Terlihat seorang wanita sedang dalam keadaan terburu-buru ia berlari kecil sambil melihat jalanan yang akan di seberangin nya, sepatu heels yang tingginya mencapai 7cm tidak terlalu tinggi tetapi cukup menyulitkan nya untuk berlari karena sudah terbiasa jadi ia tetap mahir dalam memakainya, apalagi karna tuntutan dalam pekerjaan nya mengharuskan memakai heels serta rok mini.
Ketika di jalan ia sudah terbiasa dapat godaan dari pria hidung belang karena pakaiannya, tetapi ia tidak peduli selama mereka tidak melakukan hal yg tidak senonoh maka ia akan diam saja.
"Namaku Nayla. umurku Dua puluh tahun saat ini aku bekerja di sebuah mall hanya sebagai SPG (Sales Promosion Girl) tugasku terus berdiri menunggu konsumen yang akan membeli pakaian branded dan sesekali menjawab, jikalau salah satu konsumen menanyakan keunggulan dari produk yang dipasarkan tersebut."
"Sudah Dua tahun berlalu aku terus bekerja disini dan merasa nyaman serta terbantu untuk kehidupanku dan adikku yang saat ini berusia Tujuh tahun, ibu dan ayahku meninggal akibat dari kecelakaan pesawat saat hendak pulang ke rumah dalam melakukan perjalanan bisnisnya."
"Sangat disayangkan, perusahaan ayahku harus di lelang karena untuk membayar semua kerugian, pembayaran gaji karyawan, dan menutupi semua hutang bank."
"Sampai sekarang rasa itu masih membekas walaupun sudah tiga tahun berlalu"
"Aku bekerja part time untuk mendapatkan penghasilan yang lebih agar bisa menabung untuk biaya sekolah adikku yang berkelas, walaupun adikku sekarang masih berusia Tujuh tahun tetapi aku menyiapkan dana sekolah nya lebih awal."
"Aku akan melakukan yang terbaik untuk kehidupan adikku karna hanya dia satu-satunya yang aku punya di dunia ini, terkadang aku merasa tak tega untuk meninggalkan nya selama bekerja dan ingin segera pulang saat jam kerja sedang berjalan tetapi hanya pikirku saja."
Gubrakkk..
"Astaga. Tolong!! Tolong!! Tolong!!." Teriakan semua orang yang kaget melihat kecelakaan didepan nya dan semua dalam kepanikan.
"Astaga. Kasian sekali dengan anak itu, kepalanya penuh dengan darah dan tak sadarkan diri, semua orang berusaha menolongnya dan tak lama kemudian terdengar suara sirine ambulans."
Nayla terlihat kaget dan ingin menolong nya tetapi kemudian Nayla melihat jam ditangannya dan tersisa lima menit lagi waktunya masuk kerja.
Kemudian Nayla bergegas meninggalkan tempat kejadian dimana kecelakaan tersebut terjadi karena waktunya bekerja sudah sangat mepet, akhirnya terfokus ingin segera sampai ke mall yang dimana tempat Nayla bekerja.
Ting!! Suara lift berbunyi pertanda lift tersebut akan terbuka..
Tetapi Nayla yang masih berjarak jauh dari lift ingin segera ikut masuk ke lift wajahnya terlihat lelah karna berlari dan berusaha mengisyaratkan orang yang sudah berada dalam lift tersebut untuk menekan tombol pause atau berhenti sebentar tetapi semua orang hanya memperhatikan nya saja, lalu lift nya pun tertutup.
"Hahh..hah..ha.. aku ketinggalan lift lagi." Sambil membuang nafas panjang karna kelelahan berlari.
Nayla terus melihat jam tangannya, sebetulnya ingin menaiki tangga darurat tetapi Nayla sudah tidak punya tenaga untuk menaiki anak tangga akhirnya ia hanya menunggu lift terbuka dan tiba-tiba terdengar suara.
"Hai, mau tissue ?" Tanya seorang pria.
Sambil menoleh, mendengar ada yang menyapanya lalu Nayla pun menjawab.
"Ahh.. terimakasih, kamu sift pagi juga kha?"
"Iya Nay, kamu jalan setiap pagi dari rumahmu ke mall, itu cukup jauh Nay. Terlihat kamu kelelahan sebelum waktu kerja mulai. Yang biasanya orang-orang suka terlihat lelah saat pulang kerja. Kamu malah terlihat lelah saat berangkat kerja. Hahaha." Ujar Rakha sambil tertawa melihat Nayla.
"Hughh.. mau bagaimana lagi, yang penting masih bisa sampai tempat kerja dengan tepat waktu, walaupun sering telat semenit tetapi supervisor tetap menganggap itu tepat waktu." Jawab Nayla dengan tersenyum.
"Yayaya.. tapi sekarang kamu udah telat 5menit lohh." Ucap Rakha sambil melihat jam ditangannya.
"Astagaa. Aku telat !!" Nayla terlihat gelisah.
"Ha-ha-ha. Kamu akan dihukum Nay." Ucap Rakha sambil ngeledekin Nayla.
"Hugh.. aku terima saja apapun hukuman nya asalkan enggak sampai potong gajiku. Lagian ini lift lama amat sih jalannya, bikin telatnya lama." Ucap Nayla Sambil melihat lift.
"Lohh. kok lift yang kamu salahkan Nay, dari dulu kamu emang aneh. Lift diam juga disalahkan." Ucap Rakha sambil menyeringai melihat temannya tersebut.
Ting!! Tak lama lift pun terbuka, Nayla bergegas masuk tanpa menjawab perkataan dari Rakha dan Rakha hanya mengikuti Nayla dari belakang. Keduanya masuk ke lift dengan berdesak-desakkan.
Semua nya terdiam, tetapi ada juga yang sibuk melihat handphone. Nayla terus melihat jam ditangannya dan tiba-tiba Nayla mencium bau tak sedap dalam lift.
"Astaga. Ini bau apa sihh, sungguh pengen muntah dan bikin pusing." Gumam Nayla dalam hati sambil menutup hidungnya dengan tissue pemberian Rakha.
"Duhh.. mohon maaf, anak saya pup." Ucap seorang ibu yang membawa bayinya belanja di mall dan merasa tidak enak semua orang yang ada dalam lift tersebut.
"Ahh tidak apa-apa Bu, namanya juga anak kecil dan sebentar lagi pintu lift juga terbuka." Ucap salah seorang dari penumpang lift yang merasa maklum dan tetap merasa biasa saja tanpa menutup hidung.
Ting !! Kemudian lift pun terbuka.
Nayla bergegas keluar dan menghembuskan nafas panjang karena tak tahan dengan bau tak sedap dalam lift.
"Hahaha. Dasar Nayla, tingkah laku mu sangatlah lucu." Ucap Rakha.
"Hmm.. terserah katamu, aku udah gak ada waktu buat ngobrol denganmu lagi." Jawab Nayla dengan berlari kecil yang kemudian meninggalkan Rakha dengan cepat.
"Nayla. Nayla. Lagi-lagi kamu terlambat. Kamu niat kerja gak sih sebenarnya." Tegur supervisor dengan mata melotot.
"Maaf pak, kali ini yang terakhir Nayla telat masuk kerjanya. Gak akan terulang lagi di lain waktu pak." Jawab Nayla dengan kepala menunduk mengartikan ia salah.
" Ya sudah. Jangan ulangin lagi, jika di ulangin lagi surat peringatan pertama akan keluar untukmu." Tegas supervisor.
"Nayla akan berusaha pak, dan terimakasih untuk kesempatan nya." Ucap Nayla sedih.
Dan Nayla pun kembali bekerja dengan santai, sambil memikirkan laporan penjualan Sesekali ia melipat pakaian yang konsumen acak-acak. Tiba-tiba salah seorang teman datang menghampiri nya dan berkata.
"Nay. Nay. Ehh nihh orang ngelamun, dipanggil ga ada mau sahut balik."
"Woii.. Naylaaa..."Ucap Rina dengan kencang dan mengagetkan Nayla.
Nayla tersadar dari lamunannya, tetapi ekspresi wajahnya masih terlihat kaget sambil memandang Rina ia menjawab.
"Ada apa sih!! Aku udah denger Rin, satu mall bakal denger kalo kamu ngomong nya teriak gitu, ahh nihh anak. Ga bisa diem aja apa?"
"Hugh.. kenapa jadi marah sama aku, kamu nya yang salah Nay. Dipanggil ga ada mau nyahut, jadi aku teriak aja biar kamu denger." Ucap Rina yang tak ingin disalahkan Nayla.
"Ya udah aku minta maaf Rin, ada apa Rin? Koqq kamu ngajak ngobrol. Jika ketahuan supervisor kita bakalan dimarahin." Ucap Nayla Sambil melihat-lihat, karena takut di lihat supervisor.
"Iya, aku hanya canda saja tadi. gak perlu meminta maaf segala Nay, sini dech.. duduk di bawah biar gak terlihat supervisor." Rina mengajak Nayla duduk padahal sangat dilarang duduk untuk SPG tetapi Rina tidak menghiraukan larangannya.
"Kamu mau cerita apa? Jangan lama-lama nanti kita ketahuan, aku masih banyak kerjaan tuhh pakaian jualanku pada acak-acakan." Ucap Nayla dengan bisik-bisik.
"Kamu tahu ga, si Rika semalem jalan sama om-om lohh. Abis sift malem dia masuk mobil om-om dan aku lihat mereka stop di sebuah hotel." Ucap Rina dengan antusias.
"Masa sihh? Bukannya Rika orangnya kalem gitu yaa, terlihat lugu dan ga keliatan nakal. Kamu ga boleh ngomong sembarangan Rin." Jawab Nayla dengan mengingatkan tetapi terlihat penasaran atas cerita dari Rina.
"Beneran lohh !!! Aku melihat sendiri Nay." Ucap Rina dengan menyakinkan Nayla yang masih penasaran dan ingin tahu lebih banyak lagi.
"Oh gitu ya, kok Rika mau sih? Kalo aku sih lebih memilih kerja sampingan jadi pelayan rastaurant kan lumayan juga hasilnya walaupun enggak sebesar bayaran nya yang Rika kerjain sih." Ucap Nayla dengan bangga.
"Hmm.. Aku gak tau Nay, tapi mungkin karena gaya hidupnya ingin mewah dan ketika ada yang ngajak pekerjaan begitu Rika langsung mau. Asalkan semua keinginan nya tersampaikan." Jawab Rina dengan serius.
Ehemm..
"Udah selesai ngobrol nya, enak banget yaa Nayla udah kerja datang terlambat terus kerjaan nya cuman bisa ngerumpi doang yaa." Ucap supervisor dengan senyum sinisnya, sambil melihat Nayla dan Rina yang sedang duduk santai sambil asik mengobrol.
Tanpa tersadar mereka sudah diperhatikan supervisor dari tadi dan Nayla yang saat itu duduk langsung berdiri dengan terkejut, hingga kepala nya membentur meja besi yang diatasnya tersusun pakaian.
" Ahh.." Ucap Nayla dengan rasa sakit dikepala nya kemudian tangannya memegang kepalanya dan terlihat ditangannya terdapat aliran darah dari kepala nya, Nayla yang melihat nya pun langsung tak sadarkan diri.
"Ya tuhan , Nayla pingsan pak." Ucap Rina dengan khawatir dan langsung memegang nayla yang sudah tidak sadarkan diri.
Supervisor terlihat panik dan semua orang yang sedang berbelanja pada menghampiri Nayla hanya untuk melihat nya dan semua berbisik-bisik hanya untuk mengetahui apa yang sedang terjadi.
Tetapi supervisor lain nya tetap menyarankan untuk tidak perlu melihat dan silahkan nikmati berbelanja anda.
Melalui informasi suara, MC tetap berbicara dan menyetelkan lagu agar suasana santai kembali. Nayla pun dibawa ke ruang kesehatan di mall.
Supervisor terlihat khawatir dan bingung sekaligus takut Nayla kenapa-napa melihat kepalanya Nayla yang bocor akan darah, setelah dokter datang baru lah Supervisor terlihat sedikit tenang.
"Jadi Nayla enggak kenapa-napa kan dok?" Tanya supervisor sambil melihat wajah dokter dengan ingin penuh jawaban.
"Syukurlah, nona Nayla baik-baik saja. Hanya sedikit tergores kulit kepalanya dengan benda tajam, tapi perlu diberikan obat agar tidak menyebabkan tetanus. Dimana tetanus itu sendiri penyakit yang disebabkan oleh toksin bakteri yang mempengaruhi sistem syaraf. Tetapi setelah diberikan obat semoga tidak terjadi yang namanya tetanus yaa." Jawab dokter dengan rinci sambil memperban luka di kepala Nayla dengan pelan-pelan.
" Jadi begitu yaa dok, syukurlah jika luka nya enggak terlalu parah. Tapi kenapa belum sadar juga yaa dok?" Tanya supervisor.
"Hugh.. cukup lega dengan perkataan dokter, dan mengurangi rasa khawatirku." Gumam supervisor dalam hati.
"Tidak sadarkan dirinya bisa jadi karena terlalu kaget atau tidak bisa melihat benda yang membuat fisiknya tak kuat."
"Oh iya saya ingat, saat Nayla melihat ditangan nya penuh darah setelah itu Nayla langsung tak sadarkan diri dok." Tutur supervisor mengingatkan kembali kejadian menimpa Nayla sambil melihat dokter.
"Jika begitu dengan adanya kejadian tersebut sudah dipastikan Nayla memang tidak bisa melihat darah. Berhubung ini sudah selesai dan tak ada luka yang terlalu serius jadi saya hanya meresepkan obat luka dan antiseptik ditambah antibiotik." Ucap dokter dengan menulis kan resepnya.
"Semoga lekas sembuh yaa. untuk biayanya silahkan hubungi staf administrasi pihak rumah sakit yaa pak." sambung dokter.
"Terimakasih dokter, maaf menunggu waktunya." Ucap supervisor sambil membuka pintu dan menghantar dokter keluar ruangan.
Kemudian supervisor berjalan ke ruangan nya dan menelpon pusat suara di mall.
"Halo. Mei?"
"Iya pak. Ada yang bisa saya bantu?"
"Tolong suruh Rina untuk keruangan kesehatan dan temani Nayla yang masih belom sadar juga." Ucap supervisor.
"Baiklah pak. Akan saya umumkan."
Telepon pun terputus
"Panggil untuk Rina Ulandari agar segera menuju ke ruang kesehatan". Ucap MC sampai tiga kali dan melanjutkan menyetel lagu yang membuat konsumen sedang berbelanja merasa nyaman.
"Nay.. cepat sadar dong!!" Ucap Rina dengan mengeluskan minyak kayu putih ke tangan nya Nayla sesekali ke hidung Nayla dan tak lama Nayla pun tersadar.
Nayla membuka matanya perlahan dan melihat langit-langit ruangan kesehatan mall, Nayla tampak lemas dan wajahnya masih pucat tetapi matanya sudah bisa bergerak dan tangan nya meraba kepalanya yang sudah di perban.
"Aku kenapa? Kepalaku terasa sedikit pusing." Tutur Nayla dengan berbicara pelan.
"Jangan banyak bergerak dulu, kamu masih perlu istirahat Nay. Tadi kamu tiba-tiba pingsan dan dibawa kesini. Kamu masih ingatkan dengan luka mu." Rina mencoba mengingatkan kejadian ditempat kerja.
"Oh iya aku udah ingat. Kepalaku kena meja pas buru-buru berdiri, hahaha." Ucap Nayla melihat Rina sambil tertawa.
"Hmm.. kok ketawa sih, jelas-jelas lagi sakit."
Jawab Rina sambil tersenyum.
"Aku malu saat kepergok sama supervisor dan jadi pengen ketawa Rin kalo di inget lagi." Ucap Nayla sedikit menjelaskan maksud dari dirinya tertawa pada Rina.
"Iya Nay iya aku minta maaf udah ngajak kamu ngerumpi dan akhirnya kepalamu jadi bocor gara-gara aku." Ucap Rina sedih.
"Hahaha !! Sudahlah bukan salah kamu juga, ini udah musibah akibat kita ngomongin kejelekan orang lain." Jawab Nayla dengan memberikan ketenangan untuk temannya yang sedang merasa bersalah.
Tiba-tiba ditengah pembicaraan Nayla dan Rina datanglah supervisor, sejenak ruang kesehatan menjadi sunyi dan supervisor pun berkata. "Kok jadi terdiam? Bukannya tadi lagi asik mengobrol? Belom cukup kah obrolan di tempat kerja?"
"Maaf pak. Kami sudah melakukan kesalahan saat kerja dan tidak bekerja dengan baik. Tapi ini yang terakhir kalinya kami lakukan." Ucap Nayla sedikit melas.
"Hmm, baiklah. Rina silahkan kamu kembali bekerja dan untuk Nayla silahkan pulang." Tutur supervisor dengan tegas.
"Kenapa Nayla disuruh pulang pak? Nayla janji ga akan mengulangi kesalahan Nayla lagi pak. Tolong jangan pecat Nayla pak, Nayla harus bekerja disini supaya kebutuhan Nayla dan adik Nayla tercukupi." Ucap Nayla dengan kesedihan nya.
Supervisor menyentil kening Nayla dan berkata. "Kepala mu sedang sakit dan tak memungkinkan untuk bekerja, istirahat lah dan kembali bekerja keesokkan harinya."
"Jadi Nayla dikasih izin pulang terlebih dahulu yaa pak?" Tanya Nayla yang masih bingung.
"Iya, kamu bisa pulang sendiri kan?"
"Iya bisa pak, terimakasih banyak yaa pak"
"Jangan lupa nih obatnya dan rutin diminum nya". Ucap supervisor sambil memberikan obat kepada Nayla.
"Terimakasih pak" jawab Nayla.
Sesampainya dirumah..
Terlihat rumah Nayla yang minimalis tetapi cukup rapi dan membuat siapapun yang melihatnya merasakan kenyamanan rumahnya dikarna kan interior rumah nya bernuansa modern dilapisi cat yang berwarna kalem dan enak dipandang.
"Kok kakak udah pulang? Kepala kakak kenapa? Kakak enggak kenapa-napa kan?" Tanya Putra yang terlihat polos.
"Kakak enggak kenapa-napa kok dek, kepala hanya luka sedikit. Kamu gak usah khawatir yaa dek." Jawab nayla sambil memeluk Putra. "Baiklah kakak makan terlebih dahulu ya?" Ucap Putra dengan perhatian.
Lalu Nayla dan adiknya yang bernama putra pun makan bersama dengan santai, ditengah makan Nayla berkata.
"Gimana sekolahmu hari ini? Apa teman-teman mu masih mengganggu dirimu? Jika begitu kakak akan bicara pada mereka ?"
Namun Putra tak menjawab pertanyaan kakak nya, ia hanya menundukkan kepalanya dan terlihat sedih.
"Putra, bicara lah pada kakak." Desak Nayla dengan lembut, sambil memandang wajah Putra yang menunduk saat ditanya.
"Sudahlah, Putra gak pernah nangis dan gak boleh nangis harus bisa jagain kakak dan buat kakak bangga, gak peduli temanku mau ngebully aku gimana pun. Aku tetap akan sekolah disana kak." Jawab Putra yang berusaha terlihat kuat di depan kakaknya.
"Putra, kita bisa cari sekolah yang lebih baik lagi. Dek? Kakak terus memikirkan mu dan takut kamu kenapa-napa, uang tabungan kakak masih ada dan cukup untuk kamu pindah sekolah baru. Sayang, kakak gak mau kamu bertahan disekolah lamamu dan membiarkan mereka membully kamu hanya karna ingin terlihat kuat depan kakak." Ucap Nayla dengan pelan-pelan dan merasa sedih.
"Kakak, aku baik-baik saja." Kata Putra dengan mata berkaca-kaca menahan air matanya dan kemudian ia memalingkan pandangannya agar tak terlihat kakaknya.
"Kakak akan mengurus sekolahmu yang baru dan kamu bisa mendapatkan teman baru yang lebih baik lagi, barulah kakak akan tenang meninggalkan mu saat kerja." Ucap Nayla dengan keinginan nya memberikan yang terbaik untuk adiknya.
Tak lama kemudian terdengar suara ketukan pintu rumah Nayla, menandakan ada yang ingin bertamu di kediaman Nayla.
Tok !! Tok !! Tok !!
"Kakak, biar Putra saja yang membuka pintu." Ucap Putra sambil berjalan menuju pintu.
"Oh ada kak Rina sama kak Rakha ternyata. Aku belum kenal sama kakak yang satunya."
Ucap Putra sambil memperhatikan teman disebelah Rina.
"Ini temannya Nayla juga dek, namanya Adi dan ingin membesuk kak Nayla yang lagi sakit." Tutur Rakha sedikit menjelaskan.
"Baiklah, masuk saja kak. Ada kak Nayla di dalam. Putra ingin main keluar sebentar." Jawab Putra sambil pergi membawa bola kaki pertanda ia ingin bermain sepak bola.
"Berhati-hatilah untuk enggak bermain terlalu jauh ya dek." Jawab Rina.
Kemudian mereka pun masuk kerumah Nayla dan berbincang-bincang santai.
"Bagaimana kedaanmu Nay?" Tanya Adi.
"Pusingnya udah gak terlalu berasa sih, hanya masih sedikit berdenyut karna luka nya tapi besok juga bakal hilang rasa sakitnya Di." Jawab Nayla memberikan penjelasan pada Adi.
"Kami membawakan buah dan beberapa makanan untukmu agar cepat sembuh kembali yaa Nay." Ujar Rakha.
"Ahh kalian gak perlu repot-repot, ini hanya luka kecil bukan apa-apa. Jangan terlalu berlebihan dech kalian memperlakukanku seperti orang yang sedang sakit parah. Tetapi makasih yaa udah bawain makanan nya." Jawab Nayla sambil melihat yang dibawa oleh teman-temannya dengan tersenyum senang.
Disampingnya itu Putra bermain bersama teman-temannya yang berada tak jauh dari rumahnya tetapi teman-teman nya tak bersekolah ditempat Putra sekolah.
"Adam? Ayoo main bola !!" Ucap Putra.
"Sebentar dulu ya, aku dan Xi sedang bermain game online di handphone." Jawab Adam sambil terus menekan handphone nya dengan asik dan tak menoleh ke Putra yang sedang mengajaknya berbicara.
"Kamu mau main handphone ku ?" Tanya Xi kepada Putra sambil memberikan handphone nya yang sedang berisi game online.
"Aku gak mau, kalian saja yang main. Kata kakakku anak kecil gak boleh main handphone nanti matanya rusak dan gak bisa melihat." Jawab Putra dengan rasa takut menggambarkan matanya yang tak bisa melihat lagi.
"Apakah betul?. Jika begitu aku kembalikan dahulu pada ibuku." Ucap Xi yang kemudian berlari ke rumahnya untuk mengembalikan handphone nya kepada ibunya.
"Aku juga dech. Tunggu sebentar ya Put." Sambung Adam juga mengembalikan handphone milik Ayahnya.
Dan mereka pun asik bermain sepakbola walaupun terdapat lumpur karena habis hujan deras yang membuat pakaian mereka kotor tetapi mereka sangat bergembira.
Saat tiba malam harinya..
"Kak, Putra terasa lapar. Adakah makanan yang bisa Putra makan?" Tanya Putra kepada Nayla sambil memegang perutnya yang terasa lapar.
"Putra lapar? Putra ingin makan apa?." Tanya Rakha melihat Putra sambil tersenyum. "Ini sudah malam, emang udah waktunya kita makan malam sihh." Jawab Rina dengan melihat jam ditangan nya yang menunjukkan pukul 21.00.
"Baiklah, Mari kita pergi makan bersama di restoran Jepang deket mall, aku pernah makan disana dan makanan nya enak walaupun harga nya sedikit tinggi dibandingkan makanan di kedai-kedai kopi gitu, tapi aku masih ada cukup uang buat kita makan disana sambil mengobrol santai, Putra mau kita kesana?." Ajak Adi dengan tersenyum.
"Ahh.. gak perlu repot, ini juga masih banyak makanan yang kalian bawakan, Putra bisa memakan makanan ini aja." Jawab Nayla yang merasa tak enak merepotkan teman-temannya.
"Gapapa kok Nay, lagian makanan yang kami bawakan bisa dimakan lain kali. Ini makanan tahan lama dan gak perlu terlalu cepat dihabiskan, kita bisa makan yang lain dulu. Aku bisa menelaktir kalian makan sepuasnya tetapi gak bisa makan BBQ atau sushi, kita hanya bisa memesan ramen saja untuk malam ini. Bagaimana apa kalian mau?" Ujar Adi.
"Yuk pergi sekarang, jika terlalu banyak berbicara Putra akan tertidur dengan perut kelaparan karna terlalu lama menunggu." Jawab Rakha dengan tertawa melihat Putra yang sudah mengantuk menunggu Adi berbicara.
"Hehe, maaf yaa dek. Kamu jadi lama menunggu, ayoo kita makan sekarang. Mobilku parkir pinggir jalan utama soalnya rumah Nayla sedikit masuk gang jadi aku gak bisa parkir mobil depan rumah mu, gapapa yaa jalan sedikit ke depan kita." Jawab Adi menjelaskan.
"Iyaa gapapa kok, maaf jadi merepotkan kalian." Ucap Nayla sambil menggendong adiknya karena Nayla tak ingin adiknya kecapean berjalan.
"Lepaskan aku !!! Aku gak mau di gendong, aku udah gede kak." Jawab Putra yang merasa malu di perlakukan seperti anak kecil oleh kakaknya.
"Kamu akan kelelahan dek, gapapa kakak gendong. Teman-teman mu ga akan ada yang lihat kok." Jawab Nayla yang tetap erat memeluk adiknya sambil digendong.
"Nay, biarkan Rakha yang menggendong Putra kamu masih sakit lohh." Ucap Rina memberikan saran.
"Sini.. biar sama kakak aja yaa, soalnya kak Nayla masih sakit." Kata Rakha sambil mengulurkan kedua tangan nya lalu mengambil Putra dalam pelukan Nayla. Putra hanya terdiam malu.
Mereka pun berjalan menuju jalan utama dan ditengah perjalanan mereka menyaksikan sepasang kekasih yang sedang berciuman mesra tanpa menghiraukan keadaan sekitar, Rakha yang saat itu menggendong Putra pun dengan cepat menutup mata Putra pakai tangannya.
Sesampainya di mobil mereka mengobrol dengan santai walaupun obrolannya biasa saja tetapi mereka terlihat bahagia dan tidak berlangsung lama mereka pun sampai di restoran Jepang dan memesan ramen yang telah dijanjikan oleh Adi saat dirumah Nayla.
*****
Tak lama mereka menunggu makanan pun datang dan pelayan nya berkata. "Silahkan. Selamat menikmati makan malam anda, semoga suka yaa. (Dalam bahasa Jepang)
"Terimakasih." (Dalam bahasa Jepang) Jawab Adi dengan tersenyum ramah.
Mereka pun menikmati ramen nya dengan tertawa bersama dan Putra yang saat itu sedang lahap menyantap ramen nya hanya fokus pada makanan nya tak mendengarkan cerita Nayla dan teman-temannya.
"Aku ingin Putra pindah sekolah yang lebih baik lagi dan Putra juga sudah merasa gak nyaman disekolah lamanya karna temannya suka membully nya, tetapi dia menyembunyikan dariku." Ucap Nayla pada teman-temannya dengan membuka cerita saat di restoran sambil makan dengan pelan.
"Sebaiknya begitu, kamu harus secepatnya memindahkan Putra ke sekolah barunya agar gak menjadi trauma nya suatu saat nanti." Jawab Rina.
"Aku juga berpikir begitu, tetapi aku belum menemukan sekolah yang baik untuknya, apakah kalian punya rekomendasi sekolah terbaik untuk Putra?. " Tanya Nayla yang sedikit kebingungan.
"Aku ada keponakan ku yang seumuran dengan adikmu dan aku rasa sekolah itu juga cocok untuk adikmu karna ada keponakan ku juga, sebaiknya Putra disekolahkan disana saja." Tutur Adi memberikan sarannya pada Nayla.
"Apa sekolah nya jauh? Jika iya, aku gak bisa membiarkan Putra sekolah disana karena aku gak bisa setiap waktu menjemputnya ke sekolah tetapi aku juga gak bisa membiarkan Putra terus berada disekolah lamanya." Ucap Nayla.
"Aku bisa mengantar nya setiap hari, pulang dan pergi bersamaku soalnya aku setiap hari mengantar keponakan ku. Apalagi jalan ke sekolahnya melewati rumahmu jadi aku bisa sekalian antar Putra dan keponakan ku secara bersama." Jawab Adi dengan santai sambil memakan ramen nya yang sudah mulai dingin karena fokus berbicara pada Nayla.
"Apakah enggak merepotkanmu, aku jadi gak enak selalu merepotkan mu." Ujar Nayla sambil menatap Adi dengan perasaan tak enak hati.
"Gak ada repot kok, aku hanya sekedar membantumu aja dan kasian juga lihat Putra jika harus bertahan disekolah lamanya. Jalan terbaik adalah pindah sekolah, aku akan membantu pendaftaran nya paling gak lusa Putra udah bisa sekolah disana." Jawab Adi dengan rasa khawatirnya terhadap adiknya Nayla.
"Makasih banyak yaa Di, aku banyak berhutang Budi padamu dan secepatnya beri tahu aku biaya pendaftaran dan perbulannya." Ucap Nayla yang merasa tertolong kan karena Adi.
"Semoga Putra bisa betah sekolah disana dan punya banyak teman yang baik yaa Nay." Sambung Rakha dengan senyuman.
"Mudah-mudahan sekolahnya baik untuk adikku dan gak ada yang membully nya lagi." Jawab Nayla dengan lega.
*****
"Karena makan malam ini udah selesai aku dan Rakha pulang bersama yaa, kami gak bisa ikut mobil Adi lagi karena arah rumah kami berbeda dan lagian ini udah larut jadi kapan-kapan aja kami mampir lagi yaa Nay dan makasih untuk teraktiran nya malam ini yaa Di." Ucap Rina sambil beranjak berdiri dan mengisyaratkan pada Rakha untuk berdiri lalu pulang bersama.
"Ohh.. baiklah jika begitu. Berhati-hatilah dan semoga sampai rumah dengan selamat." Jawab Adi dengan tersenyum.
Lalu Adi, Nayla, dan Putra pun pulang bersama tetapi Putra yang saat itu sudah kekenyangan tak kuasa menahan ngantuk nya lalu Putra pun tertidur di mobil sedang dalam perjalanan pulang. Kemudian tiba-tiba Adi melihat papanya yang sedang berada di depan pintu masuk hotel bersama seorang wanita.
"Ada apa Di? Kok kita berhenti didepan hotel. Kamu jangan sembarangan yaa." Ucap Nayla yang ketakutan dan berpikir Adi akan melakukan hal tak senonoh.
"Kamu kenapa? Aku bukan pria seperti itu. Aku melihat papaku dengan seorang wanita, dan aku ingin melihatnya secara dekat. Kamu disini terlebih dahulu yaa." Ucap Adi yang segera membuka pintu mobil dan tak sabar untuk melihat apa yang dilakukan papa nya pada seorang wanita.
"Aku ikut kamu Di." Ucap Nayla membuka pintu mobil dan bergegas menyusul Adi dengan berlari kecil.
Adi tak menjawab Nayla. Adi terlihat emosi dan ingin segera menanyai papa nya, dia berlari dengan cepat.
"Papa? Apa yang kau lakukan disini bersama wanita murahan ini?, Kau gak memikirkan perasaan mama yang sedang sakit struk dirumah. Kau pria bajingan yang tak punya hati." Ucap Adi dengan emosi yang sangat tinggi dan meluapkan semua amarahnya pada papanya tersebut dengan keras.
Lalu Nayla yang baru sampai pun mencoba menenangkan Adi dan terus memegang tangan Adi dengan lembut.
"Praakk !!" Adi ditampar papanya didepan umum dan semua orang disana memperhatikan dengan mata melotot.
"Anak gak tau diuntung, sana pergi !!!
Jangan pernah hiraukan aku dan berhenti berbicara soal mama mu yang gak bisa apa-apa itu, udah bagus yaa aku masih mau menampung perempuan penyakitan itu. Jangan menggangu kesenangan ku lagi dan cepat pergi dari sini, anak kurang ajar !!!" Ucap papa nya dengan emosi karena kecewa terhadap mama nya yang tak bisa berbuat apa-apa selain di kursi roda.
Adi terlihat sangat emosi tetapi Nayla terus mencoba untuk berbicara pelan dan jangan bertindak kasar, karena Nayla takut jika Adi membalas tamparan papanya maka keadaannya akan semakin kacau. Nayla melihat wanita yang sedang bersama papanya adalah Rika teman yang diceritakan Rina pada saat jam kerja tadi. Lalu Nayla berkata.
"Perempuan murahan, anda pasti senang melihat anak dan ayah sedang bertengkar karena kamu." Ucap Nayla dengan senyuman sinisnya.
Rika yang saat itu mendengar perkataan Nayla pun menjawab dengan santai.
"Apa saja akan aku lakukan demi uang, bahkan aku bisa merebut anaknya yang sedang bersama mu sekarang. Tetapi uang ayahnya lebih banyak, jadi jangan pernah ganggu aku jika kamu gak mau hancur."
"Perempuan murahan emang gak tau diri." Ucap Nayla yang emosi melihat Rika tetapi kemudian papa nya Adi dan Rika pun masuk ke hotel tanpa rasa malu dan mereka pun berlalu.
Adi yang saat itu merasa kacau, perasaannya sedih dan hancur melihat keluarganya seperti ini tetapi dengan adanya Nayla disampingnya Adi merasa agak lebih baik dari sebelumnya.
Kemudian Nayla pun mengajak Adi untuk pulang karena Nayla tahu perasaan yang sedang Adi alami tidaklah mudah untuknya menerima semuanya lalu Nayla menyetir mobilnya dengan pelan tetapi di lihatnya Adi hanya terdiam tak mampu menangis didepan Nayla dan hanya melihat pemandangan dari kaca mobil saja.
Sesampainya dirumah Nayla, Adi menggendong Putra yang terlihat pulas tidurnya dan mencoba memeluknya dengan erat. Lalu menidurkan nya dikamar sambil mencium kening Putra dengan meneteskan air mata.
"Adi jika perasaanmu ingin menangis maka menangislah jangan pernah ditahan, bukan seorang wanita aja yang bisa menangis bahkan seorang pria pun bisa melakukan nya, jangan terlihat kuat saat kamu sedang lemah." Ucap Nayla sambil menatap Adi yang sedang merasa sedih lalu Adi pun memeluk Nayla dengan tangisannya.
"Menginaplah malam ini jika kamu merasa sedang enggak dalam keadaaan baik-baik aja, dan tertidurlah bersama Putra atau aku bisa menemani mu sampai tertidur, semua orang pasti punya masalahnya masing-masing dan aku berharap kamu akan tetap kuat dan semangat menjalani hari-harimu." Tutur Nayla dengan lembut dan penuh perhatian, Nayla mencoba menguatkan Adi yang saat itu hanya terdiam melepaskan pelukannya dari Nayla.
Kemudian Nayla pun beranjak pergi tetapi tangannya ditahan Adi dan Adi berkata. "Makasih yaa Nay untuk malam ini dan makasih udah di izinkan menginap dirumahmu tanpa peduli omongan dari tetangga."
"Gapapa. Cepat membaik yaa." Ucap Nayla membalikkan badannya dan pergi ke kamarnya. Lalu mereka pun tertidur.
***
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!