NovelToon NovelToon

Orang Ketiga

Part 1~

Desi POV

Patah hati, hancur, terluka, itulah yang aku rasakan sekarang ini. Kenapa? Karena aku menyaksikan sendiri bagaimana Candra memperlakukan Melani dengan sangat lembut dan penuh cinta. Berbeda cara memperlakukannya denganku. Sangat berbeda.

Ya, kami.....aku(Desi), Candra dan Melani

terikat dalam hubungan yang sah dimata hukum dan agama.

Jika kalian bertanya, siapa istri petamanya? jawabannya adalah aku. Tetapi jika kalian bertanya siapa orang yang dicintai Candra? jawabannya adalah Melani.

Mengapa bisa menjadi seperti ini? Karena semuanya berawal dari perjodohan yang dicetuskann oleh orang tua Candra dan orangtuaku (lebih tepatnya lagi orangtua angkatku tapi aku sudah menganggap mereka orang tua kandungku).

Akulah orang ketiga di antara hubungan Candra dan Melani. Aku hadir diantara kisah cinta mereka yang telah terjalin bertahun-tahun. Akhirnya, aku pun mengizinkan mereka menikah. Awalnya aku memang menolak, tapi dia tetap akan menikahi Melani apapun yang terjadi.

...Sebulan Kemudian ____________________________________...

Pada saat sore mendatang, Candra datang menemuiku ke dalam kamarku. Kami memang tidur terpisah, meski kami sudah berstatus suami istri. Dan bahkan mulai dari kami selesai menikah hingga pada detik ini, kami tidak pernah melakukan kontak fisik. Entah rumah tangga seperti apa yang kami jalani ini. Jangankan kontak fisik, bahkan untuk berbicara saja kami jarang.

"Des, aku mau bicara padamu," ucapnya dengan wajah datar tanpa ekspresi seperti biasanya. Selama sebulan penuh kami jalani rumah tangga, bahkan sekali saja dia tidak pernah tersenyum padaku.

Aku pun menghentikan kegiatanku membaca berita di ponselku lalu aku melihat ke arahnya. "Ada apa?" tanyaku padanya.

"Aku akan menikahi Melani" jawabnya tanpa ragu. Mendengar hal itu aku merasa sakit hati. Bagaimana tidak? walau aku tidak pernah mencintainya begitupun sebaliknya dia tidak pernah mencintaiku, tapi setidaknya dia bisa menghargaiku sebagai wanita yang sudah berstatus sebagai istri sah nya.

"Aku tidak mengizinkanmu"jawabku dengan mantap.

"Walau kau tidak mengizinkanku menikahi Melani, aku akan tetap menikahinya karena aku sangat mencintainya. Apapun yang terjadi!" jawabnya.

"Baiklah jika itu yang kau inginkan," kataku padanya.

"Sebenarnya aku tidak butuh izin darimu untuk menikahi Melani, tapi karena aku menghargaimu sebagai istriku."katanya dengan lancar tanpa dosa.

Lalu aku berfikir, katanya menghargaiku sebagai istrinya. Tapi, jikalau memang benar dia menghargaiku sebagai istrinya, lalu kenapa dia rela memaduku? Apakah dia bisa berbuat adil setelah aku dipoligami olehnya? jawabannya adalah tidak. Mengapa demikian? Karena dia sangat mencintai Melani sedangkan aku, aku hanyalah orang asing baginya yang tidak pernah hadir di dalam hidupnya.

Lalu, dia pun pergi dengan begitu santainya keluar dari kamarku. Dia bisa tenang, tapi dia tidak memikirkan perasaanku yang sudah hancur berkeping-keping. Walaupun begitu, aku tetap bertahan demi ibuku yang sudah mau merawat aku padahal aku hanya anak yatim piatu yang dirawat sejak aku berumur 2 tahun. dan sekarang usiaku 22 tahun. Aku tidak ingin membuat kedua orang tuaku kecewa terhadapku.

prinsipku didalam hidup ini, aku hanya akan menikah sekali dalam seumur hidupku. Terkadang aku menangis di dalam diam. Aku menangis karena pernikahan ini membuatku hancur dalam hitungan jam saja. Padahal aku juga ingin dihargai layaknya seorang istri. Dulu, waktu aku dan dia dijodohkan, hati ku ingin sekali memberontak namun aku tidak dapat berbicara pada saat itu, bibirku tertutup rapat bahkan untuk bicara pun bibirku susah untuk mengatakannya. Karena aku juga sadar diri siapa aku sebenarnya.

Dan pada saat itu pun aku sudah memutuskan kalau aku menerima perjodohan ini dan apapun yang terjadi nanti, aku akan menanggung semua resikonya. Aku menganggap ini adalah salah satu balas budiku terhadap ayah dan ibuku karena mereka sudah mau mengurusku dan merawatku hingga aku dapat berdiri sampai pada saat ini.

2 minggu kemudian............................

Candra pun kembali masuk kedalam kamarku dan dia kembali membahas tentang pernikahannya dengan Melani

"Des aku akan menikahi Melani bulan depan. Sebenarnya, dengan atau tanpa izin darimu aku akan tetap menikahinya. Tentu kamu tahu hal itu. Karena sebelum pernikahan bodoh ini terjadi, kami sudah menjalin hubungan bertahun-tahun. Jadi...... aku harap kamu mengerti posisi kamu."

Aku masih menatapnya. Lalu aku berfikir ketika aku menatapnya tidakkah Candra berbelas kasihan padaku sedikit saja?

"Aku nengerti... Hanya saja aku memikirkan kedua orang tua kita. Mereka pasti..."

Candra dengan cepat memotong perkataanku.

"Rahasiakan ini dulu dari orangtuamu. Mereka tidak akan tahu jika kau tidak mengatakannya. Untuk orangtuaku, biar aku yang mengurusnya."

Aku mengangguk samar. Tak mampu berkata-kata lagi.

"Melani juga akan tinggal disini. Jadi, aku harap kau bisa berbuat baik padanya."

Setelah mengatakan itu, Candra pun pergi. Meninggalkanku dengan perasaan yang aku sendiri tidak dapat menggambarkannya.

Kami baru sebulan ini menikah karena perjodohan. Dan bulan depan dia akn menikahi kekasihnya. Meski belum ada cinta di antara kami, tapi bolehkah aku mengatakan kalau aku terluka?

____________________________________

Sudah 3 bulan ini kami menjalani rumah tangga. Aku memiliki suami, tapi aku merasa tidak memiliki suami karena sampai sejauh ini hubungan kami berdua sangat renggang.

Melani dan Candra sudah satu bulan menikah. Bahkan hubungan mereka sangatkah dekat dan terkesan romantis.

Suatu hari, Candra sakit dia selalu muntah dan katanya kepalanya sangat sakit. Melani pun menduga bahwa asam lambungnya Candra kumat. Lalu Melani pun terus merawat Candra, dia menyuapi Candra yang terbaring di tempat tidur dengan telaten.

Suami kami itu sudah terbaring di tempat tidur selama 3 hari ini. Lalu kami mengusulkan agar dia mau kami membawanya ke rumah sakit agar dia mendapatkan perawatan di sana. Tapi dia bersikeras untuk tetap di rawat dirumah saja dan dia lebih memilih memanggil dokter ke rumahnya. Dia juga meminta perawat datang ke rumahnya untuk mengganti botol infusnya.

"Sudah cukup." Itu suapan kelima dari tangan Melani. Candra mungkin sudah kenyang atau mungkin saja mutnya belum enak makan.

"Tapi ini baru sedikit, Can." Melani memprotesnya.

"Aku kenyang, sayang."

Aku mdndengarnya jarena aku duduk di sofa dekat jendela kamar mereka. Mengamati gerak-gerik Suamiku dan maduku sejak tadi.

Sayang....

Kata ajaib yang entah kapan Candra akan mengatakannya padaku.

Sakit? Jangan ditanyakan lagi sudah pasti aku merasa sakit. Sudah 2 bulan kami menjalani pernikahan poligami ini. Aku mungkin sudah terbiasa dengan rasa sakit yang aku tahu tanpa sengaja mereka ciptakan.

Setelah Candra selesai makan, aku pun beranjak dari dudukku dan menhampiri mereka berdua, kalu mengambil piring dari tangan Melani kemudian membawanya ke dapur untuk mencucinya setelah itu aku menyimpannya ke rak piring.

Kemudian aku berjalan ke kamar mereka lagi. Namun aku tiba-tiba memperlambat langkahku lalu aku memberhentikan langkah kakiku.

Aku pun mendengarkan percakan Melani dan Candra.

"Can, jangan terlalu acuh pada Desi. Dia juga istrimu."

"Kau tahu kan Mel bahwa aku tidak mencintainya."

"Iya, tapi kan salah satu syarat poligami itu adalah berbuat adil. Dan kau tidak pernah berbuat adil pada kami. Aku takut kena dosanya nanti karena tidak bisa menasehatimu, Can." kata Melani dengan bijaksana.

Dan setelah mendengar percakapan mereka tadi, aku pun langsung berjalan menuju kamarku. Sesampainya dikamar, aku mengunci pintu kamarku lalu aku segera bersih-bersih dan mengganti bajuku. Kemudian aku langsung naik ke tempat tidurku lalu menarik selimutku untuk menutupi tubuhku.

Part 2~

Desi mencoba untuk tidur, tapi dia tetap tidak bisa tidur dan sudah 1 jam ia memejamkan matanya tetapi tetap tak bisa tidur juga. Dan karena merasa haus, ia pun keluar dari kamarnya menuju tangga. Pada saat melewati kamar Candra dan Melani, dia tidak sengaja mendengar percakapan antara Candra dan Melani. Dia mendengar Melani menyuruh Candra untuk tidur denganku setelah ia sembuh.

Namun, Candra tetaplah Candra. Ia adalah pria keras kepala. Ia tidak akan menyentuh

apapun yang tidak disukainya. 'Termasuk Desi, mungkin' pikir Desi.

Lalu Desi pun langsung melangkah ke tangga dan langsung menuju dapur. Kemudian, dia menuangkan air ke dalam gelas setelah itu, dia meneguknya sampai tandas. Selesai minum dia pun segera menaiki tangga dan langsung menuju kamarnya sendiri, dengan segera ia menarik selimutnya dan kemudian dia pun mencoba memejamkan matanya. Desi pun akhirnya tertidur setelah lelah berkelut dengan pikirannya.

Mereka bertiga tinggal satu atap di sebuah rumah berlantai 2. Orang tua Desi dan orang tua Candra sama-sama tinggal di Bogor. Sementara mereka sendiri tinggal di Bekasi. Desi memang merantau ke kota tersebut setelah awal lulus kuliah. Sedangkan Candra sendiri sibuk dengan usaha distro dan kafenya yang beberapa cabangnya sudah tersebar di Bogor, Bekasi dan Jakarta.

...****************...

Pagi hari pun tiba. Seperti biasanya Desi bangun dan langsung bergegas untuk mandi. Dan setelah selesai mandi, dia langsung bersiap-siap untuk pergi bekerja. Tapi, kali ini berbeda. Karena Desi bangun kesiangan tidak seperti biasanya bangun tepat waktu dan karena dia telat bangun, akibatnya sekarang dia menjadi terburu-buru.

Dia pun berlari keluar dari kamarnya lalu menuruni tangga. Pada saat akan membuka pintu, tiba-tiba Melani memanggilnya dari belakang sehingga membuat langkahnya terhenti lalu ia pun membalikkan badannya.

"Des, kok buru-buru? sarapan dulu Des biar ada mengganjal perutmu" ujar Melani.

"Emm, aku sarapannya di kerjaanku saja Mel. karena aku sudah hampir telat, aku sarapan di rumah lain kali saja ya. Aku pergi dulu ya Mel." balas Desi dan langsung berlari menuju motornya kemudian langsung melajukan motornya ke jalan raya. Dia ngebut membawa motornya karena dia sudah hampir telat.

Sesampainya di tempat kerjanya, Desi pun bisa bernafas lega karena masih ada tersisa waktu 20 menit lagi sebelum pekerjaan di mulai. Karena kebelet, dia pun langsung bergegas ke dalam toilet. 5 menit kemudian, dia pun keluar. Pada saat dia keluar dan dia melihat sosok sahabatnya yang baru selesai beres-beres yaitu Citra. Lalu dia menghampiri sahabatnya itu.

"Citra"panggil Desi.

"Desi, kamu kok telat tidak seperti biasanya selalu tepat waktu?"tanya Citra pada Desi.

"Aku tadi telat bangun, bahkan untyk sarapan saja aku tidak sempat saking terburu-burunya"jawab Desi.

"Kok bisa?"tanya Citra penasaran.

"Aku semalam susah tidur karena itu aku bangunnya jadi telat"jelas Desi.

"Oh ya, kalau kamu belum sarapan ini aku tadi bawa bekal untuk makan siang aku. ini untuk kamu saja nanti kita makan siang bersama sekalian nanti kamu jelaskan semuanya padaku apa yang membuatmu susah tidur?"kata Citra sekalian menyodorkan 1bungkus nasi beserta lauknya. Desi pun mengangguk dan mengucapkan terimakasih pada Citra.

Setelah itu mereka berdua pun bekerja seperti biasanya. Pada saat jam kerja, mereka bekerja tanpa suara.

...----------------...

Jam makan siang pun tiba, Desi dan Citra pun langsung membereskan barang-barang mereka dan segera bergegas untuk makan siang. Mereka pergi menuju kafe terdekat untuk makan siang menggunakan motornya Citra, mereka pergi boncengan. Sesampainya di kafe tersebut dan Citra langsung memarkirkan motornya, selesai memarkirkan motornya, mereka berdua pun masuk ke dalam bersamaan. Desi pun memanggil pelayan kafe tersebut lalu memesan makanan dan minuman yang sama, setelah memesan makanan dan minuman, Citra pun mendesak Desi untuk menceritakan semuanya padanya.

"Ayolah Des, ceritakan semuanya padaku. Aku sudah tidak sabar mendengar semua ceritamu. Ayo cepatlah ceritakan semuanya."desak Citra.

"Baiklah aku akan menceritakan segalanya padamu"jawab Desi

"Kau tahu kan aku menikah sudah 3 bulan?"Desi

"Iya aku tahu, lalu?"Citra.

"Kau tahu juga kan bahwa kami sedang menjalani pernikahan poligami? Aku sebenarnya tidak masalah dengan pernikahan ini, karena walau aku menolak untuk dimadu itu percuma saja dia tidak akan mendengarkanku. Jika dia tak bisa berbuat adil pada kami, seharusnya dia bisa menghargaiku layaknya seorang penghuni yang juga berada dirumah itu. Tapi, dia bahkan selalu menganggapku sebagai makhluk tak kasat mata. Dia selalu menunjukkan kemesraannya dengan Melani di depanku. Aku sebenarnya tidak cemburu karena aku tak pernah mencintainya, namun aku merasa sangat hancur dan sakit hati. Bahkan dia tidak memberikanku hak apapun untuk memegang pekerjaan dirumah. Dia memberikan seluruh hak penuh pada Melani. Kau tahu? Dia tidak pernah tersenyum sekalipun padaku. Aku tahu mungkin dia tertegun akan perjodohan ini, namun dia sudah mendapatkan kebahagiaannya. Sedangkan aku,.... aku tidak mendapatkan apapun dan kami sangat jarang berkomunikasi bahkan hampir tak pernah. Aku rasanya ingin menyerah saja, tapi aku tidak ingin mengecewakan kedua orangtuaku yang sudah merawatku dari kecil hingga aku berdiri pada saat ini. Aku hanya bisa pasrah dan berdoa kepada Tuhan agar aku diberikan kekuatan untuk bertahan diposisi sulit seperti ini dan juga diberikan kesabaran untuk tetap memperjuangkan rumah tanggaku ini."Desi mengeluarkan selurih unek-uneknya yang selama ini ia pendam dan yang selama ini mengganggu pikirannya sambil menangis.

Citra pun memeluk Desi dan mengusap-usap punggungnya memberikan kekuatan dan berkata"Yang sabar ya Des aku akan mendukung seluruh tindakan yang kau lakukan. Jika kau memiliki beban yang berat, kau bisa curhat padaku aku akan siap menjadi pendengar yang baik bahkan aku akan memberikan saran padamu. Aku akan selalu ada untukmu baik itu dalam keadaan suka maupun duka kita akan selalu bersama. Tapi aku minta maaf karena kali ini aku tidak bisa memberikan saran apapun padamu, karena aku sama sekali tidak bisa mengerti permasalahanmu kali ini. Dan posisimu juga berada di tempat yang sangat sulit. Tapi aku hanya bisa menyarankan padamu, bahwa kau jangan terlalu ambil pusing terhadap masalahmu ini, kau anggap saja mereka hanyalah orang lewat yang tak pernah hadir didalam hidupmu dan jangan pernah jadikan ini semua menjadi beban berat di dalam hidupmu juga kau jagalah kesehatanmu agar kau bisa menjalani aktivitasmu dengan normal seperti sediakala. Aku tahu aku hanya bisa berkata-kata tapi tak bisa melakukannya, namun aku hanya bisa memberikanmu saran untuk lebih bersemangat menjalani kehidupanmu di hari-hari berikutnya. Kau tahu, jika kau bersedih aku akan bersedih. Jika kau terluka aku juga merasa terluka. Jika kau bahagia aku akan bahagia. Karena aku sudah menganggapmu lebih dari sahabat atau bisa dibilang aku sudah menganggapmu sebagai saudaraku sendiri." ujar Citra seraya menyemangati Desi.

"Terimakasih Cit, karena kau selalu ada untukku baik itu dalam keadaan susah maupun senang. Aku sudah merasa beban yang ada dipikiranku sudah mulai berkurang. Terima kasih karena kau sudah mau mendengar keluh kesahku dan memberikanku saran, dan sekarang aku merasa tidak sendirian lagi."Desi.

"Itulah gunanya sahabat."Citra.

Tak berapa lama, makanan dan minuman yang mereka pesan pun datang dan mereka langsung melahapnya hingga habis. Setelah itu mereka menghampiri kasir dan membayar tagihannya kemudian mereka menuju parkiran untuk menaiki motornya dan langsung melajukannya ke jalan raya menuju tempat kerja mereka. Setelah sampai mereka langsung kembali ketempat mereka masing-masing karena jam makan siang akn berakhir 5 menit lagi. Dan setelah 5 menit mereka bekerja dengan telaten tanpa ada suara sedikitpun jika ada yang perlu yang harus dikatakan, baru mereka berbicara.

_____________________________________________

Sepulang dari kerjaan, Desi langsung masuk ke kamarnya untuk bersih-bersih dan setelah selesai bersih-bersih dia langsung naik ke atas tempat tidurnya dan dia memainkan ponselnya. Dan karena ia sudah lelah memainkan ponselnya, dia pun pergi keluar untuk membeli makanan di warung terdekat. Dan setelah sampai di warung tersebut, dia pun memesan makanannya kemudian melahapnya hingga habis. Selesai makan, dia pun membayarnya kemudian ia langsung berjalan menuju rumahnya. Dia pun langsung membuka pintu rumah dan langsung masuk ke dalam kamarnya. Ia kemudian bersiap-siap untuk tidur. Setelah beberapa menit, dia pun langsung tertidur pulas karena seharian seluruh tenaganya sudah terkuras untuk bekerja.

Part 3~

***********

Keesokan harinya, hari ini adalah hari weekend dimana semua orang libur dari pekerjaannya maupun sekolah. Desi pun langsung beranjak dari ranjangnya menuju kekamar mandi dengan membwa pakaian gantinya. 30 menit kemudian duduk di meja riasnya untuk menyisir rambutnya dan mengikatnya dan berjalan kearah rumah kaca dekat taman. Lalu ia berdiri disana dan menatap kearah taman melalui jendela kaca tersebut, namun tiba-tiba ada yang memanggilnya, dia adalah Melani.

"Desi"panggil Melani

Lalu Desi menoleh kebelakang

dan dia melihat Melani datang ke arahnya dengan penampilan yang cantik.

Dia datang dengan menggunakan gaun kuning.

"Ada apa Mel?"sahut Desi.

"aku mau pergi, ada urusan sebentar. Titip Candra ya Des"Melani.

"Oke"jawab Desi singkat

"Ya sudah. Aku pergi"Melani langsung pergi ke kamarnya mengambil tas mini yang berwarna senada dengan bajunya.

****

Desi pun mengambil novel kesayangannya dan ponselnya di atas nakas yang berada di kamarnya, kemudian dia berjalan ke arah kamar Candra. Ketika ia membuka pintu kamar, ia melihat Candra tengah tidur dwngan pulas di atas ranjangnya. Lalu ia pun pergi dan mendudukkan dirinya ke atas sofa yang berada di pojok kamar. Desi melirik jam yang terpasang di dinding kamar itu dan masih menunjukkan pukul delapan pagi. Sejujurnya Desi ingin pergi sekedar makan di luar untuk menyegarkan pikirannya. Tapi apalah daya, nyatanya keadaan membuatnya harus bertahan di satu ruangan dengan pria yang statusnya sebagai suami Desi namun Candra tak pernah menganggap Desi istrinya. Begitulah yang Desi rasakan selama ini.

Dibukanya ponselnya dan membaca pesan yang baru saja masuk.

Citra :(Des, besok ada meeting jam 7 pagi).

pesan dari Citra rekan kerja Desi sekaligus sahabatnya. Dengan cepat Desi membalasnya, oke.

Desi bekerja sebagai staf gudang di salah satu pabrik garmen, sudah satu tahun dia bekerja disitu. Dan Citra adalah satu-satunya sahabat Desi. Mereka sering menghabiskan waktu bersama, untuk sekedar nongkrong di kafe atau bergelung di balik selimut saat weekend setelah malamnya mereka menonton bersama secara maraton.

Jam sudah menunjuk pukul sembilan pagi. Dan itu artinya Desi sudah menemani orang tidur selama satu jam. Desi sendiri masih fokus dengan novel yang ia pegang.

Merasa netranya nulai lelah, Dia beralih menatap pekarangan rumah bagian belakang. Di sana terhampar taman mungil di samping kolam renang.

Lalu mengamati sudut taman dimana terdapat gazebo sebagai tempat favoritnya selama di rumah ini. Tempat dimana dia menghabiskan waktu seorang diri. Menangis, tertawa, bahkan tak jarang dia ketiduran disana.

Desi menoleh pada Candra yang sama-samar di lihatnya bergerak kecil. Pria itu menggeliat. Dia lantas membuka matanya perlahan.

"Apa yang bisa ku bantu?"

Candra terlihat memposisikan dirinya bersandar di kepala ranjang. Desi masih diam ditempat mengamati Candra.

"Melani mana?"tanya Candra.

Bahkan untuk menjawab pertanyaan Desi pun dia enggan.

"Belum pulang"

Hening. Desi masih ditempatnya dan Candra entah tengah memikirkan apa, dia hanya menatap langit-langit kamar.

Kali ini Desi membuka ponselnya. Membuka akun IG-nya. Entah mau melihat apa, jarinya hanya menggulir layar dengan gerakan naik-turun dan sesekali bergeser ke kanan maupun ke kiri.

Saat bersama Candra dia mendadak nenjadi wanita pendiam. Lagi pula percuma juga berbicara jika di acuhkan.

Candra menurunkan kakinya dan berdiri secara perlahan.

"Mau kemana?"Tanya Desi.

Candra masih diam. Tapi, langkahnya perlahan menuju kamar mandi yang berada di dalam kamar itu.

Desi berjalan mendekatinya hendak membantu. Namun, belum juga tangannya menyentuh Candra, dia mwlihat gerakan tangan yang tak ingin dibantu.

Dia diabaikan lagi. Dia mematung di tempat, membiarkannya ke kamar mandi seorang diri.

Desi masih saja berdiri ditempat Candra tadi menolaknya entah apa salah dan dosanya hingga mendapatkan auami macam Candra.

Candra tak kasar terhadap verbal atau fisik. Hanya dia terlalu abai terhadap Desi. Membuat Desi seperti aosok kasat mata di hadapannya.

Candra keluar setelah beberapa menit di dalam kamar mandi. Perlahan melangkahkan kaki menuju ranjangnya. Dia kembali menyandark tubuhnya. Mengabaikan Desi, yang masih memperhatikannya sejak tadi.

"Melani yang memintaku menjagamu" akhirnya Desi angkat bicara setelah diam dari tadi. Mencoba setenang mungkin, menahan gejolak amarah yang mulai merongrong rongga dadanya.

"Aku bisa sendiri"Candra menjawab tanpa melihat Desi.

"Baik"

Desi berbalik menuju sofa. Mengambil ponsel dan novelnya lalu meninggalkan kamar. berjalan ke kamarnya sendiri yang berada teoat di samping kamar milik Candra.

Braaakkk!

Desi menutup pintu dengan kasar seolah ingin memberitahu pada Candra tentang kemarahannya.

Meski Desi tahu, itu percuma. Desi tertidur hingga ia bangun pada pukul 12 siang setelah menahan kemarshannya pada Candra.

Ah, mengingat pria itu membuatnya frustasi. Haruskah dia memberitahukan tentang semua ini pada Ayah dan Bundanya?

Dedi menggelengkan kepalanya. Meyakinkan diri untuk tetap melanjutka yang kata Candra 'pernikahan bodoh' ini. Desi sudah pasrah dengan apa yang dia hadapi di dalam hidupnya sekarang maupun di masa yang akan datang asalkan kedua orang tuanya bisa bahagia. Hidup bukan hanya sekedar membahagiakan diri sendiri bukan?

Desi pun masuk ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya. Setelah keluar dari kamar mandi, dan langsung keluar kamar bermaksud ingin mengambil air minum.

Baru saja kaki Desi menginjak tangga yang pertama, sebuah pemandangan yang tak mengenakkan menyapa Desi. Candra tengah tiduran di pangkuan Melani, dan Melani membelai rambut Candra dengan lembut.

Desi menghembuskan nafasnya dengan berat dan membuangnya dengan kasar, menyiapkan hati untuk melanjutkan langkah menuju dapur yang harus melewati dua orang yang sedang romantis-romantisan (Candra dan Melani) di ruang tengah.

Melani melihat ke arah Desi begitu Melani menyadari kehadiran Desi. Melani tersenyum ke arah Desi.

"Desi" sapa Melani.

"Sudah pulang Mel?"

"Sudah. Aku beli makanan untukumu, makanlah"

Desi yang masih berdiri di samping sofa melihat sekilas ke arah meja makan yang tak jauh dari situ. Ada bungkusan plastik tergeletak di sana.

"Makasih"Desi.

Tanpa menunggu jawaban dari Melani, Desi melangkahkan kakinya menuju lemari pendingin. Mengambil sebotol air. Meraih gelas di rak lalu menuju meja makan.

Sekilas Desi melihat Candra dan Melani yang saat ini sudah merubah posisi. Candra sekarang duduk bersandar di sofa. Dan baru Desi sadari, selang infus sudah tak terpasang lagi ditangannya Candra.

Mungkin sudah dilepas tadi sewaktu Desi tidur tadi. Desi turut senang karena dia melihat Candra ternyata telah sembuh. Itu artinya Desi akan kembali mendengar suara khasnya Melani di malam hari. Suara yang membuat bulu kuduk Desi merinding (lebih tepatnya suara desahan).

Kalian pasti tahu apa yang dimaksud oleh Desi kan? Yang dimaksud oleh Desi adalah melakukan hubungan intim atau hubungan sex yang biasa dilakukan oleh suami istri pada umumnya.

Desi membuka bungkusan yang berada di atas meja. Ayam goreng kalasan lengkap dengan lalapan dan sambal.

Setelah minum, Desi juga memakan makanan yang diberikan madunya itu.

"Aku mau teh, Sayang" Desi mendengar Adi berbicara.

"Sebentar ya." Melani berdiri dari duduknya, menuju dapur.

Desi diam pura-pura tak mendengar percakapan mereka walau sebenarnya dia mendengar percakapan hangat mereka berdua.

"Des, kamu mau teh juga?" Melani menawari Desi. Desi melihat tangan Melani tengah sibuk memotong lemon. Candra memang suka lemon tea.

"Tidak perlu Mel, sebelumnya makasih untuk tawarannya"tolak Desi.

Hening.

Melani telah selesai membuatkan teh pesanan Candra tadi. Desi sendiri sudah selesai makan dan membuang bungkus nasi itu ke tempat sampah. Kemudian meletakkan kembali botol ke dalam lemari es lalu mencuci tangan dan gelas. Desi kembali melewati 2 orang yang sedari tadi tertawa renyah di dengarnya.

"Ayo kemari Des"ajak Melani meminta Desi bergabung dengannya dan Candra.

Desi melirik Candra sekilas. Pria itu sedang fokus menatap layar yang tengah memutar adegan romantis film TITANIC. Film kesukaan Melani. Entah sudah berapa kali madunya itu menonton film tersebut.

"Aku mau pergi"Desi

"Mau kemana?"tanya Melani

"Menenangkan pikiran"jawab Desi jujur. Desi meninggalkan dua orang itu tanpa menunggu tanggapan mereka.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!