Kesunyian, kehampaan,dan ketidak percayaan yang telah aku alami. Tak mengenal cinta ataupun kasih sayang. Hanya ada pengkhianatan cinta. Tidak aku sangka pria yang selalu ceria dan kekanakan ini merubah semua duniaku. Kau bukanlah cinta pertama ataupun teman masa kecilku. Bukan pula pria yang sempurna seperti di cerita kisah cinta. Buatku kaulah yang membuat ku jatuh cinta. Pertemuan kita yang di awali dengan kebencian. Di saat aku mengalami pengkhianatan cinta pertama. Kini berubah menjadi cinta. Apakah itu semua hanya impian manis?
Bila itu hanya sebuah mimpi. Aku ingin selalu berada bahagia di dalam mimpi. Dibalik dua wajah, dua kehidupan yang selalu ada di dalam kehidupan yang selalu ku alami. Jatuh cinta kepadamu merupakan kebahagiaan yang tak pernah aku mengira dalam seumur hidupku.
Memory lima belas tahun yang lalu.
"Anda harus bersiap untuk les dan jangan sampai terlambat."
"Iya sebentar lagi."
Jawabku kepada bibi Lian yang mengasuhku sejak kecil.
Aku mengerjakan tugas dari sekolah sebelum bersiap untuk pergi les. Tugas yang harus di selesaikan karena Minggu depan akan libur panjang. Satu jam berlalu dan kemudian akhir nya tugas telah selesai ku kerjakan. Segera aku bergegas bersiap untuk pergi. Setelah selesai bersiap. Aku keluar kamar dan menuruni tangga. Saat menuruni tangga rumah aku melihat dan mendengar peristiwa yang membuat merubah kehidupan ku selama ini. Pertengkaran ayah dan ibu yang tak pernah ku lihat dan kudengarkan. Selama ini ayah dan Ibu selalu tersenyum bahagia. Dan sekarang kenapa mereka bertengkar?
"Apa yang kurang dariku."
Ayah berteriak dengan semua amarahnya.
"Aku melakukan hal ini karena kamu jarang pulang. Kamu hanya sibuk kerja dan tidak pernah peduli dengan keluarga."
Ibuku membalas perkataan Ayah.
"Aku sibuk berkerja untuk memenuhi semua kebutuhan. Tapi sekarang kau telah berselingkuh dengan pria lain di belakangku."
Pertengkaran hebat pun telah terjadi.
Melihat ini semua membuatku sedih dan takut. Aku lalu bergegas lari menuju ke kamarku dengan ketakutan. Setelah pertengkaran itu aku tak pernah keluar rumah setelah pulang sekolah. Aku juga tidak pernah mengikuti les. Setelah pertengkaran terjadi ayah tidak pernah pulang ke rumah.
Lima bulan telah berlalu dan akhirnya mereka berdua memutuskan bercerai. Aku tidak ingin ayah bercerai dengan Ibu. Hanya ingin melihat mereka tersenyum dan bahagia seperti dulu. Tapi mereka tetap ingin bercerai.
Ayah pulang beberapa hari setelah sidang perceraian terjadi. Saat mengetahui ayah pulang. Aku merasa senang dan berlari mengikuti ayah yang menuju ke kamar. Namun Saat tiba di kamar aku melihat ayah merapikan semua pakaiannya dan memasukkan kedalam koper.
"Ayah mau kemana?"
Aku bertanya dengan kebingungan.
Ayah diam dan tidak menjawab pertanyaan ku. Setelah beberapa saat kemudian Ayah menjawab.
"Maafkan ayah tidak bisa tinggal bersama".
Dalam kebingungan itu aku bertanya.
"Kenapa kita tidak bisa tinggal bersama?"
Ayah terdiam dan tidak menjawab lagi. Setelah selesai merapikan semua pakaian kedalam koper.
"Ayah tidak bisa tinggal bersama denganmu. Maafkan Ayah yang tidak dapat menjadi ayah yang baik untukmu. Walaupun kita tidak dapat tinggal bersama. Kita masih dapat saling bertemu ataupun berhubungan. Jadilah anak yang baik "
Ayah menjawabnya dengan meneteskan air mata. Aku memegang tangan ayah. Berusaha agar ayah tidak pergi dari rumah.
"Aku tidak ingin ayah pergi. Kita tetap akan bisa tinggal bersama".
Aku berkata kepada ayah.
Ayah melepaskan tanganku dan berjalan pergi dari rumah disaat hujan turun deras. Aku berlari mengikuti langkah ayah. Langkah kakiku terhenti saat ayah naik mobil dan pergi menghilang. Aku tidak mengerti kenapa ayah pergi dari rumah. Kenapa Ayah dan ibu bertengkar dan kenapa kita tidak bisa tinggal bersama. Aku tetap terdiam dan tidak bisa berteriak. Berdiri lama terdiam di luar rumah walau hujan deras membasahi seluruh tubuhku. Semua akan baik-baik saja. Ayah pasti akan pulang. Sekarang ayah hanya main ke rumah teman. Kita akan tetap tinggal bersama. Tidak perlu bersedih. Janganlah menangis. Aku harus berusaha tetap tegar dan tidak menangis. Entah kenapa air mata keluar dan membasahi pipiku. Aku memasuki rumah dan terdengar suara mobil. Berlari keluar kembali dan berharap itu adalah ayah. Ternyata bukan ayah melainkan ibu.
"Ada apa putriku?"
Ibu bertanya kepadaku. Aku diam dan tidak menjawab.
"Kenapa kamu berada di luar rumah? Lihatlah bajumu yang basah.Segeralah masuk ke dalam rumah."
Ibu meneruskan perkataannya.
"Baik bu".
Aku menjawabnya dan segera masuk ke dalam rumah lalu mengganti pakaian.Setelah aku keluar dari kamar dan ibu memanggilku.
"Kemarilah! Ibu ingin berbicara denganmu."
"Ada apa Bu?"
"Hari ini kita akan pergi Ke Cina."
Perkataan ibu telah membuatku terkejut.
"Sekarang?"
Aku bertanya kepadaku untuk meyakinkan bahwa aku tidak salah mendengar.
"Ibu dapat kabar dari Cina kalau kakek sedang sakit."
Kakek sedang sakit. Karena itu ibu akan segera pergi ke Cina.
"Kalau kakek sakit kita harus segera ke sana."
"Baiklah kalau begitu. Kamu harus segera merapikan semua bajumu."
"Baik bu"
Aku menyetujuinya dan segera merapikan baju. Di saat aku merapikan baju. Seketika aku teringat dengan kak Seon. Aku belum memberi tahu kalau hari ini aku akan pergi ke Cina menjenguk kakek.
"Kamu sudah selesai?"
"Sebentar lagi bu."
Tidak ada waktu untuk memberitahunya. Aku akan memberinya kabar saat tiba di Cina. Tidak lama kemudian. Aku keluar dari kamar dengan membawa koper yang besar. Ibu dan bibi Lian juga membawa koper. Kami bertiga pergi keluar dan menaiki mobil.
Mobil berjalan dengan kencang. Malam hari udara terasa sangat dingin. Aku merasakan tubuhku sangat letih. Merasakan kantuk dan tertidur di pangkuan bibi Lian. Pagi telah tiba. Sinar matahari mulai terbit. Aku terbangun dari tidur. Melihat di sekeliling dan perjalanan yang sangat panjang telah sampai tujuan. Tidak lama kemudian mobil berhenti. Aku membuka pintu mobil.
"Ini rumah siapa?"
"Masuklah kedalam dan mandi dulu nanti Ibu jelaskan".
Aku mengangguk kepala dan masuk ke dalam rumah. Rumah yang sederhana dan ruangan kosong tak ada perabotan rumah. Aku berjalan menuju ke kamar yang telah di tujukan oleh ibu. Kamar yang sederhana dan tidak ada kamar mandi di dalamnya. Aku keluar dari kamar dan mencari dimana kamar mandi berada. Setelah menemukannya. Aku segera mandi dan sarapan. Sudah lama aku tidak berjumpa dengan kakek dan nenek. Setiba di sana. Mereka memeluk erat tubuhku dengan bergantian dan meneteskan air mata. Kakek dan nenek sangat merindukanku. Aku senang melihat mereka sehat dan baik saja. Kami semua masuk ke dalam rumah. Aku bercerita tentang kejadian saat aku berada di Korea. Satu jam telah berlalu. Kami tertawa bersama. Kemudian ibuku berkata kepadaku kalau mulai sekarang aku akan tinggal di Cina. Kakek dan nenek senang mendengar hal itu. Mulai sekarang tempat ini merupakan tempat yang baru aku tempati. Sekolah, tempat tinggal,dan adaptasi lingkungan baru.
Di pagi hari aku mulai berangkat masuk sekolah di sekolah yang baru. Setiba di sekolah jam masuk lalu berbunyi. Di kelas aku memperkenalkan diri ke pada teman. Mengikuti pelajaran dan mengikuti kegiatan olahraga setelah pelajaran sekolah. Membiasakan diri di tempat baru tidaklah mudah dan tidak pula terlalu sulit. Tidak butuh lama aku berhasil beradaptasi dengan baik di lingkungan baru. Prestasi sekolah juga dapat aku raih. Olah raga yang tidak pernah aku lakukan juga sudah mulai terbiasa. Di hari libur sekolah. Aku menginap dirumah kakek dan bermain catur shogi bersama.
Aku merayakan hari ulang tahunku bersama dengan teman sekolah. Tidak terasa umurku sudah 23 tahun. Hubunganku dengan ayahku masih tetap berlanjut. Aku juga sering belajar bahasa asing dan bisnis. Ayahku memintaku meneruskan perusahaan. Sebagai putri tunggal yang memiliki tanggung jawab.
Setelah pulang sekolah. Aku berjalan menuju ke rumah yang jarak tidak jauh dari sekolah. Setiba di rumah. Suasana rumah terlihat sunyi. Aku teringat dengan rumah di masa lalu. Rumah yang dulu sering ramai saat keluarga kami berkumpul dan tertawa. Saat ayah pulang selalu memberikan kado buat kami. Kebahagiaan selalu menghiasi rumah. Semua kenangan di masa lalu terekam dalam memory. Aku melangkah masuk ke dalam kamar. Membuka laci dan meraih bingkai foto keluarga dan foto bersama teman saat aku kecil yang tersimpan di laci. Memegang erat ke dua bingkai foto dan meluknya. Kerinduan akan kenangan tersimpan di lubuk hati terdalam. Aku tertidur dalam memeluk foto.
Pagi telah mulai. Sekarang diriku seorang mahasiswi. Kebutuhan biaya sekolah semakin besar. Aku tidak ingin hanya bergantung kepada ibuku yang seorang diri berusaha merawatku. Semenjak orang tuaku berpisah dan semenjak aku pindah di sini banyak perubahan dalam kehidupanku. Dimulai hidup dalam kesederhanaan. Bibi yang berkerja di tempatku sekarang sudah tidak bersamaku. Dari pagi sampai petang ibu berkerja untuk membiayai semua kebutuhan. Sekarang diriku sudah beranjak remaja. Karena itu ku putuskan mencari pekerjaan. Dengan diriku bekerja akan meringankan biaya sekolah. Mencari pekerjaan tidaklah mudah. Setiap pulang sekolah dan selesai belajar aku meluangkan membuat proposal lamaran pekerjaan menjadi guru private. Karena pekerjaan ini bisa dilakukan setelah pulang sekolah dan malam aku masih bisa belajar.
Sebulan kemudian barulah aku mendapatkan pekerjaan itu. Akhirnya aku bekerja menjadi guru private dan meringankan biaya sekolah diriku. Aku sangat bahagia dengan hasil kerja keras yang tidak bergantung pada kedua orang tua. Les private dimulai jam tiga sore. Setiba pulang sekolah aku makan, mandi, dan mempersiapkan untuk les private. Tak terasa sudah jam setengah tiga. Sudah waktunya berangkat menuju tempat anak pembimbing les private. Tempat itu tidak jauh dari rumah. Beberapa menit kemudian aku telah sampai. Aku terkagum melihat rumah yang besar dan megah. Tidak lama kemudian aku menekan bel. Seorang wanita datang menghampiri.
"Selamat sore? Perkenalkan nama saya adalah Xian mai. Guru private nona Silvia."
Aku memperkenalkan diri.
"Selamat sore. Perkenalkan juga nama saya Wendy. Saya ibunya Silvia. Silahkan masuk?"
"Terimakasih Tante".
Kami memasuki rumah. Tidak lama kemudian nona Silvia datang. Nona Silvia gadis yang cantik.
"Perkenalkan nama saya Mai. Saya yang akan menjadi guru private nona."
"Senang bertemu dengan guru."
Aku terkesima dengan sikap anggunnya saat mendengarkan perkataan nya. Gadis yang cantik dan sopan.
"Bisakah kita mulai belajar nya?"
"Iya silahkan."
"Aku mau ke dapur membawa minuman dan makanan"
"Tidak perlu repot-repot tante.
"Tidak perlu sungkan".
"Terimakasih Tante".
Aku senang karena mereka memperlakukanku dengan baik. Segera aku memulai kegiatan pembimbingan belajar. Tak terasa hari sudah mulai petang dan kegiatan belajar sudah selesai. Saya berpamitan dengan tante dan nona Silvia. Saat perjalanan pulang ada pria muda dan tampan menghampiri ku.
"Lama tak berjumpa nona."
Seorang pria berpakaian kemeja hitam datang menghampiriku. Dia adalah sekertaris pribadiku di perusahaan.
"Bagaimana keadaanmu. Kenapa kamu datang menemuiku?"
Aku bertanya kepada sekertaris Seon.
"Keadaan saya baik. Saya ingin memberitahu minggu depan akan ada rapat perusahaan. Apakah anda akan mengikuti rapat?"
Sekertaris Seon bertanya kepadaku.
"Baik. Siapkan berkasnya selama sebulan ini."
"Baik nona."
"Bagaimana dengan keadaan ayahku?"
Aku bertanya kepada sekertaris Seon dan ingin mengetahui keadaan ayah.
"Pak Presdir dalam keadaan baik. Sekarang tuan sedang berlibur di luar negeri. Tuan sering membicarakan anda dan sangat merindukan nona."
"Aku sudah lama tidak pulang. Jangan lupa berkasnya segera kirimkan ke email ku."
"Baik nona. Saya undur diri."
Setelah itu sekertaris Seon pergi.
Sudah sebulan aku tidak ada di kantor dan tidak menemui ayah karena aku memikirkan sekolah dan mencari pekerjaan untuk biaya sekolah. Tidak terlalu baik juga membiarkan perusahaan terlalu lama. Bagaimanapun aku ada seorang Pemimpin Direktur. Ada tanggung jawab yang juga harus aku lakukan. Sesampai rumah.Aku harus mengatur jadwalku kembali.
Ke esokkan hari. Jam menunjukkan angka tujuh pagi. Karyawan memasuki ruang kerja. Mobil Hitam elegan berhenti di depan perusahaan. Dua bodyguard berkacamata dan berjas hitam keluar membuka pintu belakang mobil. Pria muda mengenakan jas berwarna putih dan wanita muda mengenakan jas selaras turun dari mobil. Wanita muda berjalan di depan dan pria muda berjalan tepat di belakang. Petugas keamanan membukakan pintu utama. Para karyawan menundukkan kepala.
Di saat wanita dan pria berjalan menuju ke dalam. Para karyawan mulai bertanya.
"Bukankah itu sekertaris Seon?"
"Benar."
"Siapa wanita muda di depannya?"
"Bukankah wanita itu adalah presiden direktur kita yang baru."
"Dia adalah presiden direktur kita baru yang tidak pernah menampakkan wajahnya itu."
"Aku juga tidak menduga Presiden Direktur kita adalah seorang wanita."
"Aku juga hanya tahu di setiap proposal hanya ada keterangan nama perusahaan dan cap perusahaan. Tidak ada tanda tangan ataupun nama presiden direktur."
Para karyawan saling berbincang mengenai kedatangan presiden direktur.
"Sepertinya ke kedatangan pertamaku menjadi perbincangan para karyawan."
"Apakah anda ingin saya memecat mereka?"
Sekertaris Seon bertanya kepadaku.
"Itu tidak perlu. Lebih baik kita segera memulai rapatnya."
Aku menjawabnya lalu berjalan menuju ke ruang presiden direktur.
Rapat perusahaan segera di mulai. Direktur personalia, wakil direktur, manager, divisi berada di ruangan rapat. Sekertaris dan presiden direktur memasuki ruang rapat. Suasana menjadi hening. Presiden Direktur yang baru setahun menjabat berbeda dengan presiden direktur terdahulu. Pembawaan yang lebih tenang tetapi kinerja yang lebih disiplin dan sikapnya yang dingin. Walaupun presiden direktur jarang berada di kantor. Perusahaan dapat berkembang dengan pesat. Kedisplinan dan keinginan hal sempurna yang menjadikan perusahaan cepat berkembang.
Rapat dimulai. Sekertaris Seon mengatakan kata pembuka rapat. Setelah satu jam rapat berakhir. Suasana masih tenang dan tegang. Sebelum keluar kantor aku meminta Direktur personalia memimpin kantor sementara. Aku dan Sekertaris Seon akan menemui klien untuk membahas kerja sama dengan salah satu Perusahaan terbesar di Korea. Perusahaan itu di pimpin oleh Presiden Direktur yang dingin dan kinerja yang disiplin. Besok sore pertemuan kerjasama dengan kedua perusahaan.
"Sekertaris Seon tolong siapkan berkas dan data pribadi selengkapnya Presiden Direktur perusahaan yang akan kerjasama dengan kita."
"Baik. Segera saya laksanakan."
Sekertaris Seon dan segera pergi menyelesaikan tugas yang ku berikan. Sekitar tiga puluh menit data pribadi dan berkas kerjasama telah selesai. Aku melihat data dan melihat foto pria bernama Heinry rush. Nama yang unik, wajah tampan, rambut berwarna pirang, bola mata berwarna biru, kulit putih,dan bertubuh kekar seperti model. Sungguh pria yang mendekati kesempurnaan. Rasa kekaguman di dalam hati membuat diriku senang.
"Sepertinya anda tertarik dengan penampilan Presiden Direktur perusahaan yang bernama heinry."
Sekertaris Seon berkata dan tersenyum kepadaku. Seketika aku kembali sadar dari lamunan dan aku menunjukkan wajah malu. Aku menutup data yang ada foto tersebut dan menelepon Sopir untuk mengantarkan aku ke Bandara jam delapan malam.
"Anda akan berangkat hari ini?"
"Iya benar. Lebih cepat lebih baik. Aku ingin segera sampai di Korea dan istirahat awal."
Sekertaris Seon menemani ku perjalanan Ke Korea. Tanpa aku ketahui. Ini akan menjadi awal dari perjalanan bertemu dengan cinta pertama yang membawaku kepada pertemuan, kebahagiaan, dan juga sebuah perpisahan karena pengkhianatan.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!