Nayla Cahyani Atifah dan Ricky Adrian Reynaldi Permana.
Mereka adalah anak yang dibesarkan oleh orang tua yang sama. Karena sejak bayi mereka tumbuh bersama, itu membuat hubungan mereka sangat dekat, layaknya saudara kandung.
Padahal mereka bukanlah saudara, karena orang tua mereka berbeda, hanya saja saat Nayla bayi, orang tua Riki yang merawatnya.
Riki kala itu tumbuh menjadi anak yang sangat manja dan cengeng sementara Nayla kebalikannya.
Ketika Riki mendapat teguran sedikit saja dari sang ayah maupun bunda dan Riki tidak suka dengan teguran itu, maka dia akan mengadukannya pada Nayla. Bahkan ketika anak laki-laki itu menangis, Nayla yang akan menenangkannya.
Sejak saat itulah Riki sangat nyaman dengan keberadaan Nayla disisinya. Apapun yang dikatakan Nayla padanya, dia akan menurut dan apapun yang dilakukan Nayla, anak laki-laki itulah yang paling bersemangat.
Meskipun mereka memiliki orang tua yang berbeda, tetapi banyak yang beranggapan jika mereka itu kembar.
Memang! Waktu mereka kecil mereka terlihat mirip. Mungkin itu karena, mereka selalu bersama hingga menjadikan mereka terlihat mirip.
Kedekatan dan kekompakan yang selalu mereka tunjukkan, membuat mereka terlihat tak akan pernah berpisah, terlebih lagi dengan Riki, anak laki-laki itu sangat tidak menginginkan perpisahan itu terjadi.
Namun sayang sekali, saat mereka berusia enam tahun, mereka akhirnya berpisah. Karena Nayla harus ikut bersama papahnya ke Jepang.
Oleh sebab Perpisahan itulah, hubungan mereka menjadi renggang dan berakhir Riki membenci Nayla, karena memang sebelum pergi Nayla mengucapkan janji pada Riki dan anak perempuan itu melanggar janjinya.
Nayla berjanji kepada Riki, jika perpisahan mereka tidak akan lama. Nayla mengatakan jika dia akan datang lagi ke Indonesia, sehari sebelum hari ulang tahun mereka tiba dan mereka akan merayakan ulang tahun mereka bersama-sama, karena mereka lahir di tahun, bulan, dan tanggal yang sama. Riki sangat senang mendengar janji itu dan langsung menyetujuinya.
Dan ketika hari itu tiba, Riki dengan semangat yang membara pergi ke bandara seorang diri untuk menunggu sahabatnya datang, namun seharian menunggu, Nayla tak kunjng datang.
Di tahun kedua pun sama, tapi anak laki-laki itu tak kecewa. Riki memaklumi dan tetap setia menunggu gadis kecil itu.
Dia selalu berharap dengan kedatangan Nayla, karena Riki sudah menyimpan begitu banyak cerita suka dan duka yang ingin dia bagi pada Nayla, tapi tetap saja sahabat kecilnya itu tak kunjung datang dan menepati janjinya hingga akhirnya Riki sangat kecewa.
Anak laki-laki itu berfikir jika Nayla sudah melupakan dirinya dan janjinya, karena Nayla mungkin sudah mendapatkan sahabat yang baru disana, bahkan Nayla tak pernah memberinya kabar sekalipun, setelah perpisahan mereka.
Dan ketika mereka menginjak usia delapan belas tahun, gadis itu kembali lagi di kehidupan Riki dan kini dia bukan lagi sahabatnya melainkan menjadi saudara angkatnya.
Orang tua Riki mengadopsi Nayla ketika papahnya dinyatakan meninggal dalam kecelakaan pesawat.
Namun sayang, luka di hati Riki masih sangat membekas, rasa kecewa karena penghianatan dan kebohongan gadis itu tidak pernah hilang dan masih selalu ada.
Sehingga Riki tidak bisa akrab seperti dulu lagi dengan gadis itu dan tidak bisa menerima Nayla sebagai saudara angkatnya.
Sedangkan Nayla juga merasakan hal yang tidak mengenakkan dari pria itu ketika pertama kali dia menginjakkan kakinya di rumah itu lagi, pria itu menyambutnya dengan tatapan yang sangat sarat akan kebencian, kekecewaan, dan permusuhan.
Nayla tidak menyalahkan sikap Riki yang selalu menunjukkan sikap kebenciannya pada gadis itu, karena ini memang salahnya, tapi dia juga tidak akan membiarkan pria itu membencinya terus menerus.
Ketika mereka kuliah, Riki masih selalu bersikap acuh pada Nayla, namun dengan sabar gadis itu selalu bersikap sebaliknya.
Dia berharap dengan sikap perhatian yang selalu ditunjukkannya, pria itu bisa kembali baik seperti saat mereka kecil dulu. Namun tidak berhasil sama sekali, Riki masih bersikap sama, benci dan acuh.
Sampai suatu hari, pria itu bersikap baik pada Nayla. Gadis itu merasa sangat senang kala itu, tapi ternyata tujuan Riki berbuat baik adalah, karena dia ingin tahu alasan Nayla mengingkari janjinya.
Dan itu merupakan syarat yang harus gadis itu penuhi, jika Nayla menginginkan hubungan mereka terus-menerus membaik maka gadis itu harus menceritakan alasannya. Namun lagi dan lagi, Nayla tetap tidak menceritakannya.
Akhirnya Riki memberi peringatan pada gadis itu, untuk tidak lagi mengganggunya setelah ini dan meminta gadis itu untuk bersikap, seolah mereka tidak pernah saling kenal.
Nayla terpukul saat itu, dia bukan tidak ingin menceritakan alasannya, hanya saja dia tidak bisa menceritakannya. Tapi menuruti keinginan pria itu, juga tidak bisa dia lakukan. Bersikap seperti orang asing ketika mereka adalah saudara adalah hal yang ganjil bagi Nayla dan tidak bisa diterima dengan baik oleh nalarnya.
Jadi Nayla menggunakan cara lain untuk menunjukkan perhatiannya sebagai seorang saudara, tapi dilakukan dengan sembunyi-sembunyi dan terus berlanjut hingga saat ini, ketika usia mereka sudah dua puluh lima tahun.
>>> next part – let’s get it.
Setelah menyelesaikan pendidikannya di bangku kuliah, gadis berusia dua puluh lima tahun itu kini bekerja sebagai fotografer.
Meskipun masih terbilang pemula dibidang itu, perlengkapan potret memotret Nayla sudah sangat lengkap berkat sang Ayah.
Sang ayah angkat memfasilitasi segala kebutuhan gadis itu selebihnya Nayla yang mengurus segala struktur manajemen di studionya.
Siang ini, seperti biasa. Jika Nayla tidak memiliki jadwal pemotretan di studionya, wanita berambut panjang dikuncir kuda itu, pasti langsung meluncur ke suatu tempat yang tidak jauh dari studionya sambil tangannya meneteng sebuah tas bekal berwarna kuning dengan gambar karakter pikachu yang sangat lucu, di dalam tas itu berisi dua buah kotak makanan berwarna sama dan gambar yang sama pula.
Setelah keluar dari studionya, diapun segera menaiki vespa matic berwarna kuning lemon dengan diberi stiker gambar karakter Pikachu juga, skuter itu terparkir tepat di depan studio fotonya.
Saat dirinya sudah duduk di atas skuternya, tangannya kemudian merogoh saku celananya untuk meraih kunci skuternya. Tak butuh waktu yang lama, si kuning pun melaju meninggalkan area studio.
Setelah berkendara selama beberapa menit, kini Nayla sudah tiba di area gedung, yang sangat tinggi dan bertuliskan PERMA CORP tertulis besar menempel dengan bangunan itu.
Setelah berhasil memarkirkan si kuning kesayangannya, Nayla menyambar tas yang berada di bawah pijakan kaki depannya dan langsung berlari meninggalkan area parkiran masuk ke dalam gedung itu.
Nayla duduk dengan tenang di sofa lobi perusahaan itu, sambil menunggu seseorang. Tidak lama kemudian, Nayla tersenyum simpul, ketika melihat sosok pria tinggi berpakaian rapi dengan setelan kantorannya tengah berjalan ke arahnya. Pria itu sangat tampan, tapi Riki jauh lebih tampan, menurut Nayla.
“Hai, Nay.” Pria berjas itu berseru ramah sesaat setelah dia berdiri di depan Nayla.
“Hai juga.” Nayla beranjak dari duduknya.
“Udah lama?” tanya pria itu berbasa basi.
“Nggak kok,” cetus Nayla lagi masih menatap pria itu.
“Maaf yah Nay….” Pria itu melangkah untuk meraih tas bekal yang ada di atas meja, “aku nggak bisa lama-lama disini… aku masih rapat soalnya.” Sambungnya lagi.
“Oh iya, nggak pa-pa.”
“Ya udah kalau gitu, aku naik dulu yah.”
Nayla mengangguk pelan, lalu pria itu pun berbalik dan melangkahkan kakinya menuju lift, sementara Nayla masih menatap punggung pria itu, dengan tatapan penuh rasa syukur, sudah mengenal pria itu.
Pria itu adalah Aldi, dia adalah sahabat Riki dan bekerja sebagai asisten pribadi Riki. Pria itulah yang selalu membantu Nayla untuk memberikan makanan yang dibuatnya untuk Riki.
Nayla tidak begitu mengenal pria itu, tapi entah kenapa dia merasa jika dia adalah pria yang baik dan dewasa. Hal itu bisa dirasakannya saat pertama kali mereka bertemu.
Pertemuan pertama mereka, yaitu ketika Nayla datang ke kantor Riki saat membawa makanan untuk pria itu.
Namun, karena dia tidak memiliki kenalan di kantor itu, jadi gadis itu selalu menitipkanya pada pegawai reseptionis. Tapi mereka dengan sikap angkuhnya selalu menolak dan mengusir Nayla.
Dengan perasaan marah dan kecewa, Nayla berjalan keluar kantor itu lalu tiba-tiba datanglah Aldi menghalanginya dan merebut tas bekal dari tangannya. Pria itu mengatakan jika dirinya yang akan memberikan makanan itu pada Riki, dan memastikan pria itu akan menghabiskan makanan yang selalu dia bawa. Nayla tersenyum sangat lebar saat itu, ternyata keberuntungan selalu berpihak padanya.
Setelah pertemuan itu, Nayla pun selalu menitipkan makanan itu pada Aldi. Dan selalu meminta Aldi untuk tidak memberi tahukan identitasnya pada Riki. Meskipun Aldi tidak tahu apa alasannya, namun pria itu mengiyakan keinginan Nayla.
Nayla masih menatap Aldi di depan lift yang sudah terbuka. Sebelum masuk ke dalam lift pria itu kembali berbalik kearah Nayla, dan tersenyum ramah, sebelum akhirnya pria itu menghilang dari balik pintu lift.
Setelah kepergian pria itu, Nayla pun segera keluar dari tempat itu menuju ke parkiran dimana si kuning berada, lalu si kuning pun meluncur meninggalkan area perusahaan itu.
Setelah menghabiskan beberapa waktu berkendara, kini si kuning pun berbelok dan terparkir di depan studio. Nayla pun langsung mengambil langkah cepat untuk masuk ke dalam studionya untuk segera berteduh, pasalnya cuaca di luar sangat panas.
“Jadi kurir lagi?"
Ejekan itu menghentikan langkah Nayla, menuju ruangannya. Dia menoleh ke sumber suara dengan tatapan sinis pada wanita berkacamata yang berdiri tidak jauh darinya. Wanita itu adalah Jojo sahabatnya dan juga asisten pribadinya.
Yah, Nayla sudah sering sekali mendengar kalimat tidak suka dari Jojo. Pasalnya gadis itu sudah sangat mengenal kebiasaan Nayla yang setiap jam istirahat selalu mengantar makanan pada Riki, dan sahabatnya itu tidak suka jika Nayla melakukan hal itu pada Riki.
Mereka sudah menjalin persahabatan sejak kuliah dulu dan gadis itu juga sudah tahu sedikit permasalahan yang terjadi diantara mereka, makanya gadis itu selalu melontarkan kalimat mengejek demi menujukkan ketidaksukaannya.
“Ongkirnya berapa?” olok Jojo lagi dengan senyuman miring.
Nayla merasa tidak senang dengan perkataan asistennya itu. Sejak awal Nayla hanya menganggap ucapan dari Jojo itu, hanya bercandaan biasa, tapi entah kenapa semakin kesini, Nayla semakin melihat ketidak sukaan Jojo pada Riki dan menurutnya, sahabatnya itu sudah terlalu ikut campur dengan urusannya dan Nayla tidak nyaman.
“Bukan urusan kamu,” ketus Nayla. “Habiskan kopi kamu, lalu kembali bekerja.”
Nayla langsung masuk ke dalam ruangannya meninggalkan Jojo yang hanya menatap penuh simpati sahabatnya itu.
Menurutnya, Nayla itu sangat bodoh bin bego, pasalnya dia sudah tahu jika Riki tidak akan pernah mau lagi berbaikan dengannya, tapi tetap saja Nayla selalu berbuat hal yang sangat merugikan tenaga dan waktunya.
Hanya karena alasan mereka itu saudara, jadi gadis itu tidak tega melihat Riki kelaparan. Karena Nayla sudah sangat mengenal saudara angkat angkuhnya itu yang sangat pemilih makanan, makanya Nayla melakukannya. Menurut Jojo pria itu sangatlah egois.
Meskipun Jojo tidak mengenal Riki, tapi dengan melihat perlakuan pria itu kepada sahabatnya, sudah bisa dia simpulkan, jika pria itu sangatlah arogan.
Jojo tahu kesalahan sejak awal ada pada Nayla, tapi tetap saja, sikap yang ditunjukkan pria itu sangat tidak etis dan selalu membuat Jojo geram. Apa mungkin mata hati pria itu sudah buta oleh kesombongannya hingga membuatnya tak bisa melihat kebaikan dan ketulusan yang selalu Nayla tunjukkan.
-tbc-
Setelah beberapa karyawan dari divisi pemasaran meninggalkan ruang rapat. Tinggallah seorang wanita cantik berparas setengah bule bersama Riki di ruang rapat itu. Riki terlihat enggan untuk beranjak dari kursinya, pria itu terlihat asyik dengan ponselnya.
Sementara wanita yang seruangan dengan Riki, terlihat mencuri pandang pria tampan itu. Wanita cantik itu adalah seorang manager pemasaran di perusahaan Riki yang bernama Amanda.
Setelah beberapa menit mencuri pandang pada pria itu, akhirnya gadis itu mendekati Riki, karena dia sangat yakin pria itu menyadari keberadaannya, tapi tetap mangacuhkannya.
“Udah makan siang belum?” Amanda mengambil duduk di atas meja depan Riki dengan pose yang menggoda.
“Belum.” Pria itu tidak mengalihkan pandangannya dari layar ponselnya, karena dirinya sudah sangat mengenal siapa yang sedang bertanya padanya. Siapa lagi kalau bukan wanita yang selalu menginginkannya.
“Makan siang bareng, yuk… hari ini menu yang tersedia di kantin adalah menu kesukaan direktur utama.”
Riki mengangkat pandangannya kearah wanita di depannya itu, yang tengah tersenyum menggoda. Riki mengakui kecantikan dari Amanda.
Bentuk tubuh proporsional serta berparas sedikit bule itu memang sangatlah mempesona, tapi entah kenapa dia sama sekali tidak tertarik.
“Mereka selalu mengatakan jika menu yang tersedia setiap hari adalah kesukaanku… tapi, pada kenyataannya rasanya tidak sesuai dengan seleraku… jadi kalau kamu mau makan siang, makan siang saja sendiri. Tidak usah mengajakku.” Riki kembali menatap layar ponselnya.
Amanda tersenyum kecut, selalu saja pria itu menolak ajakannya, “apakah makanan yang sesuai dengan selera kamu?” Amanda menggantung ucapannya, “adalah makanan kampung yang selalu disediakan oleh pacarnya Aldi.” Sambungnya.
Riki berkerut heran mendengar penuturan gadis di depannya ini. Apa katanya, makanan kampung dan pacar Aldi…
Riki tersenyum kecut mendengar Aldi memiliki pacar, asistennya itu mana punya pacar. Pria itu memiliki nasib percintaan yang sama dengan Riki, diberi harapan oleh wanita lalu ditinggalkan.
Hanya saja saat ini Aldi dan Riki berbeda, jika pria itu masih setia dengan kejombloannya sementara Riki? Ah sudahlah, tidak baik mengungkap aib pria berwajah kalem itu.
“Kamu nggak tau? Kalau wanita itu adalah pacarnya Aldi?” tanya Amanda lagi.
“Itu bukan pacar Aldi… dia hanya orang suruhan yang ditugaskan Aldi untuk selalu menyediakan makan siang untukku,” ucap Riki acuh.
“Kamu tau darimana, kalau wanita itu hanya suruhan?” Amanda menaikkan sebelah alisnya, “aku rasa wanita itu bukanlah suruhan… apa kamu pernah melihat interaksi mereka? mereka terlihat seperti sepasang kekasih… jika memang status mereka hanyalah sebatas atasan dan bawahan, tidak mungkin Aldi menatap wanita itu penuh cinta.”
Riki kembali menatap Amanda dengan tatapan menyelidik, kenapa wanita ini terlihat begitu tertarik dengan hubungan siwanita pengantar makanan dan Aldi.
“Kalau kamu tidak percaya? Kamu bisa membuktikannya sendiri.” Raut wajah Amanda berubah kesal.
Riki menyeringai, ketika melihat perubahan raut wajah Amanda, “aku fikir, kamu itu tipe wanita yang tidak suka mengurusi kehidupan orang lain… ternyata aku salah. Ternyata kamu sama saja dengan wanita penggosip yang selalu kepo dengan hidup orang lain, terutama pada kehidupan Aldi…,” Riki menyeringai lagi, “dari sini, aku bisa mengambil kesimpulan jika kamu, tertarik pada Aldi atau mungkin kalian pernah saling berhubungan?”
Riki bangkit dari duduknya lalu berjalan keluar dari ruangan itu, meninggalkan Amanda dengan raut wajah cemas bercampur kesal. Namun baru saja pria itu diambang pintu, dia kembali berbalik menatap Amanda yang masih bergeming di atas meja.
“Dan satu lagi….”
Amanda menoleh pada Riki.
“Jaga sikap kamu… pada bos kamu….” Riki dengan raut wajah angkuhnya pun meninggalkan tempat itu.
Riki melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruangannya. Sesaat setelah pria itu masuk, atensinya lalu tertuju pada kotak makanan yang sudah disiapkan asistennya di meja kerjanya.
Memang Riki memberi tugas pada Aldi untuk selalu menyiapkan makan siang untuknya dan Aldi selalu patuh akan hal itu, karena memang Riki tidak suka makan di tempat-tempat yang ramai, terlebih di kantin perusahaannya sendiri dan seperti yang dikatakannya tadi, bahwa menu di kantin perusahaannya itu tidak sesuai dengan seleranya, meskipun chef sudah menghidangkan menu makanan favoritnya tapi tetap saja, rasanya tidak cocok di lidahnya.
Riki kemudian melangkah mendekati meja kerjanya, detik berikutnya pria itu menghempaskan dirinya di kursi kekuasaannya. Sebelum menyentuh kotak makanan itu, terlebih dulu Riki menyidik wadah berbentuk kotak itu, memperhatikan secara rinci tiap bagian dari benda itu.
Warna kuning lemon yang dipenuhi gambar karakter pikachu, sangat kekanak-kanakan dan warnanya sangat norak.
Karena sudah sangat kelaparan, Riki pun membuka penutup kotak makanan itu dan berhenti mencela. Meskipun wadahnya tidak masuk seleranya, tapi isi dari wadah itu selalu menggugah seleranya.
Menunya memang biasa saja, hanya masakan rumahan biasa, seperti nasi, ayam geprek, telur dadar, sayur sup, dan pada sekat terkhir terdapat buah anggur, tapi ini bukanlah makanan kampung seperti yang dikatakan Amanda tadi.
Bagi Riki ini adalah makanan mewah, karena Riki sangat menikmati dan selalu menghabiskannya bahkan Riki ketagihan.
Riki selalu bertanya-tanya, dari mana asistennnya itu mendapat makanan seenak ini dan setiap kali Riki bertanya tentang hal itu, asistennya akan selalu menjawab, ‘dari wanita cantik yang berhati baik dan lembut yang selalu menarik perhatiannya.’
Sejenak Riki kembali memikirkan perkataan Amanda. Apa benar yang dikatakan oleh gadis itu, jika wanita yang membuat makanan ini adalah kekasih Aldi, tapi kenapa asistennya itu tidak pernah cerita.
Bukankan mereka sahabat dan lagipula, itu adalah hal yang bagus jika asistennya itu memiliki kekasih, itu artinya dia sudah move on.
Tapi ya sudahlah, itu adalah masalah pribadi yang terpenting bagi Riki adalah, dia menikmati makanan itu dan dia juga sudah membayar jasa dari wanita itu bukan. jadi mereka sama-sama untung.
Riki memikirkan hal itu sambil terus makan. Sesuap demi sesuap terus masuk ke dalam mulutnya, hingga tak terasa kotak makanan itupun kosong tanpa sisa dan Riki selalu merasa puas karena bisa merasakan lezatnya makanan ini.
-tbc-
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!