Suatu pagi yang menegangkan di suatu tempat yang berbeda.
Anya tiba-tiba pingsan saat sarapan pagi. Angga panik dan langsung membawa istrinya ke rumah sakit.
Dilain tempat Nadin seorang mahasiswi keperawatan yang sedang praktek di rumah sakit tiba-tiba ambruk tanpa sebab. Karena Nadin sedang praktek di rumah sakit Nadin langsung ditangani dengan cepat.
Nadin di rawat di ruang perawatan kelas satu di temani sahabatnya Kasih. Saat Nadin dalam keadaan masih tidak sadar masuklah pasien baru di samping ranjang Nadin.
Nadin tersadar ketika mendengar suara orang berbincang. Nadin membuka mata perlahan dilihatnya sekeliling hanya ada Kasih sahabatnya.
"Ini dimana Kas?"
"Lo, pingsan lagi Nad. Kali ini kepru minta lo di rawat untuk memastikan lo baik-baik aja."
"Hah! Ngga ah, gimana nilai praktek gw."
"Udah ga usah mikirin itu. Nanti kepru kesini buat ngasih tugas yang lo bisa bikin disini."
"Hm...ga enak gw Kas."
"Udah yang penting lo sehat dulu kenapa sih."
Dan mereka berdua tiba-tiba terdiam ketika mendengar suara rintihan di bed sebelah. Mereka berdua saling berpandangan bertanya-tanya sakit apa kira-kira sampe segitunya. Mereka berdua pun mengangkat bahu bersamaan.
"Sayang,,, sayang,,,"
"Kas, lo liat gih ga ada orang kayanya." Bisik Nadin.
Kasih menghampiri bed samping. Dan terkejut melihat orang yang ada di bed tersebut.
"Masya Allah, Ka. Sebentar saya panggil dokter." Kasih pun memencet bel darurat.
Dokter segera datang di dampingi seorang perawat. Dokter memeriksa pasien dengan serius dan perawat memberikan obat atas instruksi dokter.
"Kamu, keluarga pasien?"
"Bukan dok, kebetulan saya sedang menunggui Nadin."
"Kenapa lagi dia?"
"Dia pingsan lagi dok."
Dokter itupun menuju ke bed Nadin dan melihat keadaan Nadin. Sementara Nadin berpura-pura tidur karena tau siapa yang datang menghampirinya. Tak lama berselang datang seorang pria dengan pakaian rapih.
"Maaf anda siapa?" Tanya perawat.
"Saya suami pasien di dalam sus."
"Pasien yang mana?"
"Hah! Maksud anda?"
Angga merasa heran karena dia hanya tau ada istrinya di dalam. Setelah Suster menjelaskan barulah Angga mengerti dan dia pun menjelaskan suami dari siapa dirinya. Setelah itu Angga pun masuk kedalam ruangan.
"Sebaiknya anda tidak meninggalkan istri anda terlalu lama pak. Jika anda pergi titipkan saja pada teman saya ini. Kebetulan dia juga perawat."
"Owh! Iya dok. Terima kasih."
Dokter pun pergi meninggalkan ruangan tersebut. Angga memperkenalkan diri pada Kasih. Kasih pun menyebutkan namanya.
Tengah malam Nadin tidak bisa tertidur karena suara rintihan dari bed samping. Nadin tidak bisa meminta pertolongan Kasih karena sahabatnya itu harus jaga malam di ruangannya. Dengan segenap tenaga yang dia miliki Nadin terbangun dari tempat tidurnya.
Nadin menghampiri bed sebelahnya dengan ragu. Dengan sangat hati-hati Nadin membuka sampiran yang menutupi tempat tidur tersebut. Dan benar saja saat sampiran sedikit terbuka Nadin hanya melihat pasien sendiri.
"Ka," Nadin berbisik dan menyentuh bahu pasien.
Pasien yang tak lain adalah Anya istri dari Angga Bagaskara seorang pengusaha hotel ternama. Anya membuka matanya dan melihat Nadin di hadapannya.
"Ka..Kamu siapa?"
"Saya Nadin Ka, pasien bed sebelah. Saya dengar Kaka tidak tertidur sejak tadi. Kemana yang jagain Kaka?"
"Owh! Maaf. Saya Anya. Maaf mengganggu istirahat kamu yah."
"Tidak apa-apa Ka. Kemana keluarga Kaka?"
"Suami saya sedang keluar menjemput ibu saya tapi entah sampai jam segini mereka belum datang."
Nadin hanya mengangguk. Mereka pun berbincang-bincang melupakan sakit yang tengah mereka rasakan. Waktu menunjukan pukul 2 dini hari saat Nadin mendengar suara langkah kaki di luar.
"Ka, Nadin tiduran dulu yah. Kaka juga istirahat yah biar cepet sembuh."
"Iya, terima kasih ya Nad, kamu mau nemenin Kaka."
"Sama-sama Ka."
Nadin pun kembali ke bed dia. Tak lama Nadin merebahkan badannya terdengar suara masuk menghampiri bed samping.
"Maaf ya sayang kamu lama menunggu ya."
"Ibu, tidak mau datang ya mas?"
"Sudahlah. Kamu istirahat yah."
Terima kasih sudah mampir disini. Jangan lupa like sama komennya ya...
Kita istirahat dulu yah...🙏🙏🙏🙏
"Selamat pagi. Bagaimana istirahatnya? Mengganggu sebentar ya." Sapa dokter visit.
Pasien pertama yang diperiksa adalah Anya karena Anya beeada di bed pertama. Setelah dokter memeriksa keadaan Anya dokter menyarankan Anya beristirahat satu malam lagi. Tapi Anya menolak karena merasa sudah membaik. Akhirnya dengan pejanjian Anya pun di perbolehkan pulang. Dokter berpamitan dan berpindah ke bed Nadin.
"Selamat pagi Nad, bagaimana sudah baikan?"
"Pagi dok. Alhamdulillah dok hanya sedikit pusing saja. Klo boleh saya istirahat di rumah saja dok."
"Boleh, tapi nanti kamu harus cek Hb lagi Nad. Kok bisa sih Hb kamu cuma 6."
Nadin hanya tersenyum simpul menjawab pertanyaan dokter.
"Kejar setoran dok biar cepet lulus. Yakan Nad?" Jawab perawat senior.
"Santai ajalah Nad. Kamu pasti bisa. Kamu boleh pulang. Nanti minta jaga pagi aja dulu ya Nad sama keprunya."
"Baik dok. Terima Kasih."
"Nanti Kasih urus administrasinya ya Nad. Jadi kamu jangan kemana-mana dulu."
"Makasih ya Ka."
Sepeninggalan Dokter dan perawat Anya menghampiri Nadin yang tengah bersiap-siap.
"Loh, infus kamu sudah di lepas?"
"Eh, Kaka. Sudah Ka. Saya kan perawat jadi bisa lepas sendiri infusnya hehehe..."
"Masya Allah. Kamu nekad banget ya."
"Bukan nekad sih ka lebih ke ceroboh."
Dan keduanya tertawa bersama. Mereka berbincang sejenak sembari perawat melepas infus di tangan Anya.
"Nadin, emang keras kepala Ka. Dia mana mau nunggu kami merawat dia. Dia pasti akan bilang "aku juga perawat." Padahal dia kan lagi jadi pasien."
"Iiih,,, udah deh perkara lepas infus aja. Maaf deh."
"Nad, boleh minta nomer ponselmu?"
"Boleh Ka. Klo ada apa-apa jangan sungkan ya Ka. Tapi, maaf klo Nad lama balasnya." Sambil menyodorkan ponselnya.
"Kamu janji ya ga bakal lupa sama aku Nad."
"Iya Ka, Nadin janji. Mana ada Nad lupa sama orang sebaik Kaka."
Mereka pun berpelukan tanda perpisahan. Nadin masuk ke dalam kamar mandi untuk berganti pakaian saat Anya berpamitan pulang terlebih dahulu.
Kasih datang menjemput Nadin setelah administrasi diselesaikan. Kasih pun memapah Nadin yang masih terlihat pucat dan lemas. Kasih menawarkan kursi roda namun bukan Nadin namanya kalo tidak menolak.
Nadin sampai di rumah kontrakannya bersama Kasih. Nadin merebahkan dirinya di sofa ruang tengah. Saat akan coba memejamkan matanya Nadin mendengar ponselnya beebunyi. Nadin pun segera mengambil ponselnya dari dalam tas yang tadi dia bawa.
"Halo," Jawab Nadin tanpa melihat siapa si penelfon.
"Hai, Nad. Ini nomer aku yah. Tadi kan lupa aku kasih kamu."
"Owh! Hai Ka. Oke.. Nad save ya Ka."
"Makasih ya Nad. Kamu sudah pulang?"
"Sudah Ka. Ini sudah di kontrakan."
"Syukurlah. Sudah dulu ya. Kamu istirahat biar cepet pulih."
"Makasih Ka. Kaka juga istirahat ya biar kita bisa ketemu lagi klo udah sehat."
"Oke. Bye..."
"Bye.."
Kasih melihat kearah Nadin dan memberi tatapan seolah bertanya siapa yang menelfon.
"Ka.Anya. Yang kemarin di bed 2."
"Owh! Ko kaya deket banget sih kalian?"
"Semalaman kita ngobrol karena suaminya ga ada."
"Owh! Pantesan."
Kasih memberikan camilan pada Nadin. Mereka berdua bersantai menonton tv bersama sambil Nadin melahap cemilan yang Kasih berikan. Tanpa mereka sadari kantuk pun menyerang keduanya dan mereka berdua tertidur di sofa sampai sore.
Kasih terperanjat ketika sadar dari tidurnya dan menyadari keadaan sekitar yang gelap dan suara tv terus menyala. Kasih membangunkan Nadin perlahan.
Terima kasih semuanya...
Lanjut nanti ya..
🙏🙏🙏🙏
Setelah tertidur di sofa Kasih dan Nadin pergi ke kamar masing-masing untuk membersihkan diri. Kasih membawa makanan kekamar Nadin untuk mereka makan malam bersama.
"Masya Allah Kas, aku bisa makan di luar ko ga usah repot-repot gini deh."
"Ga ada repot. Udah ah makan ribet banget deh lo."
"Hm.... Baiklah ibu tiri."
Mereka berdua pun makan malam bersama di kamar Nadin. Setelah makanan habis mereka membahas tentang tugas praktek lapangan mereka yang harus segera di selesaikan.
"Ga kerasa ya Nad, kamu mau lanjut S2?"
"Lanjut aja deh Kas tanggung."
"Yakin Nad?"
"Gw yakinin aja deh. Tapi bisa ngga ya sambil nyambi kerja gitu?"
"Klo lu mah bisa banget kali Nad, mana ada dokter yang mau nolak lu kerja di tempat mereka."
"Iiih,,, lu mah."
"Jalanin aja yakin bisa. Lo ga kerja juga masih ada penghasilan dari pabrik kan."
"Hm... Iya sih. Tapi kasian juga ortu gw biayain gw sekolah terus."
"Ya udah pilih salah satu dokter yang naksir lu trus lu minta di kawinin dah kelar tuh."
"Kasiiiih,,, ga semudah itu membuka hati untuk yang lain."
"Deeeuuuh,,, udah deh yang dulu juga udah bahagia kali sama pasangannya."
Nadin hanya diam mengiyakan kata-kata Kasih. Nadin memang sulit untuk membuka hati setelah perpisahannya dengan Aldo mantan pacarnya. Wajar saja karena Nadin dan Aldo sudah berpacaran sejak SMA namun entah mengapa tiba-tiba saja Aldo meminta berpisah dan tak lama Aldo pun menikahi wanita pilihannya.
Dilain tempat Anya dan Angga tengah makan malam romantis bersama. Perut Anya memang sudah semakin terlihat dengan kehamilannya namun itu semua tidak menghalangi keromantisan mereka berdua.
Anya yang dibesarkan di panti asuhan selalu berpenampilan sederhana dan apa adanya. Anya memiliki Ayah angkat yang menyayanginya namun sayang ayahnya telah berpulang sebelum Anya menikah dengan Angga. Sementara ibu angkat Anya kurang menyukai Anya karena merasa tersisih kasih sayangnya dari sang suami.
"Sayang, jika anak ini lahir akan di beri nama siapa?"
"Nanti kita cari nama setelah kita tahu apa jenis kelamin anak kita ya sayang."
"Ga gitu dong sayang. Aku ga mau kita tau apa jenis kelaminnya duluan. Aku maunya kejutan aja."
"Hmm... Baiklah.. Kamu sudah ada kepikiran nama?"
"Belum. Gimana kalo anaknya lahir laki-laki kamu yang kasih nama tali kalo anaknya perempuan aku yang kasih nama ya."
"Boleh sayaaang...."
"Kalo gitu kita sama-sama siapin satu nama ya."
"Siap kesayangan."
Mereka berdua pun beranjak meninggalkan restoran tempat mereka makan malam. Karena malam semakin larut Anya dan Angga pun segera pulang tanpa mampir kemana-mana karena mengingat kehamilan Anya.
Sebulan berlalu karena kesibukan masing-masing Anya dan Nadin pun hanya bertukar kabar melalui pesan singkat atau sambungan telfon. Hari ini keduanya berjanji untuk bertemu di sebuah restoran.
Nadin turun dari ojeg online yang di tumpanginya. Merasa canggung untuk memasuki restoran yang dimaksudkan. Namun bukan Nadin namanya jika menyerah begitu saja.
Nadin masuk kedalam restoran. Melihat sekitar dan Nadin langsung menemukan orang yang dimaksud.
"Hai Ka, maaf sudah menunggu lama ya?"
"Hai Nad, engga Kaka baru aja duduk."
Keduanya saling berjabat tangan dan Nadin duduk di hadapan Anya.
"Kaka, apa kabar? Perut Kaka semakin kelihatan yah."
"Kabar baik Nad, Alhamdulillah ini kan sudah bulan ke enam jadi makin gede."
"Waaah,,, sekarang ga suka masuk rumah sakit lagi dong Ka?"
"Terakhir pas barengan kamu itu dek. Dek, kasih nama yah buat bayi kaka kalo bayinya perempuan."
"Hah!! Kaka becanda. Mana ada Nadin yang kasih nama buat bayi kaka."
"Beneran dek. Kaka mau kamu yang kasih nama bayi kaka klo bayinya perempuan. Taoi klo bayinya laki-laki biar suami kaka yang kasih nama."
"Iiih,,, ko gitu sih. Kaka udah punya nama apa?"
Anya pun menggeleng dan tetap meminta Nadin yang memberikan nama untuk bayinya jika berjenis kelamin perempuan. Nadin pun sedikit berfikir.
"Hmmm... Nama keluarga kaka apa?"
"Maksudnya nama suami?"
"Iya apapun"
"Bagaskara."
Nadin berfikir sejenak dan keluarlah sebuah nama yang sederhana. " Nayya Putri Bagaskara."
"Nayya?!"
"Iyah, Nadin dan Anya."
Mereka berdua tersenyum dan Anya terus menggenggam tangan Nadin. Sampai makanan keduanya habis mereka terus asik berbincang. Nadin melihat jam di tangannya.
"Ka, Nadin pamit dulu ya. Satu jam kedepan Nad ada ujian di kampus."
"Owh! Baiklah. Makasih ya Nad. Nanti kita ketemu lagi ya."
"Iya ka. Jangan kapok traktir Nadin ya Ka hehee..."
Ya sudah pamit dulu ya semuanya... Nanti kita lanjut di next episode... Terima kasih 🙏🙏🙏🙏
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!