NovelToon NovelToon

REINKARNASI LADY MA

Mey Ling.

Bab.01

Bab.01

Reinkarnasi adalah hukuman jika individu tak mampu melepas hasrat dan nafsunya di akhir hidupnya. Semua ini tidak

terlepas dari kehidupan di masa lalunya, karena jiwa harus menanggung hasil perbuatan pada kehidupannya yang terdahulu. Pada saat manusia hidup, mereka banyak melakukan perbuatan

dan selalu membuahkan hasil. Dan hasil itu disebut KARMA.

Ketika proses penciptaan kehidupan terjadi, penyebab dari kehidupan ini adalah Tuhan. Artinya, ketika akhir zaman pun, Tuhan adalah kuasa finalis, sehingga ketika akhir dunia, semua

unsur akan kembali ke Tuhan.

Ketika Tuhan mengadakan alam semesta, beliau menggunakan tiga

unsur itu (spirit, psikis, dan material). Unsur atman merupakan bagian

Tuhan itu sendiri, sementara material

dan psikis merupakan mahayoni atau maya (tidak kekal)

Jika atman ini memasuki unsur psikis dan material, di situ akan terjadi proses kehidupan. Dan, dalam proses kehidupan, kehendak atman bukan lagi kehendak Tuhan itu sendiri. Artinya, meskipun dia bersumber dari Tuhan, tetapi akhirnya dia tidak mengikuti kehendak Tuhan

atau asal muasalnya.

Atau dalam perkara ini Manusia yang telah lahir berprilaku tidak sepatutnya atau lepas dari adab dan etika hidup. Banyak hal yang menunjang kenapa

Roh itu bisa Reinkarnasi lagi. Salah satunya adalah terikatnya Roh dengan Karma.

******

Tersebutlah di sebuah Desa yang

terletak di Distrik Ahinan, dusun Be jie, masih di lingkungan Wilayah Shandong ada sepasang suami istri telah di anugrahi seorang putri cantik yang kini telah berusia 12 tahun. Bukan kecantikannya yang membuat orang

ingin tahu, tapi suatu ke anehan yang membuat desa itu menjadi gempar.

Dari lahir sampai umur 12 tahun,

Anak itu selalu menjadi buah bibir

karena Kecantikannya yang sangat

mempesona walaupun masih kecil,

kecerdasannya, kepiawaiannya

membaca garis tangan orang dan

yang terakhir adalah ceritanya.

Di dalam penglihatannya atau perasaannya bahwa Dia adalah Reinkarnasi seorang Selir pada

zaman Dinasty Ming. Dan Dia

dengan fasih nya mengatakan

bahwa pada Zaman itu diri nya

disiksa dan di kubur hidup-hidup.

Banyak Hal yang Dia ceritakan,

semuanya benar. Dan ada catatan sejarahnya. Tentu saja terjadi pro

kontra diantara konsumen issue....

tapi banyak yang percaya, karena

yang di ucapkan gadis 12 tahun itu hampir semuanya benar.

Zaman Dinasty Ming sudah lewat dua abad yang lalu, sekarang Kerajaan di pegang oleh seorang Kaisar yang Bijaksana, namun sayang Kerajaan dalam keadaan kekurangan pangan, karena terus menerus terjadi pemberontakan dan Rakyat banyak yang eksodus ke wilayah lain yang lebih makmur.

Ke teledoran para pemegang

Kekuasaan pada zaman terdahulu membuat Rakyat semakin berani

dan para Kasim bersama Selir yang

nakal mencari kesempatan untuk mengambil alih tampuk Pimpinan

yang di pegang oleh pejabat penting. Banyak Kasim yang bersekutu dengan Selir Raja supaya bisa naik Jabatan.

Tapi disini bukan Kasim yang akan di ceritakan tapi si Gadis Indigo yang bernama Mey Ling, yang di percaya sebagai Reinkarnasi Lady Ma,

seorang Selir pada Zaman Kerajaan Dinasty Ming.

Menjadi pusat perhatian tidak

membuat Dia atau Keluarganya sombong, malah Mereka banyak membantu orang seadanya.

Banyak yang bertanya tentang

perjalanan nasib Mereka, karena

Mereka menganggap Mey Ling

adalah seorang Cenayang yang

bisa melihat masa depan.

Ketika umurnya menginjak dua

belas tahun, Dia bermimpi. Di

dalam mimpinya Dia diajak pergi

oleh seorang Nenek cantik berbaju

merah ke sebuah Goa, dan Nenek

itu berpesan untuk mencari harta

warisan di Goa itu. Tentu saja Mey

Ling tidak bercerita bahwa Dia juga

di suruh membalas dendam atas perlakuan  orang-orang yang telah menganiayanya.

Cerita tentang harta karun cepat menyebar membuat Para Pendekar merambah Gunung dan lembah

untuk mencari Goa yang dimaksud.

Berita itu sampai juga ke telinga

para punggawa Kekaisaran di Kota

Raja. Salah satu Jenderal Kerajaan

yang paling di segani menghadap

Kaesar.

"Namaste Paduka Kaisar,  saya

Jenderal Jing memberi khabar

bahwa, Rakyat Paduka seperti

kena hipnotis mereka berlomba

mencari harta karun," kata Jenderal

Jing hormat.

"Harta karun?, itu asal berita dari

mana? seandainya itu benar, Kamu

harus memimpin pasukan untuk

mencari Harta itu, sebelum Orang

lain menemukan," sahut Kaisar

matanya berbinar-binar.

"Menurut khabar bahwa ada anak berumur dua belas tahun telah

berminpi menerima wasiat untuk

mencari harta karun di sebuah Goa," lanjut Jenderal Jing antusias.

"Cepat jelaskan seluruhnya, apabila penjelasan itu tidak benar bunuh saja anak itu beserta Keluarganya," sahut Kaisar.

Akhirnya Jenderal Jing bercerita

dengan cara bertutur kepada Kaisar tentang mimpi gadis kecil itu. Ada harapan besar tersirat di Wajah Kaisar. Kerajaan saat ini memang sangat membutuhkan suntikan dana. Karena banyak panen gagal sehingga rakyat tidak bisa memberi upeti kepada sang Kaisar.

"Coba pastikan cerita ini dengan

datang ke Rumah keluarga anak ini," sahut Kaisar.

"Baik Tuanku, Saya Juga akan

menelusuri semua tempat yang

berada di Negeri ini," sahut Jenderal

Jing sopan.

"Cepatlah pergi, bawa Prajurit, Aku

sudah tidak sabar mendengar khabar selanjutnya," perintah Kaisar senang.

"Saya permisi Tuanku, salam tabek," sahut Jenderal Jing dengan hormat

serta beranjak dari hadapan Kaisar.

Suatu khabar yang membuat perasaannya gembira. Maklumlah

saat ini telah terjadi persaingan di

dalam Pemerintahan, antara Kaisar dengan Saudara Tirinya. Sudah

terdengar issue bahwa Kaisar akan

di gulingkan oleh saudara Tiri dan beberapa Petinggi Kekaisaran.

Gara-gara pemberontakan yang

terus menerus membuat Upeti dari

rakyat terhambat, karena banyak

Sawah dan ladang tidak bisa

dipanen, lawan sengaja membakar ladang dan sawah.  Kelaparan di

mana-mana. Orang-orang  menjadi mengkhayal dan berjudi.

*****

Hari ini ada pengumuman di Balai

Kota yang berisi himbauan, bahwa

semua Rakyat yang berada dalam Kekuasaan Kekaisaran membatu

dan berpatisipasi dalam pencarian

harta karun di setiap Goa. Jikalau

ada Rakyat yang menemukan di

larang keras untuk memiliki dan

harta itu harus di berikan kepada Pemerintahan yang sah.

Rakyat banyak yang menggerutu,

karena harta karun  itu tidak boleh

di miliki, malah harus di serahkan ke Kerajaan. Rakyat yang sudah kelaparan tidak mau menjalankan perintah dari Jenderal Jing. Untuk menghindari kewajiban yang di perintahkan oleh Jenderal Jing Mereka ada yang mengungsi.

"Sekarang Kita sebagai Rakyat di haruskan untuk mencari harta karun,"

kata Liau Sing Ayah Mey Ling kepada

istri dan kedua Anaknya.

"Apakah pengumuman itu yang

membuat Suamiku keningnya

berkerut pagi ini," sahut Ibu Mey

Ling dengan mata sayu.

"Kita sebagai Rakyat jelata di

perintahkan oleh Jenderal Jing 

atas nama Kaisar utuk mencari

harta karun yang di ceritakan

oleh Mey Ling. Aku menjadi takut keselamatan Kita, terutama Putri

Kita Mey Ling, jiwanya pasti

terancam. Apa tidak sebaiknya

Kita mengungsi seperti Orang lain,"

ucap Ayah Mey Ling memandangi

kedua anaknya yaitu Fang An dan

May Ling.

*****

Di sandera.

Bab.02

Orang tua mana yang tega melihat anaknya dalam keadaan terancam. Ayah Mey Ling sangat gelisah.

Perasaannya sekarang tidak enak,

seperti akan ada sesuatu yang tidak di mengerti.

"Ayah, kalau memang keselamatan Kita terancam lebih baik Kita mengungsi dulu," sahut Mey Ling ketakutan.

"Tapi Kita tidak bisa secepat itu mengungsi, karena penjagaan mulai ketat di ujung Desa. Kaisar sudah melarang Rakyat pergi mengungsi," Kata Ibu Mey Ling menatap suaminya.

"Mengapa Kita di larang mengungsi Ibu," Fang An yang dari tadi sebagai pendengar ikut menimpali. Dia adalah Kakak May Ling yang sekarang berumur 15 tahun.

"Karena banyak Desa yang kosong di tinggal oleh penghuninya dan di khawatirkan Rakyat yang pergi mengungsi menyatu dengan  pemberontak," Jelas Ayahnya khawatir.

"Kecuali Kita mengatakan bahwa Kita akan mencari harta karun untuk Kaisar," kata Istrinya memberi solusi.

"Rakyat banyak yang eksodus, Aku baru sadar bahwa Kita terlambat berbenah. Seharusnya Kita dari dulu sudah pergi mengingat semua ini karena Mimpi dari Mey Ling, Aku takut Mey Ling di tangkap dan di ajak pergi untuk menunjukkan letak Goa itu," sahut Suaminya membuat Mereka terdiam. Perasaan takut mulai merambah ke Jiwa Mereka.

"Sekarang saja Kita berbenah Ibu, belum terlambat," kata Mey Ling menarik tangan Ibunya.

Baru saja Mereka beranjak dari tempat duduknya Beberapa Prajurit Kekaisaran telah datang, serta menendang pintu bambu Pondok Mereka.

"Siapa dari kalian yang bermimpi tentang harta karun," teriak seorang

Peria setengah abad yang tidak lain adalah Jenderal Jing dengan

Suara nyaring.

"Tidak ada Tuan, Kami Rakyat biasa Tuan yang tidak mengerti apa-apa,"

sahut Ayah Mey Ling ketakutan.

"Jangan Kamu menipu Kami," bentak seorang Prajurit bintang satu menendang Ayahnya Mey Ling hingga tersungkur.

"Aku yang bermimpi kalian mau apa, jangan menyiksa orang tuaku," sahut Mey Ling tiba-tiba serta mendekati Jenderal Jing.

"Hahaha...sungguh berani Kamu bocah, apabila mimpimu bohong nyawamu menjadi tebusannya," kata Jenderal Jing memandang

Mey Ling  dan memerintahkan seorang Prajurit menangkap Mey Ling serta mengikat di Kudanya

"Mey Ling....Anakku...hiks..hiks..

hiks, Tuan tolong bebaskan Anak Kami," kata Ibu Mey Ling sambil menangis. Ibu May Ling lari mengejar anaknya.

"Ibu tolong Aku....," teriak Mey Ling sambil menangis dan melambaikan tangannya. Ayah dan Ibu serta Kakaknya mengejar Mey Ling dengan cepat. Tapi seorang Prajurit malah membantai Mereka.

Kuda itu terus berlari dan berlari sepanjang jalan. Mey Ling terus menangis sampai air matanya kering. Siang berubah menjadi Sore, lari Kuda tiba-tiba terhenti.

Di sebuah hamparan Rumput yang sudah mengering Mereka beristirahat. Seorang Prajurit membuka ikatan dan menurunkan Tubuh Mey Ling dari pelana Kuda.

"Turun Kau bocah," bentak Prajurit pertama.

Mey Ling terhuyung ketika berdiri, Dia mengusap bekas air matanya dengan ujung lengan Bajunya. Ada sekitar 20 Prajurit ke

Kaisaran kini duduk beristirahat di bawah Pohon Mahoni. Mereka membuka perbekalan yang terdiri dari Dim Sum dan Roti daging.

Tentu makanan seorang Prajurit berkualitas. Mey Ling masih berdiri dan  menahan lapar, Dia menelan ludahnya saat melirik Prajurit

yang memasukkan Roti daging ke mulutnya.

"Duduk Kau bocah," perintah Prajurit pertama menyuruh Mey Ling duduk. Dengan takut-takut Mey Ling duduk disamping Prajurit utama.

"Makanlah ini," kata Prajurit utama sambil menyodorkan sepotong Roti dan air putih.

"Nanti kalau ada Sungai Kita mengambil air untuk Minum. Kudanya juga kelihatan haus,"

Ujar Prajurit ketiga.

"Aih bocah, coba ceritakan mimpimu, supaya perjalanan ini tidak sia-sia," kata Jenderal Jing menoleh kepada Mey Ling.

"Jangan Bicara kalau mulutmu penuh makanan, habiskan makananmu kemudian baru bercerita," kata Prajurit pertama.

"Ya Tuan ," sahut Mey Ling mengelap mulutnya. Setelah merasa tenang Mey Ling baru berceritera tentang mimpinya. Semua Prajurit mendengarkan dengan seksama.

"Sepertinya goa itu ada di Lembah Dewa di lereng Gunung Sarlung," kata Jenderal Jing sambil jidatnya berkerut, seperti berpikir.

"Kalau Aku merasa itu di lembah Pujian disitu terletak sungai Yang Zi yang sangat jernih airnya," sahut Prajurit pertama.

"Kita berjalan saja terus, di sepanjang lembah banyak ada Goa pertapaan para Yogi. Mungkin di salah satu Goa ada harta karun,"

sahut Prajurit kedua menimpali.

Prajurit yang lain mengangguk tanda setuju. Mey Ling cuma bisa menunduk. Rambut panjangnya awut-awutan menutupi wajahnya. Tidak ada Prajurit yang mau memperhatikan kecantikan Mey Ling, mungkin karena May Ling berpakaian lusuh dan bau tanah. Maklumlah gadis kampung.

"Mari Kita melanjutkan perjalanan lagi, sebelum Matahari condong ke Barat. Kita berusaha berjalan beriringan, karena di Hutan Bambu sering ada perompak," kata Jenderal Jing  naik ke Pelana Kuda.

Prajurit kedua mengikat semua perbekalan dan Mey Ling di Kuda Putih tersendiri. Kuda yang biasa mengangkut perbekalan.

Setelah semuanya selesai Mereka mulai lagi berjalan dengan beriringan. Hari mulai condong ke Barat ketika Mereka memasuki Hutan Bambu. Terdengar suara merdu dari batang bambu yang saling bersentuhan.

Tapi tiba-tiba lima orang bertopeng telah menghadang Mereka. Mey Ling sangat kaget,  matanya yang tadi mengantuk mendadak melotot.

"Turunkan perbekalan kalian atau mati!," kata Manusia bertopeng yang berjubah hitam.

"Apa kalian tidak tahu berhadapan dengan siapa, apa kalian sudah bosan hidup," teriak Jenderal Jing marah.

"Kami sudah tahu siapa yang lewat, makanya Kami minta perbekalan di turunkan karena Kami Rakyat jelata yang kelaparan,: ucap manusia bertopeng lagi.

"Kalian tidak sopan kepada Abdi Kekaisaran. Orang yang melawan imbalannya mati," teriak Prajurit pertama marah sambil mencabut pedangnya.

Pertarungan tidak bisa dielakan lagi, terlihat sinar pedang menyilaukan mata ketika kena

pantulan sinar Matahari. Manusia

bertopeng itu menang nekad, padahal ilmunya tidak seberapa.

Ciiaaattt....

Trang...trenggg...tranggg....

Suara pedang sedang beradu.

Prajurit Kekaisaran terus berusaha

mendesak manusia bertopeng dengan Jurus-jurus handal.

"Terimalah seranganku ....," teriak

manusia bertopeng mengayunkan

pedangnya ke tangan Prajurit.

Tentu saja serangan itu gampang di patahkan karena Prajurit bertempur dari atas Kuda.

Hiiaaattt... wusshhh....

Prajurit dengan kekuatan tenaga dalam berusaha membalas serangan manusia bertopeng dengan ganas. Pedangnya meluncur dan merobek Jubah salah satu manusia bertopeng.

"Apa Kamu masih punya nyali untuk

mempertahankan diri," kata Prajurit pertama kembali menyerang.

"Kami pantang menyerah sebelum

tujuan tercapai," sahut manusia bertopeng hampir berbarengan.

Prajurit pertama kembali beradu pedang dengan kelima manusia

bertopeng. Sungguh permainan yang tidak sehimbang.

"Enyahlah Kalian dari sini...," teriak Prajurit kedua mengayunkan pedangnya.

Kini pertempuran semakin seru, Mey Ling yang melihat semua itu menjadi ngeri dan ketakutan. Tidak terasa badannya menjadi gemetar.

"Tuan berhentilah!!" teriak Mey Ling

dengan suara nyaring.

"Tenyata Kalian juga menculik Anak

kecil. Kalian adalah antek-antek Kaisar yang durjana," kata salah

satu manusia bertopeng sambil

mengejek.

******

Di Hutan Bambu.

Bab.03

Suara pedang saling beradu. Pertempuran sengit yang terjadi

antara Prajurit Kekaisaran dan Manusia bertopeng semakin seru. Rupanya Manusia bertopeng adalah Pendekar kambuhan yang kadang-kadang muncul karena keadaan  Rakyat yang kelaparan. Biasanya Pendekar ini Ilmunya tidak begitu tinggi tapi Jiwa sosialnya yang tinggi. Mereka sengaja mencuri dari Saudagar Kaya yang sedang melintas di Hutan Bambu ini.

"Kalian menyerah atau mati," teriak Prajurit pertama dari atas Kuda mengayunkan kembali pedangnya.

"Pantang Kami menyerah dari antek-antek Kaisar," sahut Manusia bertopeng berbaju Putih menyambut ayunan Pedang Prajurit pertama.

Ciihhaaaatttt.....

Tranggg....treeenngg...traannggg...

Suara Pedang beradu membuat dada Mey ling berdebar-debar. Matanya tidak berkedip ketika Pedang Prajurit pertama hampir menebas leher Manusia bertopeng.

"Lawanlah Aku," teriak Manusia bertopeng bersamaan. Mereka mengeroyok Prajurit pertama dan

kedua, tapi Prajurit ke 3,4,5 ikut maju. Jadilah Mereka satu lawan satu.

"Hiiaaattt...terimalah jurus "Rakyat kerlaparan....," teriak Manusia bertopeng kewalahan melawan Prajurit yang sudah terlatih.

"Trimalah ini.....," teriak Prajurit kedua menusukkan pedangnya ke punggung lawan.

Dengan cepat manusia bertopeng berkelit dan mundur selangkah. Merasa kewalahan Mereka langsung memberi kode kepada temannya berupa cuitan dari mulut dan Merekapun ngacir.

Para Prajurit membiarkan  Mereka pergi, tampa ingin menghalangi. Jendral Jing lebih mementingkan perjalanan di lanjutkan supaya cepat keluar dari Hutan Bambu.

Walaupun belum begitu Sore hawa dingin dan lembab sudah menusuk badan Mereka. Semua Prajurit mempercepat lari Kudanya, tiba-tiba sesosok Perempuan telah menghadangnya. Siapa lagi kalau bukan Siluman Iblis Merah yang

biasa bergentayangan di Hutan ini.

"Hahaha....ternyata pasukan Prajurit Kaisar ikut turun tangan mencari harta karun dan menyandera seorang gadis cilik. Sungguh membuat Aku ingin bermain-main dengan Kalian," teriak Siluman Iblis Merah tertawa

nyaring. Mey Ling yang masih ketakutan melihat dengan kagum

seorang Wanita cantik berbaju merah berdiri di depan.

"Hai Iblis betina, enyah Kamu dari hadapan Kami!! Kami malas meladenimu," sahut Jenderal Jing

menghentikan Kudanya.

"Jenderal Jing turunlah Kamu dari Kudamu jangan banyak cakap, Kita beradu pedang untuk memiliki gadis cilik itu," sahut Siluman Iblis Merah sambil mengeluarkan pedangnya.

Pasukan Prajurit itu mundur ketika Jenderal Jing turun dari Kudanya. Siluman Iblis Merah menghampiri dan menyambar tubuh itu dengan kilatan pedang, seperti Burung Elang menyambar seekor Ular.

Tapi Jenderal Jing cepat berkelit dan balik menyerang lawan dengan cepat.

Treng...trang....trenggg...

Suara pedang beradu, Badan Jenderal Jing yang tinggi besar tetap lincah melawan permainan pedang Iblis Merah yang meliuk-liuk seperti Ular.

Terdengar Iblis Merah tertawa senang ketika  pedangnya menggores lengan tangan Jenderal Jing. Tentu saja Jenderal Jing marah dan mulailah dia menyerang iblis merah dengan ganas. Tubuhnya merendah bagaikan berjongkok dan pada waktu yang tepat tangannya dihantamkan ke depan, Iblis Merah berteriak dan tubuhnya terlempar ke belakang, terbanting. Tapi Iblis Merah cepat

bangun menguasai dirinya.

"Jangan puas duluJenderal...

terimalah jurus Pukulan seribu iblis!!" teriak Iblis Merah memukul menggunakan tenaga dalam.

Jenderal Jing  cepat menolak Pukulan Iblis Merah dengan jurus Telapak Dewa, terjadi benturan ketika kedua kekuatan itu bertemu.

Duuaaarrrr.....

Keduanya terjengkang dan terlihat darah segar menyembur dari mulut Mereka berdua kemudian Mereka berdua tewas.

Semua Prajurit  maju mengangkat Tubuh Jenderal Mereka dan membawa ke rerimbunan pohon Bambu dan menutupnya dengan  daun Bambu yang kering.

"Semuanya telah terjadi, Kita tidak mungkin mundur, marilah Kita melanjutkan perjalanan," Kata Prajurit pertama merasa sedih kehilangan Jenderalnya.

Melihat kejadian itu Badan Mey Ling gemetaran. Rasa takut dan ngeri membuat Dia berteriak

meronta-ronta dan menangis sambil berusaha turun dari pelana Kudanya. Prajurit Kedua lalu menamparnya supaya Dia sadar dari histerisnya. Tapi tangan kecil itu malah  mencakar dengan kedua tangannya. Akan tetapi Prajurit tidak peduli, lalu mengikat gadis cilik itu lebih kencang.

"Diam Kamu bocah, jangam membuat Aku memotong tanganmu," ancam Prajurit Kedua

kesal.

"Mari Kita cepat berangkat supaya tidak kemalaman disini," kata Prajurit Pertama naik ke Pelana Kuda.

Suara derap Kuda terdengar sangat jelas di kesunyian Hutan Bambu. Suara berisik dari daun kering yang di injak Kaki Kuda menambah kesenyapan agak berkurang.

Hawa dingin semakin bertambah, gadis cilik itu menggigil.

"Aku kedinginan Tuan....," teriak Mey Ling dengan bibir bergetar. Merasa tidak ada yang menghiraukan Mey Ling bertambah menjerit, suaranya melengking. Prajurit Kedua lalu mendekati Kuda Mey Ling dan melemparkan sebuah

selimut dari bulu Domba.

"Pakailah ini bocah cilik," kata Prajurit Kedua

"Trimakasih Tuan...," sahut Mey Ling sambil menyelimuti badannya.

"Kita harus beristirahat disini malam sudah semakin gelap, Kuda Kita pasti sudah lelah," Kata Prajurit pertama menghentikan Kudanya.

"Tapi Kita masih berada di Hutan Bambu, disini masih rawan perampokan," kata Prajurit lainnya merasa khawatir.

"Disini ada sungai untuk mandi, sekalian Kuda-kuda  diberi minum," kata Prajurit Pertama turun dari Pelana Kuda tanpa menghiraukan

kekhawatiran Prajurit yang lain.

Di dalam kegelapan Mereka berjalan mengikuti tanjakan yang mengarah ke Sungai. Belum sampai di bawah Mereka sudah melihat beberapa api unggun yang menyala. Suara orang tertawa terdengar jelas.

"Kita akan memilih area di sebelah Barat untuk beristirahat karena tempatnya sangat landai," kata Prajurit Pertama menuju ke Barat sambil menuntun Kudanya.

"Sampai di tempat yang dituju Mereka mengikat Kuda masing-masing serta menurunkan Pelana Kuda. Semua Prajurit berusaha saling bantu. Mey Ling yang sedari

tadi duduk diatas Kudanya bersedih, malam ini Dia ingat orang tuanya. Kemudian seorang Prajurit menurunkan Mey Ling dengan kasar.

"Turun Kamu bocah, Kita akan beristirahat  disini, Aku tidak mau mendengar tangismu. Jangan sampai Aku terganggu," kata Prajurit itu kepada Mey Ling.

"Baik Tuan," sahut May Ling lirih, hatinya dongkol di sandra oleh Prajurit ini. Dia menyesal kenapa dirinya mimpi harta karun.

Gara-gara mimpi itu hidupnya terpisah dengan Keluarganya. Dia yakin Keluarganya pasti sudah di bunuh. Mey Ling merasa bersalah.

"Prajurit ke 5 dan ke 6 tolong nyalakan Api unggun, tapi harus hati-hati karena banyak daun kering," kata Prajurit Kedua membagi tugas. Setelah semuanya selesai Mereka baru duduk sambil makan malam.

Mey Ling hanya makan sepotong Roti setelah itu tidur agak menjauh. Prajurit yang lain masih memuaskan dirinya dengan

Makanan dan minuman.

"Ternyata banyak juga yang bermalam disini, Aku merasa heran dengan bocah ini, badannya sangat kuat menahan dingin dan lapar," kata Prajurit Kedua melihat Mey Ling yang selimutnya sebagian dipakai alas tidur. Tubuh kecilnya meringkuk.

"Biarkan Dia begitu, daripada menangis," sahut Prajurit Pertama.

Baru mereka berusaha merebahkan badannya delapan orang Lelaki dewasa mendekati mereka. Ke delapan orang itu memberi salam kepada  semua Prajurit sambil hormat dengan mencakupkan kedua tangannya

******

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!