NovelToon NovelToon

LOVE IN THE DARKNESS

Kamar Misteri

Pagi itu, Tyra bergegas menuju kamar Endo. Adiknya, yang berumur lima tahun, tepatnya anak dari Ibu angkatnya yang mengasuh Tyra dari umur delapan tahun.

Tyra menatapi Endo dari pintu kamar, sebelum ia berangkat untuk bekerja. Ia memastikan keadaan Endo. Tyra sangat menyayangi Endo seperti adik kandungnya sendiri. Ia bekerja sekuat tenaga untuk membantu biaya pengobatan Endo yang sedang mengidap penyakit langka.

"Ra, jangan sampai telat. Endo baik-baik saja pagi ini. Pergilah nak, hati-hati dijalan," ujar Darni, Ibu angkat Tyra dari dalam kamar yang melihat Tyra berdiri dipojok pintu kamar dan memperhatikan wajah Endo yang tidur lelap.

"Aku pergi Bu...," pamit Tyra usai mendengar ucapan Ibunya itu. Tyra pun bergegas lari keluar rumah dan menutup pintu pelan. Ia berlari menuju ke apartemen mewah yang jaraknya sekitar satu kilometer dari rumahnya.

Sesampainya di Gedung apartemen, Ia menaiki lift menuju ke lantai tiga. Tyra pun sampai di depan pintu apartemen.

Bergegas ia masuk dengan password key yang sudah ia ketahui dari Darni. Tyra melangkah pelan memasuki apartemen itu. Dilihatnya ruangan apartemen yang begitu luas. Ia melihat sekeliling ruangan, memperhatikan jeli seisi ruangan mewah itu. Tidak ada orang didalam ruangan itu, begitu hening.

Bergegas Tyra membereskan ruangan sesuai perintah ibunya. Ruangan itu sudah tampak rapi sebelumnya. Selayaknya tugas pembantu, Tyra pun memasak dan menyiapkan makanan. Tiba-tiba terdengar suara pintu yang terbuka dari arah depan,

"Cklek...,"

Tyra yang terkejut itu menghentikan sejenak gerakannya mencuci piring untuk memastikan suara yang didengarnya itu. Benar saja, seseorang mendatangi meja makan dan sedang berdiri melihat sajian makanan di atas meja.

Tyra kemudian menarik badannya kebelakang, berharap dapat melihat sosok itu. Dilihatnya seorang lelaki bertubuh tinggi sekitar 175cm dengan memakai pakaian jas hitam layaknya seorang direktur perusahaan. Hidungnya sangat mancung dan berwajah putih, mirip dengan Kim Woo Bin, aktor korea yang sangat tampan yang digemari oleh Tyra, meski wajah yang dilihatnya diapartemen itu, begitu arogan.

"Dia pasti tuan Darwin," ucap Tyra berbisik, sambil mengintip Darwin dimeja makan.

Darwon terlihat menarik kursi makan bersiap menyantap makanan. Tyra pun segera membalikkan posisi badannya seperti semula, seraya tak ingin dirinya diketahui karena jarak meja makan dan wastafel dimana ia mencuci piring cukup dekat, hanya dibatasi dinding yang berjarak satu meter.

"Praaakkk!"

Piring kaca yang dicuci oleh Tyra terjatuh kelantai dan pecah. Sontak mata Sang majikan tertuju pada dapur asal suara itu. Ia mendatangi Tyra yang buru-buru mengumpulkan puing-puing kaca piring itu dengan paniknya.

Darwin melihat kearah pecahan piring yang berserakan, lalu menatap kearah Tyra. Sadar yang dia lihat bukan pembantunya Darni, Darwin pun menatap heran ke wajah Tyra yang menundukkan kepalanya sambil mengutip puing-puing kaca itu.

"Siapa kau?" tanya Darwin majikan Tyra itu dengan nada tinggi. Tyra terkejut dan menghentikan gerakannya mengambil puing-puing kaca seketika.

"Maaf kan saya tuan..., saya Tyra, anaknya Darni, pembantu disini," jawab Tyra dengan nada bergetar dan gugup.

"Dimana Ibumu? kenapa sembarangan menyuruh orang lain masuk ke rumahku!" bentak Darwin lagi begitu marah.

"Saya... ,saya...," belum siap Tyra mengucapkan kalimatnya, Darwin memotong, seolah tak ingin mendengarkan alasan.

"Bersihkan itu, lalu cepatlah pergi dari sini! katakan ke ibumu dia dipecat!" bentak Darwin yang terlihat murka lalu berjalan cepat menuju kamarnya.

Pembantu Darwin sebenarnya ada lah Darni, ibu angkat Tyra. Namun, Darni meminta Tyra menggantikan dirinya bekerja karena dia harus menjaga dan membawa Endo berobat karena belakangan ini, penyakit Endo sering kambuh. Tyra pun bersedia menolong ibunya itu, terlebih ia begitu menyayangi Endo. Namun, Darni tidak mengungkapkan hal ini ke Darwin, karena sebelumnya Darwin bekerja diluar kota, sehingga mereka tidak bertemu saat Darwin ingin meminta izin.

Darni hanya meminta izin ke ibu Darwin yaitu Jelita, yang juga teman lama Darni. Jelita lah yang memberikan izin pada Tyra menggantikan ibunya hingga Darwin murka karena ia tidak mengetahui itu.

Tyra bergegas membuang pecahan kaca ditangannya ketempat sampah di pojok dapur. Tanpa ia sadari tangannya yang dipenuhi goresan- goresan kaca mengeluarkan darah. Sangkin takutnya ia bahkan tidak merasakan lagi perih ditangannya. Perkataan Darwin yang memecat ibunya itu membuat ia sangat Takut.

Tyra sangat khawatir, lalu ia pun membayangkan bagaimana ibunya harus membeli obat Endo yang harus rutin ia makan jika tidak bekerja lagi sekarang. Ia hanya bisa mengharapkan gaji sebagai buruh laundry yang berada diseberang apartemen Darwin. Tentu saja itu tidak cukup.

"Agh, jangan selalu ikut campur! ini bukan urusan mu Ibu!" bentak Darwin dari dalam kamar pada seseorang di telepon.

"Apa dia sudah tahu ruangan mana yang tidak bisa dia sentuh? jika ini terulang aku tidak perlu memakai pembantu!" tegas Darwin lagi dengan suara yang keras lalu menutup teleponnya.

Tyra mendengarkan dengan cermat berharap itu adalah pertolongan dari ibu majikannya, Jelita. Jelita selalu ingin orang kepercayaanya lah yang berada dekat dengan Darwin, anak kesayaangannya yang ia ketahui menderita akibat masa lalunya itu.

Tyra berjalan pelan menuju depan kamar Darwin. Perlahan ia melangkah dengan wajah memelas dan penuh rasa takut. Sembari mengepalkan tangannya yang mulai terasa perih menunggu pembicaraan Darwin selesai dengan ibunya di telepon. Ia berencana untuk memohon agar tidak dipecat.

Darwin bergegas keluar kamar dan mendapati Tyra di depan pintu kamar yang hampir saja menabrak tubuhnya jika Tyra tidak memundurkan badannya. Tubuh Darwin yang jauh lebih tinggi dari Tyra dan dengan dada bidang serta tatapannya yang tajam membuat Tyra resah.

Darwin mendekatkan wajahnya ke wajah Tyra hingga terlihat jelas garis wajahnya itu dimata Tyra. Darwin berbisik mengancam dengan nada lembut dan dingin.

"Katakan pada ibumu, jika ada yang ingin dia sampaikan beritahu kepadaku LANGSUNG! jika selanjutnya ini terjadi lagi, aku tidak akan mengampuninya! aku tidak perduli apa hubungannya dengan ibuku! kalian harus paham itu!" ucap Darwin mengancam dan sangat terlihat sangat kesal.

Darwin kemudian bergegas meninggalkan Tyra dan keluar dari apartemennya.

Hembusan nafas Darwin saat berbicara masih terasa di wajah Tyra. Dengan aroma tubuhnya yang wangi segar seraya menghilang berlalu mengikuti langkahnya.

Tyra terduduk dilantai dengan kepala tertunduk lemas sembari membuka kedua telapak tangannya yang dipenuhi luka goresan kaca. Ia menitikkan airmata ketakutan yang ditahannya sejak tadi.

Seakan lega ditinggalkan oleh Darwin, ia menyeka air matanya yang mengalir. Ia begitu takut tidak bisa membeli obat lagi untuk Endo. Namun ia segera menarik nafas lega mengingat Darwin masih mengampuninya. Masih ada kesempatan untuk tetap bekerja di apartemen Darwin walau dengan ancaman.

Tyra pun beranjak berdiri dan kembali kedapur. Tak sengaja ia menoleh kepintu kamar Darwin yang sedikit terbuka, namun Tyra teringat ia akan pesan ibunya untuk jangan sekali-kali memasuki atau bahkan walau hanya melihat kamar itu, karena tuannya itu akan marah besar.

Entah misteri apa yang ada dikamar itu hingga perintah itu semakin terdengar jelas di kepala Tyra. Kemarahan Darwin pagi tadi semakin membuat Tyra merasa ngeri. Ibunya mengatakan, jika majikannya itu punya masa lalu kelam yang ia simpan dikamarnya. Seketika Tyra merinding mengingatnya. Tyra pun menarik pintu itu agar kembali tertutup rapat kemudia ia berlari kencang kembali kedapur.

Sembari membersihkan luka-luka ditangannya, terlintas wajah tampan dan dingin Darwin saat berbisik mengancamnya.

"Wajahnya begitu tampan tapi juga sangat dingin, apa yang membuatnya begitu kasar," tanya Tyra dalam hati sambil melihat ke arah luar jendela kaca.

Tak menyangka ia mendapati Darwin terlihat berjalan menuju parkiran di luar gedung dengan jas hitam dan kaca mata hitamnya. Tyra pun mendekati jendela itu ingin melihat Darwin lebih jelas. Tyra menatap dari lantai tiga memperhatikan Tuannya itu, ia terlihat begitu arogan dan berhati dingin.

Kim woo Bin (Korean model and actor)

Source pict: from pinterest

(gambar tidak mewakili tokoh cerita, silahkan berimajinasi sesuka hati💕🤗)

Tangan Hangat

Ini hari ketiga Tyra bekerja sebagai pembatu di apartemen Darwin. Seperti hari pertama, setiap sudut ruangan terasa dingin sedingin hati Sang empunya apartemen. Sunyi dan hening.

Kegiatan membabu Tyra hanya sampai jam 6 sore setiap harinya dan dilanjutkan sebagai pekerja paruh waktu laundry di sebrang gedung apartemen Darwin.

Hampir pukul 6 sore sekarang, Tyra bersiap-siap untuk pulang. Menyiapkan masakan terakhir, makan malam untuk Darwin majikannya yang belum kembali dari kantor.

Hari pun mulai gelap, terlalu gelap dari biasanya seolah mendung. Tiba-tiba lampu ruangan padam. Semua ruangan gelap gulita termasuk dapur. Tyra yang sedang memegang semangkuk makanan panas dan berkuah untuk memindahkannya ke meja makan, menjerit seketika.

"Aaaaaaaaaaaaaaaaa...!"

Tyra berteriak lalu terjatuh, hingga kuah panas makanan yang ada dimangkuk yang dipegangnya tumpah ke tangannya. Ia tersungkur dilantai dapur lalu menutup rapat kedua matanya. Kedua tangannya menutup kedua telinganya seakan sangat ketakutan.

Angin kencang masuk melalui balkon di dekat dapur. Tirai jendela yang belum sempat ditutup oleh Tyra seakan melambai-lambai diterpa hembusan angin kencang.

Tiba-tiba seseorang datang dan melihat ke dapur. Segera Ia memegang bahu Tyra yang membungkuk di pojok dapur itu. Tyra yang merasakan ada sentuhan dibahunya, langsung meraba tangan yang memegang bahunya itu dengan cepat dan memeluk tubuh yang ada depannya itu tanpa sedikitpun membuka matanya.

Seakan sangat ketakutan, Tyra memeluk erat tanpa perduli siapa Orang yang dipeluknya dengan erat itu. Ia masih tetap memejamkan matanya dan masih mendekap dengan eratnya.

Orang itupun memegang punggung Tyra seolah membalas pelukan Tyra dan mencoba menenangkannya. Orang itu adalah Darwin, majikan Tyra yang arogan dan menakutkan. Ia membiarkan Tyra yang ketakutan itu memeluk dirinya erat.

Tyra Melingkarkan tangannya ke leher Darwin, dan menempelkan wajahnya yang ketakutan dibawah dagu tuannya itu. Darwin pun membalas pelukan itu seraya menunggu lampu kembali menyala.

Sekitar dua menit kemudian, lampu ruangan partemen Darwin menyala kembali. Darwin yang dipeluk erat oleh Tyra dan masih membungkuk itu melihat kesekelilingnya. Diperhatikannya tumpahan makanan masih beruap panas dan berserakan. Lalu ia memperhatikan wujud Tyra yang memeluknya erat. Dilihatnya Tyra menyembunyikan wajahnya di bawah dagu Darwin.

"Kalau kau terus menutup matamu, kau tidak akan tahu kalau disini sudah sangat terang," ucap Darwin.

Seketika Tyra sadar dengan suara Darwin majikannya yang menakutkan itu. Sontak Ia melepaskan pelukannya dan mendorongkan tubuhnya sendiri ke dinding yang ada tepat di belakangnya seolah takut.

Darwin menatap wajah Tyra, dilihatnya wajah mungil berhidung mancung dengan rambutnya yang berserakan.

Wajahnya terlihat memerah dan ketakutan. Walau penampilannya kacau, wajah Tyra tetap mempesona.

"Ma,maaf Tuan, saya tidak sengaja, saya takut dengan gelap yang terjadi tiba-tiba Tuan, maaf," kata Tyra merasa bersalah. Ia pun merangkak mengumpulkan sayur-sayuran yang berserakan dilantai dengan ketakutan.

"Saya akan masak lagi Tuan,segera, segera saya siapkan!" ucap Tyra lagi sambil memunguti sisa sayuran yang berserakan dengan buru-buru agar Darwin tidak murka padanya.

Darwin yang bergegas berdiri mengusap-usap bajunya yang kotor karena pelukan Tyra yang disertai sampah sayuran panas, lalu ia berjalan menuju balkon. Ia menutup jendelanya, hingga angin kencang tidak lagi menerbangkan tirainya yang berwarna putih itu. Kembali dilihatnya kebelakang dan diperhatikannya Tyra yang masih berusaha membersihkan lantai.

"Berhenti! apa kau sudah mati rasa? lenganmu, lihat lenganmu!" Perintah Darwin yang menyuruh Tyra melihat lengannya yang melepuh.

Tyra sontak berdiri dan memandangi lengannya yang sudah melepuh itu dengan sedikit meringis dan menyadari lengannya begitu perih.

Darwin membuka lemari obat yang ada ujung dapur. Diambilnya sejenis salap kulit dan beberapa rol perban. Ia meletakkan nya di meja makan dekat dapur.

"Cuci lukamu, obati dengan ini! kau tidak perlu masak, aku tidak berselera makan!" ucap Darwin datar.

Kemudian ia meninggalkan Tyra berjalan menuju kamarnya sembari membuka jas yang terkena bekas tumpahan sisa masakan akibat pelukan Tyra.

Tyra langsung menuju wastafel didekatnya, disiramnya kedua lengannya dengan air yang mengucur diwastafel itu sambil sesekali melihat kearah kamar Darwin, majikannya itu.

Ia menarik nafas panjang. Tyra sangat tegang sebelumnya. Ia pun sudah pasrah jika Darwin murka kepadanya karena peristiwa itu. Namun ternyata Darwin bukannya marah, malah menolongnya dan memberikan obat. Tyra bertanya-tanya, Darwin begitu berbeda dengan yang ia lihat semalam. Darwin tidak seseram yang ia bayangkan.

Mengenai ketakutanya akan gelap, Tyra juga punya tragedi masa lalu yang mengerikan hingga ia sangat takut dengan gelap. Ia tidak bisa membuka matanya jika terjadi gelap yang tiba-tiba. Kisah kelamnya empat belas tahun lalu membuat ia merasakan trauma mendalam hingga ia kehilangan Ibu kandungnya.

Saat berumur delapan tahun Tyra terjebak digedung yang roboh bersama Ibu kandungnya hingga ia ditemukan terkubur dalam tumpukan reruntuhan disamping Ibunya. Selama dua puluh empat jam Tyra bersama Ibunya berada dibawah reruntuhan bangunan untuk menunggu pertolongan. Proses pengangkatan reruntuhan yang memakan waktu membuat Ibunya ditemukan tidak bernyawa. Namun Tyra selamat walau dengan membawa trauma berat. Ia pun kemudian diasuh oleh Darni teman Ibunya. Tyra tidak mempunyai saudara, bahkan ayahnya tidak tahu dimana keberadaanya. Itulah kisah kelam Tyra dimasa kecilnya. Sampai berumur 22 tahun saat ini, ia tidak bisa melupakan tragedi itu.

Tyra duduk dikursi, disamping meja makan sambil mengoles-oleskan salap luka bakar itu di kulit lengannya.

Pelan-pelan ia mengoleskannya sambil meringis kepedihan.

Darwin tiba-tiba keluar dari kamarnya. Dengan kaos putih polos berlengan panjang yang ia gulung menutupi sepertiga lengannya dan Memakai celana panjang longgar berwarna coklat menambah pesonanya yang didukung dengan posturnya tubuh yang tinggi dan gagah. Begitu tampan walau hanya dengan baju santai dirumah itu.

Sontak Tyra berdiri menghadap kearah tuannya itu. Tyra menundukkan kepala seolah siap untuk mendapatkan perintah jika Darwin membutuhkan sesuatu untuk disediakan.

"Duduk," perintah Darwin berjalan ke arah Tyra dan mengambil salah satu bangku lalu menghadapkannya kebangku Tyra. Darwin pun duduk di depan Tyra.

Tyra yang seperti bingung masih tetap berdiri didepan Darwin yang sudah duduk dihadapannya dan memegang salap kulit ditangannya.

"Deg," Jantung Tyra berdegub kencang. Detak nya semakin kencang. Dalam hatinya bertanya-tanya, apa yang akan dilakukan Tuannya itu.

"Duduk!" perintah Darwin lagi.

"Baik Tuan," jawabnya sambil duduk secepat kilat dengan wajah bingung dan mulai takut.

Segera Darwin menarik ujung jari Tyra hingga lengannya lebih dekat kearah Darwin. Perlahan Darwin mengoleskan salap dilengan Tyra yang melepuh sambil meniup-niup kulit lengan Tyra lembut.

"Tuan tidak usah, saya bisa sendiri, saya tidak ingin merepotkan anda Tuan," pinta Tyra karena merasa tidak nyaman. Ia begitu canggung dan masih penasaran kenapa Majikannya melakukan itu.

Darwin kemudian menatap Tyra tajam seolah memerintahkannya untuk diam dan tidak bergerak. Melihat tatapan Darwin, Tyra sontak menundukan kepalanya. Ia pun pasrah melihat Tuannya itu mengobati tangannya.

Tyra memperhatikan sesekali wajah Majikannya itu. Sangat tampan, itulah yang difikiran Tyra saat itu.

Saat Tyra meringis merasa pedih Darwin meniupkan udara ke lengan Tyra yang terluka. Tyra semakin merasa aneh dan canggung, namun ia juga kesakitan. Tiupan Darwin ditangannya sedikit meredakan perih di kulit tangannya.

Darwin kemudian membalutkan perban di lengan Tyra. Dibalutkannya perlahan dan rapi. Mata Tyra tak lepas dari wajah Darwin yang terlihat sibuk membungkus lengan Tyra itu.

Tyra bingung dengan sikap Darwin yang begitu manis hari ini, jauh berbeda saat pertama kali ia datang. Meski tetap bersikap arogan, namun hari ini Darwin membuat Tyra mengaguminya.

Darwin sudah selesai mengobati luka Tyra dan bergerak meninggalkan Tyra tanpa mengucapkan sepatah katapun.

"Terimakasih Tuan," ucap Tyra sembari berbalik melihat Darwin berjalan ke arah kamarnya. Darwin tidak menjawab apapun dan langsung masuk ke kamarnya.

"Oh ya ampun! aku sudah terlambat, aku harus ke laundry!" ucap Tyra dalam hati sambil melihat jam dinding yang menunjukan pukul tujuh malam.

Tyra bergegas mengambil tasnya dan berdiri didepan kamar Darwin yang tertutup rapat.

"Tuan maaf, saya pulang dulu, terimakasih Tuan, maaf sudah membuat kekacauan hari ini," ucap Tyra sambil mendekatkan telinganya ke daun pintu kamar Darwin yang tertutup untuk pamit. Tyra masih menempelkan telinganya dipintu berharap mendengar jawaban Darwin.

Tiba-tiba, pintu kamar terbuka. Sontak Tyra terkejut dan menatap Darwin. Darwin keluar dari kamarnya dan menatap kembali Tyra seakan marah. Tatapannya dingin membuat Tyra takut. Sejenak Tyra berdiri terdiam mematung.

Darwin berubah, bukan seperti Darwin yang membalut lukanya dengan lembut. Sekarang Ia seperti orang yang berbeda, tatapannya dingin dan kejam.

"Maaf Tuan," ucapnya sambil tersenyum ketakutan.

Tyra kemudian berlari kencang menuju pintu keluar dan langsung menutup pintu kembali rapat meninggalkan Darwin.

Sambil berjalan cepat Tyra terus memikirkan. Ia merasa Seperti ada dua sisi Darwin yang ia kenal. Salah satunya yang Pemarah dan satunya lagi yang baik dan hangat.

Dilihatnya lengannya yang terbalut perban rapi karya Darwin lalu dibayangkannya wajah Darwin saat marah, sungguh sangat berbeda dan membingungkan Tyra.

Kim woo Bin (Korean models and actor)

Source pict: from pinterest

(Gambar ini tidak mewakili isi cerita dan tokoh cerita, silahkan berimajinasi sesuka hati. 🤗💕)

Cinta Pertama

Malam itu, Tyra berjalan menuju rumahnya. Jalanan yang dijejeri dengan pohon rindang dan lampu hias yang begitu indah itu seakan menemani langkah Tyra. Dengan mantel hangat panjang yang menutupi sepertiga tubuhnya, ia berjalan pelan dan terlihat lelah setelah menyelesaikan pekerjaan laundrynya. Tiba-tiba,

"Tyra!" panggil seorang lelaki dewasa bertubuh tinggi didepan Tyra. Seakan tersenyum, ia menunggu Tyra berjalan kearahnya. Lelaki itu bertubuh tinggi tegap dan berkulit putih, bibirnya sedikit tebal dan merah namun begitu menawan.

"Kak Ben!" ucap Tyra tak percaya dengan orang dihadapannya itu. Lalu ia pun berlari kencang kearah Ben dan langsung memeluknya bahagia. Ben pun membalas pelukan Tyra, seakan sangat senang.

Ben adalah senior Tyra dan cinta pertamanya. Ia adalah kekasih Tyra saat ia masih dibangku sekolah.

Ben merupakan pewaris tunggal perusahaan Zen Company, perusahaan keluarga Ben yang cukup terkenal. Karena harus melanjutkan sekolahnya di luar negeri, Ben pun tidak pernah bertemu lagi dengan Tyra sejak lulus SMA.

"Apa kabarmu? wah kau tetap cantik seperti dulu ya, aku benar-benar tak menyangka bisa bertemu lagi, " ungkap Ben tersenyum bahagia.

"Tapi, ini? kenapa tanganmu?" tanya Ben, sambil menunjuk lengan Tyra yang terbungkus perban.

"Ah, ini, ada sedikit insiden kecil tadi, tidak apa-apa kak, sudah aku beri obat, " jawab Tyra menjelaskan.

"Kau juga terlihat lebih tampan kak, sepertinya kau jadi orang sukses sekarang," puji Tyra membuat Ben kembali tersenyum.

"Benarkah? aku tampan?" canda Ben.

"Ya, kau tidak percaya padaku?" sambut Tyra lagi, sambil tersenyum malu.

Malam itu, Ben mengajak Tyra ke sebuah kafe dan berbincang-bincang. Tyra yang masih menyukai Ben terlihat bahagia bertemu dengan Ben. Setelah lama tak bertemu dan tidak pernah bertukar kabar, Tyra merasa kerinduannya terobati.

"Apa...,kau sudah punya pacar?" tanya Ben penasaran. Tyra seketika merubah ekspresinya. Ia pun bergerak mundur bersandar kebelakang kursinya. Tyra canggung dengan pertanyaan Ben itu.

"Belum kak, aku belum punya pacar. Aku tidak punya waktu bahkan untuk memikirkannya kak," jawab Tyra pelan dan terlihat tersenyum menutupi kesedihannya.

Sebenarnya Tyra tak menyangka Ben bertanya hal seperti itu. Ben pernah berkata kepadanya untuk menunggu sampai ia kembali. Namun apa yang ditanyakan Ben membuat Tyra tertegun, ternyata Ben sudah menganggap Tyra bukan kekasihnya lagi.

Pertanyaan Ben membuat Tyra sangat sedih.

Tyra tak percaya pertanyaan itu terlihat santai keluar dari mulut Ben.

Ternyata Ben melupakan janjinya dan sepertinya menganggap itu hal yang tidak penting.

"Bagaimana dengan kakak? apa kakak punya?" tanya Tyra lagi penasaran.

"Em..., aku sedang dekat dengan seseorang saat ini. Tapi, aku yakin ia akan menerimaku," jawab Ben dengan santainya dan tersenyum manis memberitahu Tyra.

"Dwaarrrrrr!" Seperti petir yang menyambar terdengar di dalam kepala Tyra. Tyra pura-pura tersenyum ke Ben. Ia menutupi rasa terkejutnya. Ia begitu kecewa dengan Ben namun tidak bisa berbuat apa-apa. Ia malu mengingatkan Ben akan janjinya.

"Hari ini aku sangat bahagia melihatmu lagi. Kau orang yang paling aku rindukan disini. Bisakah aku menemuimu setiap hari?" tanya Ben dengan polosnya.

"Aku ingin mendatangi tempat yang pernah kita kunjungi dulu. Pasti sangat seru, " ajak Ben dengan mata berbinar- binar seakan begitu bersemangat.

"Ah ya, aku juga suka idemu kak, tapi maaf. Aku tidak bisa, aku harus bekerja. Aku tidak punya banyak waktu untuk menemanimu. Aku akan memberitahumu nanti saat aku ada waktu luang. Aku sangat menyesal mengatakan ini kak, maafkan aku ya," jawab Tyra mencoba menolak halus. Selain memang ia tak punya waktu, Tyra juga masih kecewa dengan Ben yang adalah cinta pertama Tyra.

"Apa aku sedang ditolak?" tanya Ben serius menatap Tyra

"Ah, tidak kak, hanya saja aku tidak bisa menjanjikan apapun. Aku takut tidak bisa menepatinya, itu saja," ucap Tyra membalas, agar Ben tak kecewa. Namun, dibalik perkataannya, ia seolah menyindir Ben yang melupakan janjinya pada Tyra kala itu.

Tyra kecewa Ben menjanjikan hal yang tidak ia tepati. Tyra begitu setia menunggu Ben. Selama Ben di Luar negeri, Tyra tidak pernah menyukai siapapun sebagai pacar. Bahkan, ia tak berfikir untuk pacaran. Hanya Ben yang ada dihati Tyra.

Melihat penampilan Ben sekarang, Tyra seolah merasa tak pantas mengharapkan Ben.

"Begini saja kak, jika aku ada waktu aku akan menghubungimu, Bagaimana? " ucap Tyra memberikan solusi ke Ben. Tyra tak tega melihat Ben yang begitu berharap. Ben pun terlihat bersemangat lagi dan tersenyum ke Tyra.

"Baiklah, sini, berikan ponselmu! Aku akan isi nomor ponselku. Saat kau punya waktu hubungi aku!" seru Ben sambil tersenyum ke Tyra. Ia berharap Tyra akan segera menghubunginya.

"Ini, aku harap kau segera punya waktu. Aku sangat mengharapkannya," ungkap Ben lagi. Tyra hanya tersenyum membalas.

Ia menatap Ben yang sangat ia rindukan itu. Wajahnya tidak berubah, hanya terlihat semakin dewasa. Bentuk wajahnya tegas dan tubuhnya memakai aroma parfum yang sangat lembut terasa dihidung Tyra. Matanya indah menatap Tyra dan senyumnya begitu menenangkan bagi Tyra. Sesekali ia mengusap kepala Tyra saat berbincang, kebiasaannya pun tak berubah.

Sesampainya dirumah, Tyra berbaring dikamarnya yang sempit namun teelihat begitu rapi. Dindingnya yang berwarna pink itu menambah kesan nyaman diruangan itu.

Tyra berbaring diranjang kecilnya dan mengingat setiap kejadian yang dialaminya hari ini. Ia mengangkat tangannya yang dibungkus dengan perban, seraya menerawang ke langit- langit kamarnya hingga cahaya lampu yang menyinari wajahnya terhalangi oleh lengannya itu.

"Aku sangat sedih hari ini, tapi...,kau membuatku sedikit terobati tuan," ucap Tyra seakan berbicara ke Darwin pada balutan perban ditangannya.

Pertolongan Darwin ke Tyra membuatnya tersentuh. Tyra tersenyum saat mengingat hal itu. Terlintas wajah Darwin dan sentuhannya yang hangat.

Kesedihan Tyra hari ini adalah melihat Ben yang menemuinya setelah bertahun-tahun dengan kabar ia sedang menyukai wanita lain. Tyra ingin marah tapi seolah tak punya alasan untuk itu.

"Woah..., aku tidak menyangka kau melupakan itu. Semudah itukah bagimu? apa kau tidak ingin tahu perasaanku?" kesal Tyra sambil menatap langit-langit kamarnya.

"Haruskah aku mengatakan perasaanku lagi? mungkinkah dia mau menerimaku lagi? Apa aku harus mengingatkan janjinya?" tanya Tyra bertubi-tubi pada dirinya sendiri. Namun seketika wajahnya kembali murung.

"Tidak, aku tidak mungkin mempermalukan diriku sendiri, bagaimana jika dia menolak ku? argh!" Gumam Tyra lagi menggoncangkan kepalanya merasa sangat kesal dan bingung.

Kembali ia mengingat wajah Darwin. Darwin yang berubah saat ia beranjak keluar tadi. Darwin begitu dingin dan berbeda dari sebelumnya.

"Apa dia punya dua kepribadian?" tanya Tyra bingung.

"Ataukah dia memang orang yang berbeda yang disimpan dalam kamar?ah tidak, tidak mungkin seperti itu. Tapi kenapa dia begitu marah tadi? aku hanya permisi dan berharap dia menjawabku, apa aku salah?" tambahnya lagi.

"argh! kenapa aku memperdulikan itu, sudahlah Tyra! jangan mengingatnya! kau harus bersikap biasa besok! jangan mengingat apapun dan berharap apapun! ingat Tyra!" Perintah Tyra berbicara pada dirinya sendiri.

Tyra sering melakukan hal itu. Melampiaskan segala pertanyaan di fikirannya membuat dia terlihat seperti orang gila. Namun, bagi sebagian temannya ini adalah hal unik Tyra.

Lee Jong Suk (Korean actor)

Suzy Bae (Korean actress)

Source pict: from pinterest

(Gambar ini tidak mewakili isi cerita dan tokoh cerita, silahkan berimajinasi sesuka hati. 🤗💕)

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!