Nikahi anakku!
"Kamu sangat cantik." Ucap Faris, kata-kata itu keluar begitu saja padahal ia hanya berniat memujinya dalam hati.
Jessica mendongak, menarik kedua ujung bibirnya hingga tercetak senyuman. "Makasih Fa,"
"Ajari aku ngaji shalat yang benar..." Ucap Jessica.
"Ya, insyaallah. Kita atur saja waktunya." Jawab Faris tanpa keberatan. Ia justru senang mendengar Jessica ingin belajar shalat yang benar.
Jessica melipat mukenanya, diletakkan diatas lemari kecil tempat ia menyimpan segala macam buku.
Faris berjalan menuju ruang tamu dan duduk disana, tak lama kemudian disusul oleh Jessica. Namun belum sampai Jessica duduk, Jessica dikejutkan dengan binatang yang menakutkan.
"Aaaaaaahhhkkk!!!" Jerit Jessica saat melihat kecoa didepan kakinya.
"GREBB!!!"
Karena ketakutan, Jessica langsung memeluk Faris yang pada saat itu langsung berdiri karena kaget teriakan yang begitu memekik telinga.
Faris berdiri mematung. Ingin rasanya melepas pelukan itu, tapi tidak tega karena tubuh Jessica bergetar ketakutan. Namun tak bisa dipungkiri, kenyataannya pelukan itu terasa begitu nyaman. Sesuatu yang belum pernah ia rasakan dalam hidupnya. Tiba-tiba terbesit dalam hati Faris, merasa ingin melindungi dengan segenap jiwa raga yang ia punya.
Jessica, tidak salah lagi. Aku mencintaimu, benar-benar mencintaimu.
Entah rasa itu terbalas atau tidak, tapi yang jelas Faris begitu yakin dengan perasaannya. Faris mempunyai perasaan mencintai Jessica.
Dengan masih gemetaran, Jessica enggan membuka matanya. Alhasil, binatang itupun tak terkejar karena mereka sibuk berpelukan. Faris tak melihat kecoa itu lagi.
Lama kelamaan tangan Faris bergerak membalas pelukan Jessica. Awalnya ragu, tapi Jessica malah diam tidak menolaknya...
Tanpa sadar, ada sepasang mata yang tengah melihat adegan mereka berdua. Faris yang lebih dulu menyadari, spontan menjauhkan tubuhnya dari Jessica.
"Ma-maaf Om, ini tidak seperti yang Om pikirkan. Sa-saya bisa jelaskan." Tertangkap basah, Faris tergagap. Tidak bisa mengartikan tatapan papi Jessica dengan sorot mata tajam. Beliau melihat Faris dan Jessica tanpa berkedip, dingin seperti es.
Faris melirik Jessica yang berada disampingnya, juga tidak ada expresi sama sekali. Harus bagaimana Faris menyikapinya. Faris merasa dirinya sedang menjadi tersangka pembunuhan kalau seperti ini.
"Nikahi anak saya!!"
Sekian lama William terdiam, ahirnya tiga kata itu yang keluar dari mulutnya.
"Ki-kita ngga ngapa-ngapain kok Om... Kita bisa jelaskan." Faris terus membela dirinya, lalu beralih menoleh kesamping, "Jess, kenapa diam aja. Ayo kita jelaskan. Aku ngga ngapa-ngapain kamu, aku cuma nolongin..."
Sial! Jessica hanya diam dan hanya menggulung-gulung rambutnya, matanya melihat kesembarang arah. Rupanya gadis itu cuek bebek dengan kejadian itu. Disaat Faris pusing bukan kepalang malahan Jessica begitu santainya memasang muka.
"Nikahin anak saya!! Kamu harus tanggung jawab."
Aduuhhh. Ini sih semacam terjebak, duhh mau bagaimana lagi. Udah berkata yang sejujurnya, tapi tidak dipercaya. Faris tidak mau terkesan buruk oleh William, apalagi ini adalah kali pertama bertemu dengan beliau.
"Jess, bilang dong sama papi kamu. Kita ngga ngapa-ngapain..." Faris berikukuh membela diri.
"Ya udah, kalau suruh nikah ya tinggal nikah. Trus kita wik wik!" Ucap Jessica dan berlalu pergi keatas menuju kamarnya. Faris malah ditinggalkan begitu saja.
Astagaaa!! Jawabannya bikin ngilu....
***
PROLOG.
Jodoh adalah rahasia Tuhan.
Faris merasa dirinya dijebak dan harus menikahi Jessica. Padahal dia sendiri tidak mengetahui. Apakah itu sebuah keberuntungan? Atau justru malah keburukan? Tapi dirinya sudah mempunyai perasaan lebih. Hanya saja yang dihadapi didepannya begitu berat.
Faris bersanding dengan gadis kaya. Bagaikan punggung dan bulan, sangat jauh perbedaannya. Dia hanyalah seorang driver online. Sementara Jessica anak dari seorang William.
Jessica tumbuh jadi gadis yang nakal. Kurangnya didikan agama membuatnya salah langkah. Jessica ditinggalkan oleh orang tuanya karena perceraian. Karena sebab itu hidupnya semaunya sendiri.
Faris tidak menyangka bisa berjodoh dengan Jessica yang jauh dari kriteria wanita idamannya. Wanita yang sering berpakaian minim, tukang keluar malam, perokok dan sering mabuk-mabukan.
Pada saat awal pertemuan, Faris mengaku sial mendapat orderan wanita cantik yang tengah mabuk saat tengah malam. Tak ada solusi lain selain membawa Jessica kedalam kontrakannya. Merasa berhutang budi, Jessica lantas ingin mengenal laki-laki baik seperti Faris. Beruntung karena Faris yang telah menolongnya. Jika saja bukan Faris, kemungkinan buruk pasti bisa terjadi. Bisa saja keadaannya dimanfaatkan oleh orang yang tidak bertanggung jawab.
Seiring berjalannya waktu mereka sering bertemu. Hingga sejak saat itu Faris tidak menyadari bahwa dirinya sudah mulai jatuh cinta. Padahal, Faris sudah memiliki kekasih yang sedang diperjuangkan untuk dihalalkan.
Lalu, bagaimana kisah selanjutnya? Bagaimana dengan kekasih Faris sebelumnya?
Mampukah Faris membimbing Jessica menjadi lebih baik? Bisakah Faris menjaga amanah William?
Mampukah Faris memikul beban berat menjadi suami seorang Jessica yang sangat keras kepala?
Simak ceritanya.
To be continued.
Awal pertemuan dengan Jessica.
Jessica willblood adalah anak seorang bernama William yang bekerja di pemerintahan Canada. Karena terlahir dari keluarga broken home membuat Jessica menjadi sosok yang nakal. Suka minum-minuman, merokok, dan sering pergi ke hiburan malam. Usianya baru menginjak 23 tahun tapi sudah tidak melanjutkan kuliahnya lagi.
Tidak adanya sosok Mami disampingnya membuat hidupnya berantakan dan terjun ke pergaulan bebas. Secara finansial Jessica tercukupi karena setiap bulan dirinya dikirimi uang oleh papinya. Tapi kasih sayang, dia tidak pernah mendapatkannya semenjak orang tuanya berpisah.
Haikal Faris.
Dia adalah anak yatim piatu yang bekerja sebagai pengemudi taxi online. Pria kalem dengan wajah yang tampan dan tubuh proporsional. Dalam sekali lihat, tidak ada yang mengira bahwa dia hanyalah pengemudi taxi online. Dengan penghasilan pas-pasan, dia bertahan hidup dikota besar, berharap bisa mengumpulkan uang untuk menikahi kekasihnya Aisyah yang sudah didekatinya beberapa bulan lalu. Sebentar lagi, dia akan mantap menikah dengannya.
Pemain lainnya :
Caca asisten Jessica.
Dave Bryan teman laki-laki Jessica.
Bagas teman Faris.
Indira mami Jessica.
***
Menjadi seorang supir taxi online, Faris tahu betul pendapatan tidak selalu baik. Seperti hari ini, dia harus terpaksa ngalong ditengah malam untuk mencapai targetnya.
Waktu sudah menunjukkan pukul satu dini hari. Dia menembus jalannya malam ibukota yang sudah terasa sepi. Kendaraan yang berlalu lalang tidak terlalu banyak.
Namun aplikasi belum dia matikan. Faris berencana untuk menunggu satu orderan lagi. Setelah itu, dia akan segera pulang kekontrakannya.
Beberapa menit kemudian notifikasi aplikasi orderpun berbunyi. Faris sangat senang, kemudian dia berbalik arah karena posisi penjemputan yang sudah terlewatkan. Padahal, waktu berada dijalan yang dipesan, hapenya tidak berbunyi. Membuatnya sedikit repot karena berputar arah yang cukup jauh.
Setelah berada dilokasi penjemputan Faris terbelalak. Alamak itu tempat hiburan. Siapa yang memesannya?
Kali ini Faris tidak bisa memilih, jika order itu dicancelnya, akan lebih lama lagi dia menunggu orderan berikutnya. Dia sudah mulai mengantuk.
"Halo kak, saya supir taxi online. Saya sudah menunggu didepan gedung."
Selang beberapa menit kemudian, seorang wanita cantik, badan sexy, dan mulus dengan dress hitam diatas lutut berjalan keluar dari arah gedung. Berjalan sempoyongan hingga dia terjatuh dekat pintu. Lalu tangannya terulur memegang kuat badan mobil Faris agar sanggup berdiri.
"Nona, apakah anda yang bernama Jessica?" Tanya Faris mendekati gadis tersebut. Sebenarnya dia berniat ingin membantu karena gadis ini kesusahan berdiri, tapi karena pakaian gadis ini sangat minim, dia mengurungkan niatnya. Faris menelan ludah dengan susah payah. Sebagai laki-laki normal, tentu merasa aneh dibagian inti tubuhnya melihat pemandangan seperti itu.
"Kalau aku bukan Jessica, lalu siapa?" Jawabnya ketus.
"Maaf nona, saya hanya memastikan takut salah ambil orang…"
Saat kaki gadis itu sudah masuk kedalam mobil, Faris mengantarkan gadis ini pada alamat tujuan.
"Alamat sesuai ya nona?"
Tak ada jawaban. Siaalll batin Faris. Kenapa mesti berada diposisi ini? Perempuan itu tertidur dengan nyenyaknya dikursi belakang. Apa maksudnya?
Dia harus mengantarkannya kemana? Sementara alamat yang diberikan malah ngga jelas. Faris terus merutuki kebodohannya sendiri yang kurang teliti. Harusnya dia menuruti hati kecilnya, agar tidak menerima orderan aneh gadis mabuk itu.
Bagaimana ini? Faris berguman pasa dirinya sendiri. Bagaimana bisa dia terjebak dengan kondisi seperti ini. Dia hanya orang biasa, apa jadinya jika ia dituduh jadi dalang penculikan. Atau pemerkosaan misalnya? Pasti ujung-ujungnya masuk bui. Pikirnya sudah buruk.
Karena tidak ada opsi lain, Fadil berhenti tepat dikontrakan. Beruntung beberapa penghuni kontrakan dekat rumahnya terlihat sepi tak ada yang melihat. Lagi pula, disitu tergolong tempat yang orangnya tidak begitu mempedulikan orang lain. Membuatnya lebih mudah membawa gadis ini kedalam kontrakannya.
Dia membuka pintu mobil dan menuju kekursi belakang dimana gadis cantik itu tertidur dengan pulasnya tanpa pandang tempat.
Faris mencoba membangunkan gadis itu lagi, siapa tau kali ini bisa terbangun. "Non..." Diguncangnya bahu gadis itu dengan pelan, tapi tak merespon.
"Hei Nona. Bangun !! Turun dari mobilku, aku ingin segera beristirahat. Aku lelah Nona, ini sudah terlalu malam."
Faris tidak kehilangan cara agar gadis ini teebangun. Dia berpindah menepuk-nepuk pipi gadis itu dengan keras.
"Nona !! Bangun !!"
Aaahh sial benar nasib Faris, dia benar-benar ngga habis pikir. Jadi dia harus bertanggung jawab atas kesalahan yang gadis ini perbuat? Dia yang mabuk lantas orang lain yang harus repot. Benar-benar merepotkan !
Dengan berat hati Faris membopong gadis berbau alkohol ini masuk kedalam kontrakannya dan membaringkannya dikasur. Beruntung kontrakannya mempunyai dua kamar yang bersebelahan.
Ahh setan ditelinga mulai berbisik pada faris karena bagian tubuh mulus putih tanpa noda sang gadis terexpos begitu saja. Dressnya menyingkap keatas karena ketidak sengajaannya saat menggendong gadis itu dari mobil tadi.
Sebelum dia dirasuki setan mesum, dia segera menutup tubuh gadis itu dengan selimut yang lebar. Lalu meninggalkannya seorang diri. Bagaimana kelanjutannya besok, dia sudah tidak peduli. Yang penting dia sekarang beristirahat karena badan yang lelah setelah seharian bekerja.
***
Adzan sudah berkumandang, alarm ponsel sudah berbunyi. Faris mengerjapkan mata lalu duduk berdoa bangun tidur, setelah itu mematikan alarmnya.
Faris membersihkan diri, mengambil air wudhu dan segera shalat subuh.
Rutinitas seperti biasa, setiap pagi Faris selalu memasak sendiri dan menyiap-nyiapkan kebutuhannya.
"Astaghfirullahal adzim !!!"
Mata Faris terbelalak barang yang ada ditangannya seketika menyembul keatas karena refleks kaget dengan kedatangan gadis itu. Faris tidak mengingat semalam dia pulang membawa seorang gadis kekontrakannya..
"Aku bukan hantu !" Terang gadis itu.
"Nona sudah bangun?" Faris melanjutkan cuci piringnya tanpa menoleh ke gadis itu. Benar-benar tak kuaat melihatnya terlalu sexy seperti itu.
"Emang aku kaya hantu beneran? Sampai nanya aja ngga mau liat orangnya. Huuuftt !!" Jessica menghela nafas lebih dalam, padahal dia mau ngajak pria itu berbicara. Sekedar mengucapkan terimakasih mungkin.
"Hey, aku mau bicara? Masih mau tetap hadap tembok?" Jessica geram sendiri dengan pria itu. Padahal, tidak pernah ada pria yang menolak kecantikannya selama ini. Tapi pria ini malah sengaja tak menghadapnya ketika berbicara. Dia menyangka pria ini punya kelainan.
"Maaf nona. Pakaianmu terlalu terbuka, aku bisa ternoda melihat Nona seperti itu..."
Jessika ber'oh' ria mendengar ucapan pria itu. Lalu melanjutkan lagi bicaranya.
"Oke kalau kamu tidak suka. Ya sudah beri aku baju, biar kita bisa bicara."
"Sebaiknya nona masuk kekamar mandi sekarang, bersihkan tubuhmu agar bau alkoholnya hilang. Saya tidak suka berbicara dengan gadis bau sepertimu."
Jessika mengumpat dalam hati, baru kali ini ada pria yang mengatainya bau. Sialan !
"Oke aku akan mandi, tapi jangan mengataiku bau lagi ya?"
"Iya. Cepatlah !"
Faris segera mencari-carikan kaos untuknya dan celana pendek miliknya yang tidak terpakai, namun masih terlihat bagus untuk dikenakan. Lalu memberikannya pada gadis itu.
.
.
Like sebelum next.
"Bajunya kebesaran ya?" Faris terkekeh saat melihat gadis itu keluar dari kamar mandi dengan memakai bajunya yang kedodoran. Gadis itu terlihat sangat lucu dimatanya. Keseksiannya tidak berkurang sama sekali walaupun bajunya kebesaran.
"Iya ga apa-apa. Sekarang, aku boleh gabung kesitu?" Tanya gadis itu dengan ragu-ragu.
"Apa ngga sebaiknya kamu sholat dulu nona, mumpung masih jam lima. Sebentar lagi matahari akan terbit kemerah-merahan, mumpung masih ada waktu sebelum waktunya terlambat."
"Aku lupa caranya." Ucap gadis itu, tapi raut wajahnya menyiratkan sebuah penyesalan.
Faris heran sendiri, dijaman sekarang memang banyak gadis-gadis yang meninggalkan kewajiban utamanya. Sebegitu tidak pentingkah Allah dimatanya? Padahal setiap waktu kita selalu menikmati pemberian dari-Nya.
Namun bukan urusan Faris jika dia tidak sholat atau melupakan ibadah yang lain. Dia tidak dia kenal gadis itu. Bukan ranahnya untuk mengajari hal-hal tersebut. Terkecuali memang ada yang memintanya.
"Ya sudah duduklah !" Perintahnya, gadis itu langsung mendekat dan bergabung duduk berhadapan dengan Faris.
"Maaf, semalam aku terlalu mabuk. Jadi aku merepotkanmu. Seandainya aku bertemu dengan orang lain, aku tidak yakin akan baik-baik saja."
"Iya sama-sama." Senyum Faris mengembang, batinnya memuji kecantikan gadis ini. Kalau dilihat-lihat sepertinya gadis ini orang yang berada. Entah terlihat darimananya.
"Namaku Jessica !" Tangannya terulur untuk mengajak berkenalan. Faris menyambutnya dengan baik.
"Namaku Haikal faris, orang-orang memanggilnya Faris. Terserah kamu mau manggilku siapa."
"Hmm iyya. Aku panggilnya Faris aja deh. Btw sekali lagi makasih ya, maaf merepotkan." Tangannya mengambil gelas yang ada didepannya lalu langsung diseruputnya sampai tandas.
"Haaahhh !" Haus yang dirasakan Jessica terasa berkurang.
"Faris sama siapa tinggal?"
"Sendiri, aku tidak punya keluarga."
"Upss maaf !" Raut wajah Jessica berubah tidak enak.
"Tidak masalah Nona."
"Berarti belum punya istri ya?"
"Belum… Doakan saja ya."
"Oke-oke."
Mata Jessica melihat sekeliling ruangan, dia tampak memperhatikan ruangan itu. Kalau dilihat-lihat, kenapa ada rumah sekecil itu? Batinnya bertanya.
"Ini kontrakan, bukan rumah." Ucap Faris seolah tau apa yang dipikirkan Jessica. Mulut Jessica langsung mengerucut. Mungkin dia anak indihom hihihi, beberapa detik kemudian terkekeh sendiri.
"Kenapa kamu memberikan alamat yang salah? Seandainya alamatnya benar, pasti Nona sudah sampai rumah kan?"
"Aku ngga ngeliat, semalam mata aku udah kabur. Aku juga heran, sekarang aku mau pulang. Bisa bantu aku?" Pintanya pada Faris.
"Sebaiknya Nona sarapan dulu, barangkali nona sudah lapar."
"Katanya kamu tinggal sendiri? Emangnya siapa yang masak?"
"Aku lah, masa orang lewat."
"Memangnya bisa ya? Laki-laki masak."
"Bisa dong, aku contohnya..." Jessica nampak manggut-manggut menanggapi cerita Faris. Laki-laki kok mandiri sekali?
"Jadi sarapan ngga? Atau terbiasa sarapan roti? Kebetulan aku punya. Ya kalau mau…" Saran Faris, tapi sepertinya Jessica ngga niat sarapan dirumah orang. Bukannya belum percaya, Jessica mencoba mawas diri pada orang yang baru dikenalnya.
"Ngga usah Fa! Aku sarapan dirumah aja, belum lapar juga." Tolaknya halus.
"Ya sudah… Apa ngga sebaiknya nona hubungi orang rumah dulu. Mereka pasti mencarimu."
"Tenang aja, beres kok!"
"Sebagai rasa terimakasih, tolong diterima ya?" Jessica mengeluarkan uang dalam tasnya yang berjumlah sangat banyak.
"Maaf Nona, saya ngga bisa terima. Ini terlalu banyak, saya hanya menerima sesuai aplikasi saja." Tolak Faris dengan halus.
Jessica semakin dibuat kagum, biasanya orang kalau dikasih duit langsung nyambar. Ini malah ngga mau. Jessica terus memaksa Faris untuk menerima uang itu.
"Ini uang halal kok!" Semakin kesal dibuatnya, seumur hidup dia tidak pernah mengalami penolakan.
"Nona, simpan saja uangnya. Saya membantu dengan ikhlas tanpa pamrih..." Ucap Faris dengan hati-hati. Rupanya gadis ini belum bisa mengontrol emosinya dengan baik.
"Jadi, apa yang bisa aku lakuin buat mbales kebaikanmu?" Tawar Jessica lagi.
"Tidak ada Nona, saya ikhlas."
"Tapi kita tetap berteman kan?" Seperti ngga rela Jessica berpisah pada pria ini. Dia berharap bisa lebih mengenal Faris lagi.
"Oh iya tentu saja Nona !"
.
.
.
Bagaimana kelanjutannya zyeyenk, like terus ya?
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!