"Daahhh bii...aku antar pesanan dulu ya.."
"Hati-hati Del.."
Delia langsung menancapkan gas motornya dengan cepat.
"Agh...alamatnya dimana lagi aku lupa."
Delia berhenti dipingggir jalan untuk mengecek kantung plastik,ia mencari kertas alamat.
BYUUURrrrrrr...
"Woy!!!berentiiii..."
Delia meneriaki mobil yang melaju kencang,yang tidak sengaja melewati genangan air.
Delia terkena cipratan air itu,baju dan kantung plastik bawaanya basah. Beruntung semua pesanan masih aman. Tapi tidak dengan pakaian Delia..basah kuyup..yah..basah..membuat hatinya geram.
Delia langsung melajukan motornya dengan kencang menyusul mobil putih super mewah.
Tepat di lampu merah mereka sama-sama berhenti.
"Woyy...buka buka bukaaaa!!kamu harus tanggung jawab,,"
Delia dengan berani menggedor-gedor kaca pengemudi.Namun si supir tetap duduk tak bergeming.
"Jono, nanti tepikan mobilnya didepan sana,kita harus selesaikan masalahnya dengan wanita itu"
"Baik tuan"
Saat lampu hijau menyala,mobil putih itu melaju dan mencari tempat yang aman untuk menepi.
Diikuti dengan motor Delia.
"Turun!" Delia langsung menghampiri sang supir yang sudah membuka kaca mobilnya.
"Maaf nona,apakah anda bisa lebih sopan dan tenang?ada apa?"
Jono turun,dan menemui Delia yang sudah murka.
"Lihat ni,gara-gara kamu bajuku kotor..hari ini aku ada interview kerja,.dan lihat..itu..ada pesanan untuk custemer bibiku..semua basah dan kotor karnamu!!apa kamu gak lihat tadi,seharusnya kamu menghindari genangan air,jangan malah asal lewat aja!!!"
"Maaf nona,kami sedang tergesa-gesa.Sebentar...aku akan mengganti semuanya."
Jono masuk kedalam mobil untuk menggambil dompet.
"Tunggu jono,,"
Tiba-tiba bosnya menghentikan Jono,dan turun dari mobil untuk menemui Delia.
Delia tercengang melihat sosok laki-laki berumur 29tahun yang berdiri dihadapanya.Dengan setelan jas hitam,penampilanya sangat rapi dan cukup tampan.
"Wow Perfect boy..aghh..."
Delia bergumam dalam hati,namun ia segera mengakhiri ketakjubanya.
"Kamu mau berapa?aku gak punya banyak waktu untuk melayani omelanmu"
"Hah,songong ni orang..."batin Delia.
"500rb,untuk baju dan semua makanan bibiku yang kotor"
"Hah!baju macam apa harganya segitu!"
Brian menyunggingkan pucuk bibirnya dan menghampiri motor Delia,mengecek semua bawaanya.
"Kamu jangan menipuku,lihat,semua makanan ini masih bersih,yang kotor hanya plastik luar dan lihat,,kamu membungkusnya dengan 2 plastik jadi aku yakin isi didalamnya masih bersih."
Brian memberikan uang 200 ribu ke Delia dan pergi begitu saja.
"Idiiih!!orang kaya tapi pelit.Boro-boro minta maaf!!"
Delia terus menggerutu sepanjang jalan.Dia masuk kedalam toko untuk membeli pakaian.
"Hallo,,bii"
"Del..kamu belum nyampe ya?ni bibi ditelpon sama yang pesan makanan,8menit lagi harus sudah sampai"
"Iya bi,,tadi ada masalah kecil dijalan..aku segera kesana bi.."
"Baiklah bibi tunggu kabar darimu kalau sudah sampai disana."
"Oke bi.."
Delia mengakhiri telponnya.
***
"Wow...besar sekali tempat ini..ini perusahaan apa ya.. gedhe banget.."
Delia tercengang melihat kemegahan bangunan yang ada didepan matanya.
"Nona,ada yang bisa kami bantu"
Satpam perusahaan itu menghampirinya.
"Ssa sa..sa ya mau antar pesanan ini pak,atas nama nona Safa"
"Oh..iya iya..nona Safa sudah menunggumu,mari saya antar."
Delia dan satpam berjalan beriringan menuju ruangan nona Safa.
"Maaf nona,membuat nona menunggu lama..tadi ada kecelakaan kecil dijalan."
"Iya tidak apa..kebetulan Rapat juga diundur 5 menit.Oiya ini.."
Nona Safa memberikan sejumlah uang untuk membayar makanan yang Delia antar.
"Terimakasih non..saya permisi.."
"Iya,sama-sama..terimakasih ya.."
Delia bergegas keluar ruangan,dia berjalan tertunduk melihat jam diponselnya..Dan lagi-lagi...
BREGgg
Delia menabrak seseorang..
"Ow..."
"Isttss...gadis ceroboh!!kamu lagi kamu lagi..sial!ngapain kamu disini Hah!!"
"Hey tuan angkuh!justru aku yang sial karnamu,minggir,,aku sedang tergesa-gesa."
Delia melotot kearah Brian yang sedang menatapnya tajam.
Delia langsung meninggalkanya,dengan terus menggerutu.
"Hah!!"
Brian menoleh kearah Delian yang meninggalkanya,ia merasa kesal dan aneh dengan Delia yang sedari tadi menimbulkan masalah.
"Abaikan saja Ian,cepat kita ke ruang Rapat,Pak Bos sudah menunggu. Acara Sertijab segera dimulai." Soni, asisten plus sahabat karibnya, mengingatkan Brian.
"Hufh...okey.."
Mereka berjalan dengan langkah panjang menuju ruang Rapat.
***
"Bibiiii....aku diterima bekerja di CV. Adijaya.."
Delia memeluk bibi Mira dari belakang.
"Selamat ya ponakan bibi emang the best..sekarang lepaskan pelukanmu,bibi sedang memasak..ayo.."
"Hihihi...mau aku bantu bi..?"
"Gak usah,kamu mandi saja sana..bau..oiya,tadi ayahmu belum minum obat,nanti antarkan obat ini ke ayahmu."
"Okey bi.."
Delia adalah gadis remaja berusia 21 tahun. Ayahnya pak Yosep mengalami kelumpuhan akibat kecelakaan yang menyebabkan ibunya meninggal.
Sepeninggalan istrinya,pak Yosep sering sakit-sakitan.
Untungnya,bibi Mira dan keluarganya dengan tulus menerima Delia dan ayahnya.
Bibi Mira adalah adik kandung pak Yosep.
"Ayah,,,aku punya kabar baik yah.."
"Kabar baik apa sayang?"
"Emmm...aku kasih taunya kalau ayah sudah meminum obat ini..ayok,aku suapin obatnya.."
Delia memberikan beberapa butir obat untuk ayahnya.
Pak Yosepun menyambut suapan obat dari anak semata wayangnya.
"Ayok,ceritakan ke ayah kabar baik apa yang ingin kamu beritahukan ke ayah.."
Pak Yosep menyandarkan tubuhnya pada sandaran tempat tidur,Delia meluruskan kaki ayahnya dan memijitnya.
"Aku sudah bekerja di CV AdiJaya yah..walopun sebagai staf biasa,aku akan bersungguh-sungguh dalam bekerja yah."
"Bagus nak...mendapatkan pekerjaan dijaman sekarang itu susah,jadi syukuri dan tekuni."
"Iya yah,,tadinya aku hampir ditolak,karna aku terlambat datang interview..tapi untungnya..tanpa sengaja aku bertemu pemilik CV itu di lobi dan ternyata dia adalah Kak Roby..kakak kelasku waktu SMA,dia baik sekali yah..dia langsung menyuruhku bekerja."
"Syukurlah nak..rejeki sudah ada yang mengatur.Del,maafin ayah ya..kamu mengalami banyak kesulitan karna ayah"
"Tidak yah..semua sudah jadi jalan kita..roda itu berputar,kaya tidak menjadikan kita lebih mulia dan miskin tidak menjadikan kita terhina.Yang terpenting bukan berapa besar yang kita miliki,tapi seberapa besar rasa syukur yang kita miliki."
"Kamu sudah cukup dewasa untuk menghadapi semua..ayah kira,sejak kebangkrutan ayah kamu akan membenci ayah,terlebih setelah kepergian ibu,ayah kira kamu akan semakin menyalahkan ayah."
Pak Yosep meneteskan air mata,melihat ketangguhan anak gadisnya.
"Tidak yah..aku tidak membenci dan menyalahkan siapapun. Mengenai hutang kepada keluarga Atmajaya,kira-kira tinggal berapa yah.."
"Masih banyak sayang,,ayah harus segera sembuh dan mencari pekerjaan lagi,agar bisa membantumu melunasinya."
"Iya yah,,aku yakin ayah pasti sembuh."
"Terimakasih nak,,semoga suatu saat kamu bisa bahagia"
"Aamiin..Oiya yah,aku mau membantu bibi menyiapkan makan malam ya Yah,,sebentar lagi paman dan Bian pasti pulang."
Delia meninggalkan ayahnya dikamar.Ia berjalan menuju dapur.
"Biii..aku bantu merapikan meja makan ya.."
"Iya sayang.."
****
"Ayyaa..h"
Delia menghentikan langkahnya menuju kamar ayahnya.
Ia mendengar sang ayah sedang menerima telpon dari seseorang dengan nada meninggi.
Delia mencoba mendekati pintu dan menguping pembicaraan ayahnya itu.
"Harus berapa kali aku jelaskan itu semua bukan kesalahanku!!justru kamu yang sudah menghancurkan hidupku!!mengenai hutang ku,aku akan membayar semua setelah aku pulih!!jangan bawa-bawa anakku dalam masalah ini!"
Jujur,dari 5 tahun yang lalu sampai saat ini Delia masih belum memahami akar permasalahan yang ada,termasuk sebab kebangkrutan ayahnya pun dia tidak mengetahuinya.
Ayah ibunya selalu menutupinya,terutama mengenai hutang ayahnya,Delia baru mengetahui 2tahun terakhir ini setelah ayahnya jatuh sakit,karna Delia ingin membantu ayahnya .
Delia memilih untuk tidak melanjutkan sekolah,lulus SMA dia langsung bekerja.
"Apaaa!!!tidak tidak bisa,aku tidak akan melakukan itu!awas saja kalau kamu sampai melibatkan anakku!aku akan membunuhmu!!"
Suara Pak Yosep menggelegar,membuat Delia panik.
"Sebenarnya apa yang sedang ayah bicarakan?dengan siapa dia bicara?kenapa ayah bisa begitu murkanya?"
Pyarrrr....
Mendengar Ayahnya melempar ponsel,Delia langsung masuk untuk mengetahui apa yang terjadi.
"Ayah,,ayah kenapa?ayah baik-baik saja kan?"
Delia menangis memeluk dan menenangkan ayahnya.
"Ayah baik-baik saja sayang,maafkan ayah Del..ayah memang bukan ayah yang baik untukmu,ayah telah banyak menyusahkanmu"
"Jangan bicara seperti itu yah,aku bersyukur dan bangga mempunyai ayah seperti ayah...kalau ayah berkenan,ayah beritahu aku tentang semua masalah ayah. Aku sudah dewasa yah,aku bukan anak-anak lagi yah,aku siap menjadi tempat berbagi semua masalah ayah. Aku mohon yah..jangan simpan sendiri beban ayah."
"Ayah baik-baik saja nak...oiya,untuk apa kamu kemari?"
"Baiklah,mungkin ayah belum bisa menceritakan semua saat ini,tapi aku akan terus menunggu yah,,Aku kesini untuk mengajak ayah makan malam."
Delia menghapus air matanya,menarik nafas panjang,,Pak Yosep juga melakukan hal yang sama. Mereka sama-sama mengatur nafas agar kembali tenang.
Setelah semua tenang,mereka pergi ke ruang makan. Delia mendorong kursi roda ayahnya dengan hati-hati.
***
"Hai Del...Selamat ya hari pertama kerja disini,semoga betah. Kita jadi bisa bareng lagi deh ni.."
"Iya Fan,insya Allah aku betah,eh,,udah sarapan belum?nih aku dibawain kue,bibiku tau kita sekantor lagi jadi ya dia menitipkan kue kesukaanmu ini.."
"Asyiiikkkk...bibi the best pokoknya.."
Fani dan Delia adalah teman dekat sedari SMP.
Mereka berpisah saat Delia bekerja di pabrik garmen di luar kota.
Kini mereka kembali bersatu di CV yang sama.
"Eh,bagaimana kabar bokap?"
"Ayahku masih belum pulih,semenjak ibu meninggal ayah jadi sering sakit-sakitan.Hem..belum hutang-hutang ayahku yang terus menghantui..untung saja bibi mau sedikit membantu pengobatan ayah."
Delia tertunduk memikirkan nasib dirinya dan ayahnya.
"Entahlah,apakah aku sanggup melunasi semuanya,,tapi aku harus optimis agar ayahku juga punya kekuatan."
Lanjut Delia dengan mata yang berkaca kaca.
"Kamu yang sabar ya Del,,Allah tidak akan menguji umatnya diluar batas kemampuan.Kalau boleh tahu,berapa memang hutang ayahmu sekarang?"
"Hemmm..masih banyak Fan,.pastinya aku tak tahu berapa,makanya aku harus bisa cari uang sebanyak-banyaknya."
"Wowwww...buanyak banget apa Del,,kamu yang sabar ya Del,aku juga pasti akan membantumu semampuku pastinya."
Fani merangkul pundak Delia dengan perasaan iba.
"Iya Fan,bantu aku dengan doa ya...aku benar-benar bingung mau cari uang dari mana.Ayahku juga belum menceritakan detail akar permasalahanya dari awal sampai menanggung hutang sebanyak itu."
"Mungkin ayahmu masih belum siap,atau dia memang tidak ingin kamu tahu."
Bel masuk kantor berbunyi.
Delia dan Fani segera meninggalkan kantin dan masuk ke ruang staf.
***
16.30
"Del,ikut yuks..dari pada nunggu angkot"
Ajak Fani di depan pintu gerbang.
"Okey,," Delia pun naik membonceng motor Fani.
Sesampainya dirumah,semua pintu dan jendela terkunci rapat.
Delia bingung,karna bibi tidak membicarakan akan ada acara pergi keluar rumah hari ini.
Delia turun dari motor,mengetuk pintu dan tidak ada jawaban.
"Del,kok sepi?"
"Iya nih,gak tau pada kemana?kok bibi gak ngabari aku dulu kalau mau pergi"
Delia nampak kebingungan,dia langsung meraih ponsel yang ada disaku celananya.
"Hallo bi,bibi dimana?"
"Hah!! Iya iya bi..aku akan segera kesana"
"Dimana Del?"
"Fan,ayo antar aku ke Rumahsakit"
Delia dan Fani berboncengan pergi kerumah sakit terdekat dengan keceoatan tinggi.
#Di Rumah Sakit
"Bi,,bagaimana keadaan ayah bi..kenapa bisa seperti ini?"
"Serangan jantung ayah kumat Del,tadi ayahmu kesakitan dan langsung bibi bawa kemari. Pamanmu sedang mengurus berkas-berkas untuk Rawat inap."
Rani tersungkur dilantai,badannya lemas wajahnya pucat,airmatanya mengalir deras melihat ayahnya di dalam IGD sedang diperiksa oleh beberapa dokter
"Tenang Del,ayahmu pasti baik-baik saja."
Fani menghampiri Delia,berjongkok menenangkan sahabatnya.
"Fan,tadi ayah baik-baik saja..kenapa sekarang dia berbaring disana Fan,,bii...ada apa dengan ayah.."
"Bibi juga tidak tau,setelah menerima telpon dari seseorang,ayahmu langsung shock dan seperti ini"
"Dimana ponsel ayah bi?"
"Ini,untuk apa Del"
Delia langsung merebut ponsel itu dan pergi menjauhi ruang IGD.
Dia mencari-cari riwayat panggilan terakhir.
Terlihat nama Atmajaya dilayar ponsel ayahnya dan Delia langsung menelponnya.
"Aku putri pak Yosep aku ingin bertemu dengan bapak sekarang di cafe sebelah Rumah sakit A.I"
tut tut tut
Delia langsung mematikan telpon sebelum mendapatkan jawaban dari Atmajaya.
"Fan,aku pinjam motormu sebentar"
"Biar aku antar saja Del,aku gak mau kamu kenapa-kenapa"
"Baiklah"
Delia dan Fani pergi meninggalkan rumah sakit.
"Kalian mau kemana Del,,bibi gak mau kalian kenapa-kenapa"
"Bibi tenang saja,aku akan segera kembali"
***
Setelah 10 menit menunggu,akhirnya dia bertemu dengan tuan Atmajaya.
Pria itu berusia sekitar 46 tahunan sama seperti ayahnya. Tapi dia terlihat lebih segar dibandingkan ayahnya.
"Ada apa nak?"
"Aku tidak akan basa basi,sekarang jawab aku tuan,apa yang tuan katakan kepada ayahku sehingga membuatnya shock?dan sebenarnya berapa hutang ayahku!!"
"Minum lah dulu,kamu terlihat sangat lelah"
Tuan Atmajaya melambaikan tangan ke pelayan untuk memesan minuman.
Pelayanpun datang dengan membawa buku menu kehadapan mereka.
Namun Delia menghentikanya,menatap tuan Atmajaya dengan tatapan bengis.
"Tidak usah!aku butuh jawaban anda tuan!"
Pelayanpun akhirnya pergi.
" apakah ayahmu belum menceritakan tentang dosanya pada keluarga kami?"
"Dosa apa maksudnya,tolong jangan berbelit!!"
"Hahaha...rupanya Yosep tak berani menceritakanya pada putri kecilnya yaa .. sudahlah,tanyakan saja pada ayahmu. Sekarang kamu mau tau berapa hutang ayahmu? 1,5 M..yang setengah M ayahmu sudah membayarnya..tinggal 1 M lagi,ayahmu mau membayar dengan apa?Hutang itu akan lunas saat ayahmu mendekam dipenjara..hahaa..."
Atmajaya tertawa dengan nikmatnya..
"Apa!!! 1M? Anda pasti sedang mempermainkan keluargka kami! Anda pasti sedang memeras kami!! Anda Benar-benar kejam!! "
"Kejam??siapa yang kejam??aku sudah membantu ayahmu,,tapi ayahmu membunuh istri dan anak sulungku yang masih dalam kandungan!!"
"Tidak mungkin!! Ayahku tidak mungkin melakukannya!! Anda telah menfitnahnya!!aku akan cari tau kebenaranya!!"
"Apa untungnya untukku dengan menfitnah ayahmu!! Sekarang berpikirlah bagaimana caranya agar hutang ayahmu lunas atau penjara menanti kedatanganya..aku akan memberi waktu 3bulan..oke!karna aku sudah lelah menanti selama 5tahun. Kesabaranku sudah habis untuk ayahmu!!"
"3 bulan!!! Anda tau bagaimana kondisi kami,sebenarnya apa mau anda!!"
"Aku mau kalian hidup kalian menderita,nyawa ibumu sudah membayar nyawa istriku,tapi nyawa anakku yang belum dilahirkan itu menginginkan penderitaan kalian!!"
"Apakah anda yang ada dibalik kecelakaan itu?anda bukan Tuhan yang menentukan semuanya.Ayahku juga tidak sekejam itu!aku tahu ayahku!!"
"Silahkan saja mencaciku anak kecil,,semua tidak akan mengubah apapun!!"
Atmajaya berdiri merentangkan tangannya,memberikan senyuman sengit dan kemudian memberi isyarat pada Delia untuk pergi dari hadapanya.
Delia pun berdiri dan pergi dengan membawa amarahnya.
Dia masih belum bisa mencerna penjelasan dari tuan Atmajaya.
"Gimana Del.." tanya Fani dengan penasaran,karna dia sedari tadi hanya menunggu di parkiran.
Delia hanya terdiam sembari menyapu air matanya.
Fanipun memahami sahabatnya,mungkin dia masih shock. Dia mengantar sahabatnya itu kembali ke Rumah sakit.
Delia pun berdiri dan pergi dengan membawa amarahnya.
Dia masih belum bisa mencerna penjelasan dari tuan Atmajaya.
"Gimana Del.." tanya Fani dengan penasaran,karna dia sedari tadi hanya menunggu di parkiran.
Delia hanya terdiam sembari menyapu air matanya.
Fanipun memahami sahabatnya,mungkin dia masih shock. Dia mengantar sahabatnya itu kembali ke Rumah sakit.
***
"Ayah dari mana?sepertinya senang sekali?"
Tanya Brian dengan menjijitkan satu alisnya.
"Ian,ayah senang sekali melihat ekspresi wajah anak gadis pak Yosep yang tercengang mendengar semua hutang-hutangnya dan ayah sedikit membuka kebusukan ayahnya" jawab Atmajaya sembari duduk santai diruang TV menyusul Brian yang juga sedang santai menonton TV.
"Kenapa tidak ayah buka semuanya yah?"
"Sengaja ayah hanya mengelupas sebagian kulitnya,agar Yosep sendiri yang melanjutkan,,setelah itu,anaknya sendiri yang akan menghukum kejahatan ayahnya,hahaha..."
Atmajaya membayangkan bagaimana terkejutnya kalau si anak mendengar pengakuan dari ayahnya sendiri,bahwa sang ayah adalah pembunuh..
"Sebenarnya,aku punya cara yang lebih menyakitkan lagi selain menghancurkan hubungan ayah dan anak ataupun memenjarakan Yosep."
Brianpun terbesit ide yang tak kalah kejamnya.
"Apa itu nak?"
"Nikahkan aku dengan anaknya,seumur hidupnya Yosep akan merasakan tersiksa melihat anaknya ada dalam cekraman kita,,bagi sebagian orang pernikahan adalah surga..tapi bagi anak gadis Yosep itu adalah neraka."
"Hah,,ide bagus nak,tapi apakah kamu tidak keberatan mengorbankan masa depanmu demi menikahi anaknya?"
"Aku akan menceraikannya ketika mereka berada di ambang maut"
"Bagus nak,balaskan kematian ibu dan calon adikmu"
"Ayah akan atur semua".
***
1 minggu berlalu.
"Ayah,ayah harus banyak istirahat..Delia mau berangkat kerja dulu ya Yah.."
"Terimakasih nak,,maafkan ayah sudah merepotkanmu"
"Tidak ayah,aku senang bisa merawat ayah,,tapi maaf,aku tidak bisa 24jam disamping ayah,aku harus bekerja."
Delia sengaja tidak membahas atau mencari tau kebenaran tentang apa yang Atmajaya katakan perihal kebencian terhadap ayahnya.
Delia hanya tidak ingin menambah parah penyakit ayahnya.
"Bi..aku titip ayah,aku pamit berangkat kerja dulu ya.." Delia mencium punggung tangan ayah dan bibinya.
Delia mengambil kunci motornya,dan langsung pergi menuju kantornya.
Sepanjang jalan Delia melamun,otaknya berputar mencari cara untuk melunasi hutang ayahnya.
Baginya sangat tidak mungkin dalam waktu 2 minggu lagi untuk mencari uang sebanyak itu.
Dilobi bawah Delia jalan sempoyongan tak karuan.
"Del,lemes amat.."
Delia mencari sumber suara yang berasal dari belakang tubuhnya.
"Ha,,Faniii..iya fan..aku lemes,pusing,buntu,,kemana aku harus mencari uang sebanyak itu,aku juga tidak sanggup kalau harus melihat ayahku dipenjara."
Delia sudah menceritakan semuanya dengan Fani.
"Hemmm..aku juga ikut bingung Del,sebagai teman aku gak bisa kasih solusi."
Fani menggandeng tangan Delia,menuju ruang staf.
"Aku baru bekerja disini,mana mungkin aku bisa mengajukan hutang sebanyak itu..jelas tidak mungkin kan ya Fan.."
"Ya jelas lah,,karyawan lama aja paling mengajukan hutang 100jt mentok.."
"Hei,,Fan,Del.."
Terdengar suara pria dari belakang mereka.
"..kak Roby ...eh..pak Roby.."
Fani dan Delia menoleh kearahnya.
"Panggil kak aja..kan masih belum jam kantor"
"Tapi kan ini sudah dikantor kak eh pak.."
jawab Delia canggung.
"Oke,terserah kalian saja.Kalian pagi benar berangkatnya?"
"Iya pak,kita lebih tenang kalau berangkat lebih awal,jadi lebih santai bisa ngobrol bareng temen."
Jawab Fani.
"Dari dulu kalian memang selalu kompak ya..Oiya,sudah sarapan?"
"sudah pak.."
jawab Delia.
"Kalau belum kita sarapan bareng yuks dikantin"
"Ttterimakasih pak,,kami tidak mau merepotkan.."
sahut Fani dengan gugup karna baru kali ini bosnya ngajakin makan dengan karyawan lain.
"Enggak kok,kebetulan aku belum sarapan karna harus berangkat pagi.." Roby melirik ke arah Delia seperti berharap.
"Terimakasih pak..kami benar-benar sudah kenyang," jawab Delian.
"Okey baiklah..aku akan makan sendiri."
"Maafkan kami ya pak.." jawab Feni dan Delia bersamaan.
"Santai saja.." Roby tersenyum lebar kearah mereka.
***
"Aduuuh..dunia ini sempit ya..dia lagi dia lagi.."
Delia menutupi wajahnya dengan map setelah melihat Brian tiba-tiba muncul melewati barisan meja staf menuju ruang Direktur.
"Siap maksudmu Del?"
tanya Fani.
"Noh,,orang edan..yang pelitnya bukan main.."
Delia menunjukan jarinya dibalik map ke arah Brian dan asistenya yang sedang berjalan.
"Hust..ngawur kamu...edan apanya,pria tampan yang itu mah bukan edan..justru kita yang dibuat edan oleh tatapannya..aggghhhh..."
Fani menghayalkan sesuatu.
"Woy...Fan,tau gak itu laki-laki yang aku ceritakan,yang membuatku terlambat interview"
"Hah,,beneran Del??berarti kamu udah maki-maki dia dong..a a aa...celaka Del,..dia itu sepupuan sama Pak Roby Del...dia juga pemilik Perusahaan besar dikota ini,,Rumah sakit,obyek wisata dan banyak perusahaan kecil lainya yang dia punya..sudah,sudah sudah..kamu ngumpet aja dibalik map itu"
"Hah,,pantesan dia songong! Orang kaya mah bebas...."
Delia pun menuruti Fani tetap bersembunyi dibalik map.
***
"Rob.."
"Eh,kak Brian..kok gak ngasih kabar mau kesini."
"Aku tadi kebetulan lewat,jadi mampir ke sini..gimana kabar bibi dan paman?"
"Alhamdulillah kak,baik.."
"Bagaimana CV mu ini?"
"Lancar kak,,karna kakak dan paman,aku jadi punya kepercayaan diri untuk membangun dan mengelola CV ini."
"Bagus..oiya,aku ingin membagi cerita denganmu,kalau aku ingin menikahi anak Yosep musuh bebuyutan ayah."
"Apa kak??gak salah??"
Roby terkejut mendengar kabar tersebut.
"Aku berencana untuk membuat Yosep tak bisa tidur nyenyak dengan pernikahann kami."
"Tapi saranku jangan libatkan anaknya yang tak bersalah kak?"
"Tapi dia juga sudah membunuh calon adiku yang juga tak bersalah Rob"
"Kak,apakah kakak sudah menyelidiki kebenaran tentang tragedi itu?"
"Dua saksi saja saya rasa cukup membuktikan Rob."
"Tapi kak,,aku hanya takut lkalian salah langkah"
"Tidak Rob,"
"Baiklah,,tapi aku ingatkan denganmu kak,menyimpan dendam tidak akan membuat hidupmu lebih baik."
"Terimakasih sudah mengingatkan,aku akan pergi dan sampaikan salamku pada paman dan bibi"
"Okey,,"
Roby mengangkat kedua alis dan kedua pundaknya...ia melihat Kakak sepupunya itu keluar ruangan dengan congkaknya.
"Dasar keras kepala,semoga mereka tidak larut dalam kebencian yang mendalam" batin Roby.
***
GAdis kecil,temui aku di Cafe SIT pukul 17.00
Delia membaca pesan dari Atmajaya,dia menyimpan nomer Delia pada saat Delia memeriksa ponsel ayahnya dirumahsakit,Delia memutuskan untuk menelpon Atmajaya dengan ponselnya,agar ayahnya tak mencurigainya.
"Hah!ada apa lagi ini"
Delia menarik nafas dalam dan membuangnya kasar.
"Siapa Del?" tanya Fani.
"Atmajaya,dia ingin bertemu denganku"
Jawab Delia lemas.
"Mau aku temani?"
"Gak usah Fan,aku bawa motor sendiri"
"Kamu yakin??"
"Iya"
"Tapi kamu harus berhati-hati dengannya"
"Pasti Fan"
"Semoga dia bisa memberimu banyak waktu lagi untuk melunasinya."
"Aku harap seperti itu,tapi dilihat dari kepicikanya sepertinya mustahil dia akan berbaik hati memberi waktu panjang untuk kami."
"Berdoa saja Del,semoga Allah memberikan jalan keluar untuk masalahmu"
"Aamiin... semoga saja.Okey,aku pulang duluan ya..bye.."
Delia meninggalkan Fani yang masih beberes di meja kerjanya.
"Mau kemana Del?pulang bareng yukz"
Delia terkejut dengan kehadiran Roby yang tiba-tiba.
"Subahanallah...kak eh pak Roby mengagetkan saja."
"Hihihi...kok pucat gitu mukanya aku bukan hantu kali.."
Roby mencoba menggoda Delia.
Sebagai atasan Roby memang atasannyang baik,luwes dan sersan...serius ..tapi santai..membuat para karyawanya merasa nyaman bekerja dengannya.
"Hehe,,bukan gitu pak,"
Delia menggaruk rambutnya yang sama sekali tidak gatal,ia merasa malu dengan ekspresinya sendiri saat terkejut tadi.
"Eh,pulang bareng yuk"
"Terimakasih pak,kebetulan hari ini saya bawa motor sendiri dan sedang ada kepentingan."
"Wah ketemu pacar ya.."
"Aa..bukan kok pak,saya belum kepikiran pacaran."
"Wah,jomblo tulen ya.."
"Hihihi...iya..masih asyik ngejomblo"
"Okey,asal jangan keasikan ngejomblo,malu sama truk gandeng"
"Haduhhh..bapakkk..ikut grup lawak juga ya pak??hehehe"
Delia dan Roby tetawa geli,sepanjang jalan mereka asyik mengobrol,hingga terpisah di parkiran.
"Baik pak,saya permisi"
"Silahkan Del,kapan-kapan ngopi bareng ya"
"Siap bos,asal gratis hehehe"
"Rebessss..."
Sepertinya mereka cepat akrab karna sama-sama supple.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!