NovelToon NovelToon

Inseparable

Hari Pertama Masuk Sekolah

Arella Raina Anggara, lebih akrab dipanggil Raina. Dia adalah gadis yang baru lulus SMP dan berumur 16 tahun. Berasal dari Kota Surabaya namun dia memutuskan untuk melanjutkan SMA di Jakarta karena mendapatkan beasiswa disekolah negeri Jakarta. Raina sudah memikirkan matang-matang untuk melanjutkan SMA di Jakarta padahal dia bukan berasal dari keluarga kaya maka dari itu dia harus benar-benar hidup mandiri dan hidup sendiri dikota besar jauh dari keluarga juga kota kelahirannya. Raina merupakan gadis berhijab berwajah cantik yang berkepribadian baik, ceria, murah senyum namun sedikit tomboy.

Drrttt.. drtt.. drtttt

Mendengar getaran yang ada disamping tempat tidurnya Raina langsung meraba kearah ponselnya dengan mata yang masih terpejam, dengan sangat malas dia membuka mata melihat apa yang ada diponselnya. “Astaghfirullah aku kesiangan!” teriaknya lalu langsung berlari untuk mandi, tidak butuh waktu lama Raina sangat terburu-buru memakai seragam putih-putihnya untuk MOS di SMA barunya. Setelah selesai Raina langsung keluar dan tidak lupa mengunci pintu kamarnya, dia berjalan cepat sambil mengecek isi tasnya karena takut ada yang tertinggal.

‘Bughh’

Raina tidak sengaja menabrak ibu paruh baya yang tadi berlawanan arah dengannya, “Maaf bu, saya ngga sengaja.” ucapnyanya sambil membantu ibu itu.

“Ya ampun neng, kenapa buru-buru gitu sih? Lain kali hati-hati ya untung yang ditabrak saya bukan emak-emak rempong yang suka ngomel-ngomel.” ibu tersebut tersenyum sambil bergurau.

“Hehe iya Bu Ina saya udah kesiangan, padahal ini hari pertama saya masuk sekolah. Sekali lagi saya minta maaf ya bu, saya berangkat dulu Assalamu’alaikum.” ucapnya sambil tersenyum lalu mencium tangan Bu Ina.

“Wa’alaikumsalam, Hati-hati dijalan neng.” Ibu Ina tersenyum melihat tingkah Raina.

Raina langsung mencari angkot untuk menuju kesekolahannya, dia merasa gusar melihat jam yang melingkar di tangan kanannya menunjukkan pukul 06.45. Mengingat bahwa dirinya adalah murid penerima beasiswa seharusnya tidak telat dihari pertamanya masuk sekolah.

Karena hari ini hari Senin jalan begitu padat bahkan sempat macet, disela-sela perjalanan Raina melihat seorang nenek yang kesulitan untuk meyeberangi jalan tanpa berpikir panjang dia memutuskan untuk turun dari angkot yang ditumpanginya.

Setelah memberi ongkos pada kenek Raina menghampiri nenek tersebut, “Mari saya bantu meyeberang nek” ucapnya dengan lembut sambil tersenyum.

“Terima kasih ya nak, kamu baik sekali cantik pula semoga allah memberi kemudahan disetiap langkahmu.” ujar nenek seraya tersenyum dan mengusap bahu Raina setelah sampai diseberang jalan.

“Aamiin nek, yaudah nenek hati-hati ya saya pamit Assalamu’alaikum.” ujar Raina sambil tersenyum dan mencium tangan nenek tersebut.

“Wa’alaikumsalam” sahut nenek setelah Raina meninggalkannya.

Raina terus berlari mengejar waktu agar cepat sampai kesekolahannya, padahal tadi saat dia turun dari angkot itu masih setengah perjalanan menuju sekolahnya namun karena melihat seorang nenek kesulitan menyebrang dia lebih memilih turun untuk membantunya.

Dengan nafas terengah Raina sampai didepan sekolah yang sudah tertutup, dia kemudian melirik jam yang melingkar ditangan kanannya yang sudah menunjukkan pukul 07.20.

“Ehm, mbak apakah anda murid sekolah ini?” ujar bapak paruh baya berseragam satpam dari dalam gerbang.

“Iya pak, tapi saya terlambat apakah saya masih boleh masuk ya?” ucap Raina dengan penuh kehati-hatian sambil tersenyum paksa.

“Sebenarnya tidak boleh mbak, tapi saya lihat mbak orang baik pasti ada alasan tersendirikan mengapa bisa telat” satpam sambil membukakan pintu gerbang.

“Silahkan masuk mbak” imbuhnya pada Raina.

“Terima kasih pak, lain kali saya tidak akan telat lagi. Bapak the best deh!” ujar Raina dengan raut wajah yang tadinya lesu berubah menjadi bahagia.

‘Baru kali ini aku melihat ada siswi berhijab’ batin pak satpam saat melihat Raina berlarian masuk ke area sekolah.

Raina berlari menuju lapangan tempat para siswa baru berkumpul untuk MOS, dia langsung bergabung dan menempatkan diri dibarisan paling belakang. ‘Huft aman’ batinnya yang merasa lega, baru saja merasa aman ada suara cowok yang memanggilnya menggunakan pengeras suara.

“Saya kak?” tanya Raina sambil menunjuk dirinya untuk memastikan bahwa dialah yang dipanggil.

“Iya lo yang berjilbab yang baru saja datang dan langsung baris begitu saja tanpa rasa bersalah!” ucap cowok itu dengan tegas.

Yang tadinya tidak ada yang menyadari keberadaan Raina langsung spontan semuanya menoleh kearahnya bagaimana tidak ternyata dia adalah siswi satu-satunya yang memakai jilbab. Dengan percaya diri Raina langsung maju menghampiri cowok yang memanggilnya tadi.

“Kenapa lo langsung masuk barisan? Apa ada yang ngijinin lo buat MOS?” tanya cowok itu dengan nada tegas.

“Maaf kak tadi saya telat, saya pikir boleh langsung mengikuti MOS makanya saya langsung masuk barisan yang paling belakang.” ujar Raina dengan nada santai.

“Harusnya lo nggak ada disini! Nggak malu lo telat dan langsung baris begitu aja?! Jangan-jangan lo anak beasiswa dari luar kota itu ya?!” bentak cowok itu yang terkesan meremehkan.

‘Emangnya kenapa kalo aku anak beasiswa, nih cowok kok nyebelin banget sih, sabar Raina sabar’ batin Raina yang begitu geram dan merasa dipermalukan.

“Saya minta maaf kak” sahut Raina.

Sebenarnya Raina tidak takut hanya saja dia sadar kalau tadi telat jadi harus menerima konsekuensinya.

“Lo atur acara ini dulu, biar cewek ini gue yang urus gue mau beri dia hukuman.” cowok itu berbisik kepada temannya namun masih terdengar oleh Raina.

Setelah temannya mengangguk seakan menyetujui perkataan cowok yang telah mempermalukannya didepan umum, Raina terkejut tangannya ditarik paksa oleh cowok itu entah kemana. Semua orang yang melihat adegan itu langsung teriak histeris, bagaimana tidak cowok yang menariknya itu memiliki wajah tampan, hidung mancung, tubuh ideal, bibir merah alami, alis tebal dan tinggi sekitar 180 cm, Raina saja hanya sebatas dadanya padahal tingginya 165cm.

“Apa-apaan sih kak, Lepas!” Raina mengibaskan tangannya agar terlepas dari genggaman cowok itu, sekilas pergelangan tangannya memerah akibat tarikannnya.

“Berani ya teriak-teriak sama kakak kelas!?” tanyanya pada Raina yang masih memegangi pergelangannya.

“Kenapa? Mentang-mentang kamu kakak kelas apa iya kamu bisa seenaknya sama adik kelas yang baru saja masuk dihari pertamanya?!” sahut Raina dengan nada tingginya.

‘Wuihhh gi*a, baru kali ini ada orang yang berani bentak gue selain kedua sahabat gue’ batin cowok tersebut.

“Heh! Ngapain lo ngegas? Lo salah harus dihukum! Kenapa malah marah-marah?!” ujar cowok itu.

“Iya saya memang salah tapi kan tadi saya sudah minta maaf, saya juga akan menerima hukumannya tapi kenapa harus menjauh dari teman-teman dan kakak menarikku dengan paksa?!” ujar Raina merasa sangat kesal.

Cowok itu tidak menjawab dan kembali menarik Raina sampai akhirnya berhenti dibawah tiang bendera didepan sekolah.

“Sekarang lo berdiri tegap dan hormat kepada bendera sampai gue bilang selesai!” ucap cowok itu dengan tegas, tanpa mengucap sepatah katapun Raina langsung mengikuti perintahnya. Padahal ini masih pagi namun sinar matahari yang begitu panas membuat keringat Raina terus menetes dan mengalir membasahi jilbabnya.

Cowok itu entah kemana meninggalkan Raina begitu saja bahkan sudah hampir satu jam dia berdiri didepan tiang bendera dan sesekali menggerakkan kakinya karena merasa pegal.

Tiba-tiba Raina mendengar bel berbunyi yang menandakan bahwa jam istirahat telah tiba. Banyak orang berlalu lalang melewatinya ada juga yang sambil mengejek namun Raina tidak ambil pusing soal itu, yang ada dipikirannya dimanakah cowok nyebelin yang telah menghukum dan meninggalkannya begitu saja sungguh sangat tidak berperasaan.

Sampai bel masuk berbunyipun cowok itu belum menghampiri Raina padahal harusnya jika jam istirahat dia melaksanakan sholat dhuha dimasjid.

Entah sudah berapa lama Raina berdiri disana, pandangannya mulai terasa kabur dan kepalanya merasa sangat pusing tapi Raina mencoba menggelengkan kepalanya untuk menghilangkan pusingnya bukan rasa pusingnyang hilang malah Raina merasa kakinya sudah tidak kuat menopang tubuhnya sehingga terjatuh namun tiba-tiba ada yang menangkapnya dari belakang.

“Eh dek, bangun!” itulah suara yang terdengar samar oleh Raina setelah itu pandangannya hitam lalu pingsan.

Hari Pertama Masuk Sekolah (2)

Ada seorang cowok yang berjalan cepat sambil menggendong seorang cewek yang tidak lain itu adalah Raina. Tidak ada yang melihat adegan itu karena semua murid sudah masuk kelas sedangkan murid baru dan anggota OSIS lainnya berada dilapangan belakang melanjutkan acara MOS dihari pertama.

‘Brakk’ cowok itu menendang pintu UKS dengan paksa,

“Tolong ini ada yang pingsan!” ujarnya kepada penjaga UKS yaitu petugas PMR.

“Iya kak baringkan saja disitu” sahut PMR sambil menunjukkan ranjang untuk meletakkan Raina.

Setelah ditangani oleh PMR yang ada di UKS Raina masih belum membuka matanya, “Kak Deva boleh minta tolong nggak?” tanya PMR itu kepada cowok yang menolong Raina.

“Ah iya kenapa?” jawab cowok itu dengan ramah.

“Kakak tolong tunggu dia sampai dia bangun ya setelah bangun kakak kasih aja dia minum dulu kalau masih pusing suruh tidur aja lagi maaf soalnya aku ada rapat PMR kak sama guru.” ujar petugas PMR dengan ragu-ragu.

“Oh iya aku akan tunggu sampai dia bangun.” balas cowok itu sambil tersenyum.

“Terima kasih kak” itu yang diucapkan petugas PMR lalu dia berlari keluar meninggalkan Raina bersama cowok yang mengantarkannya sampai ke UKS.

Setelah beberapa saat, Raina mulai bergerak kepalanya terasa sangat pusing namun perlahan dia membuka matanya. Raina merasa asing dengan tempat ini tangan kirinya merasa susah diangkat, dia langsung menoleh dan disana ada cowok yang tertidur disampingnya.

Karena terkejut Raina langsung bangun membuat cowok itu juga ikut terkejut sehingga terbangun, “Kamu udah bangun?” tanya cowok itu pada Raina dengan suara beratnya.

Raina hanya terdiam sampai dia menyadari bahwa jilbabnya terlepas dari kepalanya dan tersampir dikursi yang diduduki cowok itu, “Maaf kak boleh tolong ambilkan jilbab saya?” ujar Raina dengan nada ketakutan.

Ini pertama kalinya ada cowok asing melihatnya tanpa memakai jilbab karena Raina sudah memakai jilbab sejak SD. Cowok itu langsung mengambilkan dan mengamati Raina yang memakai jilbab dengan terburu-buru.

“Oh ya kenalin namaku Devano Julian” cowok yang bernama Deva sambil mengulurkan tangannya.

“Saya Raina kak, terima kasih sudah bawa saya ke UKS.” jawab Raina saat bersalaman dengannya sambil tersenyum.

“Ini diminum dulu” ujar Deva sambil menyodorkan segelas air putih pada Raina.

“Maaf kak saya puasa” dengan sopan Raina menjawabnya.

“Batal aja dulu kamu kan habis pingsan dari pada kenapa-napa nanti lagian kalau sakitkan tidak dianjurkan untuk berpuasa.” ucap Deva dengan lembut dan senyumannya.

Dengan patuh Raina menerima gelas yang berisi air putih itu dan membaca basmalah lalu meminumnya, entah kenapa Deva terus tersenyum melihat Raina.

“Oh kak jam tanganku mana?” tanya Raina.

Deva langsung mengambilkannya dan memberikan pada Raina, “Astaghfirullah udah jam segini,” ucap Raina sambil menepuk jidat setelah melihat jam menunjukkan pukul 13.15.

Raina langung memakai sepatu lalu berlari dan berhenti didepan pintu, “Ehm kak masjidnya disebelah mana ya?” tanyanya sambil membalikkan badan.

“Ayo aku anterin aku juga belum sholat.” ujar Deva.

Mereka pergi kemasjid lalu melaksanakan sholat, Deva yang sudah selesai lebih dulu menunggu Raina didepan pintu.

Raina yang sudah selesai sholat langsung terburu-buru memakai sepatu, “Mau kemana kamu?” tanya Deva yang melihat Raina hendak meninggalkannya.

“Mau balik kelapangan kak ikut MOS.” jawab Raina dengan santai.

Deva hanya menahan tawanya. “Kenapa Kak Deva ketawa?” Raina heran melihat Deva.

“Jam segini mau ikut MOS dimana? Udah pada pulang dari tadi jam 12 kalik,” ujar Deva.

“Hah?” Raina hanya melongo seperti orang bod*h.

‘Astaga Raina, kamu gimana sih bisa-bisanya melewatkan MOS dihari pertamamu’ batinnya menjerit.

“Kamu tadi udah aku ijinin kok sama panitia MOS.” ujar Deva.

“Berarti Kak Deva nungguin aku sampai sadar dari pingsan tadi? Aku pingsannya lama banget ya kak?” sahut Raina.

“Heem yaa kamu cuma pingsan sekitar 2 jam kok.” ujar Deva sambil mengangguk.

“APA?” teriak Raina dan langsung jongkok memeluk kedua kakinya sambil menunduk.

“Hahaha udah nggak apa besok masih ada MOS, ayo mau pulang nggak?” ucap Deva sambil berjalan diikuti dengan Raina dibelakangnya.

Mereka berjalan namun tidak berdampingan tanpa berbicara, “Maafin Nathan tadi ya udah menghukum kamu terlalu lama.” Deva membuka suara.

“Nathan siapa?” jawab Raina sambil mengerutkan dahinya.

“Itu Jonathan cowok yang menghukum kamu tadi dia ketua OSIS disini dia juga sahabatku.” ujar Deva dengan lembut.

“Ya ampun kok Kak Deva mau sih kak sahabatan sama dia kelakuan minus gitu upss...” Raina kebablasan langsung menutup mulutnya.

Deva tertawa kecil mendengarkan Raina berbicara dengan nada kesal, “Hehe maaf kak” Raina langsung salah tingkah.

“Mau aku anterin pulang?” ujar Deva sambil membalikkan badannya menghadap Raina.

“Enggak kak makasih aku bisa pulang naik angkot kok.” jawab Raina sambil menggelengkan kepala dan tersenyum.

“Makasih udah nolongin aku sampai nungguin aku, nggak usah minta maaf buat kak ketos nyebelin itu yang salah kan aku juga karena telat bukan kak ketos, yaudah aku balik ya kak sekali lagi terima kasih Assalamu’alaikum.” imbuh Raina sambil tersenyum lalu meninggalkan Deva.

“Wa’alaikumsalam” jawab Deva dengan singkat.

‘Raina cewek yang unik dan baik, kenapa aku senang melihatnya tersenyum’ batin Deva seraya melihat punggung Raina berjalan semakin jauh.

***

Keesokan harinya MOS hari kedua dimulai, Raina sudah berada disekolahan sejak pagi jauh sebelum bel masuk berbunyi. Bel masuk telah berbunyi peserta MOS memasuki lapangan, Raina belum memiliki teman yang diajak kenalan karena dari tadi semua orang melihat kearahnya sambil berbisik-bisik, entah apa yang orang katakan dia tidak dapat mendengarnya namun firasatnya mengatakan bahwa ini menyangkut kejadian kemarin.

Waktu berjalan dengan cepat bel istirahat berbunyi, Raina langsung menuju masjid untuk melaksanakan sholat dhuha. Kegiatan selanjutnya peserta MOS harus berpasang-pasangan, Raina hanya celingukan mencari seseorang yang sendirian tapi dari indra penglihatannya semua sudah memiliki pasangan. Raina hanya menghela nafas panjang lalu tiba-tiba ada yang menepuk pundaknya dari belakang, “Ya?” Raina menoleh kebelakang ternyata ada cewek dengan paras cantik dengan rambut lurus panjang sebahu tersenyum padanya.

“Udah dapet pasangan belum?” tanya cewek itu pada Raina.

“Belum kok” jawab Raina dengan ramah.

“Sama aku aja ya? Kenalin namaku Senja Nirmala Aditya, panggil aja Senja ” cewek itu memperkenalkan diri sambil mengulurkan tangannya.

“Oh iya aku Raina” sahut Raina sambil menjabat tangan Senja.

Setelah semua mendapat pasangan kegiatan dilanjutkan secara berpasang-pasangan, “Kita butuh bantuan satu pasang untuk maju kedepan” ujar ketua OSIS yang tak lain adalah Jonathan.

“Lo cewek berjilbab sama temen pasangan lo maju sini!” imbuhnya dengan nada tegas.

Semua bersorak entah iri atau apa tapi Raina dan Senja langsung maju kedepan, “Lo apaan sih Nat!” ucap Deva saat mereka berdua sudah berada didepan.

“Udah diem aja” sahut Jonathan.

‘Huft mau ngapain lagi sih nih ketos’ batin Raina sambil menghela nafas dan memutar bola matanya.

Ternyata Jonathan hanya ingin mempermalukan Raina didepan umum seperti kemarin namun sekarang lebih memalukan, Raina disuruh menjoget seperti anak kecil didepan semua orang sedangkan Senja hanya disuruh menyanyikan lagu anak-anak untuk mengiringi Raina, semua peserta tertawa mengejeknya namun Raina mencoba tak acuh karena percuma dia memberontak.

“Udah cukup ya Nat! Lo keterlaluan tau nggak!” bentak Deva lalu menarik Raina dan membawa pergi dari acara itu, sedangkan Senja mematung memperhatikan adegan itu.

“Dihh, kenapa sih tuh orang gue kan cuma butuh hiburan.” ucap Jonathan setelah mereka berdua pergi.

Deva membawa Raina sampai depan perpustakaan, Deva berhenti lalu menghela nafas panjang.

“Maafin Nathan ya kali ini dia bener-bener keterlaluan.” ujar Deva dengan tulus.

“Udah kak aku nggak papa kok.” jawab Raina dengan tersenyum.

Tidak lama kemudian bel pulang berbunyi, “Udah bel kamu pulang aja nanti aku akan tegur Nathan biar nggak seenaknya sama murid baru.” ucap Deva yang terus menghela nafasnya.

“Ehm iya kak makasih ya, Assalamu’alaikum” ujar Raina sambil senyum.

“Wa’alaikumsalam, hati-hati ya pulangnya” sahut Deva sambil tersenyum.

‘Kak Deva baik banget beda sama kak ketos, dia bikin aku kagum deh’ batin Raina sambil mengulas senyum.

Tiga Pangeran Sekolah

MOS sudah berakhir saatnya murid baru menjalani aktivitasnya di kelas masing-masing. Siapa sangka ternyata Raina dan Senja teman satu kelas yaitu kelas IPA 1, waktu berjalan begitu cepat kemarin berasa baru masuk ke SMA menjadi murid baru sekarang mereka sudah menjalani sekolah hampir 1 semester.

Menurut Raina, Senja orang yang sangat baik dan tidak sombong meskipun dia berasal dari kalangan orang kaya berbeda dengan Raina hanya anak pengandal beasiswa tapi bagi Senja semuanya sama saja dan Senja tidak pemilih dalam memilih teman bahkan dia malah tidak nyaman berteman dengan kalangan orang atas karena pasti hanya akan membanding-bandingkan harta milik orang tuanya, tapi tidak semuanya seperti itu hanya saja saat SMP Senja mendapatkan teman yang seperti itu berkali-kali dan pernah terjerumus boros karena gengsi.

Beberapa hari lagi ada ujian akhir semester 1, saat bel istirahat Senja dan Raina pergi ke perpustakaan.

“Ra, aku duduk disana ya.” ujar Senja sambil menunjuk tempat duduk saat sudah menemukan buku yang akan dibacanya. Raina hanya mengangguk menanggapinya.

Raina terus berkeliling mencari buku saat sudah menemukan buku itu terletak dirak yang paling atas membuatnya harus jinjit namun masih saja tidak sampai. Tiba-tiba ada orang yang mengambil bukunya, “Loh kak itu kan mau aku ambil!” protes Raina pada orang yang mengambilnya.

“Ihh kak ketos mana balikin bukunya!” imbuhnya saat mengetahui itu adalah Jonathan.

“Lo manggil gue apa tadi?” ujar Jonathan merasa tak terima.

“KAK KETOS” ujar Raina memperjelas.

“Ketos ketos gue punya nama! Nama gue Nathan, JO-NA-THAN” ujar Jonathan yang tak kalah protes.

“Bodo amat sini bukunya!” ucap Raina sambil merebut buku itu darinya.

“Apaan sih lo! Cari aja yang lain ribet amat dasar cewek aneh!” Jonathan malah ribut dengan Raina dan menimbulkan kegaduhan didalam perpustakaan.

“Sssttt” semua penghuni perpus merasa terganggu.

“Tuh kan gara-gara lo!” ketus Jonathan sambil menatap tajam Raina.

“Nat, kamu ngapain? Dia siapa?” ucap cewek yang tiba-tiba menghampiri mereka berdua.

Jonathan tidak sadar bahwa dia dan Raina memegang satu yang tadi diperebutkan, “Oh eh ini anu” jawab Jonathan dengan salah tingkah. Raina mengambil kesempatan itu lalu merebut bukunya dari Jonathan dan meninggalkannya.

Cewek yang menghampiri Jonathan langsung pergi setelah menegur Jonathan sedang berebut buku dengan cewek lain, Jonathan tidak peduli dengan buku yang direbut Raina dan langsung mengejar cewek itu.

“Sonya sonya berhenti dulu dong dengerin aku,” Jonathan berlari sambil memanggil cewek itu.

“Kamu cemburu?” tanya Jonathan pada Sonya sambil memegangi tangannya.

Sonya hanya diam dan malas menatap Jonathan, “Tadi tuh cuma rebutan buku sama adik kelas udah gitu aja kok soalnya aku butuh buku itu buat tugas aku.” ujar Jonathan dengan lembut.

“Harus ya kamu rebutan gitu!” ketus Sonya.

Jonathan tersenyum mendengar pernyataan Sonya yang terlihat cemburu padanya, “Iya udah senyum dong kalo marah gitu nanti nggak cantik lagi loh” ujar Jonathan sambil mengusap lembut pipi Sonya dan membuatnya merona.

***

Raina langsung duduk menghampiri Senja, “Ribut sama siapa sih Ra? Ngributin apa coba?” tanya Senja pada Raina yang baru saja duduk.

“Sama ketos nyebelin Nja, padahal tadi tuh aku mau ambil dulu tapi keduluan sama dia karena aku nggak sampai ngambilnya malah jadi rebutan deh, Astaghfirullah” Raina nerocos panjang lebar lalu istighfar untuk meredakan emosinya.

Senja mengernyitkan alisnya dan mencoba mencerna siapa yang dimaksud dengan Raina barusan. “Ketos? Kak Nathan maksudnya?” tanya Senja, Raina mengangguk.

“Terus itu kan akhirnya bukunya kamu juga kan yang dapet?” tanya Senja sambil melirik buku yang dibawa Raina.

“Iya tadi ada cewek yang nyamperin terus kayak marah gitu ngelihat aku sama kak ketos rebutan buku terus ceweknya pergi dan kak ketos bengong, yaudah deh aku ambil bukunya.” jelas Raina panjang lebar.

“Oalah pasti Kak Sonya, dia mungkin lagi sensitif kali aslinya baik kok dewasa gitu,” ujar Senja sambil mangut-mangut.

“Kok kamu tahu tentang mereka?” tanya Raina sambil mengernyitkan alisnya seolah tidak paham, “Ehm itu soalnyaa...” perkataan Senja yang terpotong karena bel masuk berbunyi, mereka berdua langsung kembali ke kelas.

Saat bel pulang Raina tidak langsung pulang tapi dia ke masjid sekolah dulu untuk melaksanakan sholat dzuhur. Selesai sholat Raina kembali ke kostnya naik angkot, “Assalamu’alaikum, selamat siang Bu Ina” sapa Raina sambil tersenyum kepada ibu kost saat sampai di kostnya.

“Wa’alaikumsalam, siang neng” sahut Bu Ina dengan ramah.

Raina langsung masuk kekamarnya untuk istirahat sebentar setelah itu Raina menelfon bundanya yang ada di Surabaya. Raina tidak pernah absen untuk telfon atau video call dengan bundanya, mungkin Raina akan pulang saat libur panjang nanti karena sudah rindu dengan bunda.

Setelah melaksanakan sholat maghrib Raina menggunakan pakaian santainya tidak lupa jilbab instan yang menutupi rambut indahnya lalu keluar dari kost untuk membeli makan malam. “Mau kemana neng malam-malam begini?” tanya Bu Ina saat Raina hendak mengunci pintunya.

“Oh ini bu saya mau beli makan.” jawab Raina sambil tersenyum.

“Bu Ina sudah makan? Mau saya belikan sekalian?” imbuhnya.

“Udah neng makasih, berani sendiri?” ujar Bu Ina.

“Berani kok bu yaudah saya jalan dulu ya keburu isya’ Assalamu’alaikum” sahut Raina.

Raina berjalan dengan santai sambil melihat jalan sekitar, dia sudah cukup mengenal jalan dan tempat disekitar kostnya karena Raina sudah tinggal di Jakarta 2 minggu sebelum hari masuk sekolahnya.

Akhirnya Raina sampai juga disebuah penjual nasi goreng pinggir jalan, meskipun makanan pinggir jalan bagi Raina sama saja karena rasanya juga tidak kalah enak dengan makanan yang ada direstoran. Setelah memesan satu bungkus nasi goreng Raina langsung kembali ke kostnya, saat diperjalanan dia diganggu oleh dua preman.

Raina mencoba menghindarinya dan berjalan lebih cepat namun preman itu meraih tangannya, dengan sigap Raina melawan kedua preman itu. Kedua preman itu langsung tersungkur ditanah akibat pukulan dari Raina, mereka langsung kabur begitu saja. “Lain kali nggak usah gangguin cewek!” teriak Raina pada preman yang sudah meninggalkannya.

Raina berani pergi jauh ke kota besa juga karena sudah menguasai beberapa ilmu bela diri jadi dia tidak terlalu takut jika ada yang menganggunya.

Setelah sampai di kostnya tepat saat adzan isya’ berkumandang jadi Raina mengutamakan sholat terlebih dahulu setelah itu makan malam.

Hari yang ditunggu-tunggu akhirnya telah tiba, hari ini adalah hari ujian akhir semester 1. Raina sudah siap untuk mengikuti ujian, begitupun dengan Senja.

Mereka berdua mengerjakan ujian tanpa satu hambatan, saat bel istirahat Senja langsung menghampiri Raina. “Kantin yuk?” ajak Senja.

“Duluan aja aku nanti nyusul, aku mau kemasjid dulu.” ujar Raina, Senja hanya mengangguk.

Raina langsung kemasjid untuk melaksanakan sholat dhuha, setelah selesai dia langsung menyusul Senja ke kantin. Raina melihat Senja sedang duduk sendirian sambil menikmati makanannya, “Mau makan apa?” tanya Senja saat Raina baru saja duduk dibangku kantin.

“Enggak aku puasa” jawab Raina sambil tersenyum.

“Ya ampun Ra harusnya kamu bilang tadi kalau puasa, kan kalau tadi bilang aku nggak ngajak kamu.” ujar Senja dengan rasa bersalah.

“Udah lanjutin aja makan kamu” sahut Raina.

Tak lama kemudian kantin mendadak heboh karena kedatangan Jonathan dan kedua sahabatnya, Senja pun langsung menghentikan makannya dan melihat kearah Jonathan, entah sengaja atau tidak Jonathan dan kedua sahabatnya lewat tepat disamping meja yang diduduki oleh Senja dan Raina. Raina hanya sekilas melihat ada Deva disana, sedangkan Raina melihat pandangan Senja bertemu dengan teman Jonathan namun bukan Deva.

“Nja, Senja hei!” Raina memanggil Senja yang melamun melihat teman Jonathan tadi.

“Ah iya apa Ra?” sahut Senja yang kaget dan terlihat gelagapan.

“Kok mereka bikin heboh satu kantin sih?” tanya Raina dengan heran.

“Mereka tuh punya julukan 3 pangeran sekolahan yah jadi gitu deh” jawab Senja yang kembali melanjutkan makan. Raina hanya mengangguk-angguk seolah paham.

“Kamu tadi ngeliatin temennya Kak Ketos sama Kak Deva?” ucap Raina dengan hati-hati.

“Oh itu tadi iya sahabat mereka namanya Kak Verrel” ujar Senja sambil tersenyum kecut, melihat ada perubahan diwajahnya Raina mengurungkan niatnya untuk bertanya lebih banyak tentang Verrel pada Senja.

Tidak salah juga sih mereka bertiga mendapat julukan pangeran karena mereka memiliki wajah yang tampan dan juga kekuasaan di Indonesia, mereka termasuk anak-anak seorang pengusaha terkenal di Indonesia.

Tak lama kemudian bel masuk berbunyi, Senja dan Raina langsung kembali keruang ujian mereka untuk mengikuti ujian mapel kedua. “Ra, pulangnya bareng aku aja yuk!” ajak Senja.

“Makasih Nja aku naik angkot aja.” ucap Raina sambil tersenyum.

“Aku pengen main ke kost kamu Ra.” ujar Senja.

“Besok selesai ujian aku ajak deh ke kost aku.” sahut Raina.

“Yaudah deh hati-hati yah Assalamu’alaikum Raina” Senja melambaikan tangan lalu pergi ke kearah mobil yang menjemputnya.

“Wa’alaikumsalam” Raina langsung mencari angkot yang searah jalan ke kostnya.

Hari berlalu begitu cepat ujian telah selesai, sesuai janji Raina sepulang sekolah Senja akan main ke kost Raina. “Jam segini kok udah pulang neng?” tanya Bu Ina yang melihat Raina masuk ke area kost.

“Assalamu’alaikum bu, iya ujiannya udah selesai. Oh iya bu ini kenalin teman saya namanya Senja, boleh kan bu kalau saja ajak dia main ke dalam?” ujar Raina setelah mencium punggung tangan Bu Ina.

“Wa’alaikumsalam iya silahkan boleh kok neng.” ujar Bu Ina dengan ramah.

“Senja bu” ucap Senja sambil bersalaman dengan Bu Ina.

Setelah itu mereka berdua masuk kekamar Raina, “Wah kamar kamu rapi banget Ra.” Senja yang takjub melihat isi kamar kost Raina.

“Santai aja ya Nja disini anggap aja kamar sendiri.” ujar Raina yang membuat keduanya tertawa. Mereka berbincang-bincang sambil memakan cemilan yang tadi mereka beli disupermaket sepulang sekolah.

“Ra, kok kamu jauh-jauh sekolah disini sih padahal cuma SMA biasanya orang kalau merantau tuh waktu kuliah atau kerja gitu.” tanya Senja disela memakan cemilan.

“Yah gimana ya aku juga nggak tau, waktu itu kan aku ikut olimpiade MIPA di Surabaya terus naik ke provinsi dan juara satu terus beberapa hari kemudian aku dapat surat dari SMA kita kalo aku dapat beasiswa terus aku langsung tertarik gitu deh padahal bundaku sempet ngelarang gitu.” jelas Raina dengan panjang lebar.

“Kamu punya saudara nggak?” tanya Senja.

“Punya banyak aku kan tinggal di panti asuhan.” ucap Raina yang membuat Senja kaget dan langsung mengubah posisi duduknya.

“Kok aku baru tahu kalau kamu tinggalnya di panti asuhan Ra? Terus kamu tau nggak orang tua kandung kamu? Kok bisa sih Ra?” tanya Senja yang terus mencecar, Raina hanya tertawa melihat ekspresi Senja yang terus nerocos karena rasa penasarannya.

“Kepo....hahaha” ucap Raina yang disusul dengan tawanya.

“Aihh nggak asik ahh!” ujar Senja yang pura-pura ngambek.

“Aku tinggal dipanti asuhan punya bundaku Nja, aku anak bunda sama ayah tapi ayah udah meninggal saat aku masih bayi waktu aku umur 6 bulan, waktu itu ayah ingin punya banyak anak tapi bunda nggak bisa kasih banyak keturunan lagi, setelah melahirkan aku rahim bunda harus diangkat karena ada masalah serius, makanya ayah berinisiatif membangun panti asuhan agar bunda bahagia dengan banyak anak dan tidak kesepian bahkan aku hadir ditengah-tengah mereka setelah mereka sudah membangun panti asuhan selama 5 tahun, aku bahagia disana meskipun aku tinggal dipanti asuhan aku sangat bersyukur aku punya banyak saudara, aku punya dua kakak perempuan dan laki-laki ada 5 adik disana,” tanpa sengaja air mata menetes dari mata Raina.

“Maaf aku jadi baper jadi kangen mereka deh.” imbuh Raina sambil tersenyum sambil menyeka air matanya.

“Uww maaf Ra aku nggak tau harusnya aku nggak tanya soal ini.” ucap Senja dengan nada sedih lalu memeluk Raina.

“Nggak papa kamu kan temen aku dan kita bakal jadi sahabat untuk seterusnya.” ujar Raina dengan senyum manisnya, Senja mengangguk bahagia.

‘Padahal tadi aku kesini juga mau cerita tentang keluarga aku Ra, mungkin sekarang bukan waktu yang tepat’ batin Senja dengan tersenyum getir.

Waktu berjalan dengan cepat setelah sholat ashar Senja pamit pulang pada Raina.

***

Minggu berikutnya setelah ujian adalah classmeeting, semua sibuk menyiapkan perwakilan untuk mewakili kelasnya mengikuti pertandingan antar kelas. Raina dan Senja ikut serta dalam pertandingan basket putri, kelas mereka berhasil merebut juara 1. Selesai bertanding mereka berdua langsung menuju kantin,

“Kerja bagus Ra, oh ya Ra aku heran ya sama kamu. Kamukan berhijab tapi kamu jago olahraga sama beladiri dan kamu tuh usil nggak ada kalem-kalemnya loh” ujar Senja heran.

“Iya Nja, hijab bukan halangan buat orang belajar tentang banyak hal, iya sih kalo aku emang belum bisa buat kalem atau lemah lembut lagian aku juga masih banyak belajar tentang agama, aku juga cuma baru bisa belajar tentang cara berhijab berpakaian dan menutup aurat sama sholat yang bener dan tepat waktu, yah step by step lah, do’ain aja ya supaya aku tetap istiqomah hehe” ujar Raina sambil tersenyum.

“Uwww sumpah aku belajar banyak dari kamu Ra, nggak salah aku jadi temen kamu, do’ain aku ya biar berhijab kayak kamu.” ucap Senja dengan serius.

“Aamiin” sahut Raina.

Saat Senja dan Raina tengah menikmati makan mereka, ada seseorang yang menghampiri mereka berdua. “Selamat ya kalian, tadi mainnya hebat” suara cowok yang berasal dari belakang Raina dan mengagetkan mereka berdua.

“Oh Kak Deva, iya makasih itu juga karena Raina mainnya hebat kok” ucap Senja yang langsung membuat Raina menoleh ke belakang.

“Boleh gabung nggak?” ujar Deva.

“Oh iya silahkan kak” jawab Senja dengan cepat.

“Raina, apa kabar?” tanya Deva.

“Alhamdulillah baik kak” jawab Raina dengan seulas senyum.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!