Matahari baru saja terbit dan langit mulai terlihat terang, namun ada seorang laki-laki yang sudah sibuk membereskan barang-barang miliknya dan memasukan semua barang itu ke dalam sebuah tas ransel yang cukup besar.
Sementara itu, seorang perempuan masih berbaring di tempat tidur seraya memandangi laki-lakinya yang sedang sibuk membereskan barang-barangnya itu. Dia terus tersenyum tanpa cela saat menatap wajah putih bersih milik pria yang sudah setahun lebih menjadi suaminya itu. Ya! pria itu lah Abdul Azam Arrafi, suami dari Alia ragasy.
...Di balik mata INDIGO season 2...
...BAB I...
...Dengan berat hati...
Kurang lebih sudah satu tahun empat bulan Alia dan Azam menikah. Kini Alia tengah mengandung, dan usianya sudah jalan 10 Minggu. Meskipun baru saja lulus kuliah, namun ia beruntung karena langsung mendapat pekerjaan mengajar di MTs tempatnya sekolah dulu, Alia mendapatkan pekerjaan itu setelah ia bersilaturahmi ke rumah salah seorang gurunya sewaktu di MTs dulu, beliau menawarkan pekerjaan itu kepada Alia dan dengan cepat Alia pun menerimanya karena hal itu bisa di bilang sebagai ajang untuk mencari pengalaman pertamanya dalam mengajar setelah dirinya resmi mendapat gelar sarjana.
"Kamu yakin nggak mau ikut aku?" tanya Azam yang masih fokus pada tas ranselnya.
Alia hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum, tanpa beranjak dari tempat tidur Alia terus saja melihat ke arah Azam.
"Kamu kenapa si, lihat aku seperti itu?" ucap Azam yang merasa malu saat istrinya terus saja memandang kerah dirinya.
"Nggak papa, lagi ingin mandangin wajah calon ayah dari anak aku aja" jawab Alia sambil tersenyum.
Azam hanya tersenyum sembari terdiam, raut wajahnya berubah menjadi malu mendengar ucapan itu, sejak Alia hamil, dia memang jadi lebih sering menggoda Azam, sementara itu Azam justru menjadi pemalu saat Alia selalu saja menggodanya.
"Aku sebenarnya nggak rela harus ninggalin kamu" ujar Azam.
"Aku nggak papa kok, lagian kan ada Mama, Papa dan juga Sita yang jagain aku" ucap Alia mencoba meyakinkan.
Azam hanya menghembuskan nafas panjang, ia tidak bisa menolak keras kepala istrinya itu yang tidak mau di ajak pergi bersamanya.
Awal bulan lalu Azam sudah di terima menjadi PNS, dan dia mendapatkan tugas mengajar di luar kota, jadi mau tidak mau ia harus segera pergi. Namun Alia begitu keras kepala, karena dirinya baru saja mendapatkan pekerjaan untuk mengajar di MTs, maka dia menolak untuk ikut pergi bersama Azam. Dan sejak saat itu Alia memutuskan untuk tinggal di rumah orangtuanya karena merasa ingin dekat dengan Mamanya selama hamil, Azam pun tidak bisa menolak keinginan istrinya yang sedang hamil calon anak pertamanya itu.
Sangat umum bagi perempuan hamil muda untuk mengalami mual-mual dan juga muntah, maka dari itu sampai sekarang Alia masih berbaring di atas tempat tidur dan tidak membantu Azam yang sedang sibuk mempersiapkan barang yang hendak di bawanya, selain itu Azam juga meminta Alia untuk istirahat lebih lama dan tidak perlu membantunya.
"Pokoknya selama aku nggak ada, kamu harus jaga diri kamu dan juga calon anak kita! nggak boleh terlalu capek!" ucap Azam dengan nada tegas.
"Iya Papa..." jawab Alia dengan nada menggoda, sementara itu Azam hanya tersenyum dan tidak bisa lagi berkata-kata.
"Azam... Alia... ayo sarapan dulu nak..." tiba-tiba saja suara teriakan Bu Mia terdengar dari luar pintu kamar.
"Iya Mah..." jawab Azam dan Alia bersamaan.
Azam lalu membantu Alia bangun dari tempat tidurnya dan mereka berdua keluar bersama untuk sarapan. Kebetulan hari itu adalah hari Minggu, jadi Alia sedang libur mengajar dan dia bisa mengantar kepergian Azam tanpa beban.
Meskipun mengalami mual-mual, namun Alia masih bisa makan meskipun hanya sedikit untuk mengisi perutnya.
******
Sekitar jam 8 pagi Azam sudah selesai bersiap dan akan segera berangkat. Ia terlebih dahulu mengelus perut Alia yang masih rata sambil menciumnya.
"Sayang... Papa pergi dulu yah, kamu sehat-sehat yah sama Mama" ucap Azam dengan pelan.
"Kamu juga sehat-sehat yah! jaga calon anak kita, jangan terlalu capek!" imbuh Azam.
"Iya Papa... " jawab Alia sambil tersenyum lebar.
Azam lalu mengecup kening Alia, lalu Alia pun mencium punggung tangan suaminya itu.
"Mah... tolong jaga Alia yah" pinta Azam kepada Ibu mertuanya.
"Iya... Mama akan jagain, kamu tenang saja" jawab Bu Mia dengan semangat.
"Sudah sana, nanti kamu ketinggalan..." ucap Alia.
Sekali lagi, Azam mencium kening Alia, lalu ia mulai melangkahkan kakinya meninggalkan rumah itu. Ia meninggalkan Alia dengan sangat berat hati karena sebenernya dia tidak rela harus berpisah dengan istrinya yang tengah hamil muda itu, namun apalah daya karena ia sudah terikat dengan pekerjaan, sementara itu Alia juga sangat keras kepala, dan Azam tidak ingin memaksakan kehendaknya kepada Alia yang tengah hamil karena tidak ingin membuat perasaannya menjadi stress dan mengganggu pertumbuhan janinnya.
Perlahan-lahan Azam mulai menjauh dan sudah tidak terlihat lagi, Alia masih saja melihat ke arah jalan itu seperti belum rela jika harus ditinggal oleh Azam.
"Ayo masuk nak, kamu harus istirahat" ujar Bu Mia yang langsung mengalihkan pandangan Alia.
Alia pun segera masuk ke dalam rumah dan duduk di ruang tengah. Dia mencoba menyalakan televisi untuk menghilangkan rasa bosan.
"Alia... Mama keluar sebentar yah" ucap Bu Mia sembari berjalan keluar.
"Ya Mah..."
Kini Alia hanya sendirian di rumah, karena Pak Aji sedang bekerja lembur di hari Minggu, dan Sita sedang ada kegiatan di kampusnya.
Alia masih asyik menonton televisi di ruang tengah, dia berbaring di atas sofa karena merasa tidak nyaman jika harus duduk terus.
"Aduh... lagi asyik nonton juga, pake acara kebelet pipis segala deh!" gerutu Alia.
Dengan berat hati ia pun segera bangun dari sofa dan berjalan menuju ke kamar mandi dengan pelan.
Setelah selesai ia keluar dan berniat untuk kembali ke ruang tengah, namun saat baru saja ia keluar dari kamar mandi, tiba-tiba saja ia merasakan ada sesuatu yang merambat di kakinya dan berjalan sangat cepat menuju ke kaki bagian atas.
Sontak saja Alia pun langsung melompat ketakutan karena tidak ingin sesuatu yang merambat di kakinya itu menuju ke bagian atas.
Tanpa berpikir tentang kehamilannya, Alia melompat dengan kencangnya sembari berteriak karena ketakutan dan juga kaget.
"Aaaa astaghfirullah! astaghfirullah! apa ini!" teriak Alia yang masih melompat sembari menepis kakinya untuk menjauhkan sesuatu yang merambat di kakinya.
Tak lama setelah jatuhlah seekor cicak berukuran cukup besar di samping kaki kanannya. Kondisi cicak itu sudah tidak memungkinkan lagi untuk hidup. Pasalnya saat Alia melompat tadi cicak itu terjatuh dari kakinya dan tanpa sengaja terinjak-injak oleh Alia, sehingga tubuhnya pun agak gepeng dan bagian perutnya keluar sebagian.
"Hueekkk!! astaghfirullah! astaghfirullah!"
Alia terus saja beristighfar karena kaget dan juga takut, seluruh tubuhnya bahkan sampai gemetaran karena kaget, ia melihat ke arah bangkai cicak itu dan membuatnya semakin ingin muntah.
"Hueekk!! astaghfirullah! apa ini, kenapa perasaanku jadi tidak enak? apakah ini pertanda buruk? ya Allah... semoga tidak terjadi apa-apa..." ucap Alia pelan.
...*...
...*...
...*...
...Jangan lupa dukung author yah! like komen dan juga kasih vote di karya author ini....
Suasana di rumah itu menjadi sangat hening karena memang tidak ada siapa-siapa selain Alia. Hawa dingin mulai menyelimuti tubuh Alia yang masih terdiam kaku dan belum bisa melangkahkan kakinya karena masih terkejut.
...Di balik mata INDIGO season 2...
...BAB 2 kekhawatiran...
Setelah melihat bangkai cicak itu, Alia langsung berlari masuk ke dalam dan meninggalkan bangkai itu tergeletak di lantai depan pintu kamar mandi tanpa menyingkirkannya.
Tangan dan kaki Alia masih gemetaran, jantungnya juga berdebar dengan sangat cepat, pikirannya masih terngiang-ngiang dengan kondisi cicak tadi.
Perasaannya menjadi tidak enak karena dirinya telah membunuh seekor cicak dalam keadaannya yang sedang hamil.
Menurut kepercayaan Jawa, perempuan yang sedang hamil tidak boleh membunuh binatang apapun karena itu akan berdampak buruk terhadap calon bayinya nanti. Bagi Alia mungkin itu hanyalah mitos belaka, namun bagi Bu Mia yang masih percaya dengan adat kejawen, hal itu sangatlah penting dan harus selalu di perhatikan. Bu Mia bahkan sudah mewanti-wanti Alia dan juga Azam untuk tidak membunuh ataupun menyakiti hewan apapun selama Alia hamil.
"Ya Allah... kok perasaan aku semakin nggak enak yah? tapi aku benar-benar nggak sengaja membunuh cicak itu" ucap Alia dalam hati sembari terus mengelus dadanya yang masih berdebar.
"Semoga saja tidak terjadi apa-apa, sehat-sehat ya nak di dalam perut Mama..." imbuh Alia sembari mengelus perutnya yang masih rata. Alia tidak berani menceritakan kejadian itu kepada siapapun, dan akhirnya dia pun memilih untuk melupakannya.
*****
Sejak hari itu Alia terus saja mengalami mual-mual dan juga muntah. Dia bahkan sama sekali tidak bisa makan apapun, minum air putih saja selalu keluar lagi. Kondisinya menjadi semakin parah ketika penyakit maag yang pernah di deritanya itu kambuh karena telat makan. Menurut bidan yang memeriksa Alia itu adalah hal wajar yang biasa terjadi pada ibu hamil di trimester pertama, apalagi itu adalah kehamilan pertama.
Kurang lebih sudah satu Minggu dia terbaring lemah di tempat tidurnya dan hampir tidak bisa bangun karena lemas, dia bahkan mengambil cuti tidak mengajar untuk waktu satu bulan kedepan.
Mendengar hal itu Azam merasa sangat khawatir dan ingin segera pulang untuk menemani istrinya, namun ia masih terikat dengan pekerjaan dan hanya bisa pulang minimal setelah satu bulan.
"Kamu tenang saja Mas, aku nggak papa kok" ujar Alia mencoba mengurangi kekhawatiran Azam.
"Kamu bilang begitu karena nggak ingin buat aku khawatir kan!" jawab Azam.
"Tapi aku beneran nggak papa, kamu fokus aja sama kerjaan kamu yah".
"Pokoknya begitu genap satu bulan aku akan minta izin untuk pulang!" ucap Azam dengan tegas.
Cukup lama Alia dan Azam menghabiskan waktu untuk mengobrol lewat telepon genggam, mereka selalu melakukan hal itu hampir setiap malam. Setelah selesai sholat Isya Azam selalu menelpon Alia untuk menanyakan kabar dan mengetahui keadaannya, meskipun Azam berada jauh dari Alia, namun hati dan pikirannya tetap selalu berada dekat dengan istrinya itu, dia juga bahkan bisa ikut merasakan sakit saat Alia sedang sakit.
Karena hari sudah semakin malam, Alia pun menutup telfonnya dan berpamitan untuk tidur kepada Azam, Azam pun tidak bisa lagi mencegah karena tidak ingin Alia merasa kurang istirahat, meskipun sebenarnya ia masih ingin mengobrol dan mendengarkan suara Alia hanya untuk sekedar melepas rasa rindunya.
*****
Keesokan harinya Alia mendengar ada pertunjukan kuda lumping di rumah tetangganya. Hari itu tidak seperti biasanya, Alia merasa sangat bersemangat dan badannya juga terlihat sehat.
Sejak pagi ia sudah membayangkan dan ingin sekali melihat pertunjukan kuda lumping itu, karena memang sudah cukup lama ia tidak melihatnya. Sejak kecil Alia memang suka sekali dengan pertunjukan kuda lumping, dulu sewaktu masih di MTs hampir setiap ada pertunjukan di desanya, ia selalu hadir untuk menonton.
Hari itu, acara pertunjukan di mulai sekitar jam 10 pagi, Alia pun sudah siap dan duduk di teras depan rumah tetangganya untuk menonton. Dia bahkan tidak rela untuk melewatkan satu babak saja.
Seperti biasa, di babak terakhir mereka selalu mengadakan babak janturan ( babak di mana para pemain membiarkan diri mereka di rasuki oleh indang peliharaan mereka).
Sesaji pun sudah tertata rapi di atas meja yang di sediakan sebagai makanan untuk para pemain yang melakukan jantur.
Alia sangat menikmati pertunjukan itu, dia bahkan tidak beranjak sedikitpun kecuali untuk melaksanakan sholat Dzuhur lalu kembali lagi. Babak terakhir berlangsung sekitar jam 3 sore, hampir semua pemain kuda lumping itu mengalami jantur/mendem. Satu persatu dari mereka mulai memakan sesaji yang sudah di siapkan, mulai dari kelapa muda, bambu muda, bunga mawar dan masih banyak lagi. Bahkan ada dari mereka yang memakan pecahan beling dengan lahapnya.
Saat sedang asyik melihat aksi itu, tiba-tiba saja pandangan mata Alia tertarik pada sesuatu yang membuatnya merasa sangat menginginkan hal itu.
Itu adalah kelopak bunga mawar merah yang sudah di siapkan sebagai makanan bagi para Indang yang merasuki pemiliknya. Sudah lama sekali sejak terakhir kali Alia memakan kelopak bunga mawar merah itu, dan sekarang ia begitu sangat menginginkannya. Sebenarnya sejak dulu Alia memang suka memakan bunga mawar merah, namun itu terjadi bukan karena keinginan Alia sendiri, melainkan karena keinginan dari sosok perempuan yang sampai saat ini masih bersemayam di dalam rambut panjang milik Alia.
Dengan cepat Alia mengambil segenggam kelopak bunga mawar merah itu dan bergegas pergi menjauh dari area pertunjukan.
Alia pun segera melahap kelopak bunga mawar itu dan segera menghabiskannya.
Hatinya merasa begitu puas setelah menelan kelopak bunga itu. Dia pun segera pulang dan beristirahat.
Tak lama kemudian Bu Mia pulang dan menghampiri Alia.
"Alia... ini Mama belikan Soto kesukaan kamu, tadi kebetulan tukangnya jualan di dekat area pertunjukan" ucap Bu Mia.
"Wah makasih Mah, aku makan sekarang yah!" ucap Alia dan dengan cepat menuang sebungkus Soto itu ke dalam mangkuk.
Dengan cepat Alia menghabiskan semangkuk Soto itu, Bu Mia bahkan heran melihat Alia yang makan dengan lahap, padahal tadi pagi ia masih saja muntah-muntah saat baru minum seteguk air putih.
"Alhamdulillah... kenyang!" ucap Alia.
"Syukurlah... makanannya bisa masuk dan kamu nggak muntah" ujar Bu Mia.
"Iya Mah Alhamdulillah, mungkin karena kebetulan aku memang lagi ingin makan Soto kali yah" jawab Alia.
Bu Mia hanya tersenyum mendengar pernyataan Alia.
*****
Keesokan harinya, pagi-pagi sekali Alia terbangun karena merasakan ketidaknyamanan pada perutnya. Ia merasakan sakit perut yang sangat luar biasa sakit, hampir sama sakitnya seperti saat ia akan mengalami datang bulan. Namun kali ini rasanya lebih sakit lagi.
"Ya Allah, kok perut aku sakit banget yah, kenapa?" ucap Alia pelan.
Alia pun mencoba untuk bangun dan berjalan menuju ke kamar mandi. Dia melihat ada bercak darah yang cukup banyak di celana dalamnya, mungkin itu penyebab dari rasa sakit yang ia rasakan.
"Kok berdarah si? apa aku haid? tapi aku kan..." Alia bergumam pelan, saat ia menyadari keadaan tubuhnya, ia pun langsung berteriak memanggil Mama nya.
"Ma... Mama..." Alia terus berteriak memanggil Bu Mia sampai akhirnya Bu Mia pun menghampirinya.
...*...
...*...
...*...
...Jangan lupa dukung author yah! like komen dan juga kasih vote di karya author ini....
...Di balik mata INDIGO season 2...
...BAB 3 Kembali melihat...
Alia masih saja berteriak sampai Bu Mia menghampirinya. Dia kemudian menunjukkan celana dalamnya yang terdapat bercak darah cukup banyak. Dengan cepat Bu Mia pun segera membawa Alia ke rumah bidan terdekat untuk memeriksakan kandungannya.
Setelah 10 menit akhirnya mereka sampai di rumah bidan yang berada di desanya, Alia dan Bu Mia menceritakan semua yang terjadi ke pada Bu bidan.
Alia melakukan berbagai macam tes untuk mengetahui bagaimana keadaan janinnya sekarang, dia berharap bahwa keadaannya baik-baik saja, dan benar saja, keadaan janin Alia masih baik saja. Namun hal itu justru menimbulkan keheranan pada sang bidan yang memeriksa Alia, karena biasanya jika seorang ibu hamil dengan usia kandungan yang tergolong tahap awal, pasti janinnya sudah mengalami masalah jika melihat gejala yang seperti itu, entah itu kandungan yang lemah ataupun yang lainnya, tapi keadaan janin Alia sungguh baik, bahkan sangat kuat.
Alia hanya tersenyum bersyukur karena keadaannya masih baik-baik saja, namun Bu Mia tahu betul jika ada sesuatu yang aneh terjadi pada putrinya.
*****
Sesampainya di rumah Alia berbaring di kamarnya dan di temani oleh Bu Mia. Beliau masih tidak percaya dengan apa yang terjadi pada Alia.
"Kamu beneran tadi sakit perut nak?" tanya Bu Mia.
" Iya Mah, sakit banget, terus keluar darah" jawab Alia.
"Kamu kemarin makan apa aja? terus apa kamu nggak sengaja membunuh binatang?" Bu Mia kembali bertanya dengan wajah yang sangat serius. Sementara itu Alia terdiam kaget saat mendengar pernyataan itu, karena dirinya jadi teringat kejadian kemarin saat tak sengaja membunuh seekor cicak.
"Kenapa kamu diam?" Bu Mia kembali bertanya saat Alia hanya terdiam.
"Em... sebenarnya... sebenarnya kemarin aku nggak sengaja menginjak seekor cicak Mah" ucap Alia agak ragu.
Alia juga mengatakan bahwa kemarin dia sempat memakan mahkota bunga mawar merah yang dijadikan sesaji pada pertunjukan kuda lumping.
"Ngawur!! orang hamil itu nggak boleh makan bunga! nanti bisa jadi keles!" Bu Mia menjawab dengan cepat setelah mendengar cerita Alia.
Keles/kelesan, dalam bahasa Jawa artinya keguguran, keluarga besar Alia masih percaya jika orang yang sedang hamil pantang untuk memakan bunga, apapun itu, termasuk bunga pepaya dan juga jantung pisang, karena mereka percaya bahwa itu akan menyebabkan keguguran. Dan mengenai cicak itu, karena sudah terjadi maka Bu Mia terus mewanti-wanti Alia agar selalu berhati-hati dalam melakukan segala sesuatu.
Usia kandungan Alia sudah dua bulan lebih, namun baru kemarin ia mengalami mual dan muntah yang sangat menyiksa hingga membuatnya hanya bisa berbaring di tempat tidur, bahkan ia pun kesulitan untuk makan.
Sudah dua bulan setengah juga Alia merasa hidupnya berbeda dari sebelumnya, karena sejak ia hamil, ia sama sekali sudah tidak pernah melihat sesuatu yang aneh ataupun hal yang akan terjadi di masa depan.
Sejak saat itu ia merasa bahwa hidupnya sangatlah damai karena ternyata ia bisa juga menjalani hidup layaknya orang lain pada umumnya, ia juga sempat berpikir bahwa kehamilannya lah yang telah membuat dirinya kehilangan kemampuan yang ia miliki, meskipun begitu ia merasa sangat bersyukur sekali, karena memang hal itulah yang selalu ia inginkan sejak dulu.
Malam itu... seperti biasa, sehabis Isya Azam menelpon Alia untuk menanyakan keadaannya hari ini, Alia sengaja tidak memberitahu Azam tentang kejadian tadi pagi karena tidak ingin membuatnya menjadi khawatir dan tidak fokus bekerja. Dia berniat untuk menceritakannya nanti jika Azam sudah berada di rumah saja.
Mereka menghabiskan banyak waktu lewat telepon hanya untuk sekedar mengobrol, bahkan terkadang membicarakan hal yang mungkin tidak penting. Meskipun setiap hari seperti itu, namun Azam sama sekali tidak merasa bosan karena dirinya bisa mendengar suara Alia meskipun dari jarak jauh, namun terkadang Alia yang merasa bosan karena setiap hari melakukan itu, tak jarang juga Alia sampai tertidur saat Azam sedang berbicara.
*****
Keesokan harinya seperti biasa Alia hanya berbaring di tempat tidur sendirian, karena Pak Aji sudah berangkat kerja, Sita pergi ke kampus, dan Bu Mia juga keluar untuk membeli keperluan dapur.
Sore itu Alia tertidur dengan sangat lelap, dia bahkan belum pernah merasa bisa tidur se lelap itu semenjak dirinya mengalami mual-mual.
Waktu itu, saat sedang tertidur begitu lelap, tiba-tiba saja Alia merasa ada sesuatu yang menyentuh perutnya, sesuatu itu terasa sangat dingin dan lembab, seperti tangan yang sedang mengelus-elus lembut perutnya.
Dengan cepat Alia pun segera membuka matanya dan mencoba melihat apa yang sebenarnya sedang menyentuh perutnya itu.
Betapa terkejutnya Alia saat melihat baju bagian bawahnya terbuka dan perutnya pun terlihat dengan jelas, yang lebih mengejutkan lagi adalah sebuah tangan yang terlihat menempel di atas perutnya, namun Alia tidak melihat adanya siapapun di dekatnya, bahkan tangan itu juga tidak terlihat seperti tangan manusia, karena bentuknya sangat kurus bagai tulang berselimut kulit dengan kuku yang panjang dan juga hitam.
Alia berusaha untuk bangun namun sayang, seluruh tubuhnya terasa kaku, tangan dan kakinya sama sekali tidak bisa di gerakkan, dia hanya bisa terus melihat ke arah tangan yang dengan perlahan masih bergerak mengelus perut Alia yang masih rata. Pikirannya terasa kacau, otaknya seakan tidak bisa berpikir lagi, tidak tahu harus berbuat apa, bahkan untuk berteriak minta tolong saja suaranya benar-benar tidak bisa keluar.
Sentuhan tangan itu terasa sangat dingin sampai membuat Alia merinding, dia bahkan mengeluarkan keringat dingin yang mulai menetes di sekujur tubuhnya. Sampai akhirnya dia mulai memutuskan untuk memejamkan kembali kedua matanya dan berdoa di dalam hati.
Cukup lama Alia berdoa sambil memejamkan matanya, sampai ia mulai merasa bahwa sentuhan tangan itu sudah tidak ada lagi. Alia pun segera membuka kedua matanya dan melihat ke arah perutnya yang masih rata.
Sudah tidak ada apapun lagi di atasnya, namun baju bagian bawahnya masih terbuka, dengan cepat ia pun segera menutup kembali bajunya dan bangun dari tempat tidurnya.
Alia melihat ke arah sekeliling kamarnya, ia tersadar bahwa tiba-tiba suasana di dalam kamarnya itu terasa sangat gelap seolah hari sudah malam.
Tak lama kemudian hawa dingin pun mulai berhembus dan membuat suasana menjadi semakin dingin, namun ada sesuatu yang menarik perhatian Alia, yaitu sesosok bayangan perempuan yang berdiri di balik jendela dan seperti sedang melihat ke arahnya.
"Apa itu kakak? tapi... sepertinya bukan" ujar Alia sembari terus melihat ke arah bayangan hitam itu.
Note: Kepercayaan setiap desa maupun kota berbeda-beda, bahkan setiap kasepuhan turun temurun pun mempunyai kepercayaan tentang pantangan makanan yang berbeda. Jadi tidak bisa diartikan secara umum ataupun paten.
...*...
...*...
...*...
...Jangan lupa dukung author yah! like komen dan juga kasih vote di karya author ini!...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!