NovelToon NovelToon

Pembantu Misterius

Bertemu

"Kinan," panggil seorang wanita paruh baya.

"Iya, Bu" sahut orang yang dipanggil Kinan.

Kinan berjalan menuju kamar Ibunya. Ia melihat Ibunya yang sedang berbaring di atas kasur seraya memijat pelan kakinya.

"Kinan, tolong ambilkan minyak urut di laci itu!" pinta wanita paruh baya itu seraya menunjuk sebuah laci.

Kinan patuh, ia mengambil minyak itu. Lalu duduk di samping kaki Ibunya. Kinan mengoles minyak dan mengurut kaki Ibunya.

"Kinankan pernah bilang sama Ibu, kalau kaki Ibu pegal, panggil Kinan. Biar Kinan saja yang urut," ucap Kinan menasehati.

"Ibu tidak mau kamu kelelahan dan kurang istirahat. Pegal pegal begini, sudah biasa untuk wanita seperti Ibu" Ucap Ibu Kinan, yang bernama Ibu Sri.

"Aku gak lelah kok mengurut Ibu. Aku malahan senang," balas Kinan.

"Oh ya, gimana kerjaan kamu?" tanya Ibu Sri mengalihkan topik.

"Kerjaannya biasa-biasa aja, Bu," jawab Kinan.

"Maaf ya nak, gara gara menggantikan Ibu kamu harus capek capek jadi pembantu," sesal Ibu Sri.

"Gak papa kok, Bu. Disana pembantunya baik-baik semua. Jadi Kinan punya banyak teman," balas Kinan.

"Apa kamu sudah pernah ketemu sama tuan muda Gilang?" tanya Ibu Sri.

"Tidak Bu, tuan muda selalu pergi subuh dan pulang larut malam. Sedangkan aku datang jam tujuh dan pulang jam lima sore," jawab Kinan.

"Apa pernah ada seorang wanita yang seumuran kamu datang kerumah itu dengan pakaian mewah?" tanya Ibu Sri.

"Pernah sih Bu, tapi aku gak ketemu sama dia. Soalnya satpam melarang dia masuk," jawab Kinan yang membuat Ibu Sri bernafas lega.

"Kinan," panggil Ibu Sri serius.

"Iya Bu," ucap Kinan seraya menatap manik mata Ibu Sri.

"Jangan dekat dekat dengan wanita itu. Dia adalah wanita yang jahat. Kamu harus berjanji kepada Ibu. Kalau kamu tidak akan dekat dekat dengan wanita itu," ucap Ibu Sri dengan mata berkaca-kaca.

"Ibu, jangan menangis," ucap Kinan seraya menghapus air mata yang sudah mulai mengalir.

"Kinan janji, Kinan gak akan dekat dekat dengan wanita itu," ucap Kinan berjanji.

***

Keesokan paginya.

Kinan sudah berada didalam rumah mewah milik keluarga tuan muda Gilang.

Hari ini berbeda dengan hari lainnya. Karena, dihari ini tuan mudanya ada didalam rumah.

Tumben sekali.

Siang harinya, Gilang berada dimeja makan. Sedangkan Kinan sedang menyetrika pakaian diruang khusus. Tapi ia lupa kalau ternyata pewanginya sudah habis. Dengan terpaksa, Kinan harus membeli ke warung diluar.

Saat melewati meja makan, Kinan terpaku melihat wajah Gilang. Ia seperti familiar dengan wajah itu. Kinan berusaha mencoba berpikir keras. Tapi yang ia lihat hanyalah bayangan abu abu. Dan hal itu membuat kepalanya sakit.

Kinan berlari tanpa menyapa Gilang. Ia tidak ingin melihatnya, karena kepalanya sangat sakit jika terus melihat wajah itu.

Gilang yang melihat seseorang melewatinya tanpa menyapa, entah kenapa ada debaran didalam dirinya.

"Siapa perempuan itu?" tanya Gilang kepada kepala pelayan.

"Namanya Kinan, dia anak dari Ibu Sri. Dan disini, Kinan menggantikan Ibunya, Tuan," jawab kepala pelayan bernama Ibu Dini.

"Setelah dia kembali, suruh dia menemuiku diruang kerjaku," titah Gilang seraya berdiri.

"Baik tuan," balas Ibu Dini.

Setelah setengah jam, Kinan baru kembali.

"Kinan," panggil Ibu Dini.

"Ada apa Bu?" tanya Kinan.

"Kamu dipanggil tuan muda keruang kerjanya," jawab Ibu Dini.

"Tapi pekerjaan saya masih belum selesai, Bu," ucap Kinan memberi alasan.

"Kamu bisa mengerjakannya nanti," ucap Ibu Dini.

"Tapi kalau saya mengerjakannya nanti, maka saya akan pulang lama, Bu. Ibu saya memerlukan saya di rumah," alasan Kinan.

"Nanti saya suruh yang lain mengerjakan tugas kamu," ucap Ibu Dini.

"Tapi Bu..." ucapan Kinan terhenti.

"Tidak ada tapi-tapi, sekarang kamu pergi keruang kerja tuan muda," titah Ibu Dini tegas.

Dengan terpaksa, Kinan mengangguk dan melangkahkan kakinya menuju ruang kerja milik sang Tuan Muda.

Tok tok tok

"Masuk" ucap seseorang dari dalam ruangan.

Kinan membuka pintu dan masuk dengan kepala menunduk.

"Apa tuan memanggil saya?" tanya Kinan masih dengan menunduk.

"Ya," jawab Gilang.

"Naikkan kepalamu," titah Gilang.

Kinan diam tidak menurut.

"Apa kau tidak dengar apa yang kukatakan?" tanya Gilang.

"Aku dengar tuan," jawab Kinan.

"Lalu kenapa kau tidak menaikkan kepalamu?" tanya Gilang.

"Tidak ada," jawab Kinan.

"Naikkan kepalamu," titah Gilang.

Kinan menaikkan kepalanya dengan mata tertutup.

"Kenapa kau menutup matamu? " tanya Gilang.

"Tidak ada," jawab Kinan.

"Buka matamu," titah Gilang.

Kinan membuka matanya tapi tidak melihat kearah Gilang.

"Ada apa tuan memanggil saya?" tanya Kinan sebelum Gilang berkomentar.

"Apa kamu pandai memasak?" tanya Gilang.

Kinan mengangguk.

"Kalau begitu, kau harus menggantikan salah satu juru masak. Karena dia izin, keluarganya ada yang sakit selama seminggu," jawab Gilang.

"Tidak bisa tuan," ucap Kinan.

"Kenapa tidak bisa?" tanya Gilang.

"Karena saya harus menemani Ibu saya, Tuan" jawab Kinan.

Bukan hanya itu alasannya. Tapi jika dia menjadi juru masak sementara, maka itu artinya dia harus tinggal di rumah mewah itu. Dan berarti dia harus melihat wajah Gilang selama seminggu lamanya.

"Kamu bisa membawa Ibumu kesini," ucap Gilang.

"Tapi..." Kinan berusaha menolak, tapi ucapannya dipotong lagi.

"Tidak ada bantahan lagi," ucap Gilang yang kembali fokus pada berkas didepannya.

"Kalau saya tidak diperlukan lagi. Saya pamit keluar," pamit Kinan.

Tanpa mendengar balasan Gilang, Kinan langsung keluar.

"Apa yang harus aku lakukan?" gumam Kinan setelah berhasil keluar.

Kinan masuk kedalam suatu ruangan yang sempat ia tinggalkan tadi. Didalam ruangan itu, Kinan kembali melanjutkan tugasnya. Menyetrika kembali pakaian yang sempat ia tinggalkan.

"Bu Dini bilang akan menyuruh orang lain untuk melanjutkan tugasku. Nyatanya bukannya pakaian rapi menambah, malah pakaian yang harus disetrika menambah," gerutu Kinan.

Kinan berkata seperti itu, karena baju yang sudah disetrika masih sama dengan yang tadi ia tinggalkan. Tidak bertambah sedikit pun. Malahan keranjangnya makin penuh, karena pakaian yang dijemur sudah kering.

"Kalau begini, aku pasti akan pulang telat," gumam Kinan yang kesal.

Sebelum melanjutkan pekerjaannya, Kinan memberitahu Ibunya kalau ia akan pulang telat. Ia tidak ingin membuat Ibunya menghawatirkan nya karena pulang telat.

Setelah memberitahu Ibunya, Kinan kembali melanjutkan tugasnya.

Jam sudah menunjukkan pukul lima sore, tapi masih ada pakaian yang harus disetrika nya.

Setengah jam kemudian, Kinan sudah menyelesaikan setrikanya. Ia membiarkan saja pakaian yang sudah rapi. Pikirnya, ini sudah larut dan menyimpan pakaian bisa dilakukan besok.

Kinan mengambil tasnya dan berjalan keluar dari ruangan. Ia melihat sebuah punggung yang membelakanginya. Itu bukan punggung Gilang. Itu punggung seorang wanita. Dan rasanya, Kinan pernah melihat punggung ini.

Merasa Kenal

"Permisi," ucap Kinan yang berada dibelakang wanita itu.

Wanita itu menoleh menatap kebelakang.

Kinan menatap wanita itu dengan diam.

"Siapa?" tanya wanita itu.

"Saya Kinan, pembantu baru di rumah ini," jawab Kinan.

"Perkenalkan, saya Ibu dari Tuan muda kamu, Nyonya rumah ini," ucap wanita itu yang ternyata adalah Ibu Gilang.

"Maaf Nyonya atas kelancangan saya. Saya tidak tahu bahwa Nyonya adalah Ibu dari Tuan muda," sesal Kinan.

"Tidak apa apa," Balas Nyonya dengan ramah.

"Ma," panggil seorang gadis yang melangkah mendekati mereka berdua.

"Ma, ponsel Mama tinggal di mobil Sepia," ucap gadis yang mengaku Sepia.

"Oh iya, Mama lupa. Tadi Mama buru buru jadi gak ingat sama ponsel," Ucap Mama Desi.

"Permisi nona, apa kita pernah bertemu?" tanya Kinan yang membuka suaranya setelah dari tadi diam memperhatikan interaksi Ibu dan Putri.

"Kamu siapa?" tanya Sepia.

"Saya Kinan, pembantu disini," jawab Kinan.

"Sepertinya kita tidak pernah bertemu. Aku baru pertama kali dengar nama Kinan" jawab Sepia.

"Begitu ya," ucap Kinan.

"Nyonya, Nona saya pamit pergi," pamit Kinan yang melangkahkan kakinya tapi terhenti karena ada yang memanggilnya.

"Kinan," panggil Mama Desi.

"Iya, Nyonya," sahut Kinan.

"Kamu mau pulang?" tanya Mama Desi.

"Iya," jawab Kinan.

"Sepia, tolong kamu antar kan Kinan pulang," pinta Mama Desi.

" Tidak usah repot repot, Nyonya. Saya bisa pulang sendiri," tolak Kinan halus.

"Gak papa kok Kinan, gak ngerepotin juga," ucap Mama Desi.

"Ayo Sepia, antar Kinan pulang," titah Mama Desi.

"Ok, Ma," balas Sepia.

"Ayo kak Kinan," ajak Sepia.

Mereka berdua berjalan keluar rumah, lalu naik kedalam mobil milik Sepia.

Didalam mobil.

"Kak Kinan tinggal dimana?" tanya Sepia.

"Di jalan xx," jawab Kinan.

"Kak Kinan cerita dong tentang kehidupan kakak" pinta Sepia.

"Saya tidak tahu harus bercerita apa Nona," ucap Kinan.

"Jangan panggil aku nona, aku lebih muda dari kakak," ucap Sepia.

"Tapi rasanya tidak sopan, jika saya memanggil Anda dengan nama," ucap Kinan.

"Kakak anggap aku adik saja, oke. Aku tidak mau dipanggil Nona dari mulut kakak, titik," ucap Sepia tak ingin dibantah.

"Baiklah, Se-pia," ucap Kinan.

" Begitu baru bagus. Oh ya, kenapa kakak tidak tahu bercerita tentang kehidupan kakak?" tanya Sepia.

"Aku tidak ingat apa apa. Saat bangun dari koma, aku gak tahu siapa diriku, dimana aku tinggal, siapa nama orang yang ada di sekitarku. Kata dokter aku ini lupa ingatan. Jadi, aku tidak tahu siapa aku sebenarnya. Apa aku benar anak Ibuku atau tidak? " jawab Kinan dengan tersenyum getir.

"Kasihan. Kakak koma berapa lama?" tanya Sepia.

"Satu bulan," jawab Kinan.

" Kejadian kakak tersadar sudah berapa lama?" tanya Sepia.

"Dua bulan," jawab Kinan.

"Dua bulan?" tanya Sepia mengulangi jawab Kinan.

Kinan mengangguk.

"Satu bulan ditambah dua bulan sama dengan tiga bulan. Kak Valeri juga meninggal tiga bulan yang lalu. Apa jangan jangan...?? Tidak, tidak ini pasti hanya kebetulan" batin Sepia.

"Apa disini ada P3K?" tanya Kinan.

"Ada didalam itu," jawab Sepia seraya menunjuk benda dihadapan Kinan.

Kinan mengangguk, lalu membuka benda itu dan mengambil kotak P3K.

Dia mengambil salep, lalu mengoleskannya ke luka yang ia dapat dari menyetrika tadi.

"Tangan kakak kenapa?" tanya Sepia.

"Tadi tidak sengaja terkena setrika," jawab Kinan.

"Itu pasti sakit ya?" tanya Sepia.

"Sedikit," jawab Kinan.

Saat mengembalikan kotak P3K ketempat semula, mata Kinan tidak sengaja menangkap sebuah boneka. Tidak menunggu lama, Kinan langsung mengambil boneka itu.

"Ini boneka siapa? Lucu banget," ucap Kinan dengan gemas.

"Itu bonekaku, kak Valeri yang memberikannya," ucap Sepia.

"Siapa Valeri?" tanya Kinan.

"Dia adalah tunangan kak Gilang yang meninggal tiga bulan lalu," jawab Sepia.

Entah kenapa, berada didekat Kinan membuatnya tenang. Hanya dalam beberapa menit, ia bisa mempercayai Kinan sepenuhnya.

"Kasihan sekali, pasti Tuan Gilang merasa sangat sedih!" ucap Kinan.

"Saat memberikan boneka itu, kak Valeri bilang. Kalau kamu merindukan kakak dan kakak tidak ada, kamu bisa menganggap boneka ini sebagai diri kakak," ucap Sepia.

"Kata katanya, seperti pernah kudengar," gumam Kinan.

Kinan mendekatkan boneka itu dan mencium aromanya. Aroma yang tidak asing baginya.

"Prada candy," ucap Kinan tanpa sadar.

"Kakak bilang apa, prada candy? Itu adalah merek parfum yang sering dipakai kak Valeri. Parfum itu berasal dari perusahaan fashion di Italia. Harganya mencapai satu juta lebih satu botol kecil," Ucap Sepia.

"Mahal sekali," ucap Kinan.

"Lagian kakak tahu darimana merek parfum itu?" tanya Sepia.

"Tidak tahu," jawab Kinan.

"Kita sudah sampai," ucap Sepia memberhentikan mobilnya didepan sebuah rumah.

"Terima kasih ya Sepia. Selamat malam, bye," ucap Kinan dengan lambaian tangan.

"Bye," ucap Sepia membalas lambaian tangan Kinan.

Setelah Kinan masuk kedalam rumah, Sepia melajukan mobilnya meninggalkan rumah Kinan.

Kinan masuk kedalam rumah. Ia tidak bersuara karena ia pikir ia akan mengganggu Ibunya yang beristirahat.

Kinan masuk kedalam kamar dan membersihkan dirinya, lalu ia kembali masuk kedalam kamar Ibunya.

Ternyata Ibunya belum tidur, malahan menatap kosong ke depan. Ibunya sedang melamun.

"Ibu," panggil Kinan seraya menyentuh pundak Ibu Sri.

"I-iya," balas Ibu Sri yang sudah kembali ke alam sadar.

"Ibu kenapa belum tidur?" tanya Kinan.

"Ibu belum ngantuk," jawab Ibu Sri.

"Ibu sudah makan?" tanya Kinan.

"Sudah," jawab Ibu Sri.

"Ibu, Kinan disuruh menggantikan juru masak di rumah Tuan Gilang selama seminggu," ucap Kinan.

"Wow, itu berita yang bagus," ucap Ibu Sri bahagia.

"Tapi itu artinya, Kinan akan tinggal di sana selama seminggu. Ibu mau ikut Kinan nginap?" tanya Kinan penuh harap.

"Ibu tidak mau. Kamu saja yang nginap. Ibu gak apa apa disini," jawab Ibu Sri.

" Kalau Ibu disini sendiri, siapa yang akan mengurus Ibu?" tanya Kinan.

"Kalau nggak begini aja, aku akan pergi pukul lima, lalu pulang setelah semuanya selesai," usul Kinan.

"Itu akan membuatmu lelah, sayang. Ibu bisa memanggil Airin untuk menemani Ibu," ucap Ibu Sri.

Kinan menolak ucapan Ibu Sri, tapi Ibu Sri tidak menyerah. Ia terus berusaha untuk meyakinkan Kinan kalau ia akan baik baik saja walaupun Kinan meninggalkannya.

Setelah berusaha keras, akhirnya Kinan mau menitipkan Ibunya kepada Airin anak tetangga, yang selalu baik kepadanya dan Ibu Sri.

***

Keesokan harinya

Kinan sampai di rumah Gilang pukul 5.30. Ternyata sudah ada dua juru masak yang mulai menyiapkan bahan bahan.

Kinan masuk ke dapur, melihat bahan bahan yang ada, ia tahu mereka akan membuat nasi goreng.

"Permisi, bolehkah aku yang memasak nasi gorengnya?" tanya Kinan sopan.

Sarapan bersama

"Silahkan" ucap salah satu dari mereka.

Kinan mulai memasang apron ditubuhnya, lalu mengelola semua bahan bahan itu menjadi sebuah masakan yang lezat bernama nasi goreng.

Setelah dua puluh menit, masakan itu telah selesai dan siap untuk disajikan dimeja makan.

Semua penghuni rumah langsung keluar setelah mencium aroma masakan.

"Aromanya harum sekali," ucap Sepia yang sudah duduk dimeja makan diikuti Mama Desi dan Gilang.

"Iya, Pia. Kayaknya masakannya enak," ucap Mama Desi.

Setelah berdoa, mereka memulai acara makannya. Disuapan pertama, Gilang mengunyah makanannya dengan rasa keterkejutan.

"Siapa yang memasak ini?" tanya Gilang tanpa ekspresi.

"Kinan tuan," jawab Ibu Dini.

"Panggil dia kemari," titah Gilang.

Ibu Dini memanggil Kinan yang berada didapur.

"Kinan, kamu dipanggil Tuan muda," ucap Ibu Dini.

"Ada apa, Bu?" tanya Kinan.

"Saya tidak tau," jawab Ibu Dini.

Kinan menyudahi kegiatannya mencuci kuali. Mengelap tangannya, lalu berjalan menghadap sang Tuan muda.

"Ada apa Tuan memanggil saya?" tanya Kinan.

"Apa kamu yang memasak nasi goreng ini?" tanya Gilang.

Kinan mengangguk.

"Apa rasanya tidak enak?" tanya Kinan hati hati.

"Kamu rasa saja sendiri," ucap Gilang.

Kinan ragu, jika dia mencicipinya didepan Tuannya, bukankah itu tidak sopan namanya. Tapi dia juga penasaran dengan rasanya.

Kinan pikir masakan nasi goreng yang dia buat selalu enak. Jadi dengan percaya diri dia memasakkan nya untuk Tuan mudanya dan dia tidak mencicipi masakannya itu.

"Kalau masakannya tidak enak, biar saya ganti saja," tawar Kinan.

"Siapa yang bilang tidak enak?" tanya Gilang.

"Tidak ada," jawab Kinan.

"Tapi dari ucapan mu itu seperti mengatakan, masakan mu ini tidak enak, rasakan saja sendiri," batin Kinan.

"Kak Kinan," panggil Sepia.

"Iya," sahut Kinan.

"Masakan kakak lezat," puji Sepia.

"Terima kasih," balas Kinan dengan tersenyum.

"Dan rasanya..." Sepia menghentikan ucapannya membuat Kinan penasaran.

"Ada apa dengan rasanya?" tanya Kinan.

"Rasanya," Sepia melirik Mama Desi dan Gilang. Setelah mendapat anggukan dari Mama Desi, Sepia mulai melanjutkan ucapannya.

"Rasanya seperti buatan kak Valeri," jawab Sepia jujur.

"Oh," balas Kinan.

"Jadi, karena itu Anda memanggil saya?" ucap Kinan yang mulai mengerti tujuan bosnya memanggilnya.

"Hmmm," balas Gilang.

"Sudah selesai? Apa sekarang saya boleh pergi, Tuan?" tanya Kinan.

"Mau pergi kemana nak? Sini duduk, makan sama sama," ajak Mama Desi.

"Tidak usah Nyonya, saya makannya nanti saja," ucap Kinan.

"Ini bukan permintaan, tapi perintah," ucap Mama Desi tegas.

Kinan melirik Gilang yang hanya diam melanjutkan sarapannya. Lalu ia melirik Sepia yang mengangguk antusias.

"Baiklah," balas Kinan.

Kinan memilih duduk di samping Sepia.

Setelah selesai sarapan, Kinan sedang membersihkan meja makan. Namun tiba tiba Sepia datang.

"Hay, kak," sapa Sepia.

"Hay," balas Kinan.

"Gimana tangan kakak?" tanya Sepia.

"Sudah mendingan," jawab Kinan.

Sepia menarik tangan Kinan, luka bekas setrika waktu itu belum kering, masih berair.

"Mendingan gimana? Lukanya aja masih berair. Sini ikut aku," ucap Sepia yang langsung menarik tangan Kinan keluar.

"Sepia, kita mau kemana?" tanya Kinan saat mereka berada diluar rumah.

"Ke rumah sakit," jawab Sepia.

"Tapi, aku masih ada pekerjaan. Lagian lukanya ini gak sakit kok," ucap Kinan meyakinkan.

"Sudah ikut saja," ucap Sepia yang kembali menarik tangan Kinan masuk kedalam mobil.

"Nanti kalau aku dipecat, kamu harus tanggung jawab ya," ucap Kinan saat Sepia sudah masuk mobil.

"Kakak tenang saja, nanti aku suruh kak Gilang yang tanggung jawab dengan nikahi kakak," balas Sepia.

"Kamu apa apaan sih, kenapa malah bahas nikah?" tanya Kinan.

"Biar nanti kak Gilang menafkahi hidup kakak dan keluarga," jawab Sepia santai sambil menjalankan mobilnya.

"Gak mungkinlah, Tuan muda dan aku itu bagaikan langit dan bumi. Bagaikan air dan minyak, tidak akan pernah menyatu," ucap Kinan.

"Kami tidak bisa bersandingan," ucap Kinan.

"Kenapa tidak bisa? Derajat itu gak penting. Yang penting kebahagian," ucap Sepia.

Kinan hanya diam tanpa membalas. Ia tidak bisa mengeluarkan kata kata dari mulutnya sekarang. Kinan hanya bisa berkata kata dalam hati.

"Kebahagian? Emang kamu pikir kakakmu bahagia bersamaku? Kita saja kenal baru kemarin? Dan sekarang kamu bilang kakakmu bahagia bersamaku? Mimpi?" batin Kinan.

Setelah beberapa menit, mereka sampai disalah satu rumah sakit terdekat.

Setelah menunggu antrian yang tidak terlalu panjang, akhirnya Kinan diperiksa. Selesai memeriksa, sang dokter memberikan resep untuk ditebus di apotik.

Mereka berdua berjalan menuju apotik, lalu memberikan kertas itu kepada orang yang bertugas.

"Kak Kinan," panggil Sepia.

"Iya," balas Kinan.

"Kak, aku harus pergi sekarang. Ada tugas kampus yang harus aku selesaikan sekarang," lapor Sepia.

"Kakak bisa kan pulang sendiri?" tanya Sepia.

"Bisa," setelah mendengar jawabannya, Sepia langsung pergi secepat kilat.

"Kinanti Dewi," panggil orang yang ada di apotik.

"Saya," Sahut Kinan.

Orang itu langsung memberikan plastik yang ada beberapa macam salep didalamnya.

"Terima kasih," ucap Kinan yang di angguki orang itu.

Setelah menerimanya, Kinan langsung pergi keluar rumah sakit. Ingin rasanya ia memesan ojek online, tapi ponselnya tertinggal didalam tas di rumah tuan muda Gilang. Kinan datang ke rumah sakit saja dengan terburu, ia tidak sempat mengambil ponselnya. Dengan terpaksa, Kinan harus pulang dengan jalan kaki.

Langkah demi langkah telah ia lakukan. Setiap melangkah, kakinya merasa seperti sudah biasa. Seperti jalanan yang ia lalui ini sudah lama ia kenal. Tapi sebenarnya, inilah pertama kalinya ia melangkah melewati jalanan ini.

Jika dia pergi dan pulang kerja, ia melewati jalanan lain. Bukan jalanan ini.

Kinan membiarkan kakinya melangkah entah kemana. Memperhatikan hal baru yang baginya adalah hal lama. Saat menemukan belokan untuk menuju pulang. Ada sebuah mobil hitam yang hampir menabraknya. Untung saja dia berhasil menghindar.

"Hey gak punya mata, apa? Gak lihat disini ada orang? Main nyelonong aja. Kalau nanti terjadi kecelakaan gimana? Mau nanggung hidup Ibuku?" teriak Kinan yang tidak digubrsi pengemudi mobil.

"Sabar Kinan, sabar. Orang sabar disayang Tuhan" gumam Kinan seraya mengelus dadanya sendiri.

Kinan kembali melanjutkan langkahnya menuju ke rumah tuan muda Gilang.

Saat dia berada didepan rumah tetangga Gilang, Kinan bisa melihat kegaduhan didepan rumah tuan mudanya. Mobil yang ada didepan rumah Gilang adalah mobil yang hampir menabraknya tadi. Dan sekarang dia baru sadar, kalau mobil itu adalah mobil yang diusir satpam beberapa hari lalu.

Kinan ingat, Ibunya menyuruh ia untuk menjauhi wanita itu. Jadi Kinan memutuskan untuk berdiri saja disitu.

Semenit, dua menit, tiga menit, tapi wanita itu tetap tidak pergi. Kinan hanya bisa melihat kaki wanita itu.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!