NovelToon NovelToon

Cintaku Tak Seindah Novel

AKU SI ANAK DESA

"Ryani, tolong jaga rumah, jangan lupa kasih makan sapinya juga!" Ucap ayah dan ibu ketika pergi ke sawah.

"Iya Pak."

.

.

Itulah kehidupanku yang sebenarnya. Jauh dari kemewahan dan sangat sederhana. Bahkan untuk membeli buku sekolah pun aku tak sanggup.

Kenalkan, aku Ryani Putri Azzahra, anak dari keluarga sederhana pasangan Pak Syailendra Abiyasa dan Ibu Raisa.

Aku anak pertama dari pernikahan ibu dan ayahku, sekaligus anak kelima dari ayah. Karena ayahku telah menikah 3 kali dan ibuku merupakan istri ketiga dari ayah.

...***...

...Ryani Putri Azzahra kecil...

Saat aku menempuh sekolah dasar, aku hanya tinggal dengan ayah, ibu dan kakak laki-lakiku. Kakakku yang lain sudah pergi merantau untuk mengais rezeki di kota besar.

Sejak kecil, aku hidup dengan limpahan kasih sayang dari ibuku. Sedang ayahku tidak terlalu menganggap aku ada.

Meski aku punya saudara tiri yang memperlakukanku dengan baik, tetapi tetap ada sedikit perbedaan yang aku rasakan dari mereka. Mungkin karena kami jarang bertemu.

Aku tinggal didesa, dan jauh dari perkotaan. Setiap hari kedua orangtuaku mengais rezeki di ladang dan sawah. Aku bahkan sudah terbiasa hidup susah, hampir setiap hari aku merawat dan memberi makan ternak juga membersihkan rumah sedari kecil.

Ryani kecil adalah anak tomboy, jangan ditanya lagi, semua itu berkat campur tangan kakak laki-lakiku, namanya Kak Rega, seorang mafia yang paling disegani di desaku.

Bagaimana tidak disebut mafia? dia selalu terlibat perkelahian setiap minggu. Meskipun wajahnya ganteng, tapi ia hobby berkelahi.

Tapi dia punya sisi baik, ia tak pernah segan untuk melindungi teman-temannya maupun orang-orang yang membutuhkan bantuannya, meskipun dengan sedikit kekerasan.

Namun kekerasan ia gunakan hanya untuk mengatur orang-orang yang berbuat salah atau membela orang yang lemah.

Satu lagi kekurangannya yaitu dia paling tidak suka diatur dan tidak hormat pada ayah.

Ryani kecil tumbuh apa adanya. Meskipun tumbuh menjadi anak yang tomboy, dia tak pernah segan untuk membantu kedua orangtuanya.

Kebiasaan Ryani kecil, ia suka pakai celana super pendek dan kaos ombrong (tidak sempit tidak juga kebesaran), dan parahnya lagi dia jarang sekali pakai rok, kecuali kalau sekolah, ia akan tetap pakai rok.

Rambutnya sedikit ikal dibagian bawah, kalo orang nyebutnya rol gantung, tubuhnya mungil dan dia juga anak yang sangat aktif.

Hidup berempat bersama ayah, ibu dan Kak Rega membuatku bahagia, tetapi terasa dikekang juga, karena banyak sekali peraturan yang membebaninya karena ia anak perempuan satu-satunya di rumah itu.

Sehingga jika ayah dan ibu belum pulang, ia dan kakaknya akan kerja sama untuk mengurus pekerjaan rumah tangga.

Tubuhnya yang kecil hanya mampu untuk menyapu dan memasak. Terkadang aku juga memanaskan air untuk keperluan mandi ayah dan ibu sepulang kerja. Sedangkan Kak Rega akan mengurus memberi makan sapi dan menyapu halaman rumah.

Dari kecil ia berusaha untuk berhemat dalam hal apapun, bahkan untuk membeli buku pelajaran ia harus berbohong. Dari uang jajan yang telah ia tabung, ia gunakan untuk membeli buku yang ia perlukan untuk menunjang sekolahnya.

Bahkan tak jarang Ryani kecil diikutkan gurunya untuk mengikuti lomba ajang sekolah. Meski tidak jadi juara di provinsi tetapi setidaknya sudah mengharumkan nama sekolah sampai tingkat kabupaten.

Dari kecil ia sudah bertekad untuk belajar dengan rajin, agar ia bisa mendapatkan beasiswa, dan tidak terlalu membebani kedua orang tuanya yang bekerja sebagai buruh tani.

.

.

Apalagi dari dulu Kak Rega pernah mengatakan, "Untuk apa anak perempuan sekolah tinggi-tinggi kalo ujung-ujungnya hanya di dapur dan menikah."

.

.

Perkataan Kak Rega yang begitu sepele nyatanya sampai sekarang masih membekas dalam ingatanku. Sehingga hal itu membuatnya tersadar bahwa menjadi seorang wanita itu harus mandiri baik secara fisik maupun finansial agar suatu saat ia tidak menjadi bahan olok-olokan dari orang lain.

Alhamdulillah di sekolah ia cukup berprestasi. Meski bukan peraih ranking satu dan hanya mendapat peringkat no tiga, tetapi cukup untuk memenuhi syarat agar setiap tahun ia mendapatkan beasiswa dari sekolah. Hal itu tentunya akan membuat bangga kedua orangtuanya.

Tentu ia tidak tumbuh seperti kebanyakan anak perempuan seusianya yang bermain boneka barbie, kesehariannya hanya bermain dengan peralatan dapur dan sesekali melihat TV, itu pun kalau diijinkan untuk numpang di rumah tetangganya.

Sungguh hidupnya bukan seperti orang kebanyakan tapi ia tak pernah mengeluh, meskipun kadang ia harus menutup kuping, saat tetangganya memaki dan tak sengaja orangtuanya mendengarkannya.

.

.

"Kalau mau nonton TV tu biasa aja ekspresinya! jangan kaya orang 'ga punya TV sampe TV nya dipelototin!" kata Kak Damar siang itu.

"Iya kak maaf" ucapku.

Tentunya karena mendapatkan omongan yang tidak enak, Ryani akan langsung pulang ke rumah dan tidak jadi nonton TV disana.

Dan dari saat itulah kedua orangtuanya membelikan TV di rumah, jadi ia tidak perlu menumpang lagi ke tetangganya, meskipun tidak mewah tetapi ia sangat bersyukur.

Kak Damar ini anak laki-laki tetangga Ryani yang orangnya memang cenderung agak sensian dan suka marah-marah tidak jelas. Sialnya, ia hanya sungkan dan tunduk dengan Kak Rega saja, sedangkan dengan Ryani ia bersikap ketus.

Tentu saja karena dia masih kalah keren sama Kak Rega, dan statusnya hanya wakil ketua pemuda saja di desaku. Sedangkan Kak Rega memang selalu menduduki ketua pemuda untuk beberapa tahun terahir ini.

Lagi pula untuk masalah wajah dan penampilan masih keren Kak Rega dong! Meskipun dia enggak pakai pakaian mahal, tetapi aura pemimpin dan ketampanan Kak Rega tidak bisa dipungkiri lagi.

Sedangkan Kak Damar itu sebenarnya adalah kakak kandung Kak Risti. Kak Risti itu temen dan sahabat Ryani sejak kecil, meskipun rentang jarak usianya lebih tua dia tiga tahun.

Karena Ryani sudah dianggap adik olehnya, makanya dia boleh menumpang nonton TV di rumahnya. Bahkan Ryani juga sering diajak kemana-mana sama Kak Risti, dan ia pun sudah anggap Ryani sebagai kakak perempuannya.

Meski Ryani tomboy dan dekil, ia masih mempunyai tiga sahabat cewek lo. Namanya Dewi, Septi, dan Puput. Mereka sudah bersahabat sejak kecil. Selain karena rumah mereka memang dekat, mereka juga mengaji di tempat yang sama.

Anehnya lagi kita punya gebetan yang sama namanya Wahyu. Menurutnya saat itu dia termasuk cowok paling tampan yang pernah mereka temui di sekolah. Maka dari itu mereka menjadi menyukainya.

Tetapi ada hal yang berbeda dengan Dewi, saat mereka pindah guru mengaji, ada seorang guru mengaji yang ia taksir, ya sekitaran selisih usianya lima sampai delapan tahun diatas mereka.

Aneh sekali kan seleranya, sukanya ama yang lebih tuir, wkwkkwkwk ....

Tetapi meski punya gebetan yang sama, ia juga tak berharap lebih karena ia tau Kak Rega pasti akan melarangnya.

"Huft ... nikmati aja Ryani, sebentar lagi kalo uda SMA pasti boleh pacaran,asyikkk ..." batinnya.

Tapi kemana-mana mereka selalu kompak kuy! Pernah suatu ketika jam istirahat tiba, ia dan teman-teman bermain di halaman sekolah. Tak sengaja Puput menarik bajunya dan naasnya lagi baju Ryani sobek di tempat.

"Ryani ... maaf aku gak sengaja tadi, sampai bajumu sobek gitu ... " ucap Puput yang langsung meminta maaf padanya.

"Ya gak apa-apa Put ... " ucapnya.

"Sorry gue pulang dulu sebelum bel masuk keburu bunyi 'ntar!"

Ia pun segera berlari pulang, sebelum mata anak laki-laki lainnya memandangnya dengan aneh. Ia pun menjadi risih, auto ia pun berlari dengan sekencang-kencangnya.

Ahirnya ia sampai di rumah dengan cukup cepat, beruntungnya letak rumah Ryani cukup dekat dengan sekolahnya. Beruntungnya pula ada baju pengganti, dan ia pun segera berlari kembali ke sekolah, takut keburu pelajaran Pramuka di sekolah dimulai.

Sejak kejadian saat itu ia mulai mengurangi kegiatannya di jam istirahat, terutama untuk permainan yang aneh-aneh. Karena ia takut kejadian seperti dulu terulang kembali.

Kasihan ibunya jika harus membeli baju lagi, buat Ryani jangan sampai hal itu terulang kembali. Lebih baik ia membatasi kegiatan bermainnya di sekolah, ketimbang ia menyusahkan ibunya.

Memang iya sejak saat itu Ryani sangat hati-hati dan mulai fokus pada hobi barunya yaitu menggambar. Ya itulah salah satu kegiatan baruku. Mungkin bisa mengantarkan aku pada impianku kelak.

...⚜⚜⚜...

...MAAF jika karya pertamaku masih bertebaran typo dimana-mana semoga kalian tetap suka🤗...

......Jangan lupa dukung author dengan cara......

...LIKE, KOMEN, FAVORIT, GIFT/VOTE...

...Terimakasih🙏😊...

SEKOLAH IMPIAN

Hari berganti hari, minggu berganti minggu, ahirnya masa kelulusan Sekolah Menengah Pertamaku telah diumumkan. Sudah menjadikan keputusanku untuk melanjutkan ke jenjang berikutnya yaitu Kejurusan Seni Rupa.

Waktu itu aku dihadapkan pada pilihan kejurusan, aku sama sekali tidak punya pandangan. Hingga aku ikut dengan arahan guru seni di sekolahku.

Aku pun memilih sekolah seni rupa. Dalam bayanganku, di sekolah itu tidak ada mata pelajaran matematika dan fisika. Tapi nyatanya tetap ada.

Aku memang murid berprestasi, tetapi aku tidak mau jika setelah lulus aku menjadi Guru. Karena sejujurnya aku tidak akan sanggup, jika nanti aku mempunyai murid dengan sejuta kelebihan.

Selama tiga tahun bersekolah, banyak sekali pengalaman yang tidak bisa aku lupakan, terutama teman-teman sekelasku.

.

.

Di Sekolah Menengah Pertama, aku mempunyai salah satu penggemar cowok. Hanya karena wajahnya hampir mirip denganku, ia dijodoh-jodohkan padaku.

Sialnya lagi ... aku harus satu kelas dengannya, hingga selama tiga tahun, aku harus rela tumbuh bersama gosip-gosip itu.

Tapi karena aku tak boleh pacaran, akupun tak mau membalas semua perhatiannya, aku juga belum terlalu pe-de dengan istilah pacaran.

Karena pacaran pasti akan menuntut dengan hal-hal orang dewasa, yang akan membuatku pusing. Dan aku juga belum mau dewasa sebelum waktunya.

Aku juga punya temen cowok tapi lemah gemulainya ngalah-ngalahin anak cewek tulen. Namanya Andy, tetapi dia lebih suka dipanggil Candy. Dan dia itu dibilang gagah enggak?langsing juga enggak? posturnya agak tinggi tetapi gendut menurutku dan bicaranya lemah-lembut.

Aku punya satu temen cewek tetapi dia sangat tomboy. Sifatnya sungguh bertolak belakang dengan Candy si cowok lemah gemulai. Kalo Desty itu cewek langsing, cantik tapi kalo bicara sengak (agak kasar dan kurang sopan) untuk ukuran cewek. Jadi tidak ada kalem-kalemnya sedikitpun.

Salah satu guru BP ku ada yang killer, menurutku beliau itu punya ilmu kebatinan (bisa tau isi hati orang hanya dengan menatapnya saja) dan tatapannya itu bisa membuat murid diam seribu bahasa saat di depannya. Namanya Bu Hesti Guru BP ter-the-best sepanjang aku sekolah.

Meskipun begitu, beliau salah satu guru yang paling aku kagumi dan paling aku segani. Karena beliau juga yang mengantarkanku untuk mengikuti lomba kaligrafi sampai tinggat Kabupaten. Meski aku tidak juara, setidaknya beliau juga menguatkan aku, juga memberi tau tentang bakatku yang tidak aku ketahui.

Guru Matematika adalah guru yang paling aku hindari, bukan karena sulit rumus-rumusnya tetapi karena beliau juga bisa membaca isi hati orang. Sama persis dengan guru BP-ku, hal itu membuatku sedikit risih, apalagi bersinggungan dengan orang-orang seperti mereka.

Pak Sugeng adalah guru pelajaran seni gambar, dan dari beliau aku belajar teknik menggambar. Aku juga baru tau kalau aku punya bakat menggambar.

Beliau juga memberi tau tentang sekolah lanjutan untuk mengembangkan bakatku nanti dan aku sangat antusias akan hal itu.

.

.

...🌹FLASH BACK ON🌹...

"Pak maaf, boleh saya bertanya? memang ada sekolah seperti itu ya pak?" tanyaku pada Pak Sugeng.

"Ada Ryani, tetapi sekolahnya di tengah kota, kebetulan disana ada tiga sekolah khusus untuk semua jenis seni."

"Oh ya?"

"Pertama ada sekolah seni rupa, kedua sekolah khusus tari dan gamelan, dan ketiga sekolah khusus musik. Dan dari yang Pak Sugeng tau, kayaknya kamu cocok sekolah di jurusan seni rupa."

Aku masih terdiam seribu bahasa. Bingung dan tidak percaya.

"Oh ya satu lagi, bapak akan selalu mendukung cita-cita dan keputusan kamu," ucap beliau.

"Tapi pak, Ryani gak punya bakat gambar, apa bapak mau mengajari Ryani biar bisa menggambar dengan baik?"

"Tentu, jika Ryani mau", jawabnya dengan senyuman.

"Terimakasih pak."

...🌹FLASH BACK OFF🌹...

.

.

Sejak saat itu, Ryani mulai kursus dengan beliau agar ia bisa mengasah bakatnya dengan baik dan benar. Dan tentu saja supaya terhindar dari mata pelajaran matematika, wkwkwkwkwk ....

Sebuah alasan yang tak masuk akal tapi memang benar adanya. Ia hanya ingin mengembangkan bakat terpendamnya saja. Kalau soal keuangan ia akan berusaha mengejar beasiswa dan untuk kekurangannya ia akan meminta bantuan pada ibunya.

Sampai pada ahirnya aku mengutarakan maksudku pada ayah dan ibu tentang keinginanku untuk sekolah di jurusan seni rupa.

...***...

Mereka pun kaget dengan keputusanku.

"Apa kamu yakin akan keputusanmu Ryani? letak sekolah itu sangat jauh dari rumah dan berada di pusat kota? apa kamu juga tau kalo disekolah itu mayoritas siswanya kebanyakan laki-laki?" Bantah ayahku.

"Ga usah sekolah Ryani, toh nantinya bakal jadi ibu rumah tangga aja pake gaya sekolah," ucap Kak Rega yg ikut menimpali.

"Belum juga ngomong uda di skak mat!" batinku.

Aku hanya berani menundukkan kepala, karena aku memang tidak benar-benar tau dengan kondisi sekolah yang aku pilih. Tetapi aku ingat ada tetanggaku yang kebetulan cewek dan sekolah disana. Namanya kak Salsa.

"Pak, Bu dan Kak Rega ... maaf sebelumnya kalau Ryani tiba-tiba memutuskan untuk sekolah disana, yang aku tau hanya di sekolah itulah aku bisa mewujudkan cita-citaku untuk menjadi seorang designer," ucapku.

"Tahu sendiri, aku tak menyukai kejuruan lainnya."

"Misalnya saja jurusan tata boga, untuk soal memasak aku yakin 'ga perlu sekolah aku juga bisa belajar masak secara otodidak."

Mereka terdiam dan masih mendengarkan alasanku.

"Untuk jurusan akutansi, maaf aku ga suka menghitung uang yang banyak tetapi 'ga ada rupanya, alias fiktif aja."

"Apalagi jurusan IPA, IPS, BAHASA INDONESIA yg nantinya akan mengarah pada profesi guru. Padahal aku 'ga pernah punya cita-cita jadi guru, tapi kalo jadi dokter mungkin masih bisa aku pertimbangkan."

"Hanya satu yang menurutku paling cocok yaitu jurusan seni rupa, memang aku belum terlalu berbakat tetapi kalo diasah dengan benar aku pasti bisa!"

Begitulah kata-kata guru pembimbingku, yang selalu terngiang dikepalaku. Sehingga tanpa sadar aku sudah bicara panjang kali lebar.

"Maaf sekali lagi aku minta maaf pada kalian semua, aku hanya ingin memperjuangkan cita-citaku, bolehkan pak, bu?"

Semuanya masih terdiam dan membisu. Aku tau apa yang mereka pikirkan saat itu, biaya. Sebuah kendala yang bisa menghambatku nantinya.

"Kalo soal biaya sekolah nanti aku akan berusaha untuk dapat beasiswa lagi, tapi kalo untuk soal transport maaf aku masih butuh bantuan ayah dan ibu."

Terangku panjang lebar, karena aku tahu ada alasan kenapa aku tidak boleh melanjutkan sekolah.

"Kalau Kak Rega mengkhawatirkan aku karena akan dekat dengan banyak cowok, aku akan sekolah dengan menggunakan hijab, jadi bisa membantuku dan melindungiku dari pandangan siswa laki-laki, aju janji!" Ucapku dengan sungguh-sungguh.

Aku pun memohon restu seluruh anggota keluarga malam itu, aku tak mempunyai cara lagi selain berkata jujur pada mereka. Dan aku hanya bisa berdoa agar keinginanku bisa mereka kabulkan.

Mereka semua terdiam dalam beberapa menit, sampai ahirnya ibuku berbicara.

"Kalau memang itu keinginanmu, ibu memberikan restu, tetapi dengan syarat kamu harus bener-bener sekolah dan jadilah yang terbaik dari semuanya," ucap ibuku.

Aku hanya menitikkan air mata, karena aku tau betul, selama ini yang mendukungku dalam hal pendidikan hanyalah ibuku seorang. Karena memang ayah dan yang lainnya seolah tak perduli akan kehadiranku dalam keluarga ini.

"Terserah Ryani, kalau terjadi apa-apa jangan libatkan aku di dalamnya" Ucap Kak Rega sambil berlalu meninggalkan kami yang masih berada di ruang keluarga.

Aku hanya menunduk dan akan mengingat semua ucapan kak Rega.

"Akan aku buktikan kalau aku tidak akan mengecewakan kalian dan setelah aku lulus akan ku gapai cita-citaku nanti," ucapku dalam hati.

Semakin aku besar, aku merasakan perbedaan yang ditunjukan kepadaku semakin kentara. Aku memang bukan siapa-siapa dibanding kakak-kakakku yang sudah dahulu sukses, tapi aku yakin aku bisa sukses seperti mereka, meskipun jalan yang aku tempuh berbeda.

Ya ini lah jalan yang aku pilih, aku tak akan mundur meskipun aku tak tau rintangan apa yang sedang menungguku di depan nanti.

🍃~🍃~🍃~🍃~🍃

Kehidupan sekolah baru ahirnya aku mulai.

Pukul 05.30 WIB

Mulai hari ini aku melangkahkan kakiku ke sekolah impianku.

Beberapa hari yang lalu aku dinyatakan diterima di sekolah itu. Sebelummya aku sudah menempuh ujian menggambar disana, dan nilai tesku sangat memuaskan, sampai kakak kelasku disana memujiku saat ujian tes masuk.

Seragam putih abu-abu sudah melekat pas ditubuhku, tak lupa aku memakai hijabku. Dan aku pun berangkat ke sekolah dengan naik angkutan umum.

.

.

...MOHON MAAF JIKA DALAM KARYA PERTAMAKU MASIH BANYAK TYPO BERTEBARAN DIMANA MANA🙏...

.

.

...JANGAN LUPA DUKUNG AUTHOR ...

...dengan cara...

...LIKE, KOMEN, VOTE/GIFT, FAVORIT ,TERIMA KASIH...

PERTEMUAN PERTAMA

Pukul 06.30 WIB

Aku sudah turun dari bus yang mengantarkan aku ke sekolahku. Waktu yg aku butuhkan sekitar 5-10 menit dengan perjalanan kaki. Jarak yg aku tempuh dari tempat pemberhentian bus lumayan jauh dari sekolah, karena aku harus melewati gang kecil untuk sampai disana.

Sebenarnya ada jalan raya di depan sekolah, tapi itu untuk bus angkutan kota, bukan untuk busku.

Pagi itu saat melewati jembatan, tak sengaja aku melihat satu amplop tergeletak di pinggir jalan. Ada celah sedikit yg terbuka sehingga aku bisa mengintip sedikit.

Alangkah terkejutnya aku, karena isinya uangnya sangat banyak ... isinya uang seratus ribuan berlembar-lembar. Tapi saat aku lewat tadi, ada orang yg menoleh ke arah amplop itu, aku mengira itu miliknya, makanya aku lewati begitu saja. Lagi pula aku takut terlambat di hari pertama masuk sekolah.

Untungnya gerbang belakang belum ditutup.

"He ... he ... aman," batinku.

Gerbang belakang ini merupakan salah satu penghubung untuk masuk ke Sekolah Menengah Seni Rupa dan Sekolah Menengah Kesenian Indonesia. Dua sekolah ini memang berbeda kejuruan tapi berada dalam satu lingkup sekolah.

Di sebelah gerbang, ada kantin ... disitu banyak sekali anak-anak laki-laki yg nongkrong. Dan hampir 90% isinya anak laki-laki.

Ya aku belum cerita, karena di sekolahku ini 90 % itu isinya laki-laki, dan 10% saja perempuan.

Miris ya ... tapi begitulah nyatanya ... karena disini yg diterima benar-benar siswa-siswi yg berdarah seni, bukan asal masuk tanpa seleksi.

Hari pertama ini diadakan kegiatan MOS (MASA ORIENTASI SISWA). Setelah upacara pagi, seluruh siswa kelas satu memakai atribut untuk MOS. Di dada kami semuanya sudah berkalung nama kami. Katanya biar mudah dikenali ... wkwkwk ....

Karena kelas satu terdiri dari 8 kejuruan, aku masuk ke kelas Seni Rupa 2, untungnya dari 35 siswa ada 7 siswi, dan sisanya laki-laki.

Oh ya ... nama ketua kelasku sangat lucu lo ... namanya Kak Sidharta Gautama, kaya nama patung-patung di cerita agama Budha gitu kan ya ... wkwkwkwkwk ... dan kebetulan lagi ... bentuk wajah dan kepalanya agak lonjong gitu kaya wajah patung Budha ... trus badannya jangkung kurus gitu ... pas ngeliat dia aku bayanginnya dia pake baju-baju wiharawan gitu ... wkwkkwkwk gpp kan ya berkhayal? yg penting g jorok ... iya kan ...😁

Tapi dia sangat jago lo buat sketsa wajah gitu, sedangkan aku lemah banget kalo disuruh sketsa wajah ... maklum aku masih amatir. Ingat dong aku aja baru lulus dari kursus ilmu menggambar dengan baik dan benar beberapa bulan yg lalu. Dan semua aku lakukan demi mengejar IMPIAN menjadi DESIGNER.

Satu minggu telah usai ... masa MOS udah aku selesaikan dengan amat baik. Dan alhamdulillah aku mempunyai teman sohib cewek. Meskipun kita beda kelas, tapi kemana-mana kita always berdua. Jangan ditanya kenapa aku bisa akrab dengan dia ya?.

Namanya Selly, dia gadis remaja yg mungil, setiap hari ada kacamata manis yg bertengger di hidungnya, tak lupa rambut berkepang dengan panjang sepantat. Orangnya ceria abis dan sangat keibuan. Cocok banget ama aku yang tomboy.

Wkwkkw ... mana ada cewek berhijab tapi tomboynya minta ampun? ... ada dong ... itulah aku Ryani Putri si gadis desa. Demi mengejar impiannya, dia rela bersekolah di kota yg jauh dari desanya. Setiap hari bahkan ia habiskan 1 jam perjalanan untuk sampai ke sekolahnya. Belum lagi untuk berjalan kaki setiap pagi dan sepulang sekolah.

Tapi ia amat bersyukur.

Tapi itulah aku, yg sudah terdidik keras sedari kecil tak akan menyerah dengan hal-hal sekecil ini.

Masih aku ingat dengan jelas ... saat aku masih SD, karena sebentar lagi lebaran haji aku harus beli baju baru, tapi karena tak punya uang aku harus bekerja dulu.

🌱 Flash back on-

"Buk, bentar lagi kan lebaran kurban ya ... boleh ya aku beli baju baru?" rengek Ryani si gadis kecil, yg masih berusia 8th pada ibunya.

Dengan lembut dan penuh kasih sayang ibu membelai rambutku dan berkata, "Ryani 'kan tau ibu hanya mampu menyekolahkan Ryani, dan sisa uangnya ibu gunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari hari, nanti kalau ada rezeki lebih, insya Allah ibu belikan, tapi bukan sekarang ya nak."

Anak kecil itu mendongakkan wajahnya seraya berkata, "Bu, uang tabungan lebaran dari Ryani kan masih ada, buat beli baju pake uang itu aja ya, lagian Ryani uda lama g beli baju ... " rengeknya kembali.

Ibu hanya tersenyum, karena Ryani 'ga tau kalo uang yg ia titipkan pada ibunya setiap tahun sudah digunakan ibunya entah untuk apa, dan Ryani tidak mengetahuinya. Maka dari itu ia memintanya sekarang.

"Oh iya kalau ibu keberatan, besok kan hari minggu, boleh 'ga Ryani ikut ibu kerja disawah orang aja, biar dapat uang gitu ... he ... he " ucapnya dengan senyuman polosnya yg tanpa beban.

"Iya boleh nak, tapi Ryani 'ga papa? di sawah panas lo?" tanya ibu memastikan, karena bagaimanapun ibunya 'ga tega anak kecilnya ikut bekerja hanya untuk dapat membeli baju baru.

"Ga papa bu, lagian makan siangnya pasti juga enak, trus bisa makan sambil melihat sawah gitu ... mmm enak banget itu bu ... Ryani ikut ya ?" rengeknya kembali.

" Iya ... " jawab ibunya.

Meski ibunya masih keberatan, tetapi ia juga tidak mau membuatnya kecewa untuk kedua kalinya.

Ahirnya waktu yg sudah ditunggu tiba, Ryani kecil dengan senang hati ikut bekerja dengan ibunya. Hanya demi untuk bisa membeli sebuah baju baru.

Dan di minggu berikutnya uangnya pun dibelikan baju lengan panjang, senang sekali rasanya Ryani bisa membeli baju baru dengan uang hasil kerja sendiri, tanpa meminta-minta.

🌱Flash back of-

Sejak saat itu Ryani kecil tumbuh menjadi remaja mandiri, dan tidak gampang menyerah. Dia tau dan paham betul untuk mencapai sesuatu itu dibutuhkan usaha dan kerja keras.

Mungkin karena latar belakang yg hampir sama ... aku dan Selly bersahabat sejak pertama berkenalan. Selly itu ibunya sudah meninggal, jadi saat ini dia hanya tinggal bersama ayah dan kakak perempuannya saja, makanya dia juga sudah terbiasa mandiri.

Meskipun body kita cewek tetapi jiwanya tomboy. Kita juga punya temen yg banyak, meskipun kita sedikit gesrek ... tapi persahabatan kita tulus.

Ruang kelas aku dan Selly berdekatan. Kalau bel sekolah bunyi, kalau 'ga aku yg nyamperin dia duluan, dia yg nyamperin aku ke kelas.

Kita emang jarang ke kantin karena emang uang saku kita pas-pasan. Makanya kita lebih sering ke perpustakaan, selain membaca buku kita juga suka melihat sekolah sebelah, hanya sekedar buat cuci mata, siapa tau ada cogan-cogan yg lewat kan lumayan ... wkwkwkwk ....

Jiwa jomblo gue mulai meronta ni gara-gara keseringan liat Kak Rega gonta-ganti pacar, tapi sayangnya adeknya ini ga boleh pacaran ... sampe segitunya lo over protektif ke adeknya ini.

Kalo bel bunyi, artinya waktu istirahat udah selesai, kita pun balik lagi ke kelas masing-masing.

Tak terasa udah beberapa bulan aku bersekolah disini, sudah berulang kali aku mampir ke kelas Selly ... seperti hari ini ... ga ada spesial si, cuma entah agak beda aja.

Kulihat di kelasnya Shelly tidak terlihat, kuberanikan diri bertanya pada anak laki-laki yg masih terduduk di kelas itu.

"Vian, maaf liat Selly ga? kok uda ga ada dikelas ya?" tanyaku pada Vian temen sekelas Selly.

"Mm enggak tau ya ... mungkin lagi ditoilet, kamu tunggu aja dia sebentar disini! ucapnya sambil menunjuk bangku Selly.

Akhirnya akupun duduk disitu. Dan tak sengaja, aku melihat Vian sedang membuat gambar karakter anime gitu. Wah aku langsung takjub dong dengan designnya ... soalnya bagus banget, goresan tangannya itu lo ... sueerr uda seperti profesional aja ... enggak kaya punyaku yg kadang bagus kadang enggak ... kalau punyaku sesuai mood aku aja gitu bikinnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!