NovelToon NovelToon

Pindah Dimensi Membalaskan Dendam Putri Yang Tertindas S 2

satu

Ketenangan dan kedamaian dalam kehidupan Ze berlangsung sesaat saja. Setelah gelaran acara pernikahan Wen yuan dan Sie li, mereka berempat segera melakukan perjalanan menuju kerajaan Beicheng.

Saat ini Ze, Jin hu, Liu yu dan juga Wen yuan sedang berada di atas kereta menuju ke kerajaan Beicheng. Dengan tujuan untuk membantu Huo nan dalam mengatasi masalah di kerajaan Beicheng jika masalah yang Huo nan hadapi masih belum selesai.

"Jangan memasang wajah sedih seperti itu." ucap Liu yu sambil tersenyum menatap wajah sendu Wen yuan.

"Istrimu tidak bisa ikut serta dalam perjalanan ini juga karena alasan yang tepat. Lagi pula, tidakkah kau kasihan pada temanmu ini yang akan menjadi penonton kemesraan pengantin baru seorang diri?" ucap Liu yu lagi.

Ya, saat ini Sie li, istri dari Wen yuan tidak ikut dalam perjalanan menuju kerajaan Beicheng. Itu karena Ze khawatir jika akan ada hal buruk yang akan menanti mereka, Sie li bukan hanya tidak dapat melindungi dirinya tapi juga akan membuat yang lain ikut terluka karena terfokus untuk melindunginya yang tidak memiliki kemampuan bertarung.

"Siapa suruh kau tidak memiliki pasangan." ucap Wen yuan membuat Liu yu berdecak kesal.

"Ck aku bukannya tidak ingin memiliki pasangan, tapi aku belum menemukan seseorang yang dapat membuat aku yakin untuk menjadikan dirinya sebagai pendamping." ucap Liu yu.

"Makanya cari segera." ucap Wen yuan.

"Agar kau tidak terlihat mengenaskan saat aku juga tuan sedang bersama pasangan kami." lanjut Wen yuan.

"Ceh, kau baru saja menemukan pasangan dan sekarang sudah berani mengolok-olok aku. Kau lupa jika sebelumnya kita sama-sama mengenaskan setiap saat menjadi penonton orang bermesraan?" ucap Liu yu kesal.

"Lagi pula, baik tuan Jin hu ataupun dirimu, tidak mendapatkan pasangan kalian dengan cara mencari bukan? Maka biarkan mengalir seperti biasa dan biarkan waktu yang menentukan kapan jodoh untukku datang." lanjut Liu yu.

"Wah wah kau sudah pandai membuat kata-kata terdengar indah. Apakah kau berlatih untuk mendapatkan hati gadis yang kau sukai nantinya?" goda Wen yuan.

"Ceh berhenti mengolok-olok." ucap Liu yu kesal.

Sepanjang perjalanan Wen yuan dan Liu yu terus saja berbincang dan saling mengejek. Sedangkan untuk Ze dan Jin hu, mereka di dalam ruang kereta sedang berbincang dan sesekali Jin hu akan menggoda istrinya membuat Ze yang dulunya terlihat tanpa perasaan kini justru dengan mudah dibuat tersipu malu.

"Apakah masalah yang dihadapi oleh Huo nan kini cukup serius? Bahkan setelah cukup lama dia tidak mengirimkan kabar pada kita." tanya Ze pada Jin hu.

Saat ini posisinya Ze sedang menyandarkan punggungnya di dada Jin hu. Salah satu tangan Jin hu sedang menggenggam tangan Ze dan sesekali akan mengecup singkat tangan itu. Sedangkan tangan yang satunya melingkar pada perut Ze dan sesekali akan beralih mengelus pelan kepala Ze.

"Ya, masalahnya cukup rumit." jawab Jin hu.

"Serumit apakah?" tanya Ze memutar badannya dan kini dia berhadapan dengan Jin hu dengan posisi yang sangat dekat.

"Ini masalah yang berhubungan dengan posisinya sebagai putra mahkota. Saat ini ayah dari Huo nan tengah sakit parah dan di saat ini ada sekelompok orang yang tengah melakukan pemberontakan di beberapa daerah dengan tujuan menggulingkan kekuasaan kerajaan Beicheng." jelas Jin hu.

"Tidak hanya itu, beberapa pejabat yang saat ini menjabat di pemerintahan kerajaan Beicheng justru menginginkan pangeran Rui Wu jin yang menggantikan posisi kaisar Rui Nam jo bukannya Huo nan." tambah Jin hu.

"Mengapa bisa seperti itu?" tanya Ze.

"Ternyata selama ini selir Wu, Ibu dari Rui Wu jin sudah mengumpulkan dukungan agar putranya yang naik tahta. Dia juga menyebarkan beberapa rumor yang tidak baik tentang Huo nan yang membuat rakyat membenci Huo nan." jawab Jin hu.

"Lalu, apakah Huo nan akan menyerahkan posisi sebagai calon kaisar atau tetap bertahan?" tanya Ze.

"Huo nan sesungguhnya tidak menghendaki dirinya untuk menjadi seorang kaisar. Dia lebih suka hidup bebas tanpa banyak batasan seperti saat bersama dengan kita. Tapi, jika dia melepaskan posisi itu, dia merasa telah membuat sia-sia pengorbanan mendiang ibundanya yakni mendiang permaisuri Xi."jawab Jin hu.

"Pengorbanan?" beo Ze.

"Ya, Huo nan masih dapat menghirup udara saat ini adalah hasil pengorbanan dari permaisuri Xi, ibu kandung Huo nan. Dia adalah permaisuri satu-satunya yang di miliki kaisar Rui nam jo." jawab Jin hu.

"Mengapa dia menjadi permaisuri satu-satunya kaisar Rui Nam jo bukan kah dia sudah meninggal dan di saat ini kaisar Rui Nam jo masih memiliki selir?" tanya Ze.

"Entahlah, mungkin beliau mencintai mendiang permaisuri atau mungkin juga beliau merasa bersalah karena kebodohannya permaisuri akhirnya meregang nyawa di tangan pemberontak." jawab Jin hu.

"Bagaimana bisa mendiang ibu Huo nan mati di tangan pemberontak?" tanya Ze penasaran.

"Ceritanya panjang dan aku tidak dalam posisi yang pantas untuk membeberkan cerita itu walaupun itu padamu. Karena itu adalah cerita kelam dari kehidupan Huo nan dan ibunya, biar dia sendiri yang akan menceritakan padamu jika dia bersedia." jelas Jin hu.

"Dari pada membahas masalah Huo nan dan mendiang ibunya, lebih baik kita melakukan hal lain yang lebih bermanfaat." ucap Jin hu seraya menaik turunkan alisnya menggoda Ze.

"Da.... emmmm" belum sempat Ze protes, suaminya itu sudah membungkam Ze dengan bibirnya.

"Ah.. hen... tikan." ucap Ze tanpa sengaja mendesah saat Jin hu memindahkan ciumannya ke leher Ze.

"Hentikan." ucap Ze mendorong dada Jin hu agar menghentikan aksinya.

"Ayolah sayang!" pinta Jin hu dengan wajah memelas.

"Tidak, kita saat ini didalam kereta dan ada orang lain di sini. Itu sangat memalukan untuk membiarkan orang lain mendengarkan itu." ucap Ze sedikit berbisik.

Di luar sana, Wen yuan dan Liu yu tidak sengaja menangkap dengar suara desahan Ze dan mulai memasang wajah kesal.

"Astaga, sepasang pengantin baru ini tidak mempunyai perasaan. Bagaimana mereka tega memperdengarkan suara aksi ranjang mereka di sini. Tidak bisakah mereka menunggu hingga kita sampai di penginapan? Agar tidak menodai telingaku dengan suara yang belum pantas untuk aku dengar?" batin Liu yu sambil mencebik kesal.

"Sayang, tidakkah kau tahu bahwa suamimu ini tersiksa ikut dengan pasangan yang tidak mengenal tempat dan waktu untuk bermesraan itu di saat kau tidak ada di sini?" batin Wen yuan mengeluh.

"Dasar tuan dan nyonya Jin ini, setidaknya pikirkan kami yang tidak membawa pasangan terutama aku yang masih pengantin baru dan meninggalkan istri yang aku sayang hanya untuk mengikuti mereka." Wen yuan masih asik membatin.

Hai para pembaca sekalian

Ze kembali hadir untuk melepas rindu kalian pada kisahnya.

jangan lupa untuk memberikan dukungan agar author juga semangat menulis kisahnya 😉😉😉

Dua

Jin hu memasang wajah merajuk karena Ze menolak permintaannya membuat Ze bukannya senang tapi tambah jengkel dengan suaminya yang tidak tahu situasi dan kondisi dalam menuntut haknya itu.

"Sayang, bukankah seharusnya kau membujuk suamimu ini? Mengapa justru kau memberikan punggung pada suamimu ini?" tanya Jin hu.

"Kau sudah seperti anak kecil saja. Dimana tuan Jin yang katanya dingin, kejam dan tak tersentuh itu? Aku hanya melihat anak kecil dalam tubuh orang dewasa ini." cibir Ze.

"Aku hanya akan melakukan hal ini didepan istriku. Hanya istriku yang dapat membuat seorang pemimpin istana atas awan berperilaku konyol." ucap Jin hu.

Jin hu menarik tubuh istrinya agar kembali ke dalam dekapannya. Mereka kembali berbincang mengenai beberapa hal sambil sesekali Jin hu akan usil dengan menciumi leher Ze juga tangannya akan sesekali jahil mencolek atau mengelus pinggang juga perut Ze membuat Ze akan memukul tangannya.

Sedangkan untuk dua orang di luar jangan ditanya lagi kekesalan mereka yang merasa terusik dengan suara kegaduhan di dalam kereta. Ingin menegur atau marah juga tidak berani tapi, diam saja juga jadi kesal sendiri.

"Tuan, kita sudah tiba di desa Guilin, sudah tiba waktunya untuk makan malam. Apakah kita hanya harus memesan makanan atau perlukah kami memesan kamar untuk tuan dan nyonya yang sepertinya sudah tidak sabaran? Dari pada melakukan hal itu di tempat yang tidak sepantasnya." ucap Wen yuan yang sudah sangat kesal mencibir tuannya namun dengan nada sopan.

"Ah kau memang benar. Pesan kamar untuk kita semua malam ini kita akan menginap di sini. Besok pagi kita akan melanjutkan perjalanan. Sangat pengertian sekali kau ini." ucap Jin hu santai tanpa merasa tersindir.

"Baik tuan." ucap Wen yuan lalu pergi menuju salah satu penginapan yang ada di dekat mereka.

"Tidak merasa tersindir sedikitpun. Huft, nasibmu Wen yuan, harus mendampingi tuan yang tidak peka dan tidak tahu malu untuk melakukan hal yang tidak pantas dia lakukan di tempat-tempat tertentu." gerutu Wen yuan sambil berjalan menuju salah satu penginapan yang ada di sana.

"Ha ha ha ha ha." tawa Liu yu pecah melihat wajah Wen yuan yang menekuk.

"Apa yang kau ter tawakan hah?" tanya Wen yuan kesal.

"Wajah tertekuk mu itu terlihat sangat lucu. kau sudah tahu kalau tuan Jin hu itu tidak akan merasa tersindir sedikitpun jika itu mengenai kelakuan tidak normalnya didekat istrinya. Sebelum menikah dia sudah seperti itu, sesudah menikah tentu akan semakin parah." ucap Liu yu.

"Sudahlah, tidak perlu kesal karena hal itu. Tidak ada gunanya juga kau kesal sedang orang yang membuat kau kesal tidak merasa bersalah sama sekali." tambah Liu yu.

Mereka berdua masuk ke dalam penginapan bersama. Segera Wen yuan memesan kamar sedangkan Liu yu yang memesan makanan serta tempat untuk mereka makan.

"Ada yang dapat saya bantu tuan?" tanya seorang pelayan pada Wen yuan.

Tidak seperti biasanya seorang pelayan biasanya akan memasang wajah penuh senyum ataupun akan menunduk hormat, pelayan itu memasang wajah datar tanpa ekspresi. Wen yuan sebenarnya sedikit heran namun dia tidak ambil pusing.

"Saya ingin pesan 3 kamar untuk malam ini. Kalau bisa satu kamar yang tidak akan menggangu orang lain walaupun berisik." ucap Wen yuan.

"Baik tuan, kebetulan sekali kamar terpisah di belakang sedang kosong malam ini." ucap pelayan itu masih dengan tatapan kosong ke depan dan wajah datar.

"Hm bagus, kalau begitu persiapkan saja 3 kamar untuk saya dan rekan saya." ucap Wen yuan lalu memberi tips untuk pelayan itu dan pergi tanpa menunggu tanggapan pelayan yang seharusnya senang menerima tips darinya.

"Apakah semua sudah siap?" tanya Jin hu yang baru memasuki penginapan itu bersama Ze tentunya dalam rangkulan posesif khas Jin hu.

"Sudah tuan." jawab Wen yuan dan Liu yu bersama.

"Sebelah sini tuan." ucap seorang pelayan menunjukkan ruangan yang Liu yu pesan untuk makan mereka.

"Wah mengapa makanan ini sangat harum dan terlihat lebih menggoda selera makan?" ucap Wen yuan dan diangguki oleh Liu yu.

"Itu karena kami menggunakan bahan-bahan yang sangat segar tuan. Ikan yang baru diangkat dari kolam saat akan diolah untuk dimasak, sayur-sayuran yang juga baru dipetik saat akan diolah untuk dimasak." jawab pelayan yang masih ada di dalam ruangan itu.

Wen yuan dan Liu yu mengangguk penuh antusias berbeda dengan Ze yang memasang wajah sedikit tidak nyaman. Jin hu menyadari perubahan ekspresi istrinya ingin bertanya tapi tertahan saat Ze membuka suara.

"Kau boleh keluar karena kami akan makan tanpa perlu dilayani. Sangat tidak nyaman makan sambil diawasi." ucap Ze.

"Baik nyonya, jika butuh sesuatu cukup bunyikan lonceng di sebelah anda." ucap pelayan itu lalu keluar dari ruangan itu.

"Plak plak plak." Ze memukul tangan Wen yuan, Liu yu bahkan tangan Jin hu saat mereka akan mengambil makanan di atas meja di depannya.

"Aduh.....!" keluh mereka lalu menatap penuh tanya pada Ze.

"Ada apa sayang?" tanya Jin hu.

"Jangan menyentuh sedikitpun semua makanan itu." ucap Ze.

"Kenapa?" tanya ketiga pria yang sedang bingung itu.

"Tidakkah kalian memperhatikan semua orang yang ada di tempat ini dari kita pertama masuk hingga pelayan tadi?" tanya Ze.

"Ada apa dengan mereka putri?" tanya Liu yu.

"Aku lihat mereka seperti tanpa ekspresi." jawab Wen yuan.

"Aku menyadari tatapan kosong pelayan tadi saat memesan kamar tapi aku mengabaikan itu." ucap Wen yuan lagi.

"Jika hanya satu dua orang itu bukan hal yang aneh. Tapi, dari orang yang duduk di luar yang hanya membuka tutup mulut mereka seperti sedang berbincang, mereka yang hanya mengaduk makanan di meja, semua pelayan yang ada, mereka semua memasang wajah datar tanpa ekspresi dengan tatapan kosong mereka." jelas Ze.

"Jadi maksudnya, ada hal buruk bisa saja terjadi di tempat ini?" tanya Jin hu.

"Iya, aku curiga bahwa mereka semua dalam pengaruh atau kendali sesuatu." ucap Ze.

"Lalu, apa hubungannya dengan makanan ini sehingga kita tidak boleh menyentuh makanan ini?" tanya Liu yu.

"Jika tebakan aku benar, maka dalam makanan ini bisa saja ada sesuatu. Entah itu racun atau suatu hama yang dapat mengendalikan orang." ucap Ze.

"Bagaimana cara kita mengetahui semua itu benar atau tidak putri?" tanya Wen yuan.

"Kita akan tahu setelah aku menguji semua makanan ini." ucap Ze.

Jangan lupa untuk memberikan like, vote dan komen kalian semua untuk menjadi penambah semangat bagi author untuk terus menulis.

Tiga

Ze mengeluarkan beberapa lembar daun lebar dari dalam batu dimensi lalu memindahkan semua makanan itu keatas masing-masing daun itu.

"Daun duyin ini adalah daun yang dapat mendeteksi racun. Karena saat bagian dari daun ini tersentuh oleh racun jenis apapun, daun ini akan berubah warna menjadi gelap. Semakin pekat warna gelap dari daun duyin ini, itu artinya semakin kuat pula kadar racunnya." ucap Ze.

Setelah menunggu sekian lama mereka tidak melihat perubahan warna pada daun duyin yang menjadi alas makanan itu. Ze kemudian mengeluarkan sebuah botol kecil dan membuka tutup botol itu lalu meneteskan beberapa tetes pada masing-masing makanan itu.

"Uji racun pada makanan ini memang nol. Tapi, aku ingin tahu apakah makanan ini tidak mengandung parasit atau sejenisnya. Untuk lebih aman, kita harus mengujinya bukan." ucap Ze dan semua hanya mengangguk saja.

Setelah beberapa saat makanan itu ditetesi dengan cairan dalam botol milik Ze, mereka semua menganga lalu menatap Ze penuh tanya seolah tidak percaya dengan apa yang mereka lihat.

Bagaimana tidak, setelah beberapa saat melihat makanan-makanan itu, mereka semua terkejut bukan main karena tiba-tiba beberapa ekor ulat putih menggeliat keluar dari makanan itu. Yang lebih menjijikkan lagi, setelah ulat itu keluar dari makanan itu, semua makanan yang terlihat menggiurkan berubah menjadi makanan busuk.

"Mengapa ada ulat keluar dari makanan itu?" tanya Liu yu sambil menutup hidungnya karena tidak tahan mencium bau dari makanan busuk di depannya.

"Tebakanku benar." ucap Ze.

"Ulat jenis apa itu?" tanya Jin hu.

"Ini adalah larva dari serangga pengendali pikiran." jawab Ze.

Ze mengeluarkan capit kecil dan sebuah wadah lalu men-capit dan memasukkan ulat-ulat itu kedalam wadah. Ze menyisakan satu ekor dan menaruhnya pada daun lain yang kosong.

"Apa yang akan putri lakukan pada ulat mati itu?" tanya Wen yuan.

"Tidak perlu banyak tanya." tegur Ze yang mulai merasa terusik dengan pertanyaan tiga orang di dekatnya itu.

"Kalian cukup menonton saja apa yang akan aku lakukan pada larva ini. Sebaiknya tetesi sampah makanan yang bau itu dengan cairan pelebur ini (mengulurkan sebuah botol berisi cairan pelebur pada Wen yuan) cukup gabungkan semua lalu berikan setetes cairan pelebur. Ingat untuk tidak membiarkan kulitmu tersentuh jika kau tidak ingin kehilangan tanganmu."ucap Ze.

Wen yuan mengikuti perintah dan arahan Ze dan akhirnya mereka semua terbebas dari bau busuk yang menusuk dari sampah makanan itu.

Ze mengeluarkan pisau dan juga sebuah batu. Jin hu dan yang lain hanya mengernyit heran dengan apa yang Ze lakukan.

Ze memotong tubuh ulat itu dan secara ajaib ulat itu kembali utuh dengan dua tubuh saat ini membuat tiga orang di sana terbelalak.

Ze lalu menumbuk tubuh ulat itu dan hasilnya tiga orang di sana tidak lagi terbelalak tapi mereka sudah menganga. Bagaimana tidak, ulat yang sudah hancur kembali utuh dengan jumlah yang jauh lebih banyak lagi.

"Bagaimana bisa seperti itu?" tanya Liu yu.

"Ulat-ulat ini berkembang biak dengan membelah diri. Lebih hebatnya lagi, ulat itu bahkan dapat berkembang biak saat tubuh mereka hancur tak beraturan." jawab Ze.

"Bagaimana putri dapat menebak hal itu?" tanya Wen yuan.

"Mereka memasukkan ulat-ulat itu kedalam makanan yang akan hancur di dalam mulut. Jika tidak memiliki kemampuan membelah diri maka percuma. Ulat-ulat itu akan mati dan tidak berguna lagi." jelas Ze.

"Lalu, apa yang harus kita lakukan untuk mengatasi semua ini?" tanya Liu yu.

"Aku memiliki ide gila untuk itu." jawab Ze menunjukkan senyuman mematikan miliknya yang sangat ditakuti oleh Wen yuan dan Liu yu.

"Apa yang ingin kau lakukan?" tanya Jin hu agak khawatir terhadap istrinya.

Pasalnya sang istri yang dia kenal adalah sosok yang tidak kenal takut dan ampun. Jika istrinya mengatakan bahwa itu adalah ide gila, maka bagi orang lain ide itu kemungkinan besar adalah sebuah langkah yang sangat gila bahkan dapat dikatakan langkah bunuh diri.

"Aku akan menanam ulat ini dibalik kulit Kepala kita semua agar mereka tidak curiga." jawab Ze enteng dan itu berhasil membuat tiga orang di depannya ter lonjak kaget.

"Oh ya Dewa, apakah telingaku ini tidak salah dengar kalau putri mengatakan akan menanam ulat menjijikkan itu di kulit kepala kita?" tanya Liu yu pada Wen yuan.

"Aku juga mendengar itu." jawab Wen yuan.

"Berarti pendengaran milikku masih normal." ucap Liu yu tenang lalu kembali melotot menyadari bahwa apa yang dia dengar tentang ide Ze itu benar adanya.

"Mengapa kita harus repot-repot melakukan hal itu?" tanya Wen yuan.

"Apakah kau ingin menyelamatkan orang-orang yang terjangkit atau dikendalikan oleh hama itu sayang? " tanya Jin hu.

"Ya, kau benar sekali sayang. Mereka adalah warga desa biasa yang tidak bersalah dan berhak atas hidup mereka. Alangkah tidak berguna nya kemampuan yang kita miliki jika kita tidak mau menolong orang kesulitan di depan mata kita." jawab Ze.

"Tapi, apakah harus dengan menanam ulat itu di dalam kulit kepala kita, apakah tidak ada cara lain lagi?" tanya Liu yu dengan wajah memelas berharap tuannya itu berbelas kasih padanya dan merubah rencananya.

"Tidak ada cara lain lagi. Jika mereka tidak merasakan keberadaan larva pengendali pikiran ini dalam tubuh kita, mereka akan curiga." jawab Ze membuat Wen yuan dan Liu yu ketakutan.

Sebenarnya Jin hu juga jijik dan enggan menyentuh terlebih membiarkan ulat menjijikkan itu berada di dalam kulitnya. Tapi, dia percaya setiap tindakan istrinya adalah tindakan yang sudah dipikirkan matang-matang olehnya.

Jin hu tentu tidak ingin niat baik istrinya membantu orang lain tidak dapat terwujud hanya karena rasa risih nya.

"Tapi tenang saja, kita tidak akan dikendalikan oleh induk dari larva ulat-ulat itu. Karena, sebelum menanam tubuh ulat itu di dalam kulit kepala kita, aku akan melumpuhkan kemampuan ulat itu namun tidak sampai membunuhnya. Kita butuh informasi untuk menemukan induk dari larva itu berada untuk memusnahkan nya." jelas Ze.

"Dengan itu seluruh warga yang terjangkit akan bebas dari kendali ulat itu." jelas Ze lagi.

"Sekarang kalian paham? Tenang, ini tidak akan sakit karena aku menggunakan sesuatu yang akan membuat kulit kepala yang akan dilubangi untuk tempat ulat itu tidak akan merasakan sakit sedikitpun." ucap Ze dan akhirnya mereka semua setuju untuk mengikuti rencana Ze.

Jangan lupa untuk tetap semangat memberikan dukungan pada novel ini dengan vote, like dan komen agar author juga semangat memberikan up nya 🙏✌

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!