Drrtttttt
Drrrrrtttt " berulang kali suara getaran panggilan telpon terdengar pada handphone yang di letakan di atas nakas di sebuah kamar besar , dalam apartement mewah di kota New York.
" astaga kenapa begitu berisik " erang perempuan yang masih tidur dalam balutan selimut yang tebal , ntah mengapa pagi ini cuaca begitu mendukung untuk kembali tidur , dengan hujan rintik rintik yang membasahi kota terpadat di dunia itu.
Handphone itu terus berdering , memaksa pemiliknya untuk menerima panggilan .
" Mengapa dua nyonya vernandes ini begitu menyebalkan " gerutu Elin dengan tertawa , setelah melihat nama panggilan video pada handphone-nya.
" kemana saja kamu , sudah ratusan kali kita menelepon " teriak perempuan yang terlihat begitu kesal dalam panggilan video itu , Elin tertawa menatap kelayar hapenya , mood-nya akan selalu kembali membaik setelah melihat kedua perempuan yang menyebalkan itu , namun sangat berharga di dalam hidupnya.
" Aku baru saja bangun tidur Nyonya Vernandes " sahut Eelin tertawa dan meletakan kembali hapenya di atas nakas dengan posisi berdiri dan menghadap ke arahnya.
" Sekarang sudah pukul berapa ? Kemana saja kamu tadi malam ? Sekarang kamu sudah terlambat , cepat mandi dan bersiap untuk kerja " kata Green dan Amel saling bergantian di dalam panggilan video itu . Elin hanya terus tersenyum melihat ke bawelan dari dua perempuan itu.
" Semalaman aku bergadang makanya hari ini aku memilih untuk bangun terlambat , dan hari ini aku mengambil off kerjaku , jadi hari ini aku libur dan bebas dari urusan kantor " jelas Elin pada dua perempuan itu.
Amel dan Green saling menganggukkan kepalanya , mengerti dengan apa yang di katakan Elin.
" Sekarang cepat sarapan , apa persediaan makananmu masih banyak ? " tanya Amel dan Elin mengangguk " Coba perlihatkan isi lemari pendinginmu " sambung Green , Elin menggelengkan kepalanya melihat tingkah posesif dari dua perempuan itu , lalu mengambil hapenya dan berjalan menuju lemari pendingin , untuk menunjukan isinya sesuai ke inginan sahabatnya itu.
" Apa kalian sudah melihat , lemari pendinginku begitu penuh dengan semua makanan kiriman kalian" kata Elin sambil mengarahkan layar hapenya ke semua sudut lemari pendingin ," cepat di habiskan lin , minggu depan aku akan kembali mengirimkannya lagi" kata Green tertawa, " aku di sini sekolah dan bekerja , bukan ingin menjadi sapi siap panggang Green " gerutu Elin , yang merasa kewalahan harus menghabiskan semua makanan yang begitu banyak.
" Kamu lebih suka Steack apa Soup tulang ? " tanya Green pada Elin " ya steack la " sahut Elin.
"Kalau begitu makan yang banyak karena orang bule tidak menyukai tubuh yang kurus , dan sekarang kamu sama persis seperti Soup tulang " kata Green tertawa di ikuti Amel ,
Elin mendelikan matanya kesal melihat ke layar hape.
" Apa kalian puas mentertawakan aku ?" sindir Elin dengan melipat kedua tangannya menghadap ke layar panggilan video.
" Mama Yin " panggil anak kecil dengan menerobos masuk ke dalam panggilan video.
" hay Naina , anak mama " sahut Elin tersenyum dan mendekatkan wajahnya ke layar hape.
" Naina rindu mama Yin " ucap gadis kecil bermata coklat itu dengan bahasa lucunya.
" Mama yin juga rindu Naina " sahut Elin dengan mata berkaca kaca , karena rasa sesak atas kerinduan pada kota asalnya kembali muncul , terlebih pada keluarga dan orang orang yang begitu di cintainya.
" Mama yin kenapa menangis ? " tanya Naina yang sudah mengerti saat melihat mimik wajah Eelin.
" Mama yin sedih , tadi mama yin di marah Mommy dan Bunda Amel , Naina harus bela mama ya " bohong Elin , dengan menahan ketawanya dan menghapus air mata yang hampir keluar dari pelupuk mata-nya.
" kenapa Mommy dan Bunda Marahin mama yin " kata Naina sambil meletakan tangannya di pinggang menghadap Amel dan Green ,
" mama yin kamu bandel , makanya Mommy dan bunda marahin " jelas Green , Naina kembali menghadap ke layar hape dan melihat kearah Elin.
" Apa mama yin bandel ?" tanya Naina begitu lucu dan Elin menggelengkkan kepalanya tertawa.
plakk
plakk " tangan kecil itu menampar paha Green dan paha Amel bergantian.
" awww , Naina kenapa menampar mommy dan bunda " tanya Green sambil mengusap bekas tamparan gadis kecil itu , walau sebenarnya tidak sakit.
" Karena mommy dan bunda jahat marahin mama yin , tidak ada yang boleh marah dengan mamanya Naina " sahut Naina dengan wajah marah , namun terlihat begitu menggemaskan.
" ya ampun nak ,Ibu kamu itu mommy bukan mama yin " kata Green kesal karena anaknya membela Elin.
" iya Naina marahin aja bunda dan mommy kamu , mereka sering jahatin mama "sambung Elin sambil tertawa melihat pemandangan yang begitu menggemaskan di dalam layar hapenya.
" Sekarang tanggal berapa ? " tanya Elin tiba tiba setelah menyadari ada yang ia lupakan.
" 16 , kenapa ? " tanya balik Amel.
" astaga mengapa kamu begitu teledor Elin " erangnya sambil memegang kepalanya sendiri dan segera bergegas meninggalkan layar hape yang masih dalam sambungan panggilan video bersama Amel dan Green.
" Kenapa lin ? " tanya Green yang melihat Elin tiba tiba menjadi kalang kabut.
" aku lupa , kalau hari ini ada meeting besar di kantorku" sahut Elin dengan tubuh yang sudah tidak terlihat dari sorotan camera video.
" Kebiasaan teledor , kau memang tidak bisa di biarkan untuk tinggal sendiri" gerutu Amel karena tingkah Elin yang masih tidak berubah.
Setelah mencuci wajahnya dan menggosok gigi Elin kembali terlihat dalam video , namun terus kesana kemari untuk menyiapkan segala keperluan yang harus ia bawa ke tempat kerjanya.
" Bulan depan aku akan pindah ke New York , kau memang tidak bisa di biarkan tinggal sendiri "lanjut Amel dan Elin hanya menanggapinya dengan tertawa dengan pakaian yang sudah rapi.
" aku tutup dulu , setelah pulang aku akan kembali menelpon kalian , bye " pamit Elin yang sudah siap berangkat ke kantor tanpa mandi .
" Bye Naina " pamitnya lagi pada ponakan kesayangannya.
" bye mama " sahut Naina tersenyum mempelihatkan kedua lesung pipi di wajah mungilnya.
" hati hati lin , jangan melupakan makan siangmu " sambung Green dan Elin menganggukkan kepalanya sambil tertawa.
" oke bye ,doakan aku semoga semuanya berjalan lancar " katanya lagi sebelum mematikan panggilan video pada dua sahabatnya.
****
" ya ampun tinggal dua menit lagi " ujarnya setelah keluar dari dalam mobil yang membawanya , dengan setengah berlari Elin bergegas masuk ke dalam kantor karena waktu yang tersisa hanya satu menit sebelum meeting itu di mulai.
bruukkk " ia menabrak seseorang.
" Maafkan saya , saya sedang buru buru " katanya tanpa melihat ke arah siapa yang ia tabrak ,setelah melihat tidak ada yang terjatuh , Elin kembali bergegas menuju pintu lift.
" Apa anda tidak baik baik saja tuan ? " tanya seseorang pada laki laki yang masih berdiri tegab setelah tubuhnya di tabrak oleh Elin dan matanya terus menatap ke arah gadis yang masih terus berlari menuju pintu lift.
" Saya tidak apa apa " sahut laki laki itu sambil tersenyum dan matanya tidak henti melihat ke arah pintu lift meski gadis itu telah menghilang dari penglihatannya.
" Maaf atas ketidak nyamanannya tuan , saya akan mencari tahu siapa wanita itu " kata laki laki yang berpropesi sebagai asistennya.
" jangan berlebihan " sahut laki laki bertubuh gagah itu sambil membenarkan sedikit posisi jas yang ia gunakan.
" Kemari tuan " kata asistennya dengan wajah bingung pada tingkah bossnya pagi ini , Kemudian ia menunjukan arah menuju lift yang akan membawa mereka ke ruangan tempat di adakannya meeting besar siang ini , yang melibatkan semua dereksi dan staff besar dalam perusahaan .
****
" Lin cepat kemari " teriak seseorang setelah perempuan itu masuk ke dalam ruang meeting yang begitu besar.
" Apa meetingnya sudah di mulai " tanya Elin dengan duduk di kursi sebelah temannya sambil mengatur irama nafasnya.
" Hampir saja kau terlambat , siapkan semua berkasmu sebelum boss es kita datang" jawab Kasih , satu satunya teman yang Elin miliki di kantor tempat ia magang.
" Boss Es " kata Elin mengulang kata kata Kasih dengan mengerutkan dahinya dan kasih menganggukkan kepala.
" dia terkenal sangat dingin dan tidak pernah tersenyum pada siapapun walau aku sendiri belum pernah melihatnya , dan kamu beruntung walau terlambat kedatanganmu lebih awal dari kedatangannya "jelas Kasih membuat elin bernafas legah atas keberuntungannya hari ini.
" DI MOHONKAN UNTUK SEMUA PARA KARYAWAN BERDIRI " ucap seseorang dengan microphone,
mendengar itu Elin dan Kasih langsung berdiri .
" Boss es datang " bisik Kasih pada Elin dan perempuan itu hanya tersenyum sambil merapikan blazer biru muda dan rok selutut yang berwarna senada dengan blazer yang ia pakai.
Elin menarik nafas untuk menghilangkan sedikit ke gugupan dalam dirinya , Karena ini untuk pertama kalinya ia menghadiri acara meeting yang begitu besar yang di adakan setiap satu tahun sekali oleh perusahaan tempatnya magang dan tahun ini ia di libatkan dalam meeting besar itu.
" SEMUA SUDAH BISA KEMBALI DUDUK " pinta laki laki dengan microphone itu lagi , karena orang yang di tunggu tunggu sudah masuk ke dalam ruangan.
Elin terus menunduk membersihkan sedikit noda yang tertinggal di bagian bawah blazernya.
" Lin " panggil Kasih pelan sambil menyenggol tangan Elin.
"Sebentar kas di pakaian aku ada noda " sahut Elin tanpa mengidahkan maksud Kasih.
" Berhenti membersihkan noda sialanmu itu , boss es itu sedang menatap kemari " ucap Kasih dan Elin langsung mengangkat kepalanya dan matanya langsung menemukan laki laki tampan yang kini sedang berdiri di atas podium.
" Dia " gumam Elin tanpa sadar setelah memperhatikan dengan jelas pada laki laki yang berdiri di hadapannya dan di hadapan semua orang , yang kini mata laki laki itu juga berbalik menatapnya.
" Apa dia boss es itu " tanya Elin pelan pada Kasih dan menundukkan pandangannya dari laki laki yang masih menatap lekat padanya
" Sepertinya ia " sahut Kasih dan Elin mencoba kembali menegakkan tubuhnya menatap ke arah depan dengan otak yang terus berputar mengingat siapa laki laki yang berada di atas podium.
" Lin turun ibu sudah menyiapkan berbagai macam makanan kesukaanmu " teriak Mala dari lantai bawah.
" iya bu sebentar " sahutEelin yang masih sibuk dengan berbagai macam barang barang pribadinya dan beberapa koper besar yang tergeletak tak jauh dari tempat tidur.
" Lanjutkan nanti sekarang sudah waktunya makan siang " teriak Mala lagi , Ia tidak ingin kehilangan moment makan bersama sebelum anak sulungnya itu berangkat ke Amerika tepatnya di kota New York.
" iya bu " jawab Elin , kemudian bergegas menyusul keluarganya di meja makan.
" Nanti jangan lupa makan , kamu harus jaga kesehatan di sana, Ayah sudah tua tidak akan kuat lagi jika harus sering bolak balik Amerika untuk menjenguk kamu " kata Bimo tersenyum sambil menyendokkan nasi di piring kosong di hadapan Elin , ada rasa sesak di hatinya yang ia sembunyikan dari semua orang , hatinya sedikit sedih melepas anak sulungnya untuk pergi jauh tapi itu keinginannya dan Bimo hanya bisa menyetujui selama itu yang terbaik untuk putrinya.
" iya , terimakasih yah " jawab Elin setelah Bimo selesai menyendokkan nasi untuknya.
" Ayah dan ibu juga harus jaga kesehatan " sambung Elin dengan berusaha untuk tetap tegar , ada sedikit penyesalan di hatinya setelah menyadari bahwa dia akan meninggalkan dua manusia paruh baya yang sudah membesarkannya itu.
" makanlah , ibu menyiapkan ini untukmu " ujar Mala dan Elin tersenyum " Terimakasih bu , Elin akan merindukan masakan ibu nanti " ucap Elin tersenyum dan mengusap lembut tangan Mala yang berada di sampingnya.
****
" Apa kau sudah selesai menyiapkan segalanya " tanya Green yang datang sendiri kerumah Elin dan duduk di tepi tempat tidur " hampir " sahut Elin yang sedang berdiri sambil menatap ke segala arah kamar tidurnya untuk memastikan bahwa tidak ada barang penting yang akan tertinggal.
" Pastikan tidak ada yang terlupakan " kata Green lagi dan Elin mengangguk.
" Seandainya ada yang lupa , aku hanya perlu memintamu untuk mengantar barang barangku dengan jet pribadi milik keluarga kalian " ujar Elin tertawa " itu ide yang cemerlang lin " sahut Green ikut tertawa namun matanya menatap lekat kearah sahabatnya itu.
" Kau harus jaga diri di sana , aku tidak ingin mendengar kabar buruk apapun tentangmu nanti " kata Green , Elin memutar bola matanya menatap ke arah sahabatnya itu " Kau lupa bahwa aku Wonder Woman " jawab Elin tertawa dan Green yang sedang menahan sesak di dadanya pun ikut tertawa.
" Hay , apa aku begitu terlambat " ucap Amel yang baru saja datang bersama Naina dalam gendongannya.
" Mommy " panggil Naina setengah berlari menghampiri Green dan Green langsung memeluk putrinya yang seharian tidak bersamanya karena di bawa oleh Alfin dan Amel.
" Apa Naina merindukan mommy " tanya Green pada putri kecilnya dan Naina langsung menganggukkan kepalanya ,
" Naina rindu mommy " sahut Naina yang kini membalas pelukan Green.
" Mama yin mau pergi kemana ? " tanya Naina dengan mata yang menatap ke arah koper besar di dalam kamar Elin.
" mama yin mau pergi jauh dan Naina harus jadi anak baik di sin " sahut elin sambil berjalan mendekat dan berjongkok di hadapan gadis mungil itu.
Mendengar itu hidung Naina langsung memerah dengan mata yang sudah berkaca kaca " mama yin mau kemana ? Mama yin mau ninggalin Naina , Apa karena Naina nakal ? " kata gadis kecil Iitu dengan menangis , membuat orang lain ikut sedih dan gemas bersamaan.
Elin mengusap air mata yang mengalir dari Naina " hey anak mama yin nggak boleh cengeng " ucap Elin dan segera mengangkat tubuh Naina ke dalam pelukannya.
" Naina janji , Naina nggak akan nakal tapi mama yin jangan pergi " lanjut rengekan Naina dalam pelukan Elin ,
mendengar itu mata semua orang menjadi berkaca kaca , Amel dan Green yang terdiam menatap kearah Elin dan Naina , dan Elin sudah tidak mampu menahan air matanya untuk jatuh.
" Naina nggak nakal kok , mama yin hanya pergi sebentar , setelah itu mama yin akan kembali lagi di sini bersama Naina " kata Elin menjelaskan sambil menghapus air matanya.
" Janji cepat pulang " ucap Naina dengan mengarahkan jari kelingking mungilnya pada Elin,
Elin tertawa , kemudian membalas janji kelingking gadis kecil itu " Kenapa kamu begitu menggemaskan nak " kata Elin sambil mencium gemas pada pipi tembem Naina.
" emm..kak Nathan dan Alfin sudah menunggu di bawah , kau bisa melanjutkan ini nanti , sekarang kita harus pergi karena cuaca di luar sedikit mendung" ajak Amel.
"Oke , tunggu sebentar aku mengganti pakaianku dulu" sahut Elin yang masih mengenakan pakaian rumah.
****
" Kak Alfin boleh kita mampir sebentar ke tokoh bunga itu " pinta Elin.
" tentu " sahut Alfin dan kemudian menepikan mobilnya di sebuah tokoh bunga di Jakarta Selatan ,
Elin kembali ke dalam mobil dengan sebuket mawar merah di tangannya , di susul Amel yang tadi ikut masuk kedalam tokoh bunga dan kembali membawa beberapa tangkai bunga Lily putih yang kemudian ia bagikan pada Green.
setelah dua gadis itu masuk kedalam mobil , Alfin kembali melajukani mobilnya menuju tempat dimana tujuan mereka.
Setelah sampai , Naina yang tadi tertidur begitu nyenyak dalam pelukan Nathan tiba tiba saja terbangun dan meminta Nathan untuk menurunkannya dari gedongan .
" Naina tunggu " teriak Green karena putri kecilnya sudah berjalan lebih dulu.
"Naina sini " panggil Elin sambil mengulurkan tangannya pada Naina dan gadis kecil itu langsung menyambutnya dengan ceria.
" Mau kemana kita mama yin ? " tanya Naina karena bingung melihat keadaan sekitar yang masih asing dari penglihatannya .
" kita mau bertemu Om Naina " sahut Elin tersenyum.
" Naina punya Om lagi ? " tanya balik Naina dan Elin mengangguk .
Ntah mengapa setelah menanyakan itu , Naina tidak lagi bertanya atau kembali berbicara , Ia terus diam dan berjalan bergandengan bersama Elin sampai pada sebuah gundukan tanah dengan dua nisan di atasnya.
" Apa ini rumah om ? " tanya Naina dan Elin kembali mengangguk.
Mereka berjongkok melingkari makam laki laki yang pernah menjadi warna di hidup mereka.
" Apa kabar Ger " kata Nathan dengan menatap batu nisan yang berdiri di hadapannya , seolah itu seseorang yang sedang ia ajak berbicara , Green meletakan bunga Lily yang tadi berikan oleh Amel " Aku harap kakak sudah bahagia di tempat terindah kakak " ucap Green .
Pandangan mata Naina terus menatap ke semua wajah orang dewasa di dekatnya , satu persatu wajah iya lihat ,kemudian matanya beralih pada makam yang menjadi pusat semua orang.
" Naina kemari " pinta Nathan lembut pada putrinya , tanpa menjawab Naina berjalan mendekat pada Daddynya.
" Ger , ini Naina putriku dan Green dan juga ponakanmu , Dia cantik dan Kau pasti sudah melihatnya " kata Nathan tersenyum , namun tangannya mengusap pada pelupuk mata yang sudah mulai berair .
" Naina " panggil Nathan pada putrinya, kemudian menarik nafasnya berusaha untuk menyembunyikan kesedihannya , Naina mengalihkan pandangannya menatap Nathan ,
"ini om Gery , om yang tidak kalah tampan dari daddy " lanjut Nathan dengan tertawa yang ia paksakan , sesuai permintaan mendiang sebelum pergi , Ia ingin Nathan mengatakan pada anaknya nanti bahwa dia pernah memiliki om yang tidak kalah tampan dari ayahnya dan hari ini di hadapan makamnya Nathan menepati permintaannya itu ,
walau itu permintaan yang bisa di anggap bercanda , namun Nathan tidak pernah melupakannya ,ia akan terus mengingat itu bahkan ketika menatap wajah cantik putrinya.
" Hay om Gery " sapa balik Naina dengan bicara lucu.
" Semua akan lebih baik jika kamu masih di sini " lanjut Nathan pelan kemudian menundukkan kepala dan menutup ke dua matanya dengan tangan.
Green mengusap lembut punggung Nathan.
" Sekarang kak Gery sudah jauh lebih bahagia " ucap Green yang sebenarnya tidak kalah sedih .
" Kak " panggil Amel dengan mata berkaca kaca sambil meletakan bunga Lily di atas makam.
" Amel yakin kakak sudah bahagia , beristirahatlah dengan tenang , semua sudah baik baik saja , Amel rindu kakak " ucap Amel dengan air mata yang sudah tidak mampu ia tahan , Alfin segera memeluk tubuh kekasihnya itu , yang sebentar lagi akan resmi menjadi istrinya.
" Ger , semua berjalan dengan baik dan itu sesuai dengan keinginanmu , Aku akan menjaganya sesuai janjiku , beristirahatlah dengan tenang dan bahagia sampai kapanpun kau akan tetap akan jadi bagian dari hidup kami " kata Alfin berusaha tegar dengan sebelah tangan yang mengusap rambut Amel yang sedang menangis dalam pelukannya.
" Hay , aku datang " sapa Elin
" Kau lihat aku sudah tidak menangis lagi " lanjutnya dengan senyum yang ia paksakan dari bibirnya ,
" Aku akan pergi sebentar , melanjutkan cita citaku supaya aku mempunyai sedikit kesibukan agar tidak selalu merindukanmu " katanya sambil tertawa dan meletakan buket mawar merah yang tadi ia beli.
" aku iri padamu , mungkin sekarang kau sudah di temani para bidadari yang jauh lebih cantik dari pada aku " lanjut Elin yang masih dengan senyum paksaannya , kemudian ia menarik nafas berusaha untuk terus menahan sesak di dadanya.
" aku merindukanmu " ucapnya pelan dengan suara serak dan wajah yang sudah tertunduk , Green dan Amel langsung mendekat dan menghampiri Elin.
" lin " panggil Green pelan sambil mengusap lembut punggung gadis kuat itu.
" aku tidak apa apa " kata Elin mendongakkan kepalanya dan tersenyum walau sisa air matanya masih terlihat ,
" Kau harus bahagia karena aku sudah baik baik saja di sini " ucap Elin dengan mengusap sisa air mata di pipinya.
" Kau tidak perlu khawatir , aku hanya menangis ketika aku begitu merindukkanmu , selebihnya aku sudah baik baik saja" lanjutnya tersenyum.
" aku pamit untuk pergi dan mencoba memulai semuanya kembali , Kau harus bahagia di tempatmu dan sampai bertemu kembali nanti " katanya sambil mengusap ujung batu nisan di hadapannya.
" aku sungguh merindukanmu " katanya lagi pelan dengan suara serak dan kemudian langsung berdiri dan tanpa berbicara pada yang lain , Elin langsung berjalan menuju mobil .
Membuat semua orang menatap empati pada gadis itu,
" kita pamit pergi ger , lain kali kita akan datang lagi kemari , ingat kamu harus bahagia di tempatmu " ucap Nathan kemudian ikut berdiri dengan Naina dalam gendongannya dan menarik tangan Green untuk berada di genggamannya,
Setelah berziarah ke makam sahabatnya , Nathan menjadi egois tidak ingin kembali kehilangan orang orang yang ia cintai walau semua dalam takdir Tuhan.
" Beristirahatlah dengan tenang kak , Kami akan datang lagi kemari "ucap Amel , kemudian ikut berdiri menyambut uluran tangan Alfin.
" Kita pergi , maaf menganggu waktu istirahatmu sobat , Kau tidak perlu khawatir aku pasti akan menepati janjiku " kata Alfin sebelum akhirnya mereka semua pergi meninggalkan makam dengan bunga Mawar merah dan bunga Lily putih yang tertancap manis di atas makam pria humoris itu.
Jiwanya mungkin sudah tidak ada tapi semua kenangan bersamanya tidak akan munkin terlupakan sampai kapan pun.
Dia akan selalu di kenang oleh banyak orang sebagai pria baik hati dan meninggalkan kenangan yang membahagiakan di setiap hati dan ingatan semua orang.
Sekali lagi , Selamat jalan GERY BIANCA , dan berisitirahatlah dengan tenang🌹
Elin masih berjongkok di ujung jalan dengan membenamkan wajahnya , air mata yang sejak tadi ingin keluar sudah tidak bisa lagi iya tahan.
Bohong kalau ia mengatakan bahwa semuanya sudah baik baik saja , ia hanya mencoba untuk baik baik saja , berulang kali ia menarik nafas saat berbicara di makam laki laki yang pernah memiliki sepenuh hatinya itu,
menyembunyikan sebuah kesedihan sangatlah menyakitkan , namun untuk terlihat baik baik saja , Elin bersedia menyakiti dirinya sendiri .
" Maafkan aku telah berbohong , mengatakan kalau aku baik baik saja , percayalah aku masih mencobanya , kau tidak perlu mengkhawatirkan aku disini , yang pasti kau harus bahagia di sana " gumam Elin dalam tangisannya.
"Lin" panggil Amel dan Green pelan , yang kini sudah berada di sisi gadis itu.
" Kemarilah " pinta Green dengan menarik tangan Elin dan merentangkan tangannya supaya Elin bisa masuk ke dalam pelukannya.
" Menangislah , jangan sembunyikan apapun dari kita " ucap Green setelah Elin memeluk tubuhnya dan menangis terseduh seduh.
" Jangan merasa sendiri , sampai kapanpun aku dan Amel akan selalu ada untuk kamu dan jangan menutupi apapun , termasuk kesedihan ini " lanjut Green dan berulang kali mencium dahi sahabatnya itu.
" Aku sudah berusaha untuk baik baik saja Green tapi ternyata aku belum sekuat itu , aku masih egois , sangat berharap bahwa ini hanya mimpi , kepergian dia selamanya hanya bunga tidur dan dia masih di sini bersama kita ,
aku merindukannya Green , sangat rindu " ujar Elin , ke dua tangannya mendekap pada wajah menutupi tangisan yang terdengar begitu pilu, Naina yang belum mengerti apapun terus menatap Elin , bahkan hidungnya sudah ikut memerah dan ikut menangis saat melihat Elin menangis.
dan Amel ikut melanjutkan tangisannya dalam pelukan Alfin , semua kesedihan masih belum sepenuhnya hilang , kepergian laki laki itu selamanya sungguh belum bisa di ikhlaskan sepenuhnya .
" Gery akan sedih kalau kalian seperti ini , untuk memintanya bahagia disana adalah di mulai dari kita di sini dengan mengikhlaskan kepergiannya " ucap Nathan sambil menghapus air mata putri kecilnya.
" Naina mau peluk mama yin " pinta Naina dan Nathan menurunkan dari gendongannya.
" mama yin ,mama yin nggak boleh sedih , kalau mama yin sedih Naina juga ikut sedih " ucap gadis kecil itu yang berdiri di sebelah Green dan Elin yaang sedang berjongkok dan berpelukan,
sambil mengusap bahu Elin , gadis kecil itu terus menangis .
" hey maafkan mama , mama yin janji tidak akan menangis lagi asal sekarang Naina harus tersenyum " ujar Elin yang kini sudah menyudahi pelukannya bersama Green dan menghadap gadis mungil itu.
" Naina sudah tertawa " kata Naina dengan menunjukan sederetan gigi susunya , lalu tangannya menghapus sisa air mata di wajah Elin.
" Terimakasih My princes " ucap Elin dan langsung memeluk putry sahabatnya itu.
" Mari kita pulang cuaca sudah mulai mendung " ajak Alfin.
Dengan masih menggendong Naina , Elin kembali menoleh kebelakang " Aku pamit pergi , beristirahatlah dengan damai " ucapnya dengan mata terpejam , menarik nafas dan memaksakan untuk melengkungkan garis bibirnya.
" Ayo lin " ajak Green sambil mengulurkan tangannya.
" bye " ucap Elin kembali menoleh dan kemudian menyambut uluran tangan sahabatnya.
****
"Apa kau sungguh mau pergi sendiri , kita bisa mengantar dan menemanimu di perjalanan " ujar Green bicara pada Elin , Mereka sudah duduk di kursi ruang tunggu bandara menunggu jam keberangkatan pesawat tujuan ke New York yang akan membawa Elin.
Elin mengangguk " aku bisa sendiri Green , barang barangku tidak terlalu banyak dan kalian juga punya kehidupan di sini " jawab Elin tersenyum .
" Ibu sudah menyiapkan banyak makanan di tasmu " kata Mala mendekat pada anak sulungnya , " Terimakasih bu" sahut Elin tersenyum .
Semua orang ikut serta mengantar ke berangkatan Elin hari ini , bahkan Nathan dan Alfin rela menunda pekerjaannya demi mengantar gadis yang sudah mereka anggap seperti adik mereka sendiri.
" Ingat jangan telat makan nanti dan sempatkan waktu untuk menghubungi Ayah dan Ibu di sini " kata Mala sambil membenarkan pakaian Elin .
" Pasti bu , Elin pasti akan merindukan ayah dan ibu di sini " jawab Elin dengan mimik wajah yang sedikit terlihat sedih.
Sejak dari rumah hingga sampai ke Bandara Amel tidak pernah bicara sepatah kata pun , Dia hanya diam dan terus menatap Elin.
" Mel , sebelum aku pergi apa kau tidak ingin memberi wejangan seperti orang lain " kata Elin tertawa , namun Amel masih tetap diam dan tidak terlihat segaris senyum pun dari bibirnya.
" mel " panggil Elin pelan dan berjalan mendekat kepada sahabatnya yang masih duduk di kursi .
" hey , Apa kau sedih karena aku pergi " ujar Elin bercanda di hadapan Amel.
Melihat Elin di hadapannya tiba tiba Amel menangis sejadi jadinya , membuat semua orang menjadi bingung bercampur lucu.
" Astaga mengapa kau menjadi cengeng seperti ini mel " ujar Elin sambil memeluk dan mengusap lembut pundak Amel.
" Aku masih tidak ingin kita berpisah " ucap Amel di dalam tangisannya , Elin tersenyum dan Green ikut mendekat pada dua sahabatnya " kita hanya berpisah sebentar mel , di sini kau sudah punya kak Alfin yang akan menjagamu nanti , berhentilah menangis sebelum orang lain mengira aku menyiksamu " kata Elin bercanda , padahal di dalam hatinya begitu sedih karena harus berpisah dari orang orang yang ia cintai.
" Tapi ini untuk pertama kalinya kita berpisah , akan ada yang berbeda saat kamu pergi lin , tidak bisakah kamu membatalkan rencanamu ini " rengek Amel di dalam tangisannya.
" mel , Elin pergi untuk cita citanya dan sebagai sahabatnya kita harus mendukung ke inginannya bukan menghambatnya seperti ini " ujar Green memegang lembut bahu Amel .
" Aku hanya belum siap kalau kita bertiga harus berpisah Green " jelas Amel.
" Aku mengerti perasaanmu mel dan aku juga belum siap untuk itu , tapi kita tidak boleh egois , Elin punya jalan hidupnya sendiri dan ini keinginannya " kata Green dengan mata yang sudah berkaca kaca ,menahan sesak di dadanya .
" Jika kalian mau , kita bisa menyusul Elin besok " timpal Alfin pada tiga perempuan yang masih berbicara sambil menangis .
" Itu tidak lucu Alfin " sahut Amel kesal sambil menghapus sisa air mata di pipinya " aku tidak bercanda sayang , dan jika kau memang tidak ingin berpisah dari elin , kita bisa berangkat di penerbangan selanjutnya " ujar Alfin tertawa .
Tidak lama sudah terdengar suara panggilan jika pesawat yang akan membawa Elin akan segera berangkat.
" Aku pergi dulu jangan sedih lagi oke , kalau kalian seperti ini aku akan membatalkan penerbanganku " ucap Elin sambil memeluk kedua sahabatnya.
Green memalingkan wajahnya karena air mata yang sudah tidak mampu ia tahan , setelah waktu keberangkatan Elin sudah tiba , rasa sedih di hatinya semankin menjadi jadi sedangkan Amel terus menangis tiada henti ,
"Please berhentilah menangis , aku akan pulang di hari pernikahanmu dan kalian bisa menghampiriku kapan saja , kita masih di langit yang sama Mel " jelas Elin dengan air mata yang sudah ikut menetes di pipinya,
" Sayang berhenti , Elin harus segera berangkat sekarang " ucap Nathan berusaha menghentikan tangisan istrinya.
" Kabari kami segera jika kamu sudah sampai , ingat jangan teledor dan pastikan untuk tidak melupakan apapun , di sana tidak ada kami yang akan mengingatkanmu " kata Green sambil berusaha untuk kembali tegar,
" yes mama " jawab Elin tertawa " mel sudah ya , kita akan secepatnya kembali bertemu , aku pergi oke " ucap Elin sambil menghapus air mata amel.
" kak Alfin aku pergi dulu , terimakasih telah mengantarku dan jaga sahabatku " kata Elin pamit pada Alfin
" semoga sukses dengan semua pencapainmu lin, sampai berjumpa kembali dan kau tidak perlu mengkhawatirkan itu " sahut Alfin dan memeluk tubuh gadis yang sudah di anggap seperti adiknya sendiri.
" Pak Nathan , Terimakasih karena sudah mengantarku , tolong jaga sahabat dan ponakanku " lanjut Elin berpamitan pada Nathan " your welcome lin , jaga dirimu baik baik di sana , oke " sahut Nathan tersenyum dan memeluk sebentar tubuh Elin.
" Ibu , Ayah , Elin pamit , ibu dan ayah harus sehat di sini , jangan telat makan dan terus jaga kesehatan , Elin akan terus memberi kabar dan nanti jika ada waktu tolong jenguk Elin di sana " pamit Elin pada Mala dan Bimo.
Mala langsung memeluk tubuh Elin dan tanpa tersadar air matanya sudah terjatuh " jaga dirimu baik baik , ingat pesan ayah dan ibu untuk utamakan kesehatan , sealu beri kabar pada ibu dan ayah di sini " ucap Mala dan Elin mengangguk , Bimo masih menunduk berusaha untuk tetap menyembunyikan kesedihannya.
" Ayah Elin pergi , doakan Elin disana dan ayah harus terus sehat disini " pamit Elin memeluk Bimo.
" Aku mencintai ayah " ucapnya lagi dan mencium pipi Bimo.
" Ayah juga sangat mencintamu " kata Bimo dengan mata yang sudah memerah.
" Elin tahu itu " sahut Elin tersenyum.
" Maaf aku terlambat " ucap seseorang yang baru saja datang " dari mana saja kau , hampir saja kakakmu sudah pergi " ujar Mala " sorry mama " sahut Tama tersenyum lalu berjalan mendekat pada Elin dan langsung memeluk tubuh kakaknya.
"Jaga kesehatanmu dan jangan melakukan hal yang aneh di sana , aku menunggu kabar kesuksesanmu di sini " ucap Tama dalam pelukan " aku pikir kau tidak akan peduli dengan kepergianku " sahut Elin tersenyum dan membalas pelukan adiknya " Bagaimana bisa itu terjadi , walau kau menyebalkan tapi kau satu satunya kakak yang aku miliki dan ya kau sedikit berharga dalam hidupku " ujar Tama tertawa.
" Jaga ibu dan ayah , kabari aku jika terjadi sesuatu di sini dan aku berharapkan semuanya padamu " pinta elin dan melepas pelukannya.
" Percayakan padaku oke , berhati hatilah " ucap Tama.
" oke semuanya aku pergi dulu , jaga kesehatan kalian dan sampai bertemu kembali" pamit Elin pada semuanya. Namun langkahnya kembali terhenti saat melihat kedua sahabatnya masih tertunduk dengan air mata yang terus menetes dari pipi mereka.
" h
Hentikan tangisan kalian , aku tidak bisa pergi jika kalian masih terus seperti ini " ucapnya mendekat pada Amel dan Green.
" Aku akan sangat merindukan kalian " katanya lagi setelah tubuhnya di peluk oleh kedua sahabatnya.
" Pergilah , aku sudah merelakanmu sekarang " ucap Amel dan Elin tersenyum.
" oke aku berangkat , bye semuanya " pamit Elin lagi dengan tersenyum .
" Sayang berhenti menangis , kalau kalian seperti ini ayah dan bunda akan mengira kalau aku dan Alfin menyiksa kalian " ujar Nathan sambil tertawa , Green dan Amel menghentikan tangisannya setelah melihat tubuh Elin sudah mulai menjauh , mereka memutuskan untuk kembali pulang dengan mata yang sudah membengkak karena menangis.
Elin sudah duduk di cabin pesawat , mengencangkan ikat pengamannyadan kemudian kembali menarik nafas
" keinginanku sudah benar ini yang terbaik dan sampai bertemu kembali " ucapnya berbicara pada diri sendiri , sebelum pesawat yang membawanya sudah siap berangkat dan itu berarti perjalanan baru hidup elin akan segera di mulai , di tempat yang baru dan suasana yang baru.
tetap pada dukungannya , jangan lupa vote dan coment 🤗
terimakasih 🙏
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!