NovelToon NovelToon

Penjara Hati Sang CEO

1. PHSC NEW

Kevin mengemudi mobilnya dengan pesat, kelihaian berkendara memudahkannya di jalanan. Wajahnya teramat murka dengan kejadian beberapa waktu lalu di hotel.

Setelah pertemuan dengan relasi bisnis dan mendapatkan kesepakatan besar yang menguntungkan perusahaan, ia juga malah mendapatkan jackpot sang kekasih.

Wanita yang lebih dari 3 tahun sudah menjalin hubungan dengannya malah ketahuan bermain belakang. Kevin masih berpikir positif saat mendapati Fira bersama seorang lelaki. Mungkin saja itu teman lelaki Fira atau rekan kerja di kantor, karena setahu Kevin, Fira cukup digandrungi karyawan dibawah kepemimpinannya di perusahaan.

Namun pikiran positif itu musnah saat mendapati Fira yang mengecup bibir pria itu mesra.

"Argghh.., gila! Bisa-bisanya aku dibodohi," geram Kevin emosi. Ketenangan hidupnya hancur dengan satu kebenaran.

Keinginannya untuk segera membina rumah tangga lenyap dengan sebuah fakta  perselingkuhan yang dilakukan Fira. Percintaan yang sudah terjalin cukup lama tidak membuat perasaan diantara mereka menguat, faktanya Fira berani main serong dengan lelaki lain padahal statusnya masih pacar seorang Kevin.

Jalanan yang ramai pengendara membuat Nayla kesusahan menyeberang. Andai kata ia mempunyai nyawa sembilan seperti kucing sudah pasti Nayla main serobot menyeberang ke jalanan.

Tak jauh dari posisi Nayla yang gelisah di pinggiran trotoar, sekumpulan pemuda berbaju serba hitam terus menunjuk-nunjuknya.

"Itu dia— cepat tangkap wanita itu," beritahu salah seorang pengawal yang menandai Nayla dari kejauhan.

Nayla panas dingin ditempatnya, bukan tidak sayang nyawa tapi keberadaannya sekarang juga terancam. Entah ketiban sial atau musibah, intinya sama saja.

Kesusahan ini membuat tekad Nayla bulat. Memberanikan diri meringsek ditengah padatnya jalanan. Gumaman batinnya berdoa semoga nyawanya masih bisa selamat dengan melawan maut.

"Awwhhhh..," pekik Nayla nyaring sambil memejamkan matanya. Nasibnya hanya ada dua, kemungkinan tertangkap atau tertabrak. Dengan kedua netra yang terpejam, Nayla masuk dalam kubangan maut yang dicarinya sendiri.

Satu detik

Dua detik

Lima detik

Ckittttt...

Jantung Nayla dag dig dug. Bunyi gesekan ban yang direm mendadak itu menusuk gendang telinganya.

Helaan nafasnya pun teramat kasar, masih betah dengan mata terpejam Nayla merasai sakit ditubuhnya. Namun, hasilnya, ia tidak merasakan apapun.

"Dasar cewek gila! Mau cari mati kamu di jalanan begini hah!" tuduhan dengan suara menggertak. Nayla perlahan membuka matanya. Merotasi kan pada benda besar sang pengendara yang jaraknya sangat dekat, hanya terhalang beberapa senti dari bagian tubuhnya.

Keterkejutan itu membuat tubuh Nayla menjadi kaku sesaat. "Minggir.. Atau mau saya tabrak!" hardiknya lagi menyadarkan Nayla. Kepala lelaki itu men-nyebol dari jendela mobil, mulutnya pun masih berceloteh mengusir Nayla yang betah berdiri kaku di depan mobilnya.

Sapuan netra Nayla malah berkebalikan memandang, lirikannya tertoleh ke belakang. Beberapa pengawal berbaju hitam sudah turun ke jalanan menyusulnya. Nayla melewati awak depan mobil, berjalan terburu-buru mendekati pintu mobil pria yang hampir menabraknya.

"Tolong saya Pak. Tolong..." Nayla menangkup kedua telapak tangannya. Wajah gelisahnya menoleh ke dua arah. Bukanya meminta maaf Nayla malah mengemis pertolongan.

"Bantu saya, Pak! Saya dikejar orang, itu—lihat disana beberapa orang itu tengah mengejar saya. Saya mohon, tolong saya Pak," jelas Nayla cepat. Wajahnya ketar-ketir, jaraknya hanya sepuluh langkah, teriakan orang itu juga terdengar memerintah agar Nayla tak bergerak dari posisinya.

Kevin melirik sejenak, memastikan kebenaran ucapan wanita yang tidak dikenalnya itu. "Masuklah.."

"Hey! Kalian, jangan kabur—Hey berhenti," teriakan nyaring disusul dengan sebagian pengawal yang berlari menjangkau mobil yang menolong Nayla.

•••

Terbebas dari musibah Nayla sedikit bisa bernafas lega. Pengendara yang menolongnya masih terus melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang.

Keheningan tercipta, hanya terdengar deru suara mesin mobil dan nafas yang berembus mengisi pendengaran. "Terima kasih, Pak—"

"Mau diturunkan dimana?" potong Kevin membalas cepat sebelum Nayla selesai berbicara.

"Dimana?" ulang Kevin dingin. Suasana hatinya masih panas akan kejadian di hotel. Menahan diri sekarang, dengan berlaku baik pada wanita asing bukanlah sikap Kevin.

"Berkat bantuan anda, saya akhirnya selamat. Saya berhutang nyawa dan saya sangat-sangat berterimakasih dengan pertolongan anda, mungkin kalau anda tidak membantu saya. Say-"

"Sudah cukup bicaranya! Sekarang kamu mau saya menurunkan mu dimana? Saya sangat sibuk, tidak bisa meladeni anda lebih lama lagi," pungkas Kevin membungkam Nayla.

Nayla mengumpat kesal dalam hatinya, rasanya sangat jengkel saat ucapannya terus dipotong sebelum selesai berbicara. Rasa kesalnya pun terpaksa Nayla pendam karena yang ia hadapi sekarang, adalah orang yang telah menolongnya.

"Sa—"

 Drett

 Drett...

Suara dering ponsel mengambil alih atensi Kevin. Tangan pria itu langsung terangkat memberi kode agar Nayla diam dan tanpa disadari untuk ketiga kalinya pula, ucapan Nayla terpotong.

"Sinting," umpat Nayla membatin kesal.

Kevin juga menghentikan sebentar mobilnya di tepi jalan dan sapuan layar yang digeser langsung disambut suara nyaring dari si penelepon. Tanpa di speaker dan dengan keadaan di dalam mobil suara itu dapat di dengar jelas ditelinga Nayla.

"Kamu dimana sekarang Vin? Lupa dengan obrolan semalam. Mama sudah peringati kamu, dengan kedatangan para anak teman arisan mama yang akan mama jodohkan dengan kamu hari ini."

"Pulang sekarang, temui dulu anak-anak teman mama ini," semprot Mama sekaligus perintah agar Kevin pulang ke kediaman orang tuanya. Suara dari balik ponsel itu terdengar jelas, Nayla mengambil kesimpulan besar, bahwa lelaki yang berada di samping ia duduk itu tengah dijodoh-jodohkan oleh orang tuanya.

Kesempatan pula, Nayla buru-buru memberondong dengan berucap jelas dan cepat.

"Saya sebenarnya tidak punya tempat untuk pulang, Pak. Keluarga saya di kota ini hanya nenek saya, dengan masalah yang sedang menimpa saya sekarang, tidak memungkinkan untuk kembali ke rumah nenek saya, karena itu akan membahayakan beliau," sergah Nayla membeberkan musibah yang sedang dihadapinya.

Kevin memijat pangkal hidungnya, kepalanya pun mendadak pening. Hari berat dengan serangkaian masalah yang bertubi. Fakta tentang sang kekasih yang bermain belakang, desakan Mama dan sekarang harus berhadapan dengan wanita asing yang baru ia kenal, itu pun lantaran Kevin yang hampir menabraknya dan malah berujung menolong wanita yang tengah terlibat masalah besar itu.

"Kamu ikut denganku saja. Untuk sementara waktu saya akan memberikan tumpangan di unit apartemen yang jarang saya tempati," pungkas Kevin berbaik hati. Suasana hatinya sedang tidak baik-baik saja, tapi Kevin juga merasa kasihan dengan penumpang perempuan di mobilnya ini.

•••

Baru terbangun dari tidur panjang semalaman, dan menyalakan ponsel, bunyi notifikasi sudah bersahutan. Deretan teratas terselip nama sang Mama. Pesan yang dikirim hampir mencapai seratus chat.

Teror di pagi buta yang membuat Kevin semakin malas beranjak bangkit. Kalau bukan tanggung jawab dengan pekerjaan kantor, Kevin sangat ingin kabur dan mencari ketenangan sesaat agar ia bisa merasa damai.

Menginjak umur ke 28 tahun, yang tidak bisa dikatakan muda lagi, membuat sang Mama semakin gencar mencari wanita dari kalangan anak teman arisan untuk dijodohkan dengannya.

Hubungannya dengan Fira sebelumnya, memang tidak pernah Kevin beritahu pada orang tuanya. Saat ia sudah menyelesaikan pendidikan S2 di umur 23 tahun, dan awal pemegangan penuh perusahaan sang Papah, selama 2 tahun penuh pula Fira mendampingi Kevin. Jabatan Fira yang diangkat menjadi sekretaris untuk meringankan pekerjaan Kevin sedikit banyak menumbuhkan rasa suka dan berlanjut dengan kenyamanan.

2 tahun bekerja Fira selalu menunjukkan sikap profesionalnya, keuletan serta kegigihan Fira saat bekerja membuat Kevin menyukainya. Itu pula yang membuat Kevin akhirnya berani menjatuhkan hatinya pada sang sekretaris.

Mungkin awal hubungan itu dibangun bukan atas kehendak Kevin. Fira-lah yang lebih dulu berani mengutarakan rasa sukanya, bak gayung bersambut Kevin menerima perasaan Fira. Mereka akhirnya menjalin hubungan pacaran secara diam-diam. Tetap profesional saat bekerja dan berpacaran saat tidak di lingkungan kantor.

"Iya, Ma, maaf. Kevin semalam kecapekan. Mama tenang saja, secepatnya Kevin pasti akan menikah. Tolong jangan menyiksa Kevin dengan mencari-carikan pasangan lagi, Kevin sudah dewasa Ma, Kevin bisa mencari pasangan sendiri, tolong ngertiin Kevin," balas Kevin dengan pesan suara. Semalam Kevin memang tidak pulang ke rumah. Ia tidak mungkin pulang dengan membawa wanita asing.

 

2. PHSC NEW

Nayla duduk di balkon kamar. Melihat pemandangan jalanan dari atas gedung tempat ia bermalam. Sejenak ia bisa merasakan lega, hanya saja pikirannya pun tetap dipenuhi dengan beban. Neneknya dirumah pasti sangat menghawatirkannya yang tidak pulang.

Selesai berpakaian, Kevin melenggang menuju penghuni kamar sebelah. Ia memang jarang pulang ke apartemen, namun karena semalam ia dipertemukan dengan Nayla. Jadilah Kevin ikut pula bermalam ditempat ini dengan tujuan mengenalkan seluruh sudut apartemennya.

Tok.. tok “Nayla, bisa buka pintunya,” panggil Kevin menggedor pintu pelan.

Kevin sudah mengetahui nama wanita yang ia selamatkan. Nayla juga sudah menjelaskan semua runtut masalahnya pada Kevin. Tujuan wanita itu hanya minta agar diberi tempat tinggal sementara waktu, dan tempat untuk bersembunyi dari orang-orang jahat yang mengincarnya.

“Nayla..” suara panggilan ke sekian kali. Nayla menoleh, langkahnya pun ikut terbawa mendekati pintu kamar.

“Maaf.. Maaf, saya tidak mendengar suara anda barusan, Pak.”

“Kenapa memanggil saya? Apa anda butuh penjelasan lainnya, Pak,” seru Nayla berdiri saling berhadapan.

Kevin melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Waktunya hanya tersisa setengah jam lagi untuk berangkat ke kantor.

“Bukan. Aku akan keluar. Jika butuh sesuatu kau bisa menghubungi ku,” ucap Kevin menyerahkan kartu namanya.

Nayla memegang kertas itu. “Iya, sekali lagi terima kasih banyak atas bantuannya, Pak.”

“Sama-sama. Kau juga tidak perlu terus-terusan memanggilku dengan formal. Panggil nama saja. Aku pergi dulu. Untuk kebutuhan mu, nanti akan aku kirim barangnya ke sini.”

•••

Mama mendatangi kantor saat jam makan siang. Tujuan wanita dewasa itu, untuk mengunjungi suami sekaligus anaknya yang jarang pulang ke rumah.

Kevin memang terbiasa hidup mandiri sejak kuliah. Rumah dan apartemen ia miliki dari hasil kerja kerasnya sendiri saat bekerja di perusahaan sang Papah dengan jabatan yang dulu hanya sebatas staf marketing.

Kini berkat kerja kerasnya bertahun-tahun, Kevin bisa menikmati kesuksesannya sekarang dengan jabatan sebagai CEO.

Ketikan jemarinya di keyboard laptop terhenti saat Mama menghampirinya. Kevin menatap wajah Mama yang masih terlihat cantik di usia senja itu.

“Mama, mau ngajak Kevin makan bareng Mah? Atau Mama butuh bantuan Kevin untuk mengajak Papah keluar dari kantor?” Kevin memberondong Mamanya dengan semua kebiasaan yang sering wanita dewasa itu lakukan tiap berkunjung ke kantor.

“Bisa saja kamu ini mencari topik, Vin. Mama kesini, mau menagih janji kamu. Mana yang katanya akan mengenalkan calon istri. Kamu saja disini, sibuk terus bekerja! Kapan kamu akan mencari pasangan dan menikah, Vin,” curhat Mama sedih. Mempunyai anak semata wayang, yang betah hidup sendiri tanpa berniat mencari pasangan dan membina rumah tangga, membuat Mama was-was.

Banyak berita viral tentang lelaki yang kebanyakan gay di zaman sekarang ini. Mama takut jika Kevin sang anak, adalah salah satunya dari kaum homo sejenis itu.

“Dalam waktu dekat, kamu harus sudah membawa calon kamu ke hadapan Mama dan Papah. Kalau sebulan ini, kamu masih betah dengan kesendirian, jangan salahkan Mama yang akan semakin gencar mencarikan jodoh untuk kamu, Nak.”

Lirikan mata Kevin bersibobrok dengan netra Papah yang baru saja membuka pintu ruangan kerja Kevin.

“Dengar itu, Vin! Mama dan Papah sudah tidak muda lagi, di usia senja begini, kami sangat menginginkan kehadiran seorang menantu dan cucu. Jangan sampai menunggu kami sudah tidak sehat lagi, Vin,” nasehat Papah menambahi.

Kevin merasa tertampar dengan ucapan orang tuanya itu. Banyak waktu yang ia buang sampai mengesampingkan kebahagiaan Mama dan Papah yang hanya menginginkan hal sederhana agar ia segera mencari pasangan. Sekarang di saat umurnya sudah sangat matang, dengan kehidupan mampu malah hidupnya dibuat berantakan dengan fakta kekasihnya yang berselingkuh.

Mungkin ini balasan karena Kevin sudah menyembunyikan hubungannya. Padahal Mamanya sejak dulu sangat berusaha untuk mengenalkan ia dengan anak teman-temanya yang sayangnya tidak pernah Kevin tanggapi bahkan lirik sekalipun.

•••

Nayla membongkar beberapa dus bahan makanan yang baru saja tiba. Semua kebutuhan ini, diberikan Kevin untuk bekal Nayla sementara menumpang hidup di apartemennya.

Neneknya di rumah, sudah ia titipkan dengan tetangga yang sering membantu Nayla. Dengan usia neneknya yang sangat tua, Nayla hanya berdoa agar neneknya selalu sehat. Untuk sementara ini Nayla memang tidak bisa bertemu dan menemui sang nenek.

Ia sudah menebak dalang dari masalah yang tengah menimpanya. Semua ini pasti ulah sang tante yang haus akan uang.

Pesan penuh dengan kemarahan sang tante juga yang memperlihatkan kejahatannya itu. Meskipun Erni menyerangnya dengan obrolan yang berputar-putar, Nayla sangat yakin bahwa tantenya sendiri pelaku dari kejahatan yang ia tengah hadapi.

“Aku sudah membesarkan mu dengan susah payah, Nayla. Membalas budi saja kamu tidak bisa, apa susahnya kau menurut dengan keinginan ku, toh hidup mu juga akan tercukupi. Memangnya kau tidak mau jadi orang kaya! Belagu sekali. Cih, hidup saja masih menumpang di rumah ku,” deretan pesan dari tantenya yang masih di ingat Nayla.

Erni memang tidak secara gamblang menunjukkan kejahatannya. Namun Nayla tidak bodoh menilai seseorang. Hidup satu atap sejak kecil, Nayla kenal betul sikap tantenya yang sirik dengan kehadirannya yang lebih diperhatikan sang nenek.

Namun yang tidak disangka, tantenya itu tega menjual Nayla dan menjerumuskannya dalam pekerjaan penuh maksiat. Mungkin bukan sekali ini saja kejahatan yang dilakukan Erni. Dulu tantenya juga memaksa ia menikah dengan rentenir tempat Erni meminjam uang. Wanita dewasa itu tega mengorbankan keponakannya sendiri untuk membayar hutangnya.

“Aku salah apa tante. Kenapa aku bisa mempunyai bibi seperti nenek sihir. Perbuatan kejam tante kali ini sudah sangat keterlaluan. Aku benci tante!” dengus Nayla terbawa emosi.

Sekarang ia hanya sendirian, bersembunyi ditempat orang yang baru dikenal, sangat membuat Nayla canggung. Baru sehari saja Nayla harus menebalkan wajahnya, rasanya itu sangat membuat rontok harga dirinya dan terlebih sangat berkebalikan dari perilakunya.

Lalu harus berapa hari lagi Nayla menahan malu dan tak tahu diri menumpang gratis, dengan semua kebutuhan dan pakaian yang juga tentunya disediakan si pemilik tempat yang Nayla tumpangi.

•••

Kevin masuk ke apartemennya, netra nya berkeliaran melihat sekeliling dan tidak mendapati kehadiran penghuni baru di unit gedung tempat tinggalnya.

Tubuh Kevin kembali segar setelah keluar dari kamar mandi, dengan handuk yang masih terbalut di pinggang, Kevin lantas merebahkan tubuh basahnya di atas ranjang.

Nayla asyik menumis sayur. Ia juga tidak menyadari kehadiran si pemilik rumah yang sudah pulang.

Tidak mau tinggal gratisan, Nayla akhirnya menganggap dirinya sebagai asisten rumah tangga. Setidaknya ia menjadi penghuni baru yang tahu diri akan sebab keberadaannya ditempat ini.

Setelah kegiatan memasak selesai, Nayla melanjutkan aktivitasnya dengan bersih-bersih. Kamar Kevin, adalah ruangan pertama yang Nayla datangi, ia buka pintunya yang tidak dikunci itu, lalu masuk dengan sopan. Nayla menyapu beberapa figura foto yang tergantung, membersihkan hiasan itu dengan kemoceng.

Kevin keluar dari walk in closed. Masih dengan handukan yang dilapisi batrobe putih, ia menghampiri Nayla yang tiba-tiba sudah berada di dalam kamarnya tersebut.

“Ngapain kamu disini?” teguran Kevin mengagetkan Nayla.

Nayla membalikkan badannya, ia bahkan kembali terkejut dengan penampilan Kevin. Masih memakai handuk dengan batrobe yang talinya tidak di ikat, jelas memperlihatkan garis kotak-kotak yang ada di atas pusar dan naik sampai ke dada bidang pria itu.

Jiwa kegadisannya meronta dengan sajian indah tubuh atletis seorang pria. “Itu— aku sedang bersih-bersih, Pak- eh Kevin,” jawab Nayla salah tingkah.

Kevin berjalan mendekat, Nayla malah menahan nafas dibuatnya. “Aku tidak menyuruhmu jadi pembantuku, bukan! Jadi kenapa harus repot bersih-bersih disini.” Kevin menarik tangan Nayla, membawa tubuh pendek itu menuju pintu kamar.

“Tunggu diluar,” perintah Kevin. Lalu pria Itu menutup pintunya dan masuk kembali ke walk in closed untuk memakai bajunya.

Makan di meja hanya berdua begini, membuat Nayla malu. Sesekali Nayla melirik pria yang tinggal satu atap dengannya itu sejak kemarin.

“Aku sudah menyelidiki masalahmu. Kau dijual oleh seorang wanita dewasa. Apa itu ada hubungannya dengan keluarga mu, Nayla?” tanya Kevin memecah keheningan.

Nayla mengerjapkan matanya yang berkaca-kaca setelah mendengar ucapan Kevin. “Aku– aku hanya menduga, mungkin ini perbuatan tanteku sendiri,” Nayla malu menyampaikan kebenaran bahwa keluarganya sendiri, penjahat dari masalahnya.

“Aku bisa membebaskanmu Nayla. Mudah saja untuk ku menyingkirkan tantemu yang jahat itu. Hanya saja, ada syarat yang harus kamu penuhi jika ingin terbebas dari semua masalah mu itu,” ucap Kevin dengan penawaran.

Nayla tidak berpikir dua kali lagi, ia sangat ingin kebebasan. Sudah cukup ia selalu dalam tekanan sang tante yang menyulitkan hidupnya. “Aku mau, apapun syaratnya aku akan menyetujui itu.”

“Apapun?” ulang Kevin yang dibalas Nayla dengan menganggukkan wajahnya.

Senyuman miring terpatri di wajah tampan Kevin. “Baik, mulai sekarang kau akan menjadi calon istri ku.” Sontak mata Nayla langsung membulat.

“Calon i-istri?” gumam Nayla bingung tanpa suara. Dari gerak bibirnya Kevin dapat membaca ucapan wanita itu yang mengulang perkataannya.

“Iya. Kau sekarang calon istri ku!? Tapi.., tidak perlu mengambil keputusan dengan terburu-buru. Kau bisa memikirkan penawaranku barusan, mau menerima atau menolak syaratku. Ingat kesempatan tidak datang dua kali, jadi pikirkan matang-matang,” jelas Kevin, ia tidak bisa mengambil keputusan sepihak. Penawaran yang ia layangkan mempengaruhi kehidupan mereka berdua ke depannya. Kehidupan jangka panjang jika Nayla setuju akan syaratnya itu.

3. PHSC NEW

Seminggu berlalu sejak Kevin menawarinya kebebasan, tentu dengan syarat Nayla yang harus menyetujui permintaan yang Kevin buat terlebih dahulu.

Meskipun sedikit tidak masuk di akan pikiran Nayla, karena mana mungkin suatu hubungan bisa dimulai dari dua orang asing dengan mudah. Tapi ia juga tidak sebodoh itu untuk tidak memahami maksud Kevin yang menawarinya menjadi calon istrinya.

Mengulang kembali saat pertama kali bertemu Kevin, jelas Nayla masih mengingat obrolan pria itu dengan orang tuanya lewat sambungan telepon.

Mungkin tujuan Kevin mengajak Nayla menjalani hubungan simbiosis mutualisme agar mereka berdua saling diuntungkan. Nayla terbebas dari deretan masalah yang di perbuat tantenya dan Kevin terbebas dari tuntutan Mamanya yang menginginkan Kevin agar segera menikah.

Menjelang sore, jam kerja di butik juga sudah selesai untuk sift pagi. Nayla bersiap pulang, dengan menyambangi taksi, ia berangkat menuju unit apartemen milik Kevin.

Rutinitas hariannya sudah kembali normal, hanya saja ia masih belum bisa kembali ke kediaman sang nenek. Erni belakangan ini memang tidak menghubungi Nayla lagi. Tapi Nayla juga tidak bisa menganggap keberadaannya sudah aman.

Saat memasuki lantai gedung apartemen. Berpapasan dengan satpam yang bertugas, Nayla sesekali membalas sapaan ramah dengan memasang senyum termanisnya.

Ia menggesekkan card kunci kamar Kevin. Gerakannya santai, namun entah firasat atau hanya pikiran Nayla yang terlalu berlebihan. Sedari kedatangannya ditempat ini, ia seperti merasakan ada mata-mata yang terus memperhatikannya.

Sebelum memasuki ruangan, netra nya liar menyoroti keadaan sekitar. Merasa aman Nayla lalu masuk dan lekas mengunci rapat kamarnya.

Knock.

Knock...

“Astaga, itu siapa sih. Iseng banget ngerjain orang,” dengus Nayla kesal. Sudah berulang kali gedoran pintu kamarnya berbunyi. Yang membuat Nayla kesal, setiap ia membuka pintunya dan mencari pelakunya. Ia malah tidak mendapati siapa pun diluar.

Kesendiriannya ditempat ini membuat Nayla merasa takut. Sejak kemarin ia terus mendapati teror seseorang yang iseng memainkan pintu kamarnya nakal.

“Woy, siapapun yang gangguin diluar. Lebih baik lo munculin diri di hadapan gua. Kalau setan gua maklum, tapi kalau manusia, dasar kurang kerjaan banget lo,” geram Nayla berbicara dihadapan pintu.

Sengaja suaranya dikeraskan agar manusia atau setan diluar mendengar ucapan Nayla yang kesal dengan perbuatannya itu.

Knock.

Knock...

“Tertangkap lo ya, sekarang.”

“Hai? Senang akhirnya bisa menemukan mu, cantik!” seringai licik wanita dewasa dengan dandanan mencolok.

Nayla tergagap, mulutnya terkunci rapat. Di hadapannya sekarang berdiri bos germo yang anak buahnya kemarin terus mengejar-ngejar Nayla.

“Gimana sayang, pelarianmu beberapa hari ini. Apa menyenangkan hmm?” Langkah Mami Angel kian mendekat, kakinya yang terbalut sepatu hak tinggi meringsek masuk. Tangan tuanya pun bergerak menjangkau rambut Nayla yang terurai menjuntai.

“Bagus kau ya, bisa hidup tenang di tempat mewah seperti ini! Aku sudah banyak membuang waktuku berhari-hari untuk mencari mu, Nayla. Cih, merepotkan sekali berurusan dengan wanita sampah sepertimu!” Mami Angel menarik rambut Nayla kasar.

Leher Nayla pun tak luput dari cekikan tangan bos germo yang membelinya dari tante Erni. Air disudut mata Nayla terpancar jatuh merasakan penyiksaan yang di dapatkannya.

“Mam—mami, lep--lepaskan aku. Aku tidak bisa bernapas,” Nayla berusaha melepas cekalan  erat tangan tua yang membelit lehernya dengan kencang itu.

Brug...

Nayla terhempas dilantai. Mami Angel berdiri dengan keangkuhannya, di sekelilingnya pun berdiri pula beberapa pengawal yang selalu mengikuti ke mana pun wanita itu berjalan.

“Sudah berapa banyak uang yang kau hasilnya Nayla? Pasti kau bisa bukan mengembalikan uang yang sudah tantemu ambil dariku.”

“Pintar juga kau mencari mangsa Nayla, hingga diberikan tempat tinggal mewah seperti ini. Kira-kira berapa tarifmu semalaman? Jauh-jauh kau melarikan diri dariku, dan pekerjaan mu ini ternyata sama saja, melayani pria tua yang haus akan belaian dengan membuka selangkanganmu di hadapan pengusaha berdompet tebal. Dasar kau wanita murahan, tidak tahu diri,” maki Mami Angel penuh dengan hinaan.

“Anda itu yang pantas disebut murahan. Wanita licik yang menjajakan para gadis malam, dan jelas saya bukan salah satu wanita penghibur seperti anak buah yang anda pekerjaan itu,” geram Nayla membalas penuh amarah.

Adu cekcok Nayla dan Mami Angel terhenti dengan kedatangan beberapa staf pegawai apartemen dan satpam. Dengan enggan pulang tanpa membawa jaminan hutang Erni, Angel terus melayangkan kebenciannya serta mengancam sebelum pergi dari tempat dimana Nayla berada.

Duduk di pojok pintu, Nayla menelungkup kan tangannya memeluk tubuhnya. Tangisnya ditahan, karena akan sia-sia jika ia membuang air mata dengan penderitaan yang disebabkan tantenya itu.

“Ayah, Ibu, aku butuh kalian.”

•••

Mama Linda, lagi-lagi terus mendatangi Kevin di kantor. Belum ada sebulan seperti ucapan wanita tua itu yang memberinya batas waktu untuk membawa pasangan ke hadapannya.

“Mah, ya ampun ini baru seminggu. Mama jangan terus meneror Kevin seperti ini, Mah.”

“Kenapa? Tidak suka kalau mama terus mendatangi mu setiap hari, Vin. Kedatangan mama bukan hanya untuk mendesak mu saja, nak. Kamu itu anak mama. Mama juga butuh waktu luang bersama anak semata wayang mama ini,” balas Mama telak.

Walau ucapan Mama berkebalikan dari tebakan pemikiran Kevin, pada akhirnya wanita tua itu tatap saja kembali ke pasal satu. Tetap menggali sudah sejauh mana usaha Kevin untuk mencari pasangan.

Kevin juga sudah memutus hubungannya dengan Fira. Wanita itu terkejut saat dengan tiba-tiba atasannya sekaligus kekasihnya itu mengakhiri hubungan mereka yang sudah terjalin lama.

Fira bahkan bertanya-tanya, apa alasan Kevin memperlakukannya sepihak seperti ini. Bukan hanya putus hubungan, jabatannya sebagai sekretaris Kevin pun digantikan orang baru. Meskipun Fira tidak sampai turun jabatan, namun pemindahan tugasnya yang mendadak ini menimbulkan banyak tanda tanya besar di kepalanya.

•••

Kevin bertolak pergi menuju apartemennya. Kepulangannya ke tempat dimana Nayla berada dikarenakan informasi yang ia terima dari staf apartemen.

Ia memang sudah tidak bermalam lagi ditempat ini, karena tidak memungkinkan pula dua orang hidup satu atap tanpa adanya status hubungan yang jelas.

“Nayla, kau dimana?”

“Hey! Apa kau mendengar suaraku,” panggil Kevin malas berkeliling ruangan.

“Nayla! Nayla kau ada di rumah— aish. Mungkin wanita itu sedang bekerja sekarang,” Kevin tersadar saat melihat jam dinding yang menunjukkan pukul 3 sore. Masih tersisa beberapa jam lagi untuk sift jaga Nayla berakhir.

Hidangan makanan siap saji menyambut ke hadiran Nayla yang baru saja tiba di apartemen sepulang bekerja.

Si pemilik rumah pun duduk santai menonton tayangan televisi. “Kau sudah pulang Nay. Bersihkan dulu tubuhmu, lalu temui aku kembali disini,” ucap Kevin bukan hanya sekedar bertanya namun disertai perintah.

Lauk yang dibeli Kevin untuk makan malam ini, rasanya susah untuk ditelan. Mata lelaki itu pun meskipun tidak secara gamblang menatap ke hadapannya, tapi Nayla sangat bisa merasakan  kalau ia sedang di perhatikan.

“Aku tau isi pikiran mu, Nayla. Habiskan dulu makananmu itu, lalu kita bahas pembicaraan ini setelahnya.”

“Habislah kau Nayla! Mungkin malam ini terakhir kali aku menginap di apartemen Kevin. Sungguh firasat ku berpikir pasti Kevin telah mengetahui keributan semalam atau jangan-jangan ia kesal menunggu jawaban ku yang mengulur-ulur waktu dengan persyaratan yang pernah ditawarkannya itu,” lirik Nayla sekilas dan membatin dalam hatinya.

“Jadi semalam yang datang ke sini itu siapa? Tante mu yang jahat itu atau keluargamu yang lainnya?”

“Nayla, kau tidak menyimak perkataan ku barusan? Hey! Aku sedang mengajakmu bicara!” gertak Kevin tegas. Gulungan ujung baju yang terus Nayla pilin reflek terlepas karena tersentak kaget.

“Ah—itu, iya yang kemarin itu wanita yang bermasalah dengan ku, Vin. Tapi, dia bukan bagian keluarga ku. Dia—maksudku MAMI ANGEL! Bos germo yang ingin menangkap ku,” terang Nayla jujur.

“Angel? Bos germo motel Revoulis night bukan?” tanya Kevin memastikan.

“Bersiaplah, aku akan segera membebaskan mu. Besok kau ikut denganku.”

“Iya, benar! Itu nama bisnis gelap milik wanita licik itu, Vin.”

 

 

 

 

 

 

 

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!