Rasanya tentu sangat membahagiakan melihat sahabat sendiri bahagia. Hari ini adalah hari dimana Arga barram akan mengucapkan janji sakral yang hanya akan ia ucapkan sekali seumur hidup. Arga akan menikahi seorang perawat cantik bertubuh seksi bernama Melinda mahessa. Arga mulai jatuh hati padanya saat sahabat imutnya Rika deolinda memaksa Arga untuk menemaninya berobat sekaligus pacaran dengan dokter pribadinya Riko ankarian. Arga, Rika, dan Mawar alesha bersahabat sejak kecil karna keluarga mereka dulunyapun satu geng.
Dengan perasaan gugup bercampur bahagia Arga menggenggam tangan mawar kuat-kuat. Di ruang rias itu Arga di temani beberapa keluarga. Rambutnya yang lembut tertutup kopiah putih, Arga sudah siap dengan segala sesuatunya hanya tinggal menunggu acara di mulai.
“jangan kenceng-kenceng di remasnya”
“aku gugup mawar”
“tenang tenang semuanya akan berjalan dengan lancar, kita kan semaleman udah latihan jadi gak usah gugup” ucap mawar menenangkan
“gak tau! lebay amat sih lo!” rika yang baru saja sampai segera nimbrung di samping arga
Ctak!!
“Aww! Sakit tau”
“baru tau rasa lu nanti saat nikah sama bang riko”
“yee… kaga lah kan bukan aku yang ngucapin ijab kobulnya juga. Wleeee” Rika menghindari jitakan Arga dan pergi menyambut sang pujaan.
Bunda (ibu arga) mendekati Arga dan Mawar di depan meja rias.
“masih gugup sayang??”
“iya bun” jawabnya. Kakinya tak henti bergetar
“tau nih bun, tangan mawar ampe merah gini di remas ka Arga”
Bunda tertawa melihat tangan Mawar yang terus di remas Arga
“andai saja kalian yang menikah. Bunda pasti sangat bahagia”
“udah lah bun kita kan udah bahas ini jauh-jauh hari. Persahabatan keluarga kita tidak akan hancur hanya karna aku tidak menikahi Mawar atau Rika”
“tapi kan…”
“bun, mamah sama ateu Anggi dimana??” Mawar mengalihkan pembicaraan
“biasalah mamahmu sedang sibuk ngurus ketring dan ibunya Rika terus berkutik dengan acaranya di luar”
“kapan acaranya mulai??” Arga bertanya.
“sebentar lagi sayang, ada yang ingin ayah bicarakan sama kamu”
Bunda menarik lengan Mawar, membiarkan Arga sendirian di ruangan itu. Beberapa detik kemudian ayah masuk dan membahas urusan laki-laki cukup lama.
Di luar para tamu sudah banyak berdatangan, termasuk Dokter Riko. Parasnya yang tampan dipadu dengan setelan jas yang elegan membuat sang pemakai semakin mempesona. Dengan manja rika bergelayutan di tangan Riko, sengaja membuat jomblo seperti Mawar iri.
“wah wah wah sepertinya kalian akan cepat menyusul ka Arga nih” ejeknya
“tentu, gk mungkin kamu kan, yang jomblo”
“yaa…” Mawar berusaha menjitak Rika yang terus menghindar. Akhirnya Rika menyerah dengan memeluk Mawar.
“heheh… maaf maaf, lagian kamu gimana gak jomblo terus coba. Dandan apa dandan”
“kalo mawar sih gak dandan juga cantik”
“apaan sih mas” Rika menyikut Riko yang sengaja memuji Mawar.
Hampir lupa Mawar belum menyapa Riko. Mawarpun menangkupkan kedua telapak tangannya di dada dan di balas Riko dengan perlakuan yang sama.
“oiya Alif gak bisa datang, baru saja terjadi kecelakaan di sekitar rumah sakit” ucap Riko
“ish, kaya yang gak ada dokter lain ajh” kesal rika
“kan Alif yang paling handal”
“yaah… maaf ya Mawar, Dokter Alif nya gk bisa datang”
“Alif?? Siapa?”
“ya ampun ini bocah, pinter pinter pikun. Itu loh sahabatnya Mas Riko yang mau aku jodohin sama kamu”
“ish apaan sih jodoh-jodohan segala. Aku mau nikah karna cinta loh bukan karna perjodohan”
“Alif soleh kok, ganteng, pinter dan yang pasti belum pernah pacaran” tambah riko menegaskan
“kalian pasangan stress, brigidik aku liatnya”
Mawar memilih untuk meninggalkan mereka. Menemui mamahnya yang sibuk dengan ketring.
Mawar memeluk mamahnya dengan erat, menangkupkan wajahnya yang cantik tanpa polesan make up di tengkuk sang mamah membuat mamahnya menyadari kesedihan anaknya.
“katanya sudah ikhlas, kok masih sedih aja”
“mawar sedang berusaha ikhlas mah”
Mamah Mila membalikan badanya menatap sendu raut wajah Mawar.
“apapun yang terjadi dalam hidup kamu itulah hal terbaik yang Allah SWT rencanakan. Allah SWT lebih tau mana yang baik untukmu dan mana yang buruk untukmu”
“tapi mawar yakin ka Arga memang yang terbaik buat Mawar, tak pernah Mawar lupa menyebutkan Namanya dalam setiap do’a tapi… tetap saja ka Arga gak pernah liat Mawar. Apa mawar kurang cantik yah mah?? Apa Mawar harus dandan ajah biar ka Arga mau sama Mawar??”
“kamu mau dinikahi karna make up mu?? Arga pasti tidak mau menikahi make up sayang”
Semua persiapan telah selesai, kini Arga bersila menghadap calon mertua dan juga pak penghulu. Keringatnya bercucuran bukan karna gugup tapi dominan kesal karna satu jam berlalu Melinda belum juga muncul. Berulang kali bunda, anteu Mila bahkan anteu Anggi mengetuk kamar Melinda namun tidak ada jawaban. Karna takut terjadi apa-apa akhirnya pak Baram mendobrak pintu, melinda yang tidak terlihat di ruangan itu sontak membuat mereka cemas. Dengan pertimbangan yang matang bunda dan anteu Mila meminta Mawar untuk menggantikan posisi Melinda. Tapi Mawar tidak mau.
“mawar… mawar gk mau mah”
“ayolah sayang, kasian Arga jika pernikahannya batal”
Ayah memanggil calon besan dari tempat duduknya membicarakan masalah ini.
“tidak bisa anakku dipermalukan seperti itu”
“maaf pak, saya akan mencari Melinda sekarang juga”
“tidak perlu, aku akan tetap menikahkan anakku, tapi tidak dengan anakmu”
Setelah bujukan dari ketiga keluarga ditambah Rika dan Riko yang ikut mendesak akhirnya Mawar bersedia. Demi ka Arga, orang yang ia cintai maka ia bersedia menggantikan Melinda, dengan begitu ka Arga tidak akan merasa malu karena ditinggal calon istri kabur saat pernikahan. Cukup lama Arga melamun, setelah mengetahui bahwa calon istrinya kabur. Berulang kali Arga menatap Mawar yang tertunduk kaku di sampingnya. Dengan hembusan berat dan basmalah yang ia lafalkan berulang kali akhirnya Arga mengucapkan ijab kobul dengan lancar dan lantang. Teriakan sah dari seluruh tamu menggema dilangit-langit. Kini Mawar resmi menjadi istri dari arga barram, sahabat yang sudah lama ia kagumi. Mawar mencium punggung tangan Arga dengan khidmat, ia memberanikan diri untuk menatap mata Arga. Seketika Mawar dengan balutan baju pengantin dan juga hijabnya mampu menghipnotis seorang Arga hingga terdiam. Pertamakalinya Arga melihat mawar berdandan secantik ini, matanya indah, hidungnya mancung dan dagunya lancip. Tak tersadar Arga memandang Mawar cukup lama hingga memaksa Mawar mencubit pinggang Arga agar tersadar dari lamunannya.
“apa yang kaka pikirkan?? Cepat cium keningku” ucap Mawar sedikit berbisik
Arga tersadar dari lamunannya dan dengan gugup mencium kening Mawar. Sorak bahagia terdengar sekali lagi. Kini mereka menyalami seluruh undangan yang datang, tak satupun teman Mawar yang hadir karna jelas ini pernikahan yang sangat mendadak. Rika terus menggoda Mawar dan Arga saat bersalaman membuat keduanya berbarengan menjitak rika.
“ohoi.. kompaknya pengantin baru” ejek rika setelah di jitak.
Author...
"assalamualaikum teman-teman, semoga teman semua suka dan cerita yang aku buat ini bisa di petik bagian-bagian positifnya ajh yah... tolong dukung author yang baru ini 🙏🙏🙏 terimakasih"
Setelah acara salaman dan sungkeman selesai, di ganti hiburan dan makan-makan kini ayah bunda dan mamah papah mendekati Mawar dan Arga, memberikan sedikit wejangan dan rasa syukur yang teramat dalam karna sebenarnya inilah yang mereka harapkan. Pestapun berlangsung sampai larut malam. Mawar yang sedari tadi menahan kantuk akhirnya memutuskan untuk langsung ke kamar. Saat Mawar memasuki kamar terlihat Arga yang sedang melamun di balkon, ia menghampiri Arga dan berdiri di sampingnya.
“Masih mikirin melinda yah?” tanyanya
“mmmmm aku…” lanjutnya
“kenapa kamu melakukannya??”
“iya??”
“kenapa kamu mau menggantikan posisi melinda??”
“itu… karna aku aku tidak ingin melihatmu malu”
“malu??” arga menatap mawar tajam membuat mawar mundur ketakutan. Tangannya mendorong bahu mawar kasar.
“apa kamu anggap sebuah pernikahan itu lelucon?? aku hanya ingin menikah sekali dan itupun dengan wanita yang aku cinta bukan dengan gadis sepertimu. Kamu sudah aku anggap adik sendiri Mawar dan kamu telah menghancurkan hidupku!!!”
“aku… aku ter…”
Kembali Arga mendekati mawar, mencengkram kuat bahunya.
“a… sa sakiit”
“kamu tau apa yang dilakukan pengantin baru di malam pertamanya?? Sudah kah kamu memikirkan itu sebelum memutuskan untuk menikahiku hah??”
“ah… le lepas ka Arga sa sakit”
“panggil aku Mas bukan kaka, aku sudah sah menjadi suamimu. Tubuhmu kini milikku”
Dengan kasar Arga melepas manik-manik yang menghiasi kepala istrinya, melepas kasar jilbab beserta ikatan rambutnya. Banyak helaian rambut yang tercabut membuat Mawar meringis kesakitan.
“hentikan aku mohon!! Hiks hiks”
Allih-alih memperdulikan Mawar yang menangis ketakutan Arga lebih memilih meneruskan perbuatannya memaksa melepaskan kebaya putih yang menutupi tubuh mawar. Sekuat apapaun mawar melawan jelas tenaganya tak sebanding dengan Arga yang kini telah tersulut emosi. Perkataan mamahnya mengiang jelas difikirannya bukan pernikahan seperti ini yang mawar harapkan, memang dengan Arga ia ingin membangun rumah tangga tapi tidak seperti ini. Dirinya dipaksa melepas pakaian dengan kasar oleh suaminya sendiri hingga kini ia sudah pasrah karna kebaya yang menutupi tubuh atasnya telah terlepas menyisakan bra hitam yang dengan setia menutupi gunung kembarnya. Arga menghentikan aktivitasnya menatap manik mata sang istri yang segera menunduk ketakutan.
“ini pilihanmu Mawar, jangan salahkan aku”
Arga kembali melanjutkan aktifitasnya, kini ia lakukan dengan lembut. Tangan kekarnya menelusuri perut ramping mawar membuat mawar menggeliat merasakan desiran aneh di tubuhnya. Salah satu tangan arga yang lain mencubit dagu mawar, mengarahkannya berhadapan dengan bibir Arga. Linangan air matanya tak mampu menghentikan tangan Arga untuk terus mengusap-ngusap gundukan kenyal dan padat miliknya yang masih tertutup bra.
“tatap mataku!!”
Dengan gemetar Mawar memberanikan diri menatap mata kejam suaminya
“ingat perkataanku, aku tidak akan pernah membuatmu merasakan pernikahan yang kamu impikan”
Arga melempar dagu mawar kasar, mendorong gundukan padat yang sedari tadi ia pegang. Ada rasa lega menyelusup kedalam hatinya, membuatnya tertunduk semakin lemas. Buru-buru ia kenakan kembali kebayanya yang sudah tak berbentuk. Mawar menghirup oksigen banyak-banyak mencoba mengendalikan nafasnya yang tak teratur, mengontrol perasaannya yang tak karuan. Dia bukan ka Arga yang Mawar kenal. Ia menyesal karna telah memaksa tuhan untuk mengabulkan do’anya, meminta agar di beri kesempatan untuk bersanding dengan orang yang ia cintai. Mawar sadar dengan perkataan mamahnya. Tuhan lebih tau dengan apa yang kita butuhkan. Tak kuasa ia mengingat keserakahannya untuk memiliki Arga, Mawar kembali menangis dengan sangat menyesal Mawar kembali mengucapkan dua kalimat syahadat, memohon ampun pada sang pemilik hati.
“ya Allah aku akan ikhlas menjalani semua yang telah aku pilih, ampuni aku ya Allah dan berkahilah pernikahanku”
Malam itu Arga mengunci Mawar di balkon membiarkannya tidur beralaskan lantai berselimutkan angin.
Dua hari setelah pernikahannya mereka memutuskan untuk segera menempati rumah yang Arga siapkan sebelum pernikahan. Ketiga keluarga besar ikut membantu mereka pindahan, merapihkan dan menata setiap sudut ruangan. Rumah dua lantai yang Arga beli, 2 kamar di lantai atas satu kamar tamu dan satu kamar pembantu di lantai bawah. Ketiga keluarga besar itu sungguh sangat bahagia, apa lagi Rika yang terus mengejek sahabatnya. Sesekali Arga menatap Mawar yang dibalasnya dengan segera menunduk, Arga ingin Mawar berpura-pura bahagia. Sebelum tengah hari ketiga keluarga telah meninggalkan mereka menyisakan pengantin baru dengan suasana mencekam. Arga menatap Mawar dengan seringai anehnya, melangkah mendekatinya dengan sangat pelan membuat Mawar mundur ketakutan.
“jangan menghindar!!”
Mawar menghentikan aksinya. Mematung sesuai perintah sang suami. Arga mendekatkan bibirnya tepat di daun telinga mawar dan menghembuskan nafas hangat yang menerpa kulit mulusnya.
“welcome to te hell darling” arga kembali menatap mawar dengan seringai jahatnya.
“kamarmu disana!!” arga melempar pandangan ke kamar pembantu. Mawar segera mengangguk tanda mengerti
Arga meninggalkan mawar menuju kamar mewahnya di lantai atas merapikan kamar yang terletak bersebelahan dengan kamarnya untuk dijadikan ruang kerja. Pukul 7 malam Arga memanggil Mawar di ruangan kerjanya, dengan tergesa ia menaiki tangga mengetuk pintu lalu memasuki ruangan.
“kemari!” perintahnya
“i... iya ada apa??”
“pijat kakiku"
Mawar duduk di lantai memangku kaki Arga dan mulai memijatnya. Arga terlelap karna kelelahan, Mawar berhenti memijat meletakan kaki Arga ke lantai, perlahan mengambil selimut dan menyelimutinya.
Pagi itu Mawar membangunkan Arga, ikut menyiapkan pakaian dan keperluan kantor lainnya. Saat Mawar ingin membantu Arga mengenakan dasi, ditepisnya tangan mawar sangat kasar.
“jangan berusaha untuk menjadi istriku, kamu bahkan lebih rendah dari seorang pelacur”
Mawar menunduk menahan tangis, perkataanya sangat menusuk ‘kenapa kata-kata seperti itu bisa keluar dari mulut ka arga?’ batinnya.
“aku aku akan pergi memasak”
“aku ingin ikan balado, tumis kangkung, nasi keju dan kerupuk”
“tapi bahanya, aku belum sempat membelinya”
“beli bahannya sekarng juga!!”
Arga melemparkan uang ratusan ribu ke hadapan Mawar dan ia segera memungutnya.
“iya mas”
“mas?? Panggil aku tuan, panggil aku mas saat ada orang lain saja”
“hah? tu tuan??”
“kamu keberatan?? Boleh aku ceraikan kamu sekarang juga??”
“mmm tidak, aku tidak keberatan tu tu tuan”
“bagus!! Sana pergi! Dasar jongos!”
Mawar berlari menuju supermarket terdekat mencari bahan dengan tergesa dan menuju kasir yang sialnya cukup ramai ‘sepagi ini??’ ‘mas Arga pasti akan sangat marah padaku’ batinnya. Dengan resah mawar menunggu antrian. tak jauh dari tempat mawar berdiri seorang pria memperhatikannya sambil sarapan. Pria itu menyeruput teh di kafe yang bersebelahan dengan lapak tempat mawar berbelanja. Pria itu memperhatikan mawar sejak mawar memasuki supermarket, ia menghampiri mawar dan mengambil belanjaannya.
“apa yang kamu lakukan??”
“terimakasih telah mengambilkan belanjaanku”
Mawar semakin heran dibuatnya ‘apa lagi yang terjadi sekarang? Menunggu antrian saja sudah sangat lama apalagi harus kembali mengambil bahan belanjaa, tak terbayang hukuman apa yang akan ka arga berikan’
“ko, aku tambah ini” pria itu memberikan belanjaan mawar pada Riko yang sudah berada di depan kasir
“sejak kapan kamu doyan kangkung??”
“bayar saja”
Setelah belanjaannya selesai di bayar, pria itu mencari mawar yang kini dengan sibuk mengambil ikan. Ia menghentikan gerakan tangan mawar, mengembalikan belanjaannya.
“ini belanjaanmu, pulanglah sebelum tuanmu marah”
‘apa aku benar-benar terlihat seperti pembantu?’ batinnya
“meskipun kamu sedang terburu-buru tetaplah perhatikan pakaianmu” pria itu memberikan jaket padanya.
“pakaianku??”
Pria itu melirik bahu mawar yang kainnya robek dan memperlihatkan kulit mulusnya.
“oh ya ampun” segera ia tutupi tubuhnya dengan jaket yang di berikan pria itu. ‘ini pasti karna bahunya yang sempat menabrak ranting pohon dan membuatnya robek’
“terima kasih”
“ya”
Pria misterius itu pergi Bersama temannya yang lebih dulu menunggu di kafe sebelah.
Dengan tergesa mawar berlari menuju rumahnya yang tak jauh. Segera membersihkan ikan, memotong kangkung memasak sesuai perintah Arga. Tepat sebelum Arga turun masakan Mawar telah selesai, bajunya dibasahi keringat terlebih ia lupa melepas jaket yang ia kenakan tadi. Arga melirik makanan yang tersaji lezat sesuai permintaannya. Tanpa memperdulikan raut wajah Mawar yang lelah, Arga berlalu begitu saja, melewati meja makan persegi panjang yang terhidang makanan lezat.
“aku ingin makan di kantor!” ucapnya sebelum menghilang dibalik pintu.
Tubuhnya merosot menindih lantai, bahunya gemetar menahan tangis, kakinya lemas karna kecewa. Sungguh sakit apa yang ia rasakan, ini bukan pernihakan yang ia mau hanya kalimat istigfar yang mampu ia lantunkan berharap bisa menguatkan hatinya. Mawar kembali memandang masakan yang susah payah ia buat, dengan senyum getir mawar membungkus semua makanannya membagikannya pada orang yang lebih membutuhkan di perjalanannya menuju kampus.
“terimakasih yah neng, semoga hidup eneng selalu di berkahi Allah”
Do’a dari setiap tuna wisma yang ia bagi sedikit masakan membuat hatinya semakin teriris, betapa rakusnya ia selama ini tidak pernah mensyukuri apa yang telah Allah berikan. Diaminkan dengan khidmat olehnya ‘semoga Allah mengabulkannya’.
Seperti biasa Rika selalu di antar jemput oleh mas Riko, seperti pagi ini dengan mesra Rika mencium punggung tangan Riko sebelum memasuki kampus.
“ehem!! Sebenarnya siapa sih pengantin barunya?”
“hehe kita lagi latihan”
“Selamat pagi Mawar”
“selamat pagi Dokter Riko”
“Arga gak nganter??” tanya riko
“oh iya mana si kupret?” sambung rika
“oh itu ada urusan kantor yang mendesak makanya dia tidak bisa mengantarku ke kampus”
“oohh… ya udah deh yuk masuk kelas. Dadah sayang”
Author...
"mohon dukungannya yah man teman 🙏😁 aku jadi minder liat kakak kakak author lain yang banyk view, like and commentnya. semoga aku juga dapat dukungan. terimakasih... 🤗🤗🙏"
Seorang wanita paruh baya sibuk menyirami bunga kesayangannya di pekarangan rumah yang sangat luas. Sambil bernyanyi ia menggoyang goyangkan selang air selaras dengan pinggulnya yang sudah semakin kaku. Sambil duduk menyeruput teh hangat seorang pria paruh baya ikut tersenyum melihat aksi istrinya yang menggemaskan. Deru mobil Ferrari spider memecah kebahagiaan pasangan lansia di pagi hari. Sang wanita segera mematikan aliran air dan berlari kecil mendekati asal suara. Keluarlah seorang pria tampan berkebangsaan campuran Indonesia turki dengan tubuh tinggi gagah dan rahang wajah yang tegas membuatnya semakin di incar kaum hawa. Pria tampan itu segera memeluk sang wanita erat, menicumi setiap kuliat wajahnya yang keriput dimakan usia.
“Anne sehat?? Alif kangen” kata pertama yang diucapkan setelah pelukan eratnya.
Alif menuntun ibunya menuju teras, seorang pria menyambut pelukan hangat anaknya. Menepuk bahu kekarnya menumpahkan rindu antar pria, antara seorang ayah dan anak laki-lakinya.
“anak ibu semakin kurus, apa kamu kelelahan mengurus rumah sakit ayahmu??” pertanyaan sang ibu mengakhiri pelukan mereka
“sedikit”
“makanya segera cari istri agar ada yang ngurus kamu”
“anne mulai lagi” dengan malas Alif meninggalkan kedua orang tuanya memasuki rumah dan segera duduk di meja makan.
“ibu nih sabar dulu bu, Alif kan baru pulang”
“apa sih baba, dukung ibu saja kalo ingin cepat punya cucu”
Kini mereka berkumpul di satu meja makan. Ibu menuangkan beberapa lauk kesukaan anaknya sambil terus bercerita gadis ini, gadis itu, gadis teman ibunya sampai gadis teman dari teman adik ibunya. Karna terus mendengar ibunya promosi, Alif segera menghabiskan makanannya
“alif mau ke rumah sakit lgi ne”
“hmmmm!! Turunan siapa sikap dinginmu itu lif lif” ibu menatap tajam baba. Yang ditatap segera mengalihkan pandangan sambil mengelus elus tengkuknya.
“anne menjadi wanita hebat karna mampu menaklukan pria sedingin baba” balas sang pria kini menatap sorotan mata istrinya menggoda
“ish… tua-tua gombal!” tersenyum sang ibu dibuatnya
“ALIF BERANGKAT!!!”
“ibu belum selesai bicara nak”
“kirim kan saja biodata semua gadis yang belum ibu sebutkan”
“ibu harap akan segera ada wanita hebat yang mampu menaklukan hatimu”
***
Arga mengacak ngacak rambutnya frustasi, selalu saja bayangan Mawar terlintas di fikirannya. Seperti menonton film, adegan dimana Arga selalu membuat mawar menangis terus berputar dengan jelas. Ada rasa menyesal karna memperlakukan wanita yang menjadi sahabatnya dari kecil dengan kasar, namun di sisi lain Arga terus saja menyalahkan Mawar karna menerima permintaan keluarganya ‘*tidak seharusnya dia menyetujui pernikahan itu, mawar harus tau akibat dari keputusan gegabahnya*’
Sekertarisnya berulang kali memasuki ruangan dan memberitahunya akan tamu yang keras kepala ingin menemui Bos.
“maaf pak, wanita itu tetap akan menunggu bapak”
“kamu di pecat jika tidak bisa menangani benalu seperti dia. Sudah kubilang aku tidak tertarik dengan tawaran rendahan seperti itu”
“melinda, Namanya melinda. Dia menyuruh saya menyebutkan nama itu jika bapak sudah tidak bisa di ajak diskusi”
“siapa??”
“melinda pak”
Arga tak percaya dengan pendengarannya. Melinda, wanita yang amat ia cintai yang meninggalkannya di hari pernikahannya. ‘mau apa dia kembali?? Haruskah aku menemuainya??’ arga amat marah mendengar nama melinda terlebih dia datang dengan tanpa tau malu. Menerobos masuk ruangannya.
“aku tidak bisa terus menunggu persetujuanmu” ucapnya mendobrak pintu ruangan
“kamu boleh keluar sil”
“baik pak”
Arga terus menatap nyalak melinda yang kini menangis bersimpuh di kakinya.
“mau apa datang kemari??”
“kamu tidak menanyakan kenapa aku kabur di hari pernikahan itu??”
“tidak perlu, hubungan kita sudah berakhir” Arga menepis pelukan Melinda dengan kasar, kembali ke meja kerja dan merapihkan beberapa dokumen untuk di kerjakan di rumah.
“tidak arga!! Aku menyesal telah meninggalkanmu, aku menyesal telah mendengarkan ucapan mawar”
Gerakan tangannya terhenti setelah mendengar kata mawar
“di hari itu mawar mendatangi kamarku dia memberitauku bahwa dia telah lama menyukaimu dia sangat terpukul karna kamu akan menikahiku. Aku melihatnya menangis terisak dan hal itu yang membuat hatiku goyah. Tapi sekeras apapun aku berusaha melupakanmu, aku tetap mencintaimu arga. Aku mencintaimu”
“benarkah?? Mawar bukan wanita seperti itu”
“tidak kah kamu melihat dialah satu-satunya wanita yang terlihat sedih di pernikahan kita??”
Arga kembali mengingat hari dimana ia melihat mawar menangis dipelukan mamahnya dan sempat ia mendengar Namanya disela-sela percakapan mereka.
“beri aku kesempatan untuk menebus salahku arga, aku mohon… menikahlah denganku”
Author...
"wah wah wah, kira kira Arga masih mau gk yah sama Melinda?? terus sebenarnya apa sih alasan Melinda kabur saat pernikahannya?? skuy tunggu up selanjutnya yah teman. mohon dukungannya 🙏🙏🥰🥰"
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!