik yang mengalur sebagai musik penggiring selain itu juga suara saut-sautan agar mempelai wanita segera keluar dari tempat persembunyiannya setelah terjadi ijab Kabul, kini senyap bagai tak berpenghuni walau banyak sosok yang masih memenuhi rumah yang tadinya menjadi saksi untuk menyatukan dua insan dalam suatu pernikahan.
Pernikahan telah terjadi dan sah dimata hukum begitu pun dimata agama namun belum lama setelah ijab kabul dan sumpah – sumpah pernikahan diucapkan, tanpa kata mempelai pria pergi begitu saja bersama semua rombongan keluarganya hingga membuat keluarga pihak wanita dan para undangan terheran-heran dibuatnya.
Pikiran-pikiran buruk telah menancap di otak para undangan sehingga membuat syarap dan tubuh wanita itu melemah namun tidak ingin berputus asa wanita itu masih berusaha mencari berharap dirinya hanya kekamar mandi untuk menenangkan diri setelah melewati ketengangan yang kini juga telah merubah statusnya.
si wanita tidak henti - hentinya menyebut nama seorang laki - laki itu. Hening memang, namun berdiri ditengah - tengah kerumunan itu wanita tersebut bisa mendengar jelas bisikan dan melihat tatapan yang tidak dapat dimengertinya.
Kakinya sudah lelah berlari, suaranya pun seakan hilang sejak sedari tadi berteriak memanggil pasangannya, tenaganya terkuras habis karena dipaksa menerima kenyataan pahit yang harus terjadi di hari pernikahannya.
Wanita itu terduduk tepat didepan plaminan disaksikan para keluarga, sanak saudara, teman-teman juga tamu undangan sehingga menambah tragis kisahnya.
Air mata terus keluar membasahi, semua riasan ternyata tidak berguna lagi, hancur karena terkena air mata lalu menampilkan wajah seorang moster yang begitu sial dihadapan banyak orang.
Sakit hati, malu, marah, sedi dan kecewa telah menyatu menjadi satu sehingga tidak dihiraukannya lagi semua tatapan orang lain, wanita itu duduk dengan memeluk kedua kakinya lalu menanggis tersedu-sedu.
Dia terduduk diatas lantai yang dilapisi karpet merah dengan cara yang sangat tidak anggun, seketika seluruh tubuhnya terasa lemas dan tak bertulang lagi.
Diambang kesadarannya, begitu banyak tangan-tangan yang kini menyentuh, terdengar suara yang begitu akrap memanggil berkali kali namun tidak hiraukannya wanita itu larut dalam perasaan sedihnya hingga kini.
Entah berapa lama wanita itu tak sadarkan diri manun saat tersadar dan ketika mata terbuka dengan sempurna, diperhatikannya semua yang nampak dari mata, ternyata kamar yang sudah ditata sedemikian rupa untuk pengantin baru.
Suka cita yang seharusnya terjadi tapi kini malah terkesan seperti pemakaman yang penuh dengan para pelayat yang harus merelakan sebuah jasat disatukan kembali dengan tanah.
Rasa sedih itu sama karena wanita melihat orang tua juga sanak saudara menatap dengan meneteskan air matanya juga sadar bahwa inilah kenyataannya, dia istri yang ditinggalkan oleh suaminya setelah ijab kabul dan sumpah - sumpah itu telah diucapkan ya tragis sepertinya kata-kata itu cocok untuk menggambarkan kisah sekarang.
Tak ada kata yang dapat terucap hanya teriakan histeris dan isak tangis yang mengisi kamar penganti kala itu. Wanita itu memeganggi kepalanya cukup kuat, lalu berteriak sekuat mungkin tapi ternyata wanita itu tersadar jika sekuat apa pun dia menekan kepalanya, berteriak sehisteris apa pun, semua itu tidak merubah kenyataan yang telah menimpannya kini.
Wanita itu diambang kesadarannya sekali lagi dan sekali lagi dia tenggelam dalam kegelapan saking tidak kuatnya ia menerima kenyataan yang telah terjadi.
Tidak ada yang ingin ditimpah bencana ketika beberapa jam lalu semua orang bersuka cita bahkan sempat meledek pengantin wanita untuk bersiap-siap mendapatkan seragan nafsu malam pertama dari pengganti pria yang menjadi suaminya, namun yang diterimannya adalah nafsu menggebu-gebu lelaki itu untuk meninggalkanya dalam sekejap mata saja.
Siapa yang bilang semua orang akan berbagia setelah berganti berstatus dan menjadi seorang istri, lalu kelak akan menjadi ibu dari anak-anaknya?.
Wanita itu belum sempat mengalami semua itu namun sangat menyesakkan karena kebahagian yang diharapkan malah datang lalu berubah menjadi tumpahan air mata.
Sungguh penyesalan yang sangat terlambat karena wanita dan keluarga mengenal mereka tapi itu dulu dan kini mereka hadir hanya untuk menghina dengan perbuatan lelaki dan keluarganya itu, siapa yang bisa menyangka jika ternyata lelaki itu pergi begitu saja tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Kehancuran silih berganti pada keluarga sang pihak perempuan, Rasa malu itu seakan tidak dapat hilang dari wajah orangtua juga keluarganya, kini mereka sangat dan terpukul juga tertutup karena kejadian membuat wibawa dan kebanggan yang ayahnya miliki hancur tanpa tersisa begitu pun dengan orang - orang seakan iba namun dibelakang kami mereka mencibir dan menghardik seakan merekalah keluarga yang teramat hina dihadapan masyarakat.
Ini kisah pilu tentangnya.
Ini hidup yang penuh penyesalan mengenai lelaki itu.
Kesalahan juga dendam menyeret mereka menjadi pemeran utama setiap peran.
Waktu silih berganti, matahari dan bulan terus bekerja sama hingga tak terasa beberapa kalender telah terlewatkan. semua berlalu begitu saja tanpa ingin disadari walaupun begitu, tidak mudah untuk wanita bernama Dewi untuk bisa berdiri tegar melewati harinya karena selang beberapa hari setelah kejadian naas itu.
Kini dewi lebih banyak melewati hari-harinya dengan menggurung dirinya didalam kamar, tak ingin makan, emosinya terganggu hingga beberapa kali menggamuk tidak jelas.
Tatapannya kini menjadi kosong, wanita itu lebih banyak berdiam diri menatap jendela, waktu tidurnya berkurang bahkan beberapa kali dia tidak tertidur dalam jangka waktu cukup lama, wanita itu seolah sangat putus asa juga kehilangan minat untuk kembali menata hidupnya.
Setelah bertemu dengan pisikiater beberapa kali Dewi mendapatkan obat berupa antidepresan namun sayangnya obat itu membuat tubuh dewi menggalami peningkatan berat badan, dan mual, hingga pisikiater mencoba cara lain yaitu terapi elektrokonvulsif.
Dukungan dan kasih sayang orangtua yang akhirnya membangkitkan semangat hidup dewi jika semua yang telah berlalu akan terlewati jika dewi terus mencoba mengiklaskan semua masalah yang sedang dialaminya.
Menasehati orang lain itu mudah tetapi mengaplikasi dan melakukan pada hidup sendiri yang susah.
Orangtua dewi sebenarnya turut merasakan apa yang dewi rasa namun dengan lapang dada mereka mencoba berdamai dengan kenyataan dan itu yang sedang mereka usahakan agar dewi juga iklas lalu bangkit dari keterpurukannya.
Segala usaha telah mereka tempuh, untunglah kalimat jika usaha tidak akan menghiyanati hasil itu terjadi pada kehidupan mereka.
Berangsur-angsur dewi mulai membaik dan di tahun ke 2 lebih beberapa bulan, dewi mulai menggusai dirinya, bangkit dan kembali menata masa depan dengan melanjutkan pendidikannya.
Walau terasa pelan dan lambat namun dengan pasti kini wanita juga orangtuanya mulai terbiasa akan cibiran dari orang - orang lain. Dewi dan keluarganya mulai bangkit dan meninggalkan masa kelam tetapi sangat disayangkan karena akhirnya, sang ayah dipindah tugaskan kekota lain sehingga harus pergi jauh dari kediamanan kami selama ini.
wanita yang telah melahirkan anak perempuan itu tidak ingin terpisah jauh dari suami, dia rela meninggalkan pekerjaannya demi tetap bersama sedangkan anak perempuannya memutuskan untuk melanjutkan S2nya.
Sanak saudara yang awalnya begitu peduli, ringan tangan membantu dewi juga keluarganya saat mempersiapkan pernikahan itu, kini malah menjadi orang yang pertama kali menghina dewi dan keluarganya.
Tidak mengherankan memang, karena mereka memang datang untuk mencari keuntungan karena dewi dipersunting oleh lelaki kaya.
Mereka berharap setelah pernikahan itu mereka juga mendapat cipratan kekayaan atau kerja sama dengan suami dewi, kekecewaan mereka akhirnya dilampiaskan pada dewi dan keluarganya.
tetapi itu dulu. kini dewi Senyum lebar terpancar kala hari Wisudanya, tidak seperti teman-teman yang lainnya yang setelah keluar dari gedung melakukan sesi foto-foto, dewi malah lebih memilih melangkahkan kakinya tuk pulang dan menggemasi barangnya untuk menyusul orangtuanya di kota baru untuk memulai hari yang baru. Benar kata pepatah yang mengatakan
3 tahun berlalu namun sakitnya masih sama, membekas hingga membuat wanita itu terlihat cacat tak tersisa, rupa masih terlihat sama, utuh namun tidak dengan jiwa dan kehidupan.
dihadapan orang lain dia seakan baik-baik saja, walau begitu banyak yang tahu jika semuanya takkan seperti dulu lagi, semuanya melekat dimasa depan akibat masa lalu yang kelam.
Kini dia semakin tahu jika tidak perlu bersikeras untuk memperjelas siapa dia karena orang yang mencintainya tidak membutuhkan itu dan orang yang takkan percaya itu.
Berat hati dia meninggalkan rumah yang dulu telah menjadi saksi bisu dimana semua tumbuh kembang berada dirumah kecil itu, ada kisah sedih didalamnya tetapi tidak seberapa dengan segala kebahagian yang telah tertuai disana.
Pesawat telah membawa raga meninggalkan kota kelahirannya dan pada pukul 02.30 siang dia telah sampai dikota besar. riuh suara terdengar mengisi bandara, terlihat banyak orang yang berlalu lalang dengan kesibukanya sendiri namun yang menjadi pusat perhatian adalah beberapa orang berlari terburu - buru serta diikuti banyak orang lain dibelakangnya.
Puas memperhatikan orang-orang itu kini dewi tetap berjalan keluar hingga dihadapannya kini beberapa supir taksi yang menggerumun di pintu keluar untuk menawarkan jasa sebenarnya hal itu sudah menjadi hal biasa di bandara tapi tetap menarik perhatian banyak orang.
perjalana ln dewi terasa cukup melelahkan sebenarnya tapi kini dia telah duduk di kursi penumpang supir tersenyum ramah untuk mengantarkan ke tempat tujuan.
"Pak, tolong antarkan saya ke alamat ini" Pintahnya Sembari memberi selembar kertas yang turtuliskan alamat yang ingin dituju.
“baik mbak” balas si supir taksi dengan sopan lalu mobil benar-benar melaju meninggalkan bandara lalu bergabung bersama kendaraan lain.
Taxi melaju dengan kecepatan rata - rata, terlihat begitu banyak bangun pencakar langit di sisi kiri dan kanan jalan, tidak hanya itu karena hampir setiap jalan juga terjejer toko - toko yang semakin meramaikan pusat kota begitu indah namun kemacetan menggurangsi rasa kagum akan kota yang kini maki berkembang setiap tahunnya.
dibalik keindahan dan kemajuan kota ini ada cerita pilu dari penduduk-penduduknya. banyak orang yang datang dengan harapan untuk mendapatkan perkerjaan yang lebih layak di kota besar itu, tapi lagi - lagi harapan hanyalah tinggal harapan karena yang terjadi adalah mereka bukannya mendapatkan pekerjaan malah dipaksa harus menyaksikan kekejaman dan pedihnya kemiskinan di depan mata mereka sendiri.
Mobil terus melaju walau sangat lambat namun berhasil meninggalkan tempatnya, butuh waktu dua jam lebih untuk dia sampai dan kini memasuki pekarangan sebuah rumah yang beberapa bulan lalu dihuni oleh orang tuanya. Rumah yang akan ditempati tenyata cukup sederhana namun rindang.
Belum puas memperhatikan pekarangan rumah baru kini terlihat sosok indah yang begitu dirindukan, ya mereka orang tua wanita itu.
Mereka baru saja membuka pintu setelah mendengar suara mobil berhenti tepat di depan rumah mereka.Dengan wajah ceria mereka lalu melangkah, dan belum juga sepatah kata terlontarkan ayah dan ibu sudah memeluknya dengan sangat erat.
"Selamat datang dirumah baru nak" Ucap ayah dengan wajah cerianya.
"Kami sangat merindukanmu sayang" sambung ibunya.
"aku juga merindukan kalian" jawabnya dengan bahagia.
Rumah mereka yang baru ini tidak jauh dari rumah sebelumnya, terkesan sederhana namun nyaman, damai dan asri karena si ibu sangat rajin merawat tanaman-tanaman yang ada di halaman.
Jika dia seorang istri seharusnya kini telah bersama suaminya tapi nyatanya lelaki keparat yang harusnya jadi suami mati ditelan waktu hanya status yang dibutuhkan bukan sosok seorang wanita, dan dia adalah wanita sial yang menjadi korbannya.
Ingin menggakhiri semuanya namun sialnya dia tidak tahu cara untuk menemui keluarga sibajingan itu mereka selalu menghindar dan tidak membuka akses agar kami bisa bertatap wajah, gugatan telah sampai di pengadilan agama dan terbilang sebagai perkara gaib namun entah kenapa tak kunjung jua gugatanku di proses.
Apalah daya rakyat jelata ini takkan mampu melawan orang berduit seperti keluarga mereka. Mereka banyak menunjukkan bukti sehingga pihak pengadilan memperlambat memproses pengajuan si wanita.
Begitu sial kehidupan Dewi, Dewi layaknya ikan yang di tangkap nelayan. Masih dalam air namun kehilangan kebebasan, ruang gerak bahkan bagian terpenting dalam tubuh kini terluka. pantaskah wanita itu di ibaratkan ikan?. bukan itu sebenarnya pertanyaannya, melainkan sampai sejauh mana penderitaan dewi di dalam kuasa lelaki itu.
Hari pertama semenjak kedatanganku terasa sangat membahagiakan untuk kami sekeluarga, beberapa waktu lalu terpisah cukup lama. Banyak cerita yang akhirnya mengubah-ubah ekspresiku kala kami bertukar kabar misalnya, saja kala mama menyampaikan kabar mengenai Paman Danu.
Paman Danu adalah kerabat dari Ayahku. Beliau dulunya sangat kaya, namun kini, keluarganya dikejar-kejar rentenir. padahal dulu Paman Danu yang paling hebat dalam masalah keuangan dan jangan lupakan jika keluaraga paman Danu juga orang pertama yang mencaci maki kami kala kejadian itu.
Ada pepatah yang mengatakan sudah jatuh ditimpa tangga pula, nah pepata itu terjadi pada kami gara-gara keluarga paman Danu. Keluarga paman danu paling semangat mensponsori baju seragam di hari H untuk semua keluarga, dan salon, eghh ternyata egh ternyata, walaupun sukses jadi nona muda di keluarga brawijaya tapi ditinggal pergi oleh suami membuat keluarga paman danu meminta semua uang yang mereka keluarkan.
ayah tidak tanggung-tanggung harus menggeluarkan hampir 65 juta hanya sebagai ganti rugi padahal saat itu juga keuangan kami menipis tapi ya emang namanya lintah, ngak bakal lepas kalo ngak kenyang jadi mau tidak mau kami menggantikannya.
Tahu dari mana uang itu ada? Dari hasil isi undangan alias pemberian orang lain. hal itu juga yang membuatku tidak bisa mengangkat kepala setinggi dahulu karena dari kerja keras mereka aku bisa membayar utang.
Kejadian itu sudah kulewati namun rasanya dendam, amarah, kekecewaan, sedih dan malu masih melekat erat dalam tubuhku, walaupun kabar yang kudapatkan dari ayah dan ibu tidak hanya soal paman danu dan keluarga tapi menurutku itu yang sangat menarik.
Canda tawa kami lakukan dikediaman baru, walaupun suasananya sedikit berbeda tapi kebahagian itu masih bisa kami tuangkan dalam rumah kecil kami yang sekarang ini. Banyak hal yang awalnya biasa saja tapi dalam sudut pandang ibu menjadi sesuatu yang lucu.
Misalnya saja perdebatan tetangga hanya karena persoalan sampah, tukang sayur yang telat atang hingga kala ibu merusak kemeja kerja ayah.
Pengalaman mereka kala pertama kali pindah di rumah ini serasa tidak ingin ku lewatkan karena memang banyak informasi yang ku dapat.
Banyak hal yang kami bicarakan tapi menggenai paman danu tidak berhenti ku telisik dari tadi, Cerita tentang paman danu adalah sesuatu yang menarik untukku.
Mungkin jahat jika bahagia dalam penderitaan mereka tapi entah kenapa aku sangat bersyukur karena karma bekerja tanpa pamrih pada paman Danu.
“syukurin, itu memang harus mereka dapatkan sedari awal” kataku dengan tertawa senang.
“huss jangan gitu agh. Orang kena musibah yag di kasihani, di bantu jangan malah bahagia di atas penderitaan orang lain Dewi” tegur ayah dengan bijak.
“kalimat itu seharusnya mereka hatamkan saat kita yang kena musibah itu ayah, tapi kenyataanya gimana?. Mereka bukannya membantu mencari ******** itu malah mempersulit kita kan?” protesku tidak terima.
“mereka memang salah, kita yang sudah sadar itu salah jangan melakukan pada orang lain” kata ayah lagi dengan lembut.
“yayaya. Tidak semua orang baik seperti ayah dan ibu. tidak semua orang bisa memaafkan dan aku salah satunya” jawabku acuh.
“menyimpan dendam ini membuat perasaan dan pikiranmu terusik, coba deh iklaskan maka tanpa kau pinta semua sejalan dengan ke hendak allah. Sekarang buktinya, tanpa kia turun tangan, allah membagikan takdir, rezky dan ujian pada setiap umatnya kan?” nasehat ayah lagi.
“mmm. Ayah ini, paling nganggu deh kalo wanita lagi ghibah” kata ibu dengan wajah cemberut dan pura-pura kesal.
“ghibah tuh hanya di lakukan orang kurang kerjaan. kewajiban menyembah allah, gih sholat thobat terus tidur” perintah ayah sambil beranjak meninggalkan kami di ruang tamu.
Itu perkataan ayah, tapi aku dan ibu malah melanjutkan pembicaraan kami tentang keluarga lainnya.
Pembahasan kami tidak hanya itu-itu saja sebenarnya, karena dari ibu aku tahu kalu rumah ini sebenarnya masih dalam masa anggsuran, pekerjaan ayah yang semakin membaik, tetangga yang cukup brisik dan biaya listrik, letak pasar dan yang lainnya.
Malam sudah sangat larut tapi aku bukannya mengistirahatkan tubuh di kamar yang akan menjadi kamarku mulai hari ini, aku malah masuk ke dalam kamar kedua orangtuaku. Pintunya memang tidak di tutup jadi aku bisa masuk, dengan mudah.
Dalam kamar itu, kulihat ayah sudah berbaring nyaman dengan piayamanya sedangkan ibu baru saja bersiap untuk berbaring.
Entah kenapa sikap kekanak-kanakanku muncul hingga aku tidur diantara ayah dan ibu. ibu yang melihatku seperti itu bukannya kesal malah berkata
“kamu ini, sudah jadi istri orang tapi kok masih kayak anak TK sih?” katanya gemas sembari mencubit pipi tembemku.
“Setua apa pun aku, bagi kalian aku masih anak kecil. Lalu kenapa tidak boleh tidur sama ayah dan ibu”
“bukan tidak boleh, tapi lihat. Tubuhmu sudah setinggi dan sebesar ibu tapi selalu bisa nyelip antara kami. Ranjang kecil kami tidak muat nyonya” ejek ibu.
“Ayolah bu, aku rasanya rindu banget sama pelukan ayah ma Ibu” jawabku memeluk ibu dengan sangat erat.
“ingat, tapi cuman malam ini ya” kata ibu memperingatkan.
“mmm..” gumamku sambil memejamkan mata dan mencari kenyamanan.
“Dewi” panggil ibu tiba-tiba
“ya” jawabku
“kamu sudah tahu kabar tentang suamimu?” tanya ibu serius hingga membuatku membuka mata dan menatap ibu dengan serius pula.
“mmm”gumamku ragu.
“bagaimana?” tanya ibu dengan menatapku intens tepat pada bola mataku namun malah kujawab acuh dengan ucapan
“mati, happy ending” ujarku menutup mata lalu bersiap tidur.
Ayah ternyata terbangun dari tidurnya, pembicaraanku dengan ibu ternyata di dengar ayah. Ayah malah menyela percakapan kami dengan ucapan.
“yang mati itu hewan, suamimu manusia jadi yang tepat mungkin meninggal”
“bentuknya doang yang manusia kelakuannya yang hewan mana suka bilang guk guk” kelakarku namun ayah tidak tertawa, ayah malah memelukku dan berkata
“kamu ini, mulut dan otak memang butuh di install ulang biar bisa sopan dikit”
“iss emang aku kumputer?” kataku dengan bibir cemberut.
“bukan tapi tukang gibah, tukang umpat tapi sayangnya anak ayah yang paling ayah sayang”
“paling disayang Karena anak satu-satunya kalo ada yang lain ma dia acuhin aja yang ini” koreksi ibu.
“ighh apaan sih ibu” kataku manja.
“sudah, sudah sekarang tidur. Masih ada hari esok untuk buat dosa” kata ayah sambil memelukku.
Hari ini ku jalani dengan rasa bahagia yang tidak bisa ku ukur dengan materi, jika waktu bisa di hentikan. Ku harap orangtuaku tidak akan pernah menua dan mereka akan selalu bersamaku di muka bumi ini untuk mencari kebahagian yang entah seperti apa wujudnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!