Ravael Varo Maldini.
Ravael adalah putra pertama dari Austin dan Allice, ia memiliki sifat yang sama persis dengan kedua orang tuanya, namun perbedaannya ia memiliki sifat yang dominan jahil, ia setiap hari selalu membuat ulah dan menyusahkan teman dan adiknya.
Namun dibalik sifat jahilnya tersebut, ia adalah anak yang bertanggung jawab, ia selalu melindungi adiknya dari berbagai masalah, meskipun adiknya sendiri bisa melindungi dirinya sendiri. Namun naluri seorang kakak dari dirinya patut diacungi jempol.
Ia dan adiknya sama sama menjadi pemimpin BDG, mafia sang nenek yang sudah diturunkan dari Bibi kepada Ibunya dan sekarang padanya dan adiknya.
Ia mempunyai kelebihan sama seperti sang Mama, yaitu bisa mendengar batin orang orang yang berada didekatnya.
Audrey Fera Faraqueen.
Anak kedua dari Austin dan Allice, tak lain tak bukan adalah adik dari Ravael.
Audrey ini memilikki sifat yang kelewat dingin, ia sama sekali tidak suka diganggu apa lagi dengan hal hal yang tak disukainya, contohnya kejahilan dari sang kakak. Sampai ia memiliki julukan Balok kutub.
Namun demikian ia tetap menyayangi sang kakak dengan sepenuh hati.
Sama seperti sang Kakak, Audrey bisa mendengar suara batin yang ada disekitarnya, tetapi yang membedakan adalah ia bisa melihat seseorang baik atau buruknya dari raut wajah orang tersebut.
Arracely Putri Raiden.
Arra adalah putri satu satunya dari Gabriel dan Raiden. Ia adalah satu satunya teman Audrey, namun sayang ia dan Audrey berbeda satu tahun.
Dion Alveno Berta Berry.
Putra tunggal dari Ryan dan Azza, tidak jauh berbeda dari sifat Ravael, Dion adalah partner kenakalan Ravael disekolah.
Arkana Vero Vernandez.
Arkana adalah putra dari Gilbert dan Adel, dimana ia adalah salah satu partner Ravael dan Dion.
Kelima saudara sepupu ini selalu bersama sama sedari kecil. Mereka selalu satu kelas, tapi tidak dengan Audrey, ia satu tingkat lebih rendah dari para kakak sepupunya, namun dari situlah ia selalu dimanja dan diperhatikan oleh semua kakaknya.
................
Dimansion Allice dan Austin.
Keluarga kecil yang bahagia ini sedang duduk bersantai ditaman belakang mansion mereka dengan membawa camilan.
Mereka berempat (Austin, Allice, Audrey dan Ravael) sedang asik mengobrol layaknya sebuah keluarga yang sangat harmonis.
Ravael selalu saja menjahili sang adik. Ia tak segan segan menjahilinya didepan kedua orang tuanya.
"Balok kutub, lihat sini dah." Ucap Ravael mulai memunculkan ide jahilnya. Dengan polosnya Audrey langsung menengok kearah Ravael.
Dan yap, Ravael mencolek pipi Audrey dengan krim kue, Audrey yang tidak suka langsung memarahi dan mempelototi Ravael dengan mata elangnya yang sipa memangsa mangsanya.
"Abang!" Marahnya.
"Eits, anak baik nggak boleh marah." Ucap Ravael.
"Anak baik? ya memang gw anak baik, sampai sampai gw lu kerjain nurut nurut aja." Kesal Audrey mengambil krim 2 kali lebih banyak dari Ravael tadi.
Audrey langsung mempeperkan krim tersebut keseluruh wajah Ravael, hingga seluruh wajahnya tertutup dengan krim.
"Balok kutub!" Marah Ravael.
"Makan tuh krim, enak kan." Ejek Audrey.
"Awas aja lu, sini!" Ucap Ravael berdiri mengejar Audrey.
Audrey terus berlari mengelilingi taman belakang mansionnya, dengan Ravael yang terus mengejarnya.
"Kejar sini kalo bisa, cowok larinya kayak bongkang." Ejek Audrey terus berlari.
"Apa lu kata!? ketangkep awas lu, gw masukin kekandang singa." Ancam Ravael.
"Hahah singanya aja temen gw semua." Balas Audrey terus berlari, namun ia tiba tiba tersandung batu dan langsung jatuh, Ravael yang diberi kesempatan oleh Audrey langsung saja menangkapnya dengan cepat.
"Nah kan ketangkep lu, mau kemana lagi lu." Ucap Ravael tertawa puas. Ia langsung menggelitiki perut Audrey.
"Abang hahahah, berhenti nggak, hahah, geli tau." Ucap Audrey merasa sangat geli.
"Biarin siapa suruh lu ngisengin gw." Ucap Ravael terus menggelitik Audrey.
"Hahah orang lu yang mulai duluan." Ucap Audrey tak terima, ia terus meronta, namun Ravael tidak melepaskannya malah terus menggelitiknya dengan puas.
"Lihat itu anak mu." Ucap Austin menunjuk Ravael dan Audrey.
"Anakmu juga." Ucap Allice.
"Iya aku tahu."
"Seru ya, jadi bayangin gimana jadinya kalo kita punya banyak anak." Ucap Austin menghayal.
"Jauhkan pikiran kotormu itu." Ucap Allice yang mengerti jalan pikiran Austin.
"Ravael, Audrey, Papamu ingin berulah." Ucap Allice sengaja membatin agar ia dan anaknya lah yang tahu.
Ravael dan Audrey langsung menghentikan aktifitasnya dan mendekati Austin.
"Pa, Papa mau apa?" tanya Ravael dengan menatap tajam Austin.
"Emang Papa mau apa? orang Papa nggak mau apa apa." Ucap Austin.
"Jangan ngada ngada Pa, cukup Audrey yang kaya batu yang jadi adik Ravael, nggak ada lagi." Ucap Ravael.
"Audrey juga nggak mau punya ade, Audrey nggak mau, titik nggak ada koma." Ucap Audrey menatap tajam Austin.
"Eh i..iya nggak akan." Ucap Austin yang takut dengan tatapan kedua anaknya.
"AWAS." Kompak Ravael dan Audrey memperingatkan.
"Sudah sana kalian cuci muka, muka udah kaya badut." Ucap Allice.
"Iya Mama ku, Sayang." Kompak Ravael dan Audrey langsung masuk kedalam mansion.
"Bagus anak Mama, emang nggak ada tandingannya." Batin Allice sebelum Audrey dan Ravael benar benar menjauh.
"OH ITU PASTI MA." Kompak sepasang kakak beradik ini, lagi dan lagi.
Austin langsung menatap datar Allice.
"Kau ini bersekongkol dibelakang ku." Ucap Austin.
"Jangan salahkan aku, aku hanya menuruti apa kata anak ku." Ucap Allice mencari alasan.
"Sudah ayo masuk, mau makan malam atau tidak." Lanjutnya langsung berdiri masuk kedalam mansion diikuti Austin dari belakang.
"Sabar punya istri sama anak kayak kutub utara." Ucap Austin bergumam.
"Gw denger!" Ucap Allice.
"Eh nggak." Bantah Austin kikuk.
***************************************
~BERSAMBUNG~
LIKE, COMMENT, KASIH RATE 5
JANGAN LUPA VOTE & TAMBAHKAN FAVORITE
JANGAN LUPA👆
SEE YOU NEXT EPISODE 😉
BYE~
AUTHOR SAYANG KALIAN💕💕
Pagi harinya, Ravael dkk berangkat kesekolah, namun sekolah mereka bukanlah sekolah milik keluarga, mereka sengaja bersekolah ditempat lain, karna agar tidak diperlakukan spesial oleh para guru, jika para guru tahu bahwa mereka semua adalah keluarga pemilik sekolah.
"Gimana siap nggak nih?" tanya Ravael pada para sepupunya.
"Siap ngapain nih? jangan ngada ngada lagi mau ngerjain guru lu, ntar dikeluarin kita." Ucap Arra.
"Lah lu kaya kaga tahu si Rava aja lu, tiap hari kitakan ya kerjain guru." Ucap Dion membenarkan.
"Satu hari tanpa membuat ulah, hidup ini terasa hampa." Ucap Arka mendramatisir.
"Budu amat alah, gw kaga ikut ikutan." Ucap Arra.
"Yok Drey, lu bareng gw." Ucap Arra pada Audrey sang adik sepupu.
"Gw?" Jawab Audrey menunjuk dirinya sendiri.
"Ya iyalah, siapa lagi?"
"Ogah, sono lu." Ucap Audrey datar langsung masuk kedalam mobil hitam pekat miliknya hasil ia balapan.
"Makan tuh." Ejek Dion.
"Kesel gw, punya sodara sepupu kaga ada yang bener, yang atu kek kutub, yang lain kek dakjal, ni lagi nih kakaknya Audrey kaga ada otaknya, tiap hari bikin masalah." Kesal Arra meracau.
"Wah keknya bentar lagi kawanan burung beo pada kesini nih." Ucap Arka sengaja melihat kearah langit.
Tiiiiit...tiiiit...
Audrey mengklakson mobilnya dengan keras, bermaksud menyuruh para kakak kakaknya menyingkir dari jalannya.
"Buset untung jantung gw kuat kuat aja." Ucap Dion memegang dadanya karna kaget.
Rava langsung masuk kedalam mobilnya mengikuti laju mobil Audrey sang adik.
"Udah woy masuk berangkat." Ajak Arra langsung masuk kedalam mobil.
Sampai disekolah Rava dkk sudah terlambat, namun Rava bersi keras untuk tetap masuk kedalam sekolah.
"Pak, buka." Suruhnya Rava pada Satpam yang menjaga.
"Kalian sudah terlambat, jadi Bapak nggak akan bukain gerbangnya." Ucap Satpam.
"Walah Pak, Pak, bukain aja, ntar kalo King kita ngambek kaga aturan loh." Ucap Arka memunculkan kepalanya dari jendela mobil.
"Nggak, Bapak nggak mau buka." Tolak Satpam.
Brum Brum, Brak!
Rava melajukan mobilnya menabrak gerbang sekolah, hingga gerbang rubuh dengan kerasnya.
Satpam yang menjaga langsung membulatkan matanya lebar lebar, melihat gerbang yang mulanya berdiri kokoh, sekarang rubuh dengan mudahnya.
"Tuhkan Pak, tadi saya bilang apa? Bapak sih nggak mau dengerin saya." Ucap Arka langsung masuk menyusul yang lain.
"Hebat lu Rav, bentar lagi kita semua kena guru." Ucap Arra.
"Suruh siapa, buka ya buka." Balas Rava langsung merangkul Audrey.
"Ayo adikku sayang, Abang anter kekelas." Ucap Rava pada Audrey.
"Najis." Balas Audrey menyingkirkan tangan Rava dipundaknya dan langsung berjalan menjauh.
"Hahah enak, kan?" Ejek Dion. "Punya ade kek kutub." Lanjutnya masih mengejek.
"Emang ya, kalo kutub utara mah susah cairnya." Ucap Rava lalu mengekori Audrey.
Sampai didepan kelas Audery. Audrey yang akan masuk langsung dicegah oleh guru yang mengajar.
"Kamu mau ngapain?" tanya Guru.
"Masuk." Jawab Audrey singkat padat dan jelas.
"Nggak, kamu sudah saya alfa, sekarang kamu keluar." Usirnya.
"MAKASIH." Kompak Rava dkk langsung pergi.
"Kekantin aja lah." Ucap Arka.
"Kuy." Spontan Arra.
Sampai dikantin Rava dkk langsung memesan makanan dan minuman. Namun saat mereka sedang asik asiknya makan, tiba tiba datang guru yang sedang piket.
"Oooo enak ya udah telat sekarang makan dikantin." Ucap guru piket dari arah belakang Rava, Arka dan Dion. Sedangkan Arra dan Audrey yang melihat hanya menatap datar sang guru lalu melanjutkan makannya.
"Ehehhe, ada Ibu, sini Buk gabung, ntar yang bayarin Rava." Ucap Arka.
"Oh boleh, nanti Ibu juga bungkus deh." Ucap Guru.
"Iya Bu, nggak papa, sekalian ntar satu komplek dibungkusin." Ucap Dion menimpali.
"Selamat bangkrut Abangku." Ucap Audery sengaja membatin.
"Gw bangkrut lu juga harus ikut dong, lu kan Adek gw." Balas Rava membatin.
"Bagus ya kalian, udah telat makan dikantin sekarang mau nyogok Ibu!" Marah sang Guru menjewer telinga Dion dan Arka.
"Makan tuh." Ejek Arra.
"Kamu juga Arra!" Kesal guru langsung bergantian menjewer telinga Arra.
"Aws, aws, Bu sakit, lepas Bu, sakit." Ucap Arra memegangi telinganya yang dijewer.
"Kamu juga Audrey, kamu ini masih kelas 11, ngapain ikut ikutan kelas 12, seharusnya kamu dikelas belajar, kalian yang kelas 12 juga ngapain ngajak ngajakin adik kelas kalian berbuat jelek." Ceramah Guru.
"Adoh Ibu, Ibu ini udah kayak mamah dedeh." Ucap Rava meneguk es teh nya.
"Kamu ya Rava! sekarang kalian berlima ikut Ibu keruang kepala sekolah, SEKARANG!" Ucap Guru langsung menyeret Rava diikuti yang lain.
"Lu sih, Bang, kalo gila jangan ajak ajak gw." Batin Audery menggerutu kesal.
"Ya maap dong ye, lu nya juga mau mau aja." Balas Rava.
Sampai diruang kepala sekolah, ternyata sudah ada Satpam yang bertuga menjaga gerbang tadi pagi.
"Ada apa, Ibu?" Tanya Kepala sekolah.
"Ini Pak, anak anak ini, membolos dikantin saat pelajaran." Jawab Guru.
"Pak, mereka juga yang sudah merubuhkan gerbang tadi pagi." Adu Satpam menunjuk Rava dkk.
"Beraninya ngadu." Ucap Rava melipat tangannya didada.
"Kalian berlima duduk." Suruh Kepala sekolah.
Rava dkk langsung duduk dikursi ruang kepala sekolah dengan santainya, seakan tidak akan terjadi apa apa.
"Kalian berlima mau Bapak apakan?" tanya Kepala Sekolah.
"Loh kok tanya kita, ya terserah Bapak dong, orang yang mau ngasih hukuman Bapak, ngapain nanay kita, kalo kita ya makan aja dikantin, kasihan tadi bakso saya masih satu biji dimangkok." Ucap Rava mengingat baksonya yang belum habis.
"Bang, lu gila ya?" Tanya Audrey.
"Oh tidak Adikku sayang, Abangmu ini tidak gila, tapi sayang baksonya." Balas Rava.
Sedangkan Arka, Dion dan Arra hanya bisa menahan tawanya.
"Kamu ini, Bapak sudah bosan mendengar aduan tentang kalian, setiap hari selalu saja membuat masalah, kalau bukan karena kalian pintar, Bapak akan mengekuarkan kalian." Ucap Kepala sekolah yang sudah dibuat geram.
"Loh Bapak aja ngakuin kalau kita pintar, orang pintar juga butuh mikir, kalo mikir kita laper, kalo laper ya kita makan." Ucap Arra.
"Sudah lah, Bapak sudah memutuskan, kalian berempat Bapak keluarkan, dan untuk Audrey kamu tidak akan Bapak keluarkan, karna kamu siswi tercerdas dikelas 11." Ucap kepala sekolah memutuskan.
"Eits, tidak semudah itu Bapak, kita keluar Audrey juga keluar." Ucap Rava menolak.
"Audrey, kamu bagaimana?" tanya Kepala sekolah.
"Kalau saya ya tentu pilih..." Ucap Audery sengaja digantung.
"Sudah jelas Audrey memutuskan untuk tinggal, jadi kalian berempat silahkan meninggalkan sekolah, dan ini surat pengeluaran kalian." Ucap Kepala sekolah mengekuarkan 4 amplop.
"Saya pilih keluar." Ucap Audery meneruskan ucapannya.
"Dengerkan Pak, Adik saya Audrey ya jelas pilih sama kakak kakaknya lah." Ucap Arra.
"Permisi." Pamit semuanya langsung meninggalkan ruang kepala sekolah, namun sebelum itu, Rava berbalik.
"Biaya gerbang sekolah saya yang ganti." Ucap Rava langsung melanjutkan langkahnya.
***************************************
~BERSAMBUNG~
LIKE, COMMENT, KASIH RATE 5
JANGAN LUPA VOTE & TAMBAHKAN FAVORITE
JANGAN LUPA👆
SEE YOU NEXT EPISODE 😉
BYE~
AUTHOR SAYANG KALIAN💕💕
Setelah mendapatkan surat pengeluaran mereka semua dari sekolah, Rava dkk langsung memutuskan untuk kembali kemansion orang tua masing masing.
Dimansion Gabriel dan Raiden.
"Mama, Papa, Arra pulang." Ucap Arra yang baru masuk.
"Loh masih jam berapa, kok udah pulang aja." Ucap Gabriel yang mendengar suara putrinya ini.
"Heheh, anu Ma, ini dapet hadiah dari sekolah, jadi pulangnya pagi." Jawab Arra mengulurkan satu amplop berisi surat pengeluarannya dari sekolah.
"Apa ini?" tanya Gabriel mengambil amplop dan membuka suratnya.
"Baca aja, Ma." Jawab Arra sangat santuy.
"Loh kamu dikeluarkan? kok bisa?" tanya Gabriel.
"Dikeluarkan? kenapa?" tanya Raiden yang baru saja turun dari lantai dua, tiba tiba muncul dari belakang Gabriel sang isteri.
"Heheh, anu Ma, Pa, sebenernya sih salah si Rava, Arra sama yang lain cuman ikut ikutan, Rava dikeluarin ya kita ikut aja." Jawab Arra cengengesan.
"Kamu ini ya, sudah tahu salah masih saja cengengesan." Ucap Raiden.
"Ya terus Arra harus gimana dong, gulung gulung nangis gitu, kan ya nggak mungkin donggggg Papa." Ucap Arra.
"Sudah sudah biarkan, nanti kamu Mama pindahin kesekolah Mama." Ucap Gabriel.
"Yah kok disitu si Ma, nanti kalau ada yang tahu Arra anak dan keponakan pemilik sekolah kan nggak asik, Ma." Protes Arra.
"Heits, tidak ada tapi tapian, yang pasti kamu nanti tidak akan dikeluarkan lagi." Ucap Gabriel.
"Lagian kamu ini kan anak pintar, itung itung tenarin lah sekolah dengan prestasi kamu." Ucap Raiden.
"Yayayayyaya, apalah dayaku, membantah nanti dikutuk jadi bakpo." Ucap Arra.
"Kok bakpo?" tanya Raiden.
"Ya iya lah Pa, masa Arra cantik jelita gini jadi batu, ya nggak lucu, lucuan bakpo, bakponya yang karakter lagi, hmmmm enak." Ucapnya sambil membayangkan bakpao.
"Ada ada saja, sudah sana masuk." Suruh Gabriel.
"Ah nggak ah, Arra mau beli bakpao bentar." Ucap Arra langsung pergi membeli bakpao.
......................
Dimansion Adel dan Gilbert.
"Yuhuuu Arka come back nih." Ucap Arka yang baru saja masuk.
"Loh Aden, sudah pulang, Nyonya dan Tuan ada diruang kerja." Ucap Bibi memberi tahu.
"Oh, makasih, Bi." Ucap Arka langsung keruang kerja orang tuanya.
"Mama, Papa." Panggilnya saat sudah masuk keruang kerja.
"Kamu? kok sudah pulang?" tanya Adel.
"Anaknya pulang cepet salah, pulang lambat salah." Ucap Arka.
"Heh bocah, ini masih pagi, ya wajar kalo Mama tanya." Ucap Adel kesal.
"Marah bah." Batin Arka bergidik ngeri.
"A a a anu Ma, Arka dikeluarin dari sekolah." Ucap Arka.
"Kok bisa?" tanya Gilbert.
"Itu Ma, Pa, biasa ikutan Rava." Jawab Arka.
"Mana suratnya?" tanya Adel.
"Ini." Jawab Arka memberikan suratnya.
"Nanti Mama, pindahin kamu di SIHS." Ucap Adel.
"Yaudah deh terserah Mama, Arka kekamar dulu." Pasrahnya.
......................
Dimansion Azza dan Ryan.
"Mama, Papa, Dion ada kabar bagus." Ucapnya disofa duduk bersama kedua orang tuanya.
"Apa?" tanya Ryan.
"Dion dikeluarin dari sekolah." Ucap Dion.
"Wah wah wah, berprestasi sekali kamu, pasti almari piala disekolah nggak muat nampung piala hasil menang mu, jadi kamu dikeluarin." Puji Azza.
"Nggak lah Ma, orang Dion dikeluarin tuh gara gara ngikut si Rava." Ucap Dion.
"Bikin ulah apa lagi?" tanya Ryan.
"Itu Pa, tadi si Rava, keren banget, nendang gerbang sekolah sampe rubuh." Jawab Dion.
"Hebat." Puji Ryan.
"Persis kayak nenek, sama emaknya." Ucap Azza.
"Lah kan emang satu darah, gimana sih Ma." Ucap Dion memprotes.
"Iya tau."
"Terus nanti Dion sekolah dimana?" Tanya Dion.
"SIHS." Jawab Azza.
"Wah punya Mama Allice dan Gabriel." Ucap Dion senang.
"Iya, jangan bikin ulah lagi."
"Nggak janji."
......................
Kini giliran Rava dan Audrey yang memberikan kabar bahwa mereka dikeluarkan.
"Kalian kenapa jam segini udah pulang aja?" tanya Austin.
"Dapet hadiah Pa, dari sekolah." Jawab Rava.
"Hadiah apa?" tanya Allice.
"Dikeluarin, Ma." Jawab Audrey.
"Kok bisa?"
"Itu si Abang, bikin ulah mulu." Jawab Audrey.
"Habisnya salah siapa, orang mau masuk kok nggak boleh, rubuhin aja gerbangnya." Ucap Rava.
"Awalnya sih si Audrey nggak dikeluarin Ma, Pa, cuman ya dimana ada Abang disitu ada Adik." Lanjut Rava.
"Najis." Cibir Audrey.
"Yaudah kamu sekolah, disekolah Mama." Ucap Allice.
"Yah kok disekolah Mama si." Protes Rava.
"Nggak ada penolakan." Ucap tegas Allice.
"Hmmm yaudah deh iya." Ucap pasrah Rava.
"Makan tuh." Ejek Audery.
"Awas lu." Ancam Rava.
"Budu amat." Cuek Audrey.
"Dasar balok." Ejek Rava.
"Udah ini lagi, nanti mulai perangnya." Lerai Austin.
"Sekarang kalian ganti baju, nanti ikut Papa." Lanjut Austin.
"Kemana?" Kompak Rava dan Audrey.
"Kerumah Grandma." Jawab Allice.
"Yaudah, kita ganti baju dulu."
***************************************
~BERSAMBUNG~
LIKE, COMMENT, KASIH RATE 5
JANGAN LUPA VOTE & TAMBAHKAN FAVORITE
JANGAN LUPA👆
SEE YOU NEXT EPISODE 😉
BYE~
AUTHOR SAYANG KALIAN💕💕
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!