NovelToon NovelToon

Selingkuh

Bab I

Januari 2005

Ringtone hp Nokia***

" Halo...gimana Kris..."jawab Ruly dengan suara seraknya.

" Jemput gue ya di terminal." kata Kristin dari seberang telepon.

" Sekarang..."

" Iya...gue dah nyampe nih dari tadi."

" Ok 15 menit lagi gue nyampe loe jangan kemana-mana."

Ruly mematikan teleponnya dan bergegas menjemput Kristin. Ketika Ruly hendak mengambil motor terdengar suara misterius dari kamar paling depan.

" Ah...terus...dikit lagi...yeah...yah..."suara cewek mendesah nikmat

" Dikit lagi... sayang...yah...ah..."suara cowok yang lagi keenakan.

Buset... siang-siang gini nge***tot.

Kata Ruly dalam hati. Ia pun melanjutkan menstarter motornya, sejenak ia berpikir.

Bukannya itu kamarnya Justiar ya... kampret...mana ceweknya mau dateng lagi...dia ama sapa tuh di kamar...trus gue musti bilang apa donk ama Kristin...

Bang*** sat tu Justiar...udah punya pacar cantik masih aja ngembat cewek lain...sisain kek buat gue satu... second deh gpp.

Satu pesan diterima Ruly.

Kristin: " Buruan...udah sore nih...sini dah mulai sepi!!"😈😈😈

Ruly: " Iya tante...bentar lagi motor gue lagi ngadat... lagian kenapa loe g minta jemput cowok loe aja seh"

Kristin: " Gue mau kasih surprise buat dia..."

Ruly langsung punya ide gila.

kayanya seru nih klo kepergok...lagian ini bukan yang pertama kalinya Justiar selingkuh. biar tau rasa dia...hehehe...😈😈😈

>>o<<

Sesampainya di terminal bus Ruly melihat Kristin yang tengah menunggu dengan wajah lelahnya.

" Lama banget seh loe ..." seru Kristin ketus.

" Sorry tante... motor gue tadi susah distarter." jawab Ruly ngeles.

" Udah ah...buruan gue pengen mandi nih..." Kristin pun langsung naik membonceng motor Ruly.

Ditengah perjalanan menuju kontrak Ruly berpikir untuk membawa Kristin untuk muter-muter Jogja sembari menunggu kabar dari temen kontrakan yang lain.

" Loe laper g?" tanya Ruly

" Laper lah...dari siang gue belum makan nih..." jawab Kristin melas.

" Kita makan dulu ya..." ajak Ruly.

Sengaja Ruly ajak Kristin muter-muter supaya mengulur waktu.

" Kita makan ini aja gpp kan..." Ruly mengajak makan penyetan (makanan khas Lamongan)

" Sejak kapan gue milih-milih makanan seh..." jawab Kristin santai.

Mereka makan dengan lahapnya.

" Loe mau gue anter ke kostan langsung..." tanya Ruly basa-basi.

" Gue mau nginep di kontrakan kalian...boleh kan..." jawab Kristin nyengir.

Ruly mulai bingung musti bilang apa... sementara dia tau klo Justiar pacar Kristin lagi ada tamu lain yang nginep dikamarnya.

"Apa g baiknya gue anter loe kostan loe aja..." tanya Ruly lagi.

" No...no...gue mau kasih surprise buat Justiar ok..." Kristin kkekeh dengan jawabannya.

" Sebenarnya sekarang ini Justiar lagi..." belum sempat Ruly menjelaskan hpnya berbunyi.

Lumayan lama Kristin menunggu Ruly bertelepon.

"Telpon dari sapa Ul..." tanya Kristin penasaran.

" Eros...kenal kan..." jawab Ruly. Kristin mengangguk tanda mengerti.

" Eh...tadi loe mau bilang apa??" sambung Kristin.

Mau tak mau Ruly menceritakan apa yang terjadi di kontrakan ( khusus nya Justiar).

Tampak emosi Kristin mulai naik. terbukti gelas yang dia pegang tiba-tiba pecah karena tekanan dari tangannya.

Ruly yang melihat kejadian itu jadi khawatir. Takut klo-klo Kristin makin nekat.

" Loe mau g bantu hue biat ngasih pelajaran dia." pinta Kristin dengan nafa tegasnya.

" Kasih pelajaran gimana maksudnya..." Ruly pura-pura g ngerti.

Kristin pun menceritakan tentang rencananya dan Ruly yang mengerti pun mendukung rencananya.

Akhirnya mereka bergegas pergi ke kontrakan untuk memberi pelajaran kepada Justiar.

\ data-tomark-pass >>o<<

Di kontrakan.

" tok..tok...tok..." pintu kamar Justiar diketuk Ruly.

" Just...ni Kristin telpon ke gue... katanya hp loe g bisa di hubungi." seru Ruly sambil terus mengetuk pintu kamar Justiar.

" Ceklek."pintu terbuka setengah.

Justiar melongokan kepalanya keluar.

" Apaan..." katanya sambil memegang handuk di pinggangnya.

" Nih... Kristin telpon." kata Ruly sambil menyodorkan hpnya kepada Justiar.

"Halo...napa yank..." tanya Justiar mesra.

"Lagi apa? kok hpnya g bisa di telpon?" tanya Kristin dari seberang telpon ( padahal lagi ngumpet samping kamarnya)

"Lagi mau mandi...kamu kapan kesini...aku kangen banget" rayu Justiar.

"Mau mandi... emang habis ngapain..." kata Kristin yang tiba-tiba mendorong paksa pintu kamar Justiar.

Justiar yang tidak siap langsung kelabakan sampai jatuh tersungkur kebelakang.

Justiar kaget bukan kepalang melihat Kristin yang tiba-tiba ada di depan matanya.

Aura horor bersemayam di kamar Justiar.

Mata Kristin menatap tajam ke arah Justiar... tangannya mengepal menggebrak pintu kamar Justiar... nafasnya memburu... membuat orang-orang yang ada disekitar situ menciut melihatnya.

"Mau mandi ya... habis ngapain..." tanya Kristin tegas.

Karena tak ada jawaban Kristin mengulang lagi pertanyaannya dengan nada yang lebih tinggi.

"Habis ngapain..." masih belum mendapatkan jawaban Kristin mengulang lagi pertanyaannya sampai suaranya terdengar dari luar kontrak.

"GUE TANYA SEKALI LAGI... HABIS NGAPAIN LOE JUSTIAR!!!???"

"BRAK..." pintu kamar Justiar jebol karena dipukul Kristin.

'Buset... untung bukan pacar gue...klo gue punya pacar kaya dia bisa senam jantung tiap kali berantem.' kata Ruly dalam hati.

Mata Kristin mulai menjelajahi setiap sudut kamar Justiar dan berhenti di sebuah handbag cewek warna hitam.

Kristin kembali menatap wajah Justiar.

"Mana cewek itu..."Justiar tidak bergeming sedikitpun. Kristin makin kesal dengan sikap Justiar.

Ekor mata Kristin menangkap sosok wanita bersembunyi di dalam kamar mandi Justiar. Kristin langsung ke arah kamar mandi dan mendobraknya, benar saja dia menemukan perempuan sedang menutupi tubuhnya dengan handuk milik Justiar.

Emosi Kristin makin besar. Ia langsung menarik kasar perempuan yang ada dalam kamar mandi itu.

"Siapa dia?? aku tanya siapa dia???" merasa pertanyaannya tidak mendapat respon Kristin pun menyambar botol parfum milik Justiar dan langsung membantingnya membuat sang perempuan menjerit ketakutan sampai meringkuk.

"Bagun loe...gue bilang bangun ya bangun..." pekik Kristin memaksa perempuan itu berdiri.

"Gue tanya sama loe... ngapain loe disini...hah..." suara Kristin membuat perempuan itu makin ketakutan.

"Loe takut sama gue... Hah... Kalo loe takut ama gue ngapain loe ada disini sama cowok gue... ngapain..."suasana semakin mencekam seluruh penghuni kontrakan keluar dari kamarnya demi melihat live action perselingkuhan Justiar.

"Yang... aku bisa jelasin semuanya..." pinta Justiar.

"Jelasin apa?? jelasin kalo kalian udah ngen***...iya!!" seru Kristin yang rasa ubun-ubun nya udah mau meledak.

" Gue tanya sekali lagi... siapa dia... Saverio Davis Justiar ?!" seru Kristin.

"Dia...emm...dia temenku dari Surabaya." jawab Justiar gagap.

"Gue tanya dia siapa??? bukan dari mana???"Kristin yang kesal mulai menghancurkan koleksi botol parfum milik Justiar.

"Ok...ok...gue jawab..."Kristin masih menunggu jawaban Justiar."... dia Erni."

"Bukk.." satu bogem mentah mendarat di pipi sebelah kanan Justiar.

Justiar pun jatuh tersungkur. Erni yang merasa kasian terhadap Justiar langsung spontan menolongnya.

"Kamu g pa-pa kan..." kata Erni khawatir sambil memegang handuk yang melilit di tubuhnya.

Kristin yang sedang emosi jadi muak melihatnya.

Bab II

Kristin yang sedang emosi jadi muak melihatnya.

Di tarinya tangan Erni dengan kasar hingga handuknya terlepas.

Seketika juga teman-teman satu kontrakan yang sedang melihat live action itu langsung terbelalak matanya karena melihat tubuh sexy Erni tanpa sehelai benang.

“Wauuu…” seru semua penghuni kontrakan.

Melihat Erni telanjang bulat Justiar langsung bangkit dan menutupi tubuh Erni dengan sarung yang ada didekatnya.

Dengan sigap dan cepat pula Kristin menghalau, Justiar menatap tajam kearah Kristin begitu juga dengan Kristin menatap lebih tajam sambil mencengkram tangan Justiar yang sedang memegang sarung.

" Mau apa...ngelindungin dia...Hah!!" kata Kristin sinis

" Kasihan dia...jadi bahan tontonan..." sahut Justiar sambil menepis tangan Kristin. Tapi sayangnya tangan Kristin lebih kuat mencengkram nya.

" Biar aja dia gitu...toh dia juga g malu kan telanjang di depanmu, sama aja kan..." kata Kristin sambil membuang sarung Justiar.

"Yank. Aku tau kamu marah, tapi plis jangan keterlaluan dini donk." pinta Justiar memohon.

"Orang goblok namanya kalo g marah liat cowoknya ketahuan ML sama cewek lain."

Erni hanya pasrah diperlakukan kasar oleh Kristin. Ia hanya berjongkok sambil menangis karena malu.

"Ruly..." Kristin memanggil Ruly.

" Ya... gimana Kris..." Ruly gemetar saat namanya dipanggil.

"Loe anterin nih lon*** ke terminal atau ke stasiun... pastiin dia balik ke kotanya. Gue gak mau liat mukanya dia lagi...Gue muak liat orang yang sok suci...najis..." titah Kristin.

"I...iya Kris...tapi apa g..." belum selesai Ruly ngomong Kristin melempar baju Erni yang berserakan di lantai dengan menggunakan kakinya.

"Buruan pakai baju loe...dan pergi dari sini...gue muak liat muka loe yang sok suci." bentak Kristin.

Erni langsung memunguti bajunya. Baru melangkah menuju kamar mandi Kristin menarik rambutnya.

"Loe mau kemana...loe pake aja disini ngapain juga pake di kamar mandi...toh mereka juga udah pada tau." kata Kristin sinis.

Justiar hanya mampu menahan malunya. Ia tak mampu berbuat banyak untuk Erni karena sekali saja dia menolong Erni maka Kristin akan lebih kasar terhadap Erni dan dirinya.

*****

Kristin memang punya sikap yang baik sebenarnya tapi jangan salah jika dia sudah disakiti hatinya maka ia akan menjadi lebih garang dari laki-laki.

Bagi sebagian orang menjadi perempuan anggun itu harus lemah lembut. Tapi itu tidak berlaku untuk Kristin. Baginya perempuan yang anggun juga harus bisa jaga diri... mampu melindungi dirinya maupun orang lain.

Maka dari itu sejak SD ia sudah berlatih Taekwondo, maklum Papa Kristin seorang pelatih Taekwondo. Dari empat bersaudara cuma Kristin yang menekuni Taekwondo sampai tingkat tinggi. Bahkan saat ia SMA sudah menjadi pelatih untuk pemula.

Kristin sering dikira kalo dirinya lemah, secara ia seringkali disuruh mama untuk ikutan lomba modeling. Alasannya supaya lebih feminim.

******

Masih terlihat emosi Kristin saat Ruly membawa Erni pergi dari kontrakan.

Perang dingin antara Kristin dan Justiar kembali berlanjut. Sampailah pada titik terakhirnya Kristin memilih untuk putus. Tapi Justiar masih bersikeras untuk mempertahankan hubungan mereka.

"Bilang sama aku apa alasannya aku harus mempertahankan mu... kasih tau aku apa baiknya kamu..." tegas Kristin.

"Aku mungkin bukan yang terbaik buat kamu yank... tapi setidaknya kamu pertimbangkan lagi hubungan kita ini. Kita udah ngelewatin banyak masalah, masa iya cuma masalah kaya gini kita putus..." pinta Justiar memohon.

"Masalah kaya gini katamu... sebenarnya otakmu ada apa g sih...kamu bilang ini masalah kecil...geblek ni orang ya..." degus Kristin.

"Bukanya setiap hubungan pasti ada up and down nya..." bela Justiar.

Muka Kristin kembali merah karena kesal. Tangan kanannya mengepal kuat dan langsung saja.

"Prang..." kaca jendela kamar Justiar pecah kena pukulan Kristin.

Justiar yang kaget hanya mampu diam melihat kepalan tangan Kristin mulai mengeluarkan darah.

Terdengar suara lirih dari mulut Justiar.

"Sayang..." matanya tak mampu berpaling menatap sendu kekasihnya yang tengah terluka.

Justiar mendekati Kristin meraih tangannya tapi sayangnya langsung mendapat penolakan dari Kristin.

"G usah sok perhatian dah...gue g butuh empati dari loe." kata Kristin kasar.

"Tangan kamu terluka... setidaknya aku sembuhkan dulu lukamu." kata Justiar yang memegang tangan Kristin.

"Gue g butuh..." dihempaskan tangan Justiar.

"Luka ini g sesakit luka hati gue...paham loe..." pekik Kristin.

Kristin berlalu meninggalkan kamar Justiar. Diluar kontrakan Kristin sedang di obati oleh Niko

"Udah... besok-besok loe g usah maen debus lagi..." kata Niko terkekeh.

"Cuma luka kecil aja..." jawab Kristin.

"Loe sekarang mau kemana biar gue anter."

"G usah biar Ruly saja yang nganter gue nanti." Kristin mulai merapikan bawaannya.

Beberapa menit kemudian Ruly sudah sampai di kontrakan. Kristin merasa curiga dengan sikap Ruly.

Harusnya perjalan dari kontrakan ke terminal terdekat itu butuh waktu 15 menitan. Jadi logikanya kalo bolak-balik butuh waktu 30 menit. Tapi ini baru 10 menit Ruly keluar buat nganterin Erni udah balik lagi ke kontrakan.

"Cepet amat loe nganterin nya..." tanya Niko.

"Cepet lha... orang dianya g mau dianterin..." sahut Ruly. Kristin menatap tajam ke arah Ruly.

"Anterin gue sekarang." titah Kristin dan langsung menarik tangan Ruly.

"Eh...eh...iya ..iya..." Ruly ikut aja perintah Kristin.

Ruly membawa Kristin menuju jalan yang sempat dilewatinya tadi dan terhenti di sebuah pos ronda dekat rel kereta api.

Kristin langsung turun dari motor dan menghampiri Erni. Dan...

"Plak..." sebuah tamparan keras mendarat di pipi Erni.

Erni yang sedari tadi tengah duduk kaget tiba-tiba mendapat tamparan keras.

"Auuw... Kristin..." Erni mengelus pipinya. Jelas terlukis cap lima jari di pipinya.

Belum puas dengan menampar Kristin pun makin kasar hingga menyeret Erni keluar dari pos ronda.

"NGAPAIN LOE MASIH DI SINI."

"Maafin gue Kris...gue g ada maksud merebut Justiar." rengek Erni.

" Loe emang g maksud ngerebut...tapi loe sengaja tidur sama cowok gue...Iya kan!!!" seru Kristin

Justiar yang kebetulan ikut menyusul melihat kejadian itu hanya bisa terpaku.

Ia sadar apabila ia membantu Erni pasti akan lebih memperburuk keadaan.

Erni terus dicerca dengan pertanyaan yang menyudutkan dirinya. Memang benar kesalahan itu bukan hanya dirinyalah yang salah. Justiar pun punya andil dalam masalah ini.

Tapi yang membuat Kristin kesal kenapa dia harus pura-pura baik dan ramah padanya.

Apa lagi seminggu sebelumnya Erni sempat mengucapkan selamat ulangtahun padanya.

Karena selama ini yang Kristin tau Erni dan Justiar adalah sahabat dekat.

Perkelahian antar Kristin dan Erni memang tidak imbang.

Erni terlihat sangat pasrah diperlakukan kasar oleh Kristin. Bahkan kini mukanya berlumuran darah karena diseret Kristin ke tembok yang permukaannya kasar.

Justiar terlihat lemas melihat kemurkaan Kristin. Ia menyesal telah mengkhianati cinta Kristin.

"Kristin...aku mohon hentikan... kasih Erni...klo kamu mau hukum, hukum aku saja...aku yang salah...aku yang udah bohongi kamu." pinta Justiar bersimpuh di hadapan Kristin.

Kristin menendang Justiar yang tengah bersimpuh hingga terjengkang. Ia tak menghiraukan lagi rengekan mau pun rintihan Erni mau pun Justiar.

Bab III

Justiar terus memohon pada Kristin.

"Andai saja waktu masih bisa diputar aku janji aku gak akan mengkhianati kamu Kris..." ucap Justiar lirih, mendengar penyesalan Justiar Kristin makin muak.

"Tai … lo ngomong gitu karena udah terlanjur ketahuan, kan! Iya Kan?!" seru Kristin yang makin emosi.

"Maafin aku sayang ... lepasin Erni aku mohon ..." Justiar memegang kaki Kristin memohon.

Lagi-lagi tangan Justiar ditepisnya. Dan lagi-lagi Justiar ditendang sampai terjungkal. Sadar dirinyalah yang salah, Erni pun mengakuinya.

"Lakukan semaumu Kris … aku pasrah ... asalkan kamu bisa memaafkan aku dan Justiar..." lirih Erni yang sudah tampak lemas karena disiksa Kristin.

"Bahkan lo mati sekalipun gue gak akan maafkan kalian… PAHAM SUN****." Kristin menendang muka Erni hingga membuat Erni pingsan.

"Erni!!" pekik Justiar "Kristin!! Aku mohon  hentikan." Justiar terus-terusan memohon.

Tangan kanan Kristin tengah membawa batu kali berukuran cukup besar. Melihat Justiar yang sedang memohon untuk Erni emosi Kristin makin besar. Batu yang di tangannya hampir di hujamkan ke arah kepala Justiar. Tapi tangannya dicegah dari belakang oleh Dennis.

"Kristin, apa lo gak kasian sama mereka?" Dennis menghentikan perbuatan Kristin.

"Meski mereka mati gue gak akan pernah maafin mereka. Lepasin tangan gue.. LEPASIN!!" Kristin menghempaskan tangan Dennis.

"Gue bakal lepasin asal lo janji gak nekat kaya gini, kalo lo nekat lo juga yang rugi." bujuk Dennis.

Kristin menghempaskan batu yang dipegangnya. Tubuhnya menjauh dari Justiar dan Erni.

Justiar yang masih tampak sadar langsung memeluk tubuh Erni yang melemah. Kristin melirik melalui ekor matanya. Baginya pemandangan itu sangat menjijikan. Ia lalu meninju kaca jendela pos ronda yang ada di dekatnya.

"Prang..."

Perban yang membalut lukanya kembali basah karena darah yang mengalir.

Ia langsung meninggalkan tempat itu tanpa berpamitan.

Dennis yang melihat Kristin pergi hanya memandang punggung Kristin yang makin menjauh. Dalam hatinya berkata

"Andaikan gue dulu berani menyatakan cinta lebih dulu mungkin lo gak akan sekecewa sekarang."

*****

Di sebuah club.

Kristin yang kalut melangkahkan kakinya menuju club langganannya.

Ia meminum alkohol sendiri. Dan hingga akhirnya seseorang menghampirinya.

"Kristin, tumben minum sendiri." sapa laki-laki berbadan tegap yang sepertinya mengenal Kristin.

"Hm...ya..." jawab nya singkat tanpa memperdulikan lelaki yang ada disampingnya.

"Justiar. Ya... pacar kamu Justiar kan?" tanyanya lagi.

Kristin tersenyum sinis.

"Mati kali, diseret anjing… heeh..." sepertinya Kristin sudah mulai mabuk.

"Kalian lagi berantem? maaf kalo gitu." lanjutnya yang hendak meninggalkan Kristin.

Kristin memicingkan matanya mencoba mengenali wajah laki-laki yang ada di sebelahnya.

"Lo..." belum sempat Kristin berkata laki-laki itu langsung menjawab.

"Sam, Samuel Edricko. Kita pernah ketemu di gereja." cowok ganteng itu mengulurkan tangannya untuk berkenalan.

"Gereja? Heh, sudah lama gue gak pernah kesana, apa kabar mereka?” Kristin mulai ngelantur.

"Kris, kamu mabuk??" tanya Sam sambil melongok wajah Kristin yang tampak tertunduk.

"Hahaha… gue? Mabuk? Kalo gue mabok gue gak akan sampai di sini." Kristin terus meracau tak jelas.

"Berapa banyak dia minum?" tanya Sam pada bartender di depannya.

"Hampir satu botol black label dia minum sendiri." jelas sang bartender menunjuk botol minuman beralkohol yang ada dihadapan Kristin.

Kristin memang sudah tampak kacau. Mukanya merah dan matanya sudah hampir tak mampu lagi dia buka.

"Kalian saling kenalan kan, mending lo antar dia pulang aja dari pada dia dibawa orang nanti." kata bartender itu khawatir.

"Anter pulang? Kemana?" Sam malah bingung.

"Kemana kek, hotel mungkin.” sahut si bartender.

Sam menjambak rambutnya sendiri. Ia tampak bingung harus bawa Kristin kemana.

Tanpa pikir panjang Sam membawa Kristin keluar dari club tersebut. Dibawanya Kristin pulang ke hotel dekat dengan kosannya.

Sam menggendong Kristin masuk kedalam kamar hotel lalu merebahkannya.

"Jangan pergi, aku mohon..." terdengar suara lirih keluar dari mulut Kristin.

Pergelangan tangan Sam digenggam oleh Kristin.

Sam mendekati Kristin dan duduk disampingnya. Tangan Kristin langsung memeluk pinggang Sam. Dan terdengar lagi suara lirih Kristin yang memohon.

"Jangan pergi, temani aku sebentar saja… satu jam saja."

Sam yang mendengar ucapannya iba. Ia pun kembali duduk bersandar di ranjang.

Kristin terlelap dalam pelukan Sam.

Saat Sam hendak melepaskan pelukan Kristin tangannya tak sengaja memegang tangan yang terbalut perban.

Dalam hatinya berkata, "Sebenarnya apa yang terjadi dengan hubungan kalian?"

Pagi menjelang, matahari mulai muncul dari peraduannya. Kristin terlihat menggeliat seperti kucing yang baru bangun dari tidurnya.

Ia melihat ke samping kanannya ada seseorang yang tampak asing baginya. Ia mencoba untuk bangkit dari tempat tidur tapi kepalanya masih pusing karena terlalu banyak minum alkohol semalam.

"Hmm… sudah bangun rupanya." ucap Sam yang setengah sadar.

Kristin mengangguk, sementara Sam bangkit dari tidurnya dan berjalan menuju kamar mandi.

Disodorkannya air minum untuk Kristin.

“Minum, kepalamu pusing kan?" tanyanya.

"Semalam --" belum sempat Kristin menyelesaikan ucapannya Sam pun memotongnya.

"Semalam kamu mabuk, aku bingung mau bawa kamu kemana makanya aku bawa kamu kesini." terang Sam.

"Tenang aja semalam gak terjadi apa-apa antara kita. Aku cuma tidur disamping kamu aja. Not more!!" tegasnya.

Kristin tersenyum mendengar penjelasan dari Sam.

"Aku mandi dulu ya. Kamu istirahat aja dulu kalo masih pusing." Sam pun pergi mandi meninggalkan Kristin.

Kristin memandang balutan tangannya. Air matanya menetes mengingat kembali kejadian itu. Sakit rasanya hatinya tiga tahun menjalin hubungan dengan pasangannya mencoba untuk setia tapi malah dikhianati oleh pacarnya.

"Kamu mau mandi?" tanya Sam yang langsung terdiam melihat Kristin tengah menghapus air matanya.

Kristin bangkit dari duduknya dan mengambil handuk yang tergeletak di atas meja rias.

"Are you ok?" tanya Sam sekali lagi.

"I'm ok." jawab Kristin singkat lalu pergi mandi.

Dibawah guyuran shower Kristin menangis sejadi-jadinya. Berkali-kali ia memukul-mukul tembok dihadapannya hingga membuat lukanya kembali mengeluarkan darah.

Sam menyandarkan tubuhnya ke pintu kamar mandi. Ia mendengar tangis Kristin yang menyakitkan. Ia pun ikut meneteskan air matanya entah apa yang terjadi hatinya ikut merasakan sakit.

Shower dimatikan Sam segera menjauhkan tubuhnya. Kristin keluar dari kamar mandi dengan handuk melingkar di tubuhnya. Terlihat mata Kristin sembab dan merah.

Sam yang saat itu masih memakai handuk di pinggangnya mendekati Kristin.

Kristin menundukkan wajahnya menahan diri untuk tidak menangis. Tiba-tiba Sam memeluk tubuh Kristin. Dan seketika tangis Kristin pun pecah.

Kristin membalas pelukan Sam. Bahkan ia menenggelamkan dirinya dalam pelukan Sam. Sam mengecup pucuk kepala Kristin.

"Menangislah, jika itu membuatmu nyaman." ucap Sam sambil mengelus punggung Kristin.

Lebih dari sepuluh menit mereka berpelukan. Dan dering suara ponsel milik Kristin menyadarkan mereka. Kristin melepaskan pelukannya dan pergi meninggalkan Sam yang masih berdiri didepan kamar mandi.

"Halo, ya… benar, hari ini? Baik, jam 10 ya bu. Baik, saya segera kesana." Kristin mematikan saluran telepon nya.

"Siapa yang telepon?" tanya Sam.

"Agensi ku, hari ini ada interview. Kamu bisa anterin aku?" jawab Kristin.

"Kemana?" sambung Sam.

"Hotel Sheraton." jawab Kristin yang berjalan menjauh dari Sam.

"Baiklah, aku ganti baju dulu." Sam pun ikut menjauh dan saling berganti pakaian mereka masing-masing.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!