NovelToon NovelToon

Belenggu Cinta CEO Tampan

BAB 1 Reina Octavia

🍒 Happy Reading.. !!!🍒

Reina Octavia

Namaku Reina Octavia, usiaku 23 tahun. Aku adalah seorang gadis miskin yang berharap bisa meraih sebuah mimpi di kota besar. Namun, mimpi itu dengan sekejap sirna, seperti bangunan pasir di tepi pantai yang dibuat dengan sepenuh hati, sepenuh jiwa, dan sepenuh tenaga namun, dengan seketika bangunan itu hancur diterpa ombak dengan tidak tau dirinya.

Aku pernah bermimpi untuk menetap dan tinggal di kota Metro bersama ibu. Mimpi itu menjadi kenyataan, tapi tidak seindah yang kubayangkan. Karena aku mengalami nasib naas yang membuat aku harus terjebak di sebuah ikatan pernikahan tanpa cinta. Pernikahan yang terjadi karena atas dasar paksaan dan ancaman.

Aku harus menikah dengan seorang CEO muda dan tampan, seseorang yang telah membuat hidupku tidak berharga. Dia bernama Rayhan Adijaya berusia 27 tahun.

Rayhan adalah pria yang kejam dan tidak berperikemanusiaan. Dia akan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan tujuannya. Meskipun harus nyawa yang menjadi taruhannya.

Aku juga memiliki seorang kekasih bernama Niko Mahesa Putra, ia berusia 23 tahun. Tetapi kisah cinta kami hanyalah menjadi kenangan dan sebuah mimpi belaka. Karena semua itu tidak dapat terwujud menjadi kenyataan seperti apa yang sudah kami rencanakan.

Suatu insiden yang menimpanya, membuat kami harus berpisah untuk selama-lamanya.

Ditengah pernikahanku dengan Rayhan, datanglah seorang gadis cantik bernama Queenzy Putri Damar, ia adalah kekasih tercinta dari Rayhan Adijaya.

Tanpa adanya cinta di antara aku dan Rayhan, membuat dia berbuat semaunya. Rayhan dengan terang-terangan menikahi kekasihnya, hingga membuatku semakin transparan dan tak terlihat di matanya.

******

Beberapa Tahun Yang Lalu

Kini aku hanya tinggal bersama ibuku. Kami tinggal di sebuah kota kecil bernama kota Panca. Ayahku telah meninggalkanku semasa aku masih di dalam kandungan. Memilukan, tapi itulah kenyataan hidup yang harus aku telan dan kuhadapi bersama ibuku, ibuku bernama Asih.

Ibuku wanita yang luar biasa. Ibu telah mengandung dan merawatku seorang diri. Demi menghidupiku, ibu harus menjadi seorang Asisten Rumah Tangga (ART) di salah satu tetangga kami.

Dari situ lah timbul tekadku untuk membahagiakan ibu, apapun yang terjadi. Aku harus membahagiakan ibu, karena ibulah sumber kekuatanku.

Aku bersyukur dengan peristiwa yang dialami Ibu. Dengan begitu ada hikmah yang bisa aku ambil. Peristiwa itu menjadikan aku wanita yang tegar, kuat dan mandiri. Meskipun sesekali aku merasa rapuh dan sendiri.

Aku merupakan gadis yang ceria dan selalu menghadapi semua cobaan dengan lapang dada. Tapi, aku tidak memungkiri kalau aku juga gadis yang cengeng. Karena sebenarnya hatiku mudah sekali tersentuh.

Terkadang aku merasa sangat marah, malu dan terluka jika mengingat ayahku. Ayahku begitu tega menelantarkan aku dan juga ibuku.

Sampai suatu ketika saat aku kelas empat Sekolah Dasar(SD) ayahku pulang ke rumah. Aku bingung. Aku bertanya pada ibuku, karena sebelumnya aku tidak pernah melihat wajah ayahku sekali pun.

Ayah bersimpuh di hadapanku dan juga ibu, untuk meminta maaf karena kesalahannya. Ayah berkata jika Ia menyesal dan ingin kembali pada ibu. Entah mengapa ibu dengan mudah memaafkan ayah dan menerima ayah kembali.

Sebenarnya aku masih ragu. Mungkin ada rasa marah dihatiku, hingga aku sulit untuk menerima ayahku kembali. Namun ibu selalu meyakinkan aku, dengan berat hati aku menerima ayahku kembali.

Singkat cerita, kami bertiga tinggal bersama layaknya keluarga bahagia selama beberapa bulan.

Namun, keharmonisan itu kembali sirna. Kebahagiaan yang mulai kurasakan beberapa saat ini harus hilang begitu saja. Karena lagi-lagi ayah meninggalkanku dan ibu demi kesenangannya sendiri.

“Kenapa kamu begitu tega, Mas?!” tanya ibu dengan raut wajah kekecewaan.

Beginilah ungkapan hati ibu.

“Setelah bertahun-tahun kamu meninggalkanku dalam keadaan hamil besar, apa kamu tidak bisa sedikit saja melihat perjuanganku untuk melahirkan dan merawat anak kita?!”

“Sekarang aku dan Reina bersedia membuka hati kembali untuk kamu, ini balasan kamu untuk kami? Kejam kamu, Mas, KEJAM!!” pekik ibu lagi.

Ibu berteriak pada ayah dengan luapan emosi dan amarah. Kini ibu menangis sejadi-jadinya.

“Aku tidak peduli!! Kamu urus anak itu sendiri.

Aku sudah muak harus berpura-pura menyayanginya!!” jawab ayah tak mau kalah.

DEG!

Jantungku ikut berdetak hebat saat ayah melontarkan sebuah kalimat yang mampu menamparku untuk segera tersadar dari mimpi indah.

Ayah menjawab dengan rasa tak berdosanya sambil memasukkan baju ke dalam tasnya, lalu beranjak pergi meninggalkan rumah kami.

“Ternyata usia tidak mempengaruhi sikapmu, Mas. Kamu masih saja egois seperti dulu. Aku sangat menyesal telah menerimamu kembali!!” teriak ibu.

Ibu kembali berteriak dengan tangisan yang semakin pecah. Ibu menatap kepergian ayah untuk yang kedua kalinya dengan orang yang sama.

Ternyata tujuan ayah kembali untuk mengambil sertifikat rumah ini. Tetapi, ibu tidak mengizinkannya.

Bagaimana tidak?

Inilah satu-satunya peninggalan nenek dan kakek yang harus ibu jaga, apapun risikonya.

Ayah berusaha mendekati dan merayuku agar ibu luluh hatinya. Kemudian memberikan sertifikat rumah ini kepadanya.

Aku yang mendengar pertengkaran tersebut hanya menangis tanpa ingin menahan kepergian ayah.

Serta terus berpikir aku anak ini kandungnya, tapi mengapa ayah harus berpura-pura menyayangiku.

Semenjijikkan itukah aku??

Sampai ayahku saja tidak mau menyayangiku.

Aku masih meratapi nasibku dengan menangis.

Aku merasa hancur, sedih, marah dan terluka hingga merasakan trauma yang begitu mendalam. Kalau saja aku tidak bertemu dengannya, mungkin sakit ini tidak akan terjadi, untuk yang kedua kalinya.

Seketika aku teringat dengan ibuku. Ibu pasti merasakan kesakitan yang lebih mendalam di bandingkan aku. Karena ibu berharap banyak terhadap ayah, kalau ayah akan berubah. Tapi kenyataannya tidak. Ibu memelukku sambil menangis sejadi-jadinya.

“Ibu minta maaf, Sayang, karena ibu masih mempercayai ayahmu hingga membuatmu terluka lagi seperti ini. Kalau saja ibu bisa menahan ego ibu, mungkin saja semua ini tidak akan pernah terjadi,” ucap ibu, masih dalam keadaan menangis.

Aku memeluk ibuku dengan erat, berharap bisa memberikan sedikit kekuatan untuknya. Karena aku tau ibu pasti berat melewati ini semua. Apalagi ayah pergi tidak hanya pergi begitu saja, melainkan juga meninggalkan banyak hutang di tetangga kami.

“Ibu ... Ibu yang kuat, ya? Kita pasti bisa melewati ini semua. Reina janji, meskipun tanpa ayah, Reina akan bisa membahagiakan ibu,” ucapku polos dengan air mata yang terus mengalir.

Ibu menatapku dengan senyum terpaksa, air mata pun masih mengalir di pipinya. Aku mengusapnya lalu mencium pipi kanan dan kirinya bergantian .

“Kamu adalah sumber kekuatan ibu, Nak. Ibu pasti bisa melewati ini semua. Asal Reina selalu di samping ibu,” urai ibu penuh harap.

Kami menangis sambil berpelukan. Saling menguatkan satu sama lain. Berharap ada celah kebahagiaan yang menanti kami ke depannya.

Setelah kejadian itu, kami memutuskan untuk melupakan itu semua, serta menjalani hari - hari dengan ketegaran hati yang kami punya.

Ibu melanjutkan pekerjaannya sebagai Asisten Rumah Tangga(ART) di tetangga kami. Berangkat pagi pulang sore.

Aku juga membantu ibu menjual gorengan ketika ke sekolah, dan menitipkannya di kantin sekolah. Gorengan itu bukan punya ibuku, melainkan milik majikan ibuku dan akan memberiku upah sebagai gantinya.

Beberapa tahun telah berlalu. Kini aku telah menyelesaikan sekolahku. Hanya saja masih menunggu pengumuman kelulusan itu tiba.

Hutang yang di tinggalkan ayahku pun sudah mampu kami bayar meskipun dengan keringat dan air mata. Kami makan dengan lauk seadanya. Nasi lauk ayam saja sudah merupakan makanan mewah bagi kami. Apapun dengan keadaan yang kami alami, kami selalu bersyukur. Dan yang paling penting, kami masih mempunyai tempat tinggal yang layak untuk kami tempati.

Rumah ini peninggalan dari nenek dan kakekku. Ibuku merupakan anak tunggal, jadi, rumah ini di wariskan kepada ibuku. Hanya rumah ini harta kami yang paling berharga.

Meskipun tidak besar. Tetapi karena kami rajin merawatnya setiap hari, rumah ini terasa asri dan nyaman untuk di tinggali. Kenyamanan ini lebih dari apa pun, dan kami sangat bersyukur akan itu.

Bersambung!!!

(Reina Octavia dan Rayhan Adijaya)

*

*

*

*

Terimakasih masih selalu setia!! 🌹🌹

Author sangat berterimakasih pada Readers semua. 😊

Salam hangat dariku Zevira Kayla 🌷🌷

BAB 2 Pengumuman Kelulusan

🌹Happy Reading..!!! 🌹

Beberapa Tahun Kemudian

Setelah beberapa tahun menjalani hari dengan buliran air mata yang setia menemani, kini tiba saatnya status ku sebagai pelajar Sekolah Menengah Atas (SMA) akan berakhir.

Hari ini adalah hari pengumuman kelulusan di sekolahku. Meskipun kami hidup dengan penuh kesulitan, tetapi ibu selalu mengutamakan pendidikan.

Dengan sekuat tenaga, ibu menyekolahkan ku hingga jenjang SMA. Karena menurut ibu, jika hanya lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP) untuk mencari pekerjaan di era sekarang sangatlah susah. Walaupun tidak menjamin kalau lulus SMA bisa lebih mudah mendapat pekerjaan, hanya saja masih ada sedikit harapan.

Ibu tidak ingin aku menjadi Asisten Rumah Tangga (ART) seperti dirinya. Cukup ibu yang merasakan. Ia tidak ingin anaknya ikut merasakan juga. Semua orang tua pasti ingin melihat anaknya sukses, meskipun tidak menjadi konglomerat. Tapi, setidaknya mempunyai penghasilan yang tetap saja sudah membuatnya bangga.

Ibu sangat tidak ingin aku menjadi Asisten Rumah Tangga. Karena menurutnya, pekerjaan ini sangatlah berat dan sangat menguras tenaga.

Tapi menurutku, menjadi Asisten Rumah Tangga (ART) pun tidak masalah bagiku. Karena itu merupakan pekerjaan yang mulia. Bisa membantu meringankan pekerjaan orang lain, dan juga bisa dijadikan media untuk menjadi ibu rumah tangga yang baik, saat sudah berumah tangga nanti.

Saat berbicara tentang rumah tangga, seketika itu membuatku tersadar. Aku teringat dengan perlakuan ayah terhadap ibu. Saat mengingatnya kembali, membuatku enggan untuk berumah tangga.

Mungkin peristiwa itu akan mengakibatkan trauma mendalam di hati dan pikiranku. Saat aku mengingatnya, maka aku akan merasa ketakutan. Peristiwa itu membuat aku menjadi gadis yang selalu menutup hati, untuk setiap laki-laki yang mencoba mendekati.

Rasa sakit hati yang aku rasakan sangat meninggalkan luka yang teramat dalam, hingga membuatku trauma yang berkelanjutan.

🍃🍃🍃🍃🍃🍃

SMA Negeri 1 Panca

Kami sedang harap-harap cemas saat akan membuka amplop yang sekarang ada ditangan kami. Rasanya aku sudah tidak sabar untuk segera merobeknya.

Sesuai dengan arahan ibu Nilam, wali kelas kami, perlahan tapi pasti kami mulai membukanya.

"YEEE!!! LULUS! LULUS! LULUS!”

Riuh suara sorak-sorai semua siswa - siswi di dalam kelas setelah membuka amplop.

Ruangan yang awalnya hening dan tenang, kini menjadi gaduh dan ramai tidak karuan. Bahkan ada siswa yang bertingkah aneh karena mengekspresikan kebahagiaannya.

Kami saling berpelukan dengan tangis haru namun memancarkan kebahagiaan. Aku berpelukan dengan Naya, dia adalah sahabatku. Sedikit banyak dia tau tentang kisah pilu dalam hidupku. Aku sangat bersyukur memiliki sahabat seperti Naya, meskipun dia anak orang kaya, tetapi dia tidak membedakan statusku yang hanya rakyat jelata(orang miskin). Kami bersahabat baik selama ini, kami harap persahabatan ini berlanjut hingga kami menua nanti.

“Anak-anak! Tolong, dengarkan ibu sebentar!!” teriak bu Nilam dengan tegas.

“Ibu ingin memberitahukan kepada kalian semua untuk tidak melakukan konvoi di jalan raya!” ucapnya lagi.

"Yah, enggak seru dong, Bu!" sahut seorang siswa.

Bu Nilam mendelik, Kemudian menjelaskan alasannya

"Pertama, tidak ada manfaatnya. Selain hanya mengganggu pengguna jalan lain, kalian hanya membuat macet saja, dan ibu tidak mau terjadi hal - hal yang tidak diinginkan!"

"Kedua, seragam ini tidak boleh di coret-coret. Lebih baik kalian berikan kepada orang yang lebih membutuhkan, itu akan mendatangkan pahala buat kalian!"

"Dan yang terakhir, untuk nama yang ibu sebutkan, bisa mengikuti ibu ke kantor. Keisya, Daffa, Niko, Naya dan Reina. Kalian berlima ikut ibu ke ruang guru, ada hal yang ingin ibu bicarakan sama kalian.” ucap bu Nilam.

“Ada apa ya, Bu?” tanya Niko dengan mengangkat tangannya ke atas.

“Sudah, ikut saja. Nanti kalian juga tau!” jawab Bu Nilam.

“Untuk anak-anak yang lain, selamat ibu ucapkan untuk kelulusan kalian. Pulanglah hati-hati, bawa kabar gembira ini untuk orang tua kalian,” terang Bu Nilam.

“Assalamu'alaikum warrahmatullahi wabarrakatuh.” ucap bu Nilam, lalu keluar ruangan meninggalkan kelas kami.

“Baik, Bu. Wa'alaikumsalam warrahmatullahi wabarrakatuh,” jawab kami serempak.

Kemudian kami berlima mengikuti langkah bu Nilam menuju arah ruang guru.

*********

Ruang Guru

Sesampainya di ruang guru, bu Nilam seakan-akan menginterogasi kami. Kami berlima duduk di sebuah sofa dengan menghadap bu Nilam yang sedang duduk di kursi yang berada di depan kami.

“Kalian tau, kenapa ibu panggil kalian ke sini?” tanya bu Nilam sambil memberikan secarik kertas kepada Daffa.

“Tidak, Bu.” jawab kami dengan melihat kertas yang bu Nilam kasih secara bergantian.

Bu Nilam berkata. "Selamat !! Kalian berlima adalah lulusan terbaik tahun ini. Terkhusus kamu Reina, bahkan nilai kamu masuk sepuluh besar di kota ini. Kamu tau, 'kan? Sekolah ini hanya sekolah pinggiran, bahkan di sekolah elite saja belum tentu mendapatkan di posisi kamu. Ini adalah rekor baru untuk sekolah kita tahun ini," tutur bu Nilam.

Bu Nilam sangat bangga mengatakannya. Aku masih menganga tidak percaya. Memang akademik ku tidak terlalu buruk selama ini. Dan aku juga selalu berprestasi sedari aku sekolah dasar. Tapi aku tidak menyangka dengan semua ini, ini terlalu mengejutkan bagiku.

“Hei, Rein .. tutup mulutmu! Tersedak nyamuk tau rasa kamu! hahaha,” goda Daffa sambil tertawa mengejekku.

Membuat semua orang di ruangan tersebut menertawakan ku.

Aku mengalihkan perhatian mereka dengan bertanya kepada bu Nilam.

"Ibu Nilam yakin? Tidak salah nama 'kan, Bu? Ini seperti mimpi bagi saya, Bu,.” ungkapku.

“Tidak, Reina. Kamu memang siswi yang cerdas. Ibu sudah bisa menilai itu sejak kamu masuk ke sekolah ini. Ternyata benar dugaan ibu, kamu dan teman-temanmu membanggakan sekolah ini. Ibu bangga pada kalian!! jawab bu Nilam masih dengan senyum indahnya.

“Saya masih tidak percaya, Bu. Ini sangat mengejutkan buat saya,” lontar ku lagi.

“Niko ... coba kamu cubit pipi Reina. Jika dia masih berpikir kalau ini mimpi untuknya!” suruh bu Nilam pada Niko.

Niko hanya tersenyum menatapku, begitupun dengan aku.

Niko adalah orang yang membuatku terlindungi selama ini. Wajahnya yang tampan, sikapnya yang dewasa membuatku merasa nyaman berada di dekatnya. Aku tidak menyukainya, hanya saja aku sedikit tertarik padanya.

Bu Nilam kembali menjelaskan tujuannya memanggil kami ke mari. Bu Nilam berkata. "Sebagai apresiasi atas jerih payah kalian, yayasan telah memberikan beasiswa kepada kalian berlima!"

Pernyataan bu Nilam seakan membawa angin segar yang memberikan hawa dingin di tengah padang pasir yang tandus.

“Tapi kalian tau 'kan, di sini tidak ada Universitas. Jadi, kalian harus ke kota Metro untuk melanjutkan pendidikan kalian,” ucap by Nilam.

“Silakan, kalian pilih Universitas yang ingin kalian masuki. Setelah itu kalian bisa mengikuti tesnya. Masuk tidaknya kalian di Universitas tersebut, tergantung kalian sendiri. Manfaatkan peluang ini sebaik-baiknya. Sekolah hanya media, semoga kalian bisa mendapatkannya. Sukses untuk kalian semua!” ujar by Nilam.

“Serius, Bu??” tanya kami lagi masih tidak percaya.

“Ah, kalian ini. Sudah besar tapi harus memperjelas berkali-kali,” jawab Bu Nilam mulai kesal.

“Iya, iya Ibu Nilam yang cantik, terimakasih, ya,.” ucapku, Keisya dan Naya kemudian memeluk bu Nilam, diikuti oleh Daffa dan Niko yang juga ikut memeluk kami dari belakang belakang.

“Iya, sama-sama. Kalian ini, ya? Sudah besar masih saja manja!!” ejek bu Nilam.

“Persiapkan diri kalian. Mulai nanti malam kalian bisa memulai memilih Universitas yang menurut kalian bagus. Lusa ibu dan orang utusan yayasan akan mengantar kalian untuk mencari, dan mendaftarkan kalian ke Universitas. Apa kalian sudah paham?” tanya bu Nilam.

“Paham, Bu. Terima kasih banyak. Kami sangat berterimakasih atas semua jasa Bu Nilam. Semoga Ibu selalu diberi kesehatan dan umur yang panjang, serta kebahagiaan yang tiada hentinya. Kami tidak bisa membalas ini semua, Bu. Tuhan yang akan membalas semuanya.” Aku mengungkapkan untuk mewakili teman-temanku. Kemudian memeluk bu Nilam lagi.

“Sudah, kalian jangan berlebihan. Tunjukkan saja pada kami (Ibu Nilam dan semua guru serta jajaran yayasan) dengan kesuksesan kalian. Itu sudah kebahagiaan tiada tara bagi kami, karena bisa mengantarkan anak muridnya ke gerbang kesuksesan,” jawab bu Nilam.

“Pulanglah!! Sudah saatnya kalian memberikan kabar yang luar biasa ini kepada ibu bapak kalian. Agar mereka merasa bangga memiliki anak-anak yang hebat seperti kalian,” ungkap Bu Nilam lagi.

“Baiklah, Bu. Kalau begitu, kami pamit pulang dulu, Bu. Sekali lagi terima kasih banyak,” jawab kami.

Kami pun berpamitan dengan mencium tangannya. bergantian.

“Assalamu'alaikum?” kami berlima mengucapkan salam.

“Wa'alaikumsalam. Iya, kalian hati-hati di jalan.” ucap Bu Nilam dengan mata berkaca-kaca.

Ini memang pertama kalinya sekolah ini memberikan beasiswa kepada siswa - siswinya.

Sebagai bentuk apresiasi, karena telah membanggakannya. Sebagai ucapan terimakasih, yayasan memberikan beasiswa ini.

Kami telah mampu membawa nama baik sekolah ini. Bahkan sekolah kami sekarang juga lebih menonjol, karena kami rajin mengikuti berbagai perlombaan yang diadakan oleh pemerintah daerah untuk melawan sekolah lain.

Sekolah ini sekolah yang terbilang jauh dari kata mewah. Fasilitasnya pun belum banyak seperti sekolah lainnya, namun, dengan murid yang luar biasa dapat membawa nama baik sekolah, dan membawa pengaruh baik kepada sekolah ini.

Hingga sekarang banyak donatur yang ikut menyumbang untuk memberikan fasilitas ke sekolah ini.

*

*

*

*

Terimakasih masih selalu setia !!🌹🌹

Author sangat berterimakasih pada Readers semua. 😊 🌷🌷

BAB 3 Kabar Untuk Ibu

🌺Happy Reading...!! 🌺

(Masih dibeberapa tahun yang lalu ya, saat Reina masih remaja.)

Di Rumah

Aku pulang ke rumah dengan perasaan sukacita. Bahagia, itulah ungkapan hati yang saat ini ku rasakan.

Aku langsung membuka pintu dan mencari keberadaan ibu. Setelah bertemu, kami langsung bercengkerama dengan asyiknya.

“Assalamu'alaikum ibu!!” panggilku.

“Wa'alaikum salam. Eh, Reina sudah pulang.” jawab ibu.

“Iya bu, ibu lagi apa?” tanyaku.

“Mumpung ibu libur, ibu buatkan pisang goreng buat kamu.” balas ibu.

Saat ini ibu libur kerja. Karena tadi pagi sekali, ibu mual dan muntah. Akhirnya aku menyuruh ibu untuk istirahat dulu di rumah.

“Ibu, Ibu kok repot-repot. Ibu kan masih sakit, harusnya ibu istirahat. Reina tidak mau sampai ibu kenapa - kenapa lagi.” ucapku khawatir.

Dengan tenang dan lembut ibu berkata,

“Ibu tidak apa-apa sayang. Ibu hanya masuk angin biasa, dan sekarang sudah lebih baik kok.” ucap ibu sambil mengusap-usap kepalaku.

Sentuhan ibu membuatku merasa nyaman, kasih sayang ibu memang tidak tergantikan. Selalu membuat hati tenang dan merasa aman.

“Tapi tetap saja ibu itu harus istirahat. Tidak boleh capek - capek dulu.” kataku membantah.

“Iya iya sayang. Kamu itu bawel sekali mirip banget sama nenek kamu. Nenek kamu itu cerewet banget kalau soal kesehatan, tapi sayang beliau tidak berumur panjang, karena peristiwa kecelakaan itu.” ucap ibu dengan mata berkaca - kaca.

Nenek meninggal karena kecelakaan beruntun, yang mengakibatkan lima korban meninggal dan nenek ku salah satunya. Kecelakaan itu terjadi saat nenek pergi ke tempat saudaranya yang berada di seberang kota.

Jalan menuju tempat tersebut sangat curam dengan tanjakan yang mengerikan, kebetulan nenek ke sana berangkat sendiri dengan mengendarai bis, saat itu kakek tidak bisa menemani ,karena suatu urusan yang tidak bisa ditinggalkan.

Kabar kecelakaan nenek sangat mempengaruhi jiwa dan emosi kakek. Setelah kepergian nenek, kakek sering sakit-sakit an. Selang sebulan dari kejadian itu, kakek menghembuskan nafas terakhirnya, menyusul nenek ke surga.

Semoga kakek dan nenek tenang disana.

Aku melihat ada kesedihan yang mendalam dimata ibu. Bagaimana tidak? Ibu harus kehilangan orang tercintanya dalam waktu yang berdekatan.

Sangat tidak mudah hidup sebagai yatim - piatu. Terkadang ada saja yang menjahilinya. Seperti aku, meskipun aku masih mempunyai ibu, tapi orang yang iri denganku selalu saja menghinaku dan mencari kesalahanku.

Aku menarik nafasku dalam-dalam.

“Ibu, sudah ya. Nenek dan Kakek sudah tenang disana, mereka sudah bahagia. Buktinya mereka tidak kembali lagi ke sini kan? Jadi, mereka pasti sudah bersama.” ucapku dengan senyum yang ku paksakan.

Aku mencoba mengalihkan dengan segala hal, agar ibu bisa melupakan kejadian itu. Walaupun sulit. Apalagi semenjak kepergian nenek dan kakek, ibu menjadi anak yang sebatang kara, hingga tetangga ada yang berbaik hati merawat ibu hingga sekarang, beliau adalah majikan ibu(Pak Bambang dan Bu Ida).

“Iya sayang!! ” jawab ibu. Kemudian ibu memeluk ku.

“Oiya ibu, Reina punya kabar gembira buat ibu.” Aku mengucapkannya dengan sangat antusias.

“Benarkah? Apa itu sayang, cepat katakan!!” Ucap ibu dengan tidak sabarnya.

Dengan bangga aku mengucapkannya pada ibu.

“Ibu, Reina sudah lulus dong!!! Dan Reina berhasil mendapatkan nilai yang cukup memuaskan!! Karena nilai Reina masuk sepuluh besar dikota ini. Ibu tau apa yang lebih membahagiakan?” tanyaku, kian membuat ibu sukses penasaran.

Aku sangat antusias ingin rasanya aku berteriak sekencang-kencangnya karena saking bahagianya.

“Apa sayang?” tanya ibu tidak sabar.

Tetapi dengan air mata yang mulai mengalir, ibu menangis karena terharu.

“Reina mendapatkan beasiswa Bu, dan lusa Bu Nilam akan mengantar Reina dan rombongan berangkat ke kota Metro, untuk mendaftar ke Universitas.” ucapku dengan senyum penuh kebahagiaan.

Ibu menunduk kemudian menangis tersedu-sedu. Aku bingung.

“Ibu kenapa? Ada apa?” tanyaku.

Aku kaget dan bingung kenapa ibu tiba-tiba menangis.

“Sayang, Ibu bangga sekali sama kamu. Ibu sangat beruntung memiliki putri seperti kamu. Dan Ibu sangat bahagia sayang.” jawab ibu.

“Lalu kenapa ibu menangis?” tanyaku.

Ibu masih menangis, aku semakin bingung. Sebenarnya apa yang ibu pikirkan?

“Kamu mendapatkan beasiswa, dan akan melanjutkan kuliahmu dikota. Itu berarti, kamu akan meninggalkan ibu sendiri nak. Dan disana itu kota besar, siapa yang akan menjaga kamu disana?” ungkap ibu.

Dengan luapan perasaan, ibu mencoba untuk mengutarakannya.

“Ibu tenang saja ya, Reina disana bersama teman-teman yang lain juga kok bu. Reina bersama Naya juga, jadi Ibu tidak perlu khawatir!” jawabku.

Tapi, untuk ibu yang tinggal sendiri, Reina akan memikirkannya lagi bu. Jika memang ibu keberatan, Reina tidak akan berangkat. Reina akan menemani ibu disini.” jawabku sambil memegang tangan ibu.

“Tidak Rein, Ibu tidak apa-apa disini sendiri . Hanya saja ibu belum terbiasa jika harus berpisah sama kamu. Kesempatan itu tidak akan datang dua kali sayang, manfaatkanlah sebaik-baiknya.” seloroh ibu.

“Doa ibu semoga kamu senantiasa dalam lindungan Allah, jaga dirimu baik-baik.” ucap ibu lagi.

“Ibu mengizinkan Reina?” tanyaku.

Aku kembali bertanya dan memastikan dengan keputusan ibu, apapun yang ibu bilang aku akan mencoba menerimanya.

“ Tentu sayang, kejarlah cita-citamu. Ibu akan terus mendoakanmu.” jawab ibu.

Seketika perasaanku terasa lega. Senang? sudah pasti iya. Aku berhambur kesekian kalinya untuk memeluk ibu.

“Terimakasih Ibu. Reina janji, setelah Reina sukses nanti, Reina akan membahagiakan ibu, dan akan mengajak ibu kemana pun ibu mau.” ucapku dengan senyum kebahagiaan.

Aku kembali memeluk ibu, dan mencium nya dengan gemas. Aku sangat berterimakasih karena ibu telah mengizinkanku.

“Iya nak, sudah ganti baju dulu sana! Setelah itu kita makan pisang gorengnya mumpung masih hangat.” suruh ibu.

“Siap bu!! Reina ke kamar dulu sebentar.” ucapku, sambil berjalan meninggalkan ibu.

Setelah berganti baju, aku menyusul ibu kembali. Namun kali ini di ruang tengah, ibu telah menyiapkan pisang goreng itu di depan televisi, agar kami bisa menikmatinya sambil menonton televisi.

“Em, Enak banget pisang gorengnya bu. Bakal kangen terus nih sama masakan Ibu, yang super enak.” ucapku sambil memakan pisang goreng buatan ibu.

“Bisa saja kamu Rein. Jangan membuat ibu terbang melayang ya!!” balas ibu dengan santainya.

“ibu jago bercanda juga ya?” tanyaku sambil menggoda ibu.

“Sudah, sudah. Setelah makan jangan lupa dicuci piringnya, setelah itu sholat, lalu tidur siang. Kamu pasti capek butuh istirahat. Kamu harus banyak-banyak belajar agar bisa lolos ke Universitas yang kamu inginkan.” perintah ibu sambil meninggalkanku sendiri dan beranjak pergi menuju kamarnya.

“Siap nyonya!! Akan hamba laksanakan.” jawabku kemudian diikuti dengan tawa ibuku.

🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂

DIKAMAR

Setelah menyelesaikan tugasku, aku merebahkan tubuhku di ranjang. Sangat nyaman itulah yang ku rasakan.

Kemudian aku mengambil tas ku, dan mengambil beberapa brosur tentang Universitas yang baik dikota Metro. Karena memang sebelum kelulusan, pihak dari Universitas banyak yang sudah mempromosikannya, dan memberikan kami brosur serta gambaran di Universitas tersebut. Dan tentu saja aku menyimpannya, meskipun ibu tidak mengetahuinya.

Karena memang awalnya, aku ingin sekali melanjutkan pendidikan ku. Tapi, aku sadar betul dengan ekonomi keluargaku.

Akhirnya aku hanya mengurungkan niatku, dan tetap menyimpan brosur itu. Mungkin saja akan berguna suatu saat nanti. Ketika aku sudah punya rezeki.

Namun ternyata Tuhan lebih baik dari apa yang aku pikirkan. Tuhan memberikan apa yang aku inginkan dengan caraNya.

Tentu saja aku akan memanfaatkannya dengan sebaik mungkin. Meskipun berat harus meninggalkan ibu sendiri disini. Tapi ini untuk masa depan kita yang lebih baik, Reina akan berjuang keras untuk Ibu, semua ini demi Ibu. Reina sayang sama Ibu.

🍀

🍀

🍀

🍀

Terimakasih masih selalu setia !!🌹🌹

Author sangat berterimakasih pada Readers semua. 😊

Salam hangat dariku Zevira Kayla 🌷🌷

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!